Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 28 Mei 2024
Mao Zedong (Hanzi sederhana: 毛泽东; Hanzi tradisional: 毛澤東; Pinyin: Máo Zédōng; Wade–Giles: Mao² Tsê²-tung¹; 26 Desember 1893 – 9 September 1976), juga dikenal sebagai Ketua Mao, adalah seorang revolusioner komunis Tiongkok yang merupakan pendiri Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang ia pimpin sebagai ketua Partai Komunis Tiongkok sejak berdirinya RRT pada tahun 1949 hingga kematiannya pada tahun 1976. Secara ideologis dia adalah seorang Marxisme-Leninisme, teorinya, strategi militer, dan kebijakan politiknya secara kolektif dikenal sebagai Maoisme.
Mao adalah putra seorang petani makmur di Shaoshan, Hunan. Dia mendukung nasionalisme Tiongkok dan memiliki pandangan anti-imperialis di awal hidupnya, dan terutama dipengaruhi oleh peristiwa Revolusi Xinhai tahun 1911 dan Gerakan Empat Mei 1919. Dia kemudian mengadopsi Marxisme–Leninisme saat bekerja di Universitas Peking sebagai pustakawan, dan menjadi anggota pendiri Partai Komunis Tiongkok (PKT), juga memimpin Pemberontakan Panen Musim Gugur pada tahun 1927.
Selama Perang Saudara Tiongkok antara Kuomintang (KMT) dan PKT, Mao membantu mendirikan Tentara Merah Buruh dan Petani Tiongkok, memimpin sebuah wilayah secara radikal Jiangxi-Fujian Soviet, dan akhirnya menjadi ketua PKT selama Mars Panjang. Meskipun PKT untuk sementara bersekutu dengan KMT di bawah Front Persatuan Kedua selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua (1937–1945), perang saudara Tiongkok berlanjut setelah Jepang menyerah, dan pasukan Mao mengalahkan pemerintah Nasionalis, yang mundur ke Taiwan pada 1949.
Pada 1 Oktober 1949, Mao memproklamirkan berdirinya RRT, sebuah negara satu partai Marxis-Leninis yang dikendalikan oleh PKT. Pada tahun-tahun berikutnya ia memperkuat kendalinya melalui Reformasi Tanah Tiongkok melawan tuan tanah, Kampanye untuk Menindas Kontra Revolusioner, "Kampanye Tiga-anti dan Lima-anti", dan melalui kemenangan psikologis dalam Perang Korea, yang semuanya mengakibatkan kematian dari beberapa juta orang Tiongkok. Dari tahun 1953 hingga 1958, Mao memainkan peran penting dalam menegakkan ekonomi terencana di Tiongkok, menyusun Konstitusi pertama RRT, meluncurkan program industrialisasi, dan memulai proyek militer seperti proyek "Dua Bom, Satu Satelit" dan Proyek 523.
Kebijakan luar negeri selama ini didominasi oleh perpecahan Tiongkok-Soviet yang mendorong irisan antara Tiongkok dan Uni Soviet. Pada tahun 1955, Mao meluncurkan gerakan Sufan, dan pada tahun 1957 ia meluncurkan Kampanye Anti-Kanan, di mana setidaknya 550.000 orang, sebagian besar intelektual dan pembangkang dianiaya. Pada tahun 1958, ia meluncurkan Lompatan Jauh ke Depan yang bertujuan untuk dengan cepat mengubah ekonomi Tiongkok dari agraris ke industri, yang menyebabkan kelaparan paling mematikan dalam sejarah dan kematian 15–55 juta orang antara tahun 1958 sampai 1962.
Pada tahun 1963, Mao meluncurkan Gerakan Pendidikan Sosialis, dan pada tahun 1966 ia memprakarsai Revolusi Kebudayaan, sebuah program untuk menghilangkan unsur-unsur "kontra-revolusioner" dalam masyarakat Tiongkok yang berlangsung selama 10 tahun dan ditandai dengan perjuangan kelas yang penuh kekerasan, perusakan artefak budaya yang meluas, dan peningkatan kultus Mao yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Puluhan juta orang dianiaya selama revolusi, sementara perkiraan jumlah kematian berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan. Setelah bertahun-tahun sakit, Mao menderita serangkaian serangan jantung pada tahun 1976 dan meninggal pada usia 82 tahun. Selama era Mao, populasi Tiongkok tumbuh dari sekitar 550 juta menjadi lebih dari 900 juta sementara pemerintah tidak secara ketat menegakkan kebijakan keluarga berencana.
Seorang tokoh kontroversial di dalam dan di luar Tiongkok, Mao masih dianggap sebagai salah satu individu terpenting di abad kedua puluh. Di luar politik, Mao juga dikenal sebagai ahli teori, ahli strategi militer, dan penyair. Selama era Mao, Tiongkok sangat terlibat dengan konflik komunis Asia Tenggara lainnya seperti Perang Korea, Perang Vietnam, dan Perang Saudara Kamboja, yang membawa Khmer Merah berkuasa. Dia memerintah Tiongkok melalui rezim otokratis dan totaliter yang bertanggung jawab atas penindasan massal serta penghancuran artefak dan situs agama dan budaya.
Pemerintah bertanggung jawab atas sejumlah besar kematian dengan perkiraan mulai dari 40 hingga 80 juta korban melalui kelaparan, penganiayaan, kerja paksa di penjara, dan eksekusi massal. Mao telah dipuji karena mengubah Tiongkok dari semi-koloni menjadi kekuatan dunia terkemuka, dengan tingkat melek huruf yang sangat maju, hak-hak perempuan, perawatan kesehatan dasar, pendidikan dasar, dan harapan hidup.
Kehidupan Awal
Mao lahir pada 26 Desember 1893, di desa Shaoshan, Hunan. Ayahnya, Mao Yichang, dulunya adalah seorang petani miskin yang telah menjadi salah satu petani terkaya di Shaoshan. Tumbuh di pedesaan Hunan, Mao menggambarkan ayahnya sebagai seorang pendisiplin yang keras, yang akan memukulinya dan ketiga saudaranya, Zemin dan Zetan, serta anak angkat, Zejian. Ibu Mao, Wen Qimei, adalah seorang Buddha taat yang mencoba meredam sikap keras suaminya. Mao juga menjadi seorang Buddha, tetapi meninggalkan keyakinan ini di pertengahan masa remajanya.
Pada usia 8 tahun, Mao dikirim ke Sekolah Dasar Shaoshan. Mempelajari sistem nilai Konfusianisme, dia kemudian mengakui bahwa dia tidak menikmati teks-teks Tiongkok klasik yang mengajarkan moral Konfusianisme, melainkan menyukai novel-novel klasik seperti Roman Tiga Kerajaan dan Batas Air. Pada usia 13 tahun, Mao menyelesaikan pendidikan dasar, dan ayahnya mempersatukan dia dalam perjodohan dengan Luo Yixiu yang berusia 17 tahun, dengan demikian menyatukan keluarga pemilik tanah mereka. Mao menolak untuk mengakui dia sebagai istrinya, menjadi kritikus sengit dari perjodohan dan pindah sementara. Luo secara lokal dipermalukan dan meninggal pada tahun 1910, pada usia 21 tahun.
Saat bekerja di pertanian ayahnya, Mao membaca dengan rajin dan mengembangkan kesadaran politik dari buku kecil Zheng Guanying yang menyesali kemunduran kekuasaan Tiongkok dan mendukung penerapan demokrasi perwakilan. Tertarik pada sejarah, Mao terinspirasi oleh kecakapan militer dan semangat nasionalistik George Washington dan Napoleon Bonaparte.
Pandangan politiknya dibentuk oleh protes yang dipimpin Gelaohui yang meletus menyusul kelaparan di Changsha, ibu kota Hunan; Mao mendukung tuntutan para pengunjuk rasa, tetapi angkatan bersenjata menekan para pembangkang dan mengeksekusi para pemimpin mereka. Kelaparan menyebar ke Shaoshan, di mana para petani yang kelaparan merebut gandum ayahnya. Dia tidak menyetujui tindakan mereka sebagai salah secara moral, tetapi menyatakan simpati untuk situasi mereka. Pada usia 16 tahun, Mao pindah ke sekolah dasar yang lebih tinggi di dekat Dongshan ,di mana ia diintimidasi karena latar belakang petaninya.
Pada tahun 1911, Mao memulai sekolah menengah di Changsha. Sentimen revolusioner kuat di kota, di mana ada permusuhan yang meluas terhadap monarki absolut Kaisar Puyi dan banyak yang mendukung republikanisme. Tokoh republikan adalah Sun Yat-sen, seorang Kristen berpendidikan Amerika yang memimpin masyarakat Tongmenghui. Di Changsha, Mao dipengaruhi oleh surat kabar Sun, Kemerdekaan Rakyat (Minli bao), dan meminta Sun menjadi presiden dalam sebuah esai sekolah. Sebagai simbol pemberontakan melawan raja Manchu, Mao dan seorang temannya memotong kuncir taucang mereka, sebuah tanda kepatuhan kepada kaisar.
Terinspirasi oleh republikanisme Sun, tentara bangkit melintasi Tiongkok selatan, memicu Revolusi Xinhai. Gubernur Changsha melarikan diri, meninggalkan kota dalam kendali republik. Mendukung revolusi, Mao bergabung dengan tentara pemberontak sebagai tentara swasta, tetapi tidak terlibat dalam pertempuran.
Provinsi-provinsi utara tetap setia kepada kaisar, dan berharap untuk menghindari perang saudara, Sun diproklamirkan sebagai "presiden sementara" oleh para pendukungnya dan berkompromi dengan jenderal monarki Yuan Shikai. Monarki dihapuskan, menciptakan Republik Tiongkok, tetapi monarki Yuan menjadi presiden. Revolusi berakhir, Mao mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1912, setelah enam bulan menjadi tentara. Sekitar waktu ini, Mao menemukan sosialisme dari artikel surat kabar; melanjutkan membaca pamflet oleh Jiang Kanghu, mahasiswa pendiri Partai Sosialis Tiongkok, Mao tetap tertarik namun tidak yakin dengan gagasan itu.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 27 Mei 2024
Perang Dunia I
Divisi Pelangi
MacArthur kembali ke Departemen Perang dan lalu ia diangkat menjadi mayor pada 11 Desember 1915. Pada Juni 1916, ia mulai mengemban jabatan kepala Biro Informasi di kantor Menteri Perang Newton D. Baker. Semenjak itu, MacArthur dianggap sebagai petugas pers utama Angkatan Darat. Setelah Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917, Baker dan MacArthur berhasil mendapatkan persetujuan dari Presiden Wilson untuk mengerahkan Garda Nasional ke Front Barat. MacArthur mengusulkan agar divisi yang dikirim terlebih dahulu adalah divisi yang terdiri dari satuan-satuan dari negara-negara bagian yang berbeda-beda untuk menghindarkan kesan pilih kasih terhadap negara bagian tertentu. Baker menyetujui pembentuan divisi tersebut, yang kemudian dikenal dengan julukan Divisi ke-42 ("Pelangi"), dan yang diangkat sebagai panglimanya adalah Mayjen William A. Mann, kepala Biro Garda Nasional, sementara MacArthur bertugas sebagai kepala stafnya dengan pangkat kolonel. Atas permintaan dari MacArthur, ia ditugaskan di infanteri dan bukan di antara para zeni.
Divisi ke-42 dikumpulkan di Camp Mills, New York, pada Agustus dan September 1917, dan di situ mereka memperoleh pelatihan perang di medan terbuka alih-alih perang di parit. Mereka bertolak dari Hoboken, New Jersey, ke Prancis pada 18 Oktober 1917. Pada 19 Desember, posisi Mann sebagai panglima divisi digantikan oleh Mayjen Charles T. Menoher.
Serangan Champagne-Marne
Divisi ke-42 mulai memasuki barisan di sektor Lunéville pada Februari 1918. Pada 26 Februari, MacArthur dan Kapten Thomas T. Handy ikut serta dalam penyerbuan parit yang dilancarkan oleh Prancis, dan dalam serangan tersebut MacArthur membantu menangkap sejumlah tawanan Jerman. Komandan Korps VII Prancis, Mayjen Georges de Bazelaire, menganugerahi MacArthur dengan Croix de guerre. Menoher menyarankan agar MacArthur diberi Silver Star, dan kemudian ia dianugerahi bintang jasa tersebut. Silver Star Medal baru dilembagakan pada 8 Agustus 1932, tetapi Silver Citation Star yang lebih kecil sudah boleh dikenakan oleh mereka yang dianggap telah menunjukkan keberanianya.
Setelah Silver Star Medal dilembagakan, bintang jasa tersebut diberikan secara retroaktif kepada orang-orang yang telah dianugerahi Silver Citation Star. Pada 9 Maret, Divisi ke-42 melancarkan tiga serangan ke parit-parit Jerman di Salient du Feys. MacArthur menemani sebuah kompi dari Infanteri ke-168. Kepemimpinan MacArthur membuatnya dianugerahi Distinguished Service Cross. Beberapa hari kemudian, MacArthur (yang sangat ketat terhadap pasukannya yang tidak membawa masker gas, tetapi dia sendiri sering kali lupa membawanya) terkena serangan gas. Kesehatannya kemudian memulih dan ia lalu membawa Sekretaris Baker berkeliling di sekitaran kawasan tersebut pada 19 Maret.
MacArthur diangkat menjadi brigadir jenderal pada 26 Juni.[40] Pada akhir Juni, Divisi ke-42 dipindahkan ke Châlons-en-Champagne untuk menghadapi serangan Jerman ke Champagne-Marne. Général d'Armée Henri Gouraud dari Angkatan Darat Keempat Prancis memutuskan untuk menanggapi serangan tersebut dengan taktik pertahanan secara mendalam: barisan depan dibuat setipis mungkin, dan serangan Jerman akan dihadapi di garis pertahanan kedua. Rencana ini berhasil dan MacArthur kemudian dianugerahi Silver Star kedua. Divisi ke-42 ikut serta dalam serangan balasan yang dilancarkan oleh Sekutu, dan MacArthur dianugerahi Silver Star ketiga pada 29 Juli. Dua hari sesudahnya, Menoher melepastugaskan Brigjen Robert A. Brown dari Brigade Infanteri ke-84 dan menggantikannya dengan MacArthur. Setelah mendengar kabar bahwa musuh telah mundur, MacArthur turun langsung pada 2 Agustus untuk melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
MacArthur melaporkan kepada Menoher dan Letjen Hunter Liggett bahwa pasukan Jerman benar-benar sudah mundur, dan ia lalu dianugerahi Silver Star keempat. Ia juga dianugerahi Croix de guerre kedua dan diangkat menjadi seorang commandeur dari Légion d'honneur.
Masa Antar-Perang
Gubernur Akademi Militer Amerika Serikat
Pada tahun 1919, MacArthur menjadi Gubernur Akademi Militer AS di West Point. Pada masa itu, Kepala Staf Peyton March merasa West Point sudah ketinggalan zaman dan perlu dirombak. Dengan menerima tugas tersebut, MacArthur dapat mempertahankan pangkat brigadir jenderalnya dan tidak diturunkan pangkatnya menjadi mayor seperti rekan-rekannya yang lain. Saat MacArthur pindah ke rumah gubernur akademi militer bersama dengan ibunya pada Juni 1919, ia menjadi gubernur akademi militer termuda semenjak Sylvanus Thayer pada tahun 1817. Namun, MacArthur menghadapi perlawanan dari para lulusan dan dewan akademik.
Visi MacArthur mengenai pribadi seorang perwira tidak hanya dipetik dari pengalamannya di Prancis, tetapi juga selama pendudukan Rheinland di Jerman. Angkatan darat harus berurusan dengan masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial di wilayah pendudukan tersebut, tetapi MacArthur mendapati bahwa banyak lulusan West Point yang tidak menguasai ilmu di luar militer. Selain itu, pada masa perang, West Point telah berubah menjadi sekadar sekolah calon perwira, dengan lima kelas yang lulus dalam kurun waktu dua tahun. Moral kadet dan staf di West Point juga rendah, dan perploncoan "mencapai puncak kebengisannya". MacArthur pertama-tama mencoba mengubah masa studi di West Point. Kongres telah menetapkan masa studi selama tiga tahun. MacArthur berhasil mengembalikan masa studi selama empat tahun.
Selama perdebatan yang terjadi seputar masa studi, The New York Times mengangkat permasalahan mengenai kehidupan siswa di West Point yang tertutup dan tidak demokratis. Selain itu, universitas-universitas biasa sudah mulai menilai mahasiswa berdasarkan performa akademisnya (dimulai dari Universitas Harvard pada tahun 1869), tetapi West Point masih berpegangan pada konsep pendidikan manusia secara utuh. MacArthur berupaya untuk memodernisasi sistem di West Point, dan juga memperluas cakupan konsep watak militer agar juga meliputi postur, kepemimpinan, keefisienan, dan performa atletis. Ia meresmikan Kode Kehormatan Kadet yang sebelumnya hanya ada dalam bentuk tak tertulis pada tahun 1922 setelah ia membentuk Komite Kehormatan Kadet untuk meninjau tuduhan pelanggaran-pelanggaran aturan. Anggota komite tersebut dipilih oleh para kadet sendiri, dan komite ini tidak berwenang mengganjar hukuman, tetapi mereka dapat melaporkan pelanggaran kepada komandan. MacArthur juga berupaya untuk mengakhiri perploncoan dengan menugaskan para perwira alih-alih para mahasiswa senior untuk melatih para junior.[
Daripada mengirim para kadet ke kamp musim panas tradisional di Fort Clinton, MacArthur memerintahkan agar mereka menjalani pelatihan mengenai cara penggunaan senjata modern di Fort Dix dengan bimbingan dari para sersan. Ia berupaya untuk memodernisasi kurikulum dengan menambahkan kursus-kursus ekonomi, pemerintahan, dan seni liberal, tetapi ia menghadapi perlawanan yang sengit dari dewan akademik. Di kelas seni militer, pelajaran tentang Perang Saudara Amerika digantikan dengan pelajaran tentang Perang Dunia I. Di kelas sejarah, ia memberikan perhatian khusus kepada kawasan Timur Jauh. MacArthur juga menambah jumlah bidang olahraga yang tersedia dan mewajibkan semua kadet untuk ikut serta. Ia mengizinkan kadet kelas atas untuk meninggalkan asrama, dan ia mendukung pendirian sebuah surat kabar oleh para kadet, yaitu The Brag yang merupakan pendahulu surat kabar West Pointer yang beredar saat ini.
Selain itu, ia memperbolehkan para kadet pergi menonton pertandingan tim sepak bola mereka, dan ia memberikan mereka uang saku sebesar $5 setiap bulannya (sama dengan $70 pada zaman modern jika disesuaikan dengan inflasi). Para profesor dan alumni menentang terobosan-terobosan MacArthur. Sebagian besar program reformasi MacArthur di West Point langsung dibatalkan, tetapi belakangan gagasan-gagasannya mulai diterima dan perombakan yang telah dicetuskan olehnya pun dikembalikan secara perlahan.
Perang Dunia II
Kampanye militer Filipina (1941-1942)
Pada 26 Juli 1941, Roosevelt kembali menempatkan Angkatan Darat Filipina di bawah naungan pemerintah federal, memanggil MacArthur untuk kembali bertugas sebagai mayor jenderal, dan menjadikannya panglima Pasukan Angkatan Darat AS di Timur Jauh (USAFFE). MacArthur dipromosikan menjadi letnan jenderal pada keesokan harinya, dan kemudian menjadi jenderal pada 20 Desember. Pada 31 Juli 1941, Departemen Filipina memiliki 22.000 pasukan, dan 12.000 di antaranya adalah anggota Kepanduan Filipina. Komponen utama dari departemen tersebut adalah Divisi Filipina yang berada di bawah komando Mayor Jenderal Jonathan M. Wainwrig. Berdasarkan rencana awal yang disusun oleh Amerika Serikat, pasukan utama akan mundur ke Semenanjung Bataan di Teluk Manila dan bertahan melawan Jepang hingga bala bantuan tiba. MacArthur mengubah rencana ini menjadi upaya untuk mempertahankan seluruh pulau Luzon dan mengerahkan pesawat B-17 Flying Fortresses untuk menenggelamkan kapal-kapal Jepang yang mendekati pulau tersebut. MacArthur berhasil meyakinkan para pejabat di Washington bahwa rencananya merupakan rencana yang terbaik agar Jepang tidak memilih perang, dan kalaupun memang mereka memutuskan untuk berperang, agar serangan mereka dapat dipatahkan.
Garnisun di Filipina mendapatkan bala bantuan sebanyak 8.500 serdadu antara Juli hingga Desember 1941. Setelah kekurangan anggaran selama bertahun-tahun, akhirnya banyak juga peralatan yang didatangkan. Pada bulan November, terjadi penumpukan 1.100.000 ton peralatan di pelabuhan-pelabuhan Amerika Serikat yang sedang menunggu kapal untuk dikirim ke Filipina. Selain itu, Stasiun CAST milik Angkatan Laut yang berfungsi untuk mengintersepsi pesan dari musuh memiliki sebuah mesin sandi sangat rahasia yang disebut PURPLE, yang berhasil membaca pesan-pesan diplomatik Jepang. Stasiun ini juga memiliki buku-buku sandi angkatan laut JN-25. Stasiun CAST mengirim seluruh hasil temuannya kepada MacArthur melalui Sutherland; Sutherland sendiri merupakan satu-satunya staf MacArthur yang diizinkan melihat temuan-temuan tersebut.
Pada pukul 03:30 waktu setempat pada tanggal 8 Desember 1941 (sekitar pukul 09:00 pada tanggal 7 Desember di Hawaii), Sutherland mendengar kabar mengenai serangan Pearl Harbor dan memberitahukan hal tersebut kepada MacArthur. Pada pukul 05:30, Kepala Staf Angkatan Darat AS, Jenderal George Marshall, memerintahkan kepada MacArthur untuk melancarkan rencana perang yang telah disusun, yaitu Rainbow Five. MacArthur sama sekali tidak mengambil tindakan apapun. Tiga kali panglima Angkatan Udara Timur Jauh, Mayor Jenderal Lewis H. Brereton, memohon izin untuk menyerang pangkalan-pangkalan Jepang di Formosa, sesuai dengan rencana sebelum perang, tetapi permohonan ini ditolak oleh Sutherland. Brereton baru membahas hal ini dengan MacArthur pada pukul 11:00, dan ia lalu diberi izin.
MacArthur belakangan menampik bahwa ia pernah berbicara dengan Brereton mengenai hal tersebut. Pada pukul 12:30, sembilan jam setelah serangan Pearl Harbor, pesawat dari Armada Udara ke-11 Jepang berhasil mengejutkan pasukan Amerika Serikat dengan menyerang Pangkalan Clark dan pangkalan pesawat tempur yang terletak di Lapangan Udara Iba. Mereka berhasil menghancurkan atau melumpuhkan 18 dari 35 pesawat B-17 milik Angkatan Udara Timur Jauh, 53 dari 107 pesawat P-40 miliknya, 3 pesawat P-35, dan lebih dari 25 pesawat lainnya. Kebanyakan dari pesawat tersebut dihancurkan saat masih berada di darat. Serangan ini juga mengakibatkan kerusakan berat di pangkalan-pangkalan tersebut, dan secara keseluruhan terdapat 80 korban tewas dan 150 korban luka-luka. Pesawat-pesawat Angkatan Udara Timur Jauh yang masih tersisa dihancurkan dalam kurun waktu beberapa hari.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 27 Mei 2024
Douglas MacArthur meninggal dunia di Walter Reed Army Medical Center pada tanggal 5 April 1964 akibat penyakit sirosis biliari. Presiden Kennedy sudah mengizinkan pemakaman negara untuk MacArthur sebelum ia sendiri tewas dibunuh pada tahun 1963, dan Presiden Johnson kemudian memastikan arahan tersebut, dan ia memerintahkan agar MacArthur dimakamkan "dengan segala kehormatan yang dapat diberikan kepada seorang pahlawan yang telah tiada oleh sebuah bangsa yang berterima kasih." Pada 7 April, jenazahnya diangkut dengan menggunakan sebuah kereta pemakaman ke Union Station dan lalu diarak ke Capitol, dan di situ jenazahnya dibaringkan. Sekitar 150.000 orang berjalan melewati peti matinya. MacArthur sebelumnya pernah meminta agar ia dikuburkan di Norfolk, Virginia, yang merupakan tempat kelahiran ibunya dan tempat pernikahan kedua orang tuanya. Maka dari itu, pada tanggal 11 April, pemakamannya digelar di Gereja Episkopal Santo Paulus di Norfolk dan jenazahnya disemayamkan di Douglas MacArthur Memorial (bekas gedung Balai Kota Norfolk).
Dari segi militer, ia pernah mengalami kekalahan di Filipina pada tahun 1942 yang disebut oleh sejarawan militer Australia Gavin Long sebagai kekalahan "terbesar dalam sejarah perang Amerika di luar negeri". Reformasinya di West Point langsung dibatalkan, walaupun akhirnya dikembalikan secara perlahan. Gagasannya mengenai tentara yang juga mengerjakan urusan sipil dan memadamkan kerusuhan telah diabaikan oleh sebagian besar perwira yang berjuang di Eropa selama Perang Dunia II. Namun demikian, kemenangan MacArthur di Nugini pada tahun 1944, di Filipina pada tahun 1945, dan di Korea pada tahun 1950 berhasil dicapai walaupun ia kalah jumlah dan dengan menggunakan strategi dan manuver yang tepat.
Pemberhentiannya sendiri juga berdampak besar terhadap hubungan antara sipil dengan militer di Amerika. Ketika Presiden Johnson bertemu dengan Jenderal William Westmoreland di Honolulu pada tahun 1966, ia berkata kepadanya: "Jenderal, saya mempertaruhkan banyak hal dengan bergantung kepada Anda. Saya harap Anda tidak mencoba melakukan MacArthur kepada saya."
Penghargaan dan Penghormatan
Sepanjang hidupnya, MacArthur memperoleh lebih dari 100 penghargaan militer dari Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang meliputi Medal of Honor, Légion d'honneur dan Croix de guerre dari Prancis, Ordo Takhta Italia, Ordo Orange-Nassau dari Belanda, Honorary Knight Grand Cross of the Order of the Bath dari Australia, dan Ordo Matahari Terbit dari Jepang.
MacArthur sangat dikenal di Amerika. Nama MacArthur diabadikan sebagai nama jalan raya, fasilitas umum, dan anak-anak. Bahkan ada nama lantai untuk dansa yang diambil dari namanya. Pada 1955, pengangkatannya menjadi General of the Armies diusulkan di Kongres, tetapi usulan tersebut tidak ditindaklanjuti.
Semenjak tahun 1987, General Douglas MacArthur Leadership Awards dianugerahkan setiap tahunnya oleh Angkatan Darat Amerika Serikat atas nama General Douglas MacArthur Foundation untuk menghargai para perwira junior yang telah menunjukkan "tugas, kehormatan, dan negara" dalam kehidupan profesional mereka dan dalam pengabdian mereka kepada masyarakat.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 27 Mei 2024
Douglas MacArthur (26 Januari 1881 – 5 April 1964) adalah seorang jenderal bintang lima asal Amerika Serikat dan marsekal lapangan Angkatan Darat Filipina. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat pada dasawarsa 1930-an dan memiliki sumbangsih yang besar dalam upaya untuk melawan Kekaisaran Jepang di teater Pasifik selama Perang Dunia II. Ia dianugerahi Medal of Honor berkat jasa-jasanya selama kampanye militer Filipina sehingga dirinya dan ayahnya, Arthur MacArthur, Jr., menjadi pasangan ayah dan anak pertama yang sama-sama mendapatkan medali tersebut. Ia juga merupakan salah satu dari hanya lima orang yang diberikan pangkat Jenderal Besar di Angkatan Darat Amerika Serikat dan satu-satunya orang yang pernah diangkat sebagai marsekal lapangan di Angkatan Darat Filipina.
Douglas dibesarkan di sebuah keluarga berlatar belakang militer di American Old West. Ia adalah seorang siswa yang berprestasi di Akademi Militer West Texas yang kemudian meneruskan pendidikan militernya di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point dengan pangkat Kapten Pertama. Ia berhasil lulus dari West Point dengan peringkat pertama pada tahun 1903. Selama pendudukan Veracruz oleh Amerika Serikat pada tahun 1914, ia mengadakan sebuah misi pengintaian, dan berkat kiprahnya ia dinominasikan sebagai penerima Medal of Honor. Pada tahun 1917, pangkatnya dinaikkan dari mayor menjadi kolonel dan ia menjadi kepala staf Divisi ke-42 (yang juga disebut Divisi Pelangi). Saat sedang bertempur di Front Barat selama Perang Dunia I, ia diangkat menjadi brigadir jenderal, kembali dinominasikan sebagai penerima Medal of Honor, dan dianugerahi Distinguished Service Cross sebanyak dua kali dan Silver Star sebanyak tujuh kali.
Dari tahun 1919 hingga 1922, MacArthur menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, dan pada masa jabatannya ini ia mengupayakan serangkaian reformasi. Ia kemudian ditugaskan di Filipina, dan pada tahun 1924, ia berperan penting dalam memadamkan Pemberontakan Kepanduan Filipina. Pada tahun 1925, ia menjadi mayor jenderal termuda di Angkatan Darat.
Ia menjadi salah satu hakim di Pengadilan Militer yang menghakimi Brigadir Jenderal Billy Mitchell, dan ia juga mengepalai Komite Olimpiade Amerika Serikat selama Olimpiade Musim Panas 1928 di Amsterdam. Pada tahun 1930, ia menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat. Maka dari itu, ia terlibat dalam peristiwa pengusiran para pengunjuk rasa Bonus Army dari kota Washington, D.C. pada tahun 1932. Pada masa jabatannya ini, ia juga turut mendirikan Civilian Conservation Corps. Ia pensiun dari angkatan darat pada tahun 1937 untuk menjadi Penasihat Militer untuk Pemerintahan Persemakmuran Filipina.
Pada tahun 1941, MacArthur dipanggil lagi untuk bertugas sebagai panglima Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Timur Jauh. Kemudian terjadi sejumlah bencana militer, yakni kehancuran Angkatan Udara Timur Jauh Amerika Serikat pada 8 Desember 1941 serta serangan Jepang ke Filipina. Pasukan MacArthur kemudian terpaksa mundur ke Bataan, dan mereka bertahan di tempat tersebut hingga Mei 1942. Pada Maret 1942, MacArthur, keluarganya, dan anggota stafnya pergi ke Pulau Corregidor yang terletak tidak jauh dari Bataan dengan menumpangi perahu-perahu torpedo patroli, dan kemudian mereka melarikan diri ke Australia. Di sana, MacArthur menjadi Panglima Tertinggi Kawasan Pasifik Barat Daya.
Setibanya di Australia, MacArthur menyampaikan sebuah pidato dan berjanji bahwa ia akan kembali ke Filipina. Setelah pertempuran yang berkecamuk selama lebih dari dua tahun di teater Pasifik, ia berhasil memenuhi janjinya. Berkat upayanya untuk mempertahankan Filipina, MacArthur dianugerahi Medal of Honor. Ia secara resmi menerima pernyataan menyerah tanpa syarat Jepang pada 2 September 1945 di atas USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo. Ia lalu menjadi penanggungjawab pendudukan Jepang dari tahun 1945 hingga 1951.
Sebagai penguasa de facto Jepang, ia mengawasi proses perombakan sistem ekonomi, politik, dan sosial negara tersebut. Ia lalu memimpin Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa selama Perang Korea dan awalnya ia cukup berhasil; namun, serangan terhadap Korea Utara telah memicu campur tangan dari Republik Rakyat Tiongkok. Setelah mengalami kekalahan dalam berbagai pertempuran yang genting, ia diberhentikan oleh Presiden Harry S. Truman pada 11 April 1951. Ia kemudian menjadi chairman of the board di Remington Rand.
Kehidupan awal dan pendidikan
Sebagai seorang anak tentara, Douglas MacArthur lahir pada 26 Januari 1880, di Barak Little Rock, Little Rock, Arkansas, dari pasangan Arthur MacArthur, Jr., seorang kapten Angkatan Darat AS, dan istrinya, Mary Pinkney Hardy MacArthur (dijuluki "Pinky"). Arthur, Jr. adalah putra dari seorang ahli hukum dan politikus kelahiran Skotlandia, Arthur MacArthur, Sr., Arthur Jr. kemudian mendapatkan Medal of Honor sebagai penghargaan atas jasanya untuk Angkatan Darat Amerika Serikat dalam Pertempuran Missionary Ridge selama Perang Saudara Amerika, dan pangkatnya juga dinaikkan menjadi letnan jendral. Sementara itu, Pinkney berasal dari keluarga penting dari Norfolk, Virginia.
Dua saudara laki-lakinya berjuang untuk pihak Konfederasi selama Perang Saudara, dan mereka menolak menghadiri pernikahan Pinkney. Arthur dan Pinky dikaruniai tiga putra, dan Douglas adalah anak bungsu, setelah kakaknya Arthur III, lahir pada 1 Agustus 1876, dan kakaknya yang kedua, Malcolm, lahir pada 17 Oktober 1878. Keluarganya tinggal di berbagai pos Angkatan Darat di American Old West. Keadaan di wilayah tersebut terbilang primitif, dan Malcolm tutup usia akibat penyakit campak pada tahun 1883. Dalam memoirnya yang berjudul Reminiscences, MacArthur menulis, "Aku belajar menunggangi kuda dan menembak bahkan sebelum aku dapat membaca atau menulis—bahkan sebelum aku bisa berjalan dan berbicara.
Kehidupan MacArthur di garis terdepan Amerika Serikat berakhir pada Juli 1889 setelah keluarganya pindah ke Washington, D.C.,[9] dan di situ Douglas masuk Force Public School. Ayahnya ditugaskan ke San Antonio, Texas, pada September 1893. Di sana, MacArthur masuk Akademi Militer West Texas, dan di situ ia dianugerahi medali emas sebagai penghargaan atas pencapaian akademis dan sikapnya. Ia juga bergabung dengan tim tenis sekolahnya, dan selain itu ia menjadi quarterback di tim football dan shortstop di tim bisbol sekolah tersebut. Ia berhasil menjadi seorang valedictorian dengan rata-rata nilai tahun terakhir sebesar 97,33 dari 100. Namun, ayah dan kakek MacArthur tidak berhasil meyakinkan Presiden untuk mencalonkan Douglas sebagai siswa di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, baik itu pada masa Presiden Grover Cleveland maupun pada masa Presiden William McKinley. Setelah dua penolakan tersebut, Douglas dibimbing secara pribadi oleh seorang guru SMA asal Milwaukee, Gertrude Hull. Ia kemudian berhasil lulus ujian yang membuatnya mendapatkan pencalonan masuk West Point dari seorang anggota Kongres yang bernama Theobald Otjen, dan ia sendiri mendapatkan nilai 93,3 dalam ujian tersebut.[15] Ia kemudian menulis: "Ini adalah sebuah pelajaran yang tak pernah kulupakan.
Persiapan adalah kunci keberhasilan dan kemenangan."
MacArthur masuk West Point pada 13 Juni 1899, dan ibunya juga pindah ke sebuah ruangan di Hotel Craney yang berdekatan dengan halaman Akademi. Perpeloncoan merupakan praktik yang lumrah di West Point pada masa itu, dan MacArthur dan teman sekelasnya, Ulysses S. Grant III, menarik perhatian khusus dari para kadet selatan, karena mereka adalah anak seorang jenderal dan ibu mereka sama-sama tinggal di Hotel Craney. Setelah kadet Oscar Booz meninggalkan West Point karena perploncoan dan kemudian tutup usia akibat tuberkulosis, Kongres mengadakan sebuah penyelidikan. MacArthur dipanggil untuk menghadap sebuah komite khusus di Kongres pada tahun 1901, dan dalam pertemuan tersebut, ia memberikan kesaksian tentang para kadet yang terlibat dalam perploncoan, tetapi ia sendiri mengecilkan peristiwa perploncoan terhadap dirinya sendiri walaupun kadet-kadet yang lain menceritakan semua yang telah terjadi kepada komite.
Kongres kemudian melarang tindakan-tindakan yang melecehkan, menghina, mempermalukan, atau kejam, tetapi perploncoan masih berlanjut. MacArthur menjadi seorang kopral di Kompi B pada tahun keduanya, sersan pertama di Kompi A pada tahun ketiganya, dan Kapten Pertama pada tahun terakhirnya. Ia menjadi pemain left fielder di regu bisbol sekolahan tersebut, dan secara akademis ia mendapatkan nilai 2424,12 dari 2470.00, atau sebesar 98,14; ini merupakan nilai tertinggi ketiga yang pernah tercatat, dan ia lulus dengan peringkat pertama di kelasnya yang terdiri dari 93 lelaki pada 11 Juni 1903. Pada masa itu, kadet-kadet berpangkat tinggi biasanya ditugaskan ke Korps Zeni Angkatan Darat Amerika Serikat, sehingga MacArthur diangkat menjadi letnan kedua dalam korps tersebut.
Perwira Muda
MacArthur menjalani cuti kelulusannya dengan orang tuanya di Fort Mason, Kalifornia. Di tempat tersebut, ayahnya (yang pada saat itu telah menjadi mayor jenderal) menjabat sebagai panglima Departemen Pasifik. Sesudahnya, MacArthur bergabung dengan Bataliun Zeni Ketiga yang diberangkatkan ke Filipina pada Oktober 1903. MacArthur ditugaskan ke Iloilo, dan di situ ia mengawasi pembangunan sebuah dermaga di Camp Jossman. Ia ditugaskan untuk melakukan survei di Kota Tacloban, Kota Calbayog, dan Kota Cebu. Pada November 1903, saat bekerja di Guimaras, ia disergap oleh sepasang gerilyawan Filipina; ia berhasil menembak dan membunuh keduanya dengan menggunakan pistolnya. Ia dipromosikan menjadi "letnan pertama" di Manila pada April 1904. Pada Oktober 1904, saat sedang melakukan survei di Bataan, ia terpaksa berhenti bertugas karena ia terserang malaria dan tinea cruris. Ia kembali ke San Francisco, dan di situ ia ditempatkan di California Debris Commission. Pada Juli 1905, ia menjadi kepala zeni di Divisi Pasifik.
Pada Oktober 1905, MacArthur mendapatkan perintah untuk datang ke Tokyo untuk diangkat menjadi aide-de-camp ayahnya. Seorang pria yang mengenal mereka berdua pada masa itu menulis bahwa: "Arthur MacArthur merupakan seorang pria paling egois yang pernah aku lihat, sampai aku bertemu putranya. Mereka menginspeksi pangkalan-pangkalan militer Jepang di Nagasaki, Kobe, dan Kyoto, dan kemudian mereka melakukan perjalanan ke India melewati Shanghai, Hong Kong, Jawa, dan Singapura, mencapai Kalkuta pada Januari 1906. Di India, mereka mengunjungi Madras, Tuticorin, Quetta, Karachi, Perbatasan Barat Laut, dan Celah Khyber. Mereka kemudian berlayar ke Tiongkok lewat Bangkok dan Saigon, dan mereka berkunjung ke Kanton, Tsingtao, Peking, Tientsin, Hankow, dan Shanghai sebelum akhirnya kembali ke Jepang pada bulan Juni.
Pada bulan berikutnya, mereka kembali ke Amerika Serikat,[26] dan di situ Arthur MacArthur meneruskan tugasnya di Fort Mason dengan putranya sebagai aide-de-camp-nya. Pada bulan September, Douglas menerima perintah untuk melapor kepada Bataliun Zeni Kedua di Barak Washington dan masuk ke Sekolah Zeni. Di sana, ia juga bertugas sebagai "seorang aide untuk membantu fungsi-fungsi Gedung Putih" atas permintaan Presiden Theodore Roosevelt.
Pada Agustus 1907, MacArthur dikirim ke kantor distrik zeni di Milwaukee, yang merupakan kota tempat tinggal orang tuanya pada masa tersebut. Pada April 1908, ia ditempatkan di Fort Leavenworth, dan di situ ia diberi komando pertamanya: Kompeni K, Bataliun Zeni Ketiga. Ia menjadi ajudan batalion pada tahun 1909 dan kemudian sebagai perwira zeni di Fort Leavenworth pada tahun 1910. MacArthur dipromosikan menjadi kapten pada Februari 1911 dan dilantik menjadi kepala Departemen Zeni Militer dan Sekolah Zeni Lapangan. Ia ikut serta dalam pelatihan-pelatihan di San Antonio, Texas, bersama dengan Divisi Manuver pada 1911 dan bertugas di Panama pada Januari dan Februari 1912.
Kematian mendadak ayahnya pada 5 September 1912 membuat Douglas dan saudaranya Arthur kembali ke Milwaukee untuk merawat ibu mereka, terutama mengingat bahwa kesehatan ibu mereka telah memburuk. MacArthur meminta untuk dipindahkan ke Washington, D.C. agar ibunya dapat dibawa ke Rumah Sakit Johns Hopkins. Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Leonard Wood mengajukan permohonan tersebut kepada Menteri Perang Henry L. Stimson, dan kemudian sang menteri mengabulkan permintaan MacArthur untuk ditempatkan di Kantor Kepala Staf pada 1912.
Ekspedisi Veracruz
Pada 21 April 1914, Presiden Woodrow Wilson memerintahkan pendudukan Veracruz. MacArthur bergabung dengan staf markas besar yang dikirim ke kawasan tersebut, dan ia tiba pada tanggal 1 Mei 1914. Ia lalu menyadari bahwa jalur kereta api dibutuhkan untuk memasok logistik yang diperlukan untuk melaju dari Veracruz. Ia menemukan banyak gerbong kereta, tetapi tidak ada lokomotifnya, sehingga ia pergi untuk memastikan kebenaran laporan bahwa terdapat beberapa lokomotif di Alvarado, Veracruz. Dengan membelanjakan emas senilai $150, ia dapat membeli sebuah gerobak sorong dan mempekerjakan tiga orang Meksiko (yang sudah ia lucuti). MacArthur dan rombongannya menemukan lima mesin di Alvarado. Walaupun dua dari antaranya hanya berupa switcher, tiga lokomotif lainnya sesuai dengan kebutuhan MacArthur.
Selama perjalanan kembali ke Veracruz, rombongannya dihadang oleh lima pria bersenjata. MacArthur dan rombongannya pun melesat untuk meloloskan diri dari kejaran mereka, sementara dua orang yang masih mengejar ditembak oleh MacArthur. Tak lama sesudahnya, mereka diserang oleh suatu kelompok yang terdiri dari lima belas pria berkuda. Tiga lubang peluru terbentuk di pakaian MacArthur, tetapi ia tidak mengalami luka-luka. Salah satu rekannya mengalami luka ringan, tetapi pada akhirnya MacArthur menembak empat dari pria berkuda tersebut, dan pria berkuda yang masih tersisa kemudian melarikan diri. Kemudian, MacArthur dan rombongannya diserang oleh tiga pria berkuda. Lubang peluru kembali terbentuk di pakaian MacArthur. Dengan menggunakan gerobak sorong, mereka berhasil lolos dari para penyerang tersebut, kecuali untuk satu orang yang kemudian ditembak mati beserta dengan kudanya. Rombongan MacArthur pun harus mengangkat mayat kuda dari jalur kereta sebelum dapat melanjutkan perjalanan.
Salah seorang perwira sejawat MacArthur menulis sebuah surat kepada Wood yang menyarankan agar nama MacArthur diajukan dalam daftar calon penerima Medal of Honor. Wood menyetujui usulan tersebut, dan Kepala Staf Hugh L. Scott lalu mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan pemberian penghargaan tersebut. Mereka mempertanyakan apakah tindakan tersebut dapat dilakukan tanpa sepengetahuan jenderal yang bertugas. Ini adalah pernyataan Brigjen Frederick Funston (juga merupakan seorang penerima Medal of Honor) yang merasa bahwa pemberian penghargaan kepada MacArthur merupakan suatu hal yang "sangat patut dan dapat dibenarkan."Namun, badan pertimbangan tersebut merasa khawatir bahwa "penganugerahan penghargaan ini akan mendorong perwira staf lainnya yang ada dalam keadaan yang sama untuk mengabaikan komandan mereka, kemungkinan juga menghalangi rencana [sang komandan]"; alhasil MacArthur sama sekali tidak diberikan penghargaan.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 27 Mei 2024
Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan ulang tahunnya yang ke-76 hari ini, 5 Oktober 2021. Kekuatan militer Indonesia menduduki peringkat 16 dunia menurut data dari Global Firepower pada 2021.
Kekuatan militer Indonesia mendapatkan skor 0,2684 berada di bawah Jerman dan di atas Australia dan Israel. Untuk peringkat pertama hingga ketiga kekuatan militer terkuat diiisi oleh Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok.
Mengutip data yang dikumpulkan Global Fire Power Pada 2021, jumlah pasukan militer di Indonesia sekitar 1 juta personel dengan rincian 400 ribu militer aktif 400 ribu pasukan cadangan dan 280 ribu paramiliter.
Dari sisi alat utama sistem senjata (alutsista), TNI Angkatan Darat (AD) memiliki kekuatan yang terdiri atas 1.430 kendaraan tempur lapis baja, 366 artileri tarik, 331 tank, 153 artileri swagerak, dan 63 peluncur roket.
Sedangkan TNI Angkatan Laut (AL) memiliki kekuatan terdiri dari 179 kapal patroli, 24 kapal korvet, 10 kapal, penyapu ranjau, tujuh kapal fregat, dan lima kapal selam.
TNI Angkatan Udara (AU) memiliki alutsista yang terdiri atas, helikopter, helikopter tempur, pesawat intai, pesawat latih, pesawat angkut, pesawat tempur, dan pesawat serang darat.
Berikut ini adalah beberapa daftar alutsista dari AD, AL,dan AU.
Angkatan Darat
Angkatan Laut
Angkatan Udara
Dalam rangka memperingati ulang tahun TNI ke-76, sejumlah alutsista TNI dipamerkan di ruas jalan sekitar Istana Kepresidenan Jakarta. Pameran sudah dimulai sejak Ahad malam, 3 Oktober 2021 dan akan berakhir 6 Oktober 2021.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan bahwa pameran alutsista tersebut digelar agar masyarakat mengetahui alutsista yang dimiliki TNI. Selain itu, juga untuk lebih mendekatkan TNI kepada masyarakat.
Beberapa jenis alutsista TNI yang ditampilkan yaitu 2 unit kendaraan taktis ringan Sherpa Light Scout, 35 unit kendaraan taktis panser Anoa, 8 unit Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) Armoured Personel Carrier, dan 2 unit Rantis Bushmaster. Ada juga 19 unit P6 ATAV, 18 unit Rudal Mistral, 2 Unit Mistral MPCV, 4 unit radar MCP, 2 unit BTR 4, 1 unit Aligator, 2 unit APC Turangga, 4 unit MLRS RM 70 Vampire beserta 1 unit Rantis Tatrapan, 2 unit Orlikon Skyshield, 4 unit MLRS Astros, dan 6 unit Armed Caesar 155 MM.
Sumber: metro.tempo.com
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 18 Mei 2024
Alat utama sistem senajata (alutsista) merupakan salah satu unsur pembentuk kekuatan militer suatu negara. Pada 2022, kekuatan militer Indonesia berada di urutan ke-15 dari 140 negara di dunia berdasarkan pemeringkatan Global Firepower (GFP). GFP adalah situs web independen berbasis statistik yang melacak informasi pertahanan negara di dunia dan diperbarui setiap tahun.
Pengertian Alutsista
Penjelasan mengenai apa itu alutsista terdapat dalam Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) Nomor 17 Tahun 2014.
Permenhan tersebut mengatur tentang Pelaksanaan Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata di Lingkungan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian dari alutsista. "Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Alutsista TNI adalah alat peralatan utama beserta pendukungnya yang merupakan suatu sistem senjata yang memiliki kemampuan untuk pelaksanaan tugas pokok TNI."
Data alutsista TNI Sementara itu
Menurut Permenhan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Laporan Data Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (TNI) di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI, data alutsista terbagi atas beberapa kategori.
Dalam Pasal 2 dijelaskan terkait pengkategorian alutsista TNI di lingkungan Kemenhan, Markas Besar (Mabes) TNI, Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU).
Berikut rinciannya:
Alutsista TNI di lingkungan Kemenhan
1. Senjata
2. Kendaraan tempur
3. Munisi
4. Alat komunikasi
5. Alat perang elektronika
Alutsista di lingkungan Mabes TNI
1. Senjata
2. Kendaraan tempur
3. Munisi
4. Alat komunikasi
5. Alat perang elektronika
Alutsista TNI AD
1. Kendaraan tempur
2. Senjata
3. Munisi
4. Kendaraan bermotor
5. Alat optik
6. Alat peralatan khusus
7. Pesawat terbang
8. Senjata pesawat terbang
9. Munisi pesawat terbang
10. Alat angkut air
11. Kapal
Alutsista TNI AL
1. Kapal
2. Senjata Revolver
3. Munisi
4. Pesawat udara
5. Kendaraan tempur
6. Kendaraan bermotor
Alutsista TNI AU
1. Pesawat
2. Senjata
3. Munisi
4. Kendaraan bermotor
5. Radar
6. Aviation electronic
7. Komunikasi alat bantu navigasi
8. Alat perang elektronika
Sumber: kompas.com