Revolusi Industri

Mesin Uap

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Mesin uap adalah mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya menjadi energi mekanis. Mesin uap digunakan dalam pompa, lokomotif dan kapal laut, dan sangat penting dalam Revolusi Industri.

Diagram tipikal mesin uap satu silinder

Mesin uap merupakan mesin pembakaran eksternal, dengan cairan yang terpisah dari hasil pembakaran. Sumber panas yang dapat digunakan yaitu tenaga surya, tenaga nuklir, atau tenaga panas bumi. Jika uap berkembang melalui piston atau turbin, akan menyebabkan kerja mekanik.

Sejarah

Penataan umum instalasi superheater pada lokomotif uap

Mesin Uap, pertama kali dibuat oleh Hero dari Alexandria, yaitu sebuah prototipe turbin uap primitif yang bekerja menggunakan prisip reaksi. di mana turbin ini terdiri dari sumber kalor, bejana yang diisi dengan air dan pipa tegak yang menyangga bola di mana pada bola terdapat dua nosel uap. Proses kerjanya adalah sebagai berikut, sumber kalor akan memanasi air di dalam bejana sampai air menguap, lalu uap tersebut mengalir melewati pipa tegak masuk ke bola. Uap tersebut terkumpul di dalam bola, kemudian melalui nosel menyembur ke luar, karena semburan tersebut, bola mejadi berputar.

Selanjutnya setelah penemuan Hero, beberapa abad kemudian dikembangkan turbin uap oleh beberapa orang yang berusaha memanfaatkan uap sebagai sumber energi untuk peralatan mereka. Thomas Savery (1650-1715) adalah orang Inggris yang membuat mesin uap bolak-balik pertama, mesin ini tidak populer karena mesin sering meledak dan sangat boros uap. Untuk memperbaiki kinerja dari mesin Savery, Denis Papin (1647-1712) membuat katup-katup pengaman dan mengemukakan gagasan untuk memisahkan uap air dan air dengan menggunakan torak.

Contoh mesin uap adalah lokomotif kereta api. Kendaraan ini merupakan kesatuan kompak yang terdiri dari boiler steam, ruang bahan bakar, dan mesin uap penggerak beserta roda yang telah terintegrasi. Kecepatan maksimum lokomotif besar Union Pacific Big Boy ini adalah sekitar 80 mph (130 km/h) dan power output 6.290 hp (4.690 kW / 4,7 MW)

Gagasan Papin direspons oleh Thomas Newcomen (1663-1729) yang merancang dan membangun mesin menggunakan torak. Prinsip kerja yaitu uap tekanan rendah dimasukan ke silinder dan menekan torak sehingga bergerak ke atas. Selanjutnya, silinder disemprot air sehingga terjadi kondensasi uap, tekanan menjadi turun dan vakum. Karena tekanan atmosfer dari luar torak turun maka terjadi langkah kerja.

Perkembangan mesin uap selanjutnya adalah mesin uap yang dikembangkan oleh James Watt. Selama kurang lebih 20 tahun ia mengembangkan dan memperbaiki kinerja dari mesin Newcomen. Gagasan James Watt yang paling penting adalah mengkonversi gerak bolak-balik menjadi gerakan putar (1781). Mesin tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Corliss (1817-1888), yaitu dengan mengembangkan katup masuk yang menutup cepat, untuk mencegah pencekikan katup pada waktu menutup. Mesin Corliss menghemat penggunaan bahan bakar batu bara separo dari batu bara yang digunakan mesin uap James Watt.

Kemudian Stumpf (1863) mengembangkan mesin uniflow yang dirancang untuk mengurangi susut kondensasi. Mesin uap yang dibuat paling besar pada abad 18 adalah menghasikan daya 5 MW, pada waktu itu dianggap raksasa, karena tidak ada lagi mesin yang lebih besar. Seiring dengan kebutuhan tenaga listrik yang besar, kemudian banyak pengembangan untuk membuat mesin yang lebih efisien yang berdaya besar.

Mesin uap bolak-balik memiliki banyak keterbatasan, antara lain mekanismenya terlalu rumit karena banyak penggunaan katup-katup dan juga mekanisme pengubah gerak bolak-balik menjadi putaran. Maka untuk memenuhi tuntutan kepraktisan mesin uap dengan efisiensi berdaya lebih besar, dikembangkan mesin uap rotari. Mesin uap rotari komponen utamanya berupa poros yang bergerak memutar. Model konversi energi potensial uap tidak menggunakan torak lagi, tetapi menggunakan sudu-sudu turbin.

Gustav de Laval (1845-1913) dari Swedia dan Charles Parson (1854-1930) dari Inggris adalah dua penemu awal dari dasar turbin uap modern. De laval pada mulanya mengembangkan turbin rekasi kecil berkecepatan tinggi, namun menganggapnya tidak praktis dan kemudian mengembangkan turbin impuls satu tahap yang andal, dan namanya digunakan untuk nama turbin jenis impuls. Berbeda dengan De laval, Parson mengembang turbin rekasi tingkat banyak, turbinnya dipakai pertama kali pada kapal laut.

Disamping para penemu di atas, penemu-penemu lainnya saling melengkapi dan memperbaiki kinerja dari turbin uap. Rateau dari Prancis mengembangkan turbin impuls tingkat banyak, dan C.G. Curtis dari Amerika Serikat mengembangkan tubin impuls gabungan kecepatan. Selanjutnya, penggunaan turbin uap meluas dan praktis menggantikan mesin uap bolak-balik, dengan banyak keuntungan. Penggunaan uap panas lanjut yang meningkatkan efisiensi sehingga turbin uap berdaya besar (1000 MW, 3600 rpm, 60 Hz) banyak dibangun.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Mesin Uap

Revolusi Industri

Pembangunan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan hidup masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup generasi mendatang. Prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan ialah pertahanan kualitas hidup bagi seluruh manusia pada masa sekarang dan pada masa depan secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan prinsip kesejahteraan ekonomi, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan berkelanjutan merupakan pendekatan yang menyeluruh. Pembangunan berkelanjutan sangat memperhatikan dampak dari setiap tindakan sosial dan ekonomi terhadap lingkungan hidup. Dampak buruk terhadap lingkungan hidup harus dihindari dari setiap kegiatan sosial dan ekonomi sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga pada masa sekarang dan pada masa mendatang.

Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.

Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.

Lingkup dan Definisi

Pembangunan berkelanjutan tidak hanya berkaitan dengan pembangunan ekonomi, Jenis pembangunan di bidang lainnya juga diperhitungkan. Pembangunan ekonomi dijadikan sebagai langkah awal dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan bidang lainnya diberi asumsi akan mengalami keberhasilan setelah pembangunan ekonomi berhasil dilakukan.[3] Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.

Diagram pembangunan berkelanjutan: hubungan antara tiga pilar pembangunan berkelanjutan.

Skema pembangunan berkelanjutan:pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian "pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, tetapi juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, di mana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh di mana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.

Beberapa riset memulai dari definisi ini untuk berargumen bahwa lingkungan merupakan kombinasi dari alam dan budaya. Network of Excellence "Sustainable Development in a Diverse World" SUS.DIV, yang disponsori oleh Uni Eropa, bekerja pada jalur ini. Mereka mengintegrasikan kapasitas multidisiplin dan menerjemahkan keragaman budaya sebagai kunci pokok strategi baru bagi pembangunan berkelanjutan.

Beberapa peneliti lain melihat tantangan sosial dan lingkungan sebagai kesempatan bagi kegiatan pembangunan. Hal ini nyata di dalam konsep keberlanjutan usaha yang mengkerangkai kebutuhan global ini sebagai kesempatan bagi perusahaan privat untuk menyediakan solusi inovatif dan kewirausahaan. Pandangan ini sekarang diajarkan pada beberapa sekolah bisnis yang salah satunya dilakukan di Center for Sustainable Global Enterprise at Cornell University.

Divisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan mendaftar beberapa lingkup berikut ini sebagai bagian dari Pembangunan Berkelanjutan:

  • Pertanian
  • Atmosfer
  • Keanekaragaman Hayati
  • Bioteknologi
  • Pengembangan Kapasitas
  • Perubahan Iklim
  • Pola Konsumsi dan Produksi
  • Demografi
  • Penggurunan dan Kekeringan
  • Pengurangan dan Manajemen Bencana
  • Pendidikan dan Kesadaran
  • Energi
  • Keuangan
  • Hutan
  • Air Minum
  • Kesehatan
  • Pemukiman
  • Indikator
  • Industri
  • Informasi bagi Pembuatan keputusan dan Partisipasi
  • Pembuatan Keputusan yang terintegrasi
  • Hukum Internasional
  • Kerja sama Internasional memberdayakan lingkungan
  • Pengaturan Institusional
  • Pemanfaatan lahan
  • Kelompok Besar
  • Gunung
  • Strategi Pembangunan Berkelanjutan Nasional
  • Samudra dan Laut
  • Kemisinan
  • Sanitasi
  • Pengetahuan Alam
  • Pulau kecil
  • Wisata Berkelanjutan
  • Tekhnologi
  • Bahan Kimia Beracun
  • Perdagangan dan Lingkungan
  • Transport
  • Limbah (Beracun)
  • Limbah(Radio aktif)
  • Limbah (Padat)
  • Air

Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang ambigu, di mana pandangan yang luas berada di bawah naungannya. Konsep ini memasukkan pemahaman keberlanjutan lemah, keberlanjutan kuat, dan ekolog mendalam. Konsep yang berbeda juga menunjukkan tarik ulur yang kuat antara eko(lingkungan)sentrisme dan antropo(manusia)sentrisme. Oleh karena itu konsep ini lemah didefinisikan dan mengundang debat panjang mengenai definisinya.

Selama sepuluh tahun terakhir, lembaga-lembaga yang berbeda telah berusaha mengukur dan memantau perkiraan atas apa yang mereka pahami sebagai keberlanjutan dengan mengimplementasikan apa yang disebut dengan matrik dan indikator keberlanjutan.

Tujuan

Kesejahteraan ekonomi

Pembangunan berkelanjutan bertujuan meningkatkan ketersediaan dan kecukupan kebutuhan ekonomi. Dalam prosesnya, dilakukan pelestarian aset berupa pembangunan sumber daya dengan pengelolaan yang ramah lingkungan secara tepat guna. Pembangunan berkelanjutan tetap memperhitungkan keadilan bagi masyarakat pada masa sekarang dan masa depan. Selain itu, pembangunan berkelanjutan juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Setiap keputusan dalam pembangunan harus mempertimbangkan aktivitas manusia yang dipandang sebagai penyebab perubahan lingkungan.

Pemberdayaan masyarakat

Pembangunan berkelanjutan bertujuan memberdayakan masyarakat sebagai organisasi sosial. Manusia dipandang sebagai kunci keberhasilan pembangunan melalui perkembangan pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan. Tujuan pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan adalah memberikan motivasi terhadap pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Di dalam masyarakat diciptakan rasa sadar akan peningkatan kemampuan sumber daya manusia sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi meningkat. Selain itu, pembangunan berkelanjutan juga bertujuan meningkatkan penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat. Pembangunan berkelanjutan menjadi suatu sistem pengendali terhadap proses pembangunan, pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang berlandaskan kearifan lokal, serta peningkatan kemandirian dan kemampuan masyarakat dengan cara berorganisasi.

Kelestarian lingkungan hidup

Tujuan pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan tujuan pelestarian lingkungan. Kondisi lingkungan yang lestari dapat mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan ekonomi dan sosial. Pada masyarakat yang memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang tidak pasti, pembangunan akan sulit terlaksana. Selain itu, degradasi alam akan terjadi pada pembangunan ekonomi yang tidak membatasi penggunaan sumber daya alam secara wajar. Pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap lingkungan. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari setiap kegiatan pembangunan.

Prinsip dasar

Pembangunan berkelanjutan menerapkan prinsip keseimbangan dan keberlanjutan dalam pembangunan. Bidang utama yang harus menerima manfaat dari pembangunan yaitu bidang lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Setiap kegiatan pembangunan dilandasi oleh tujuan untuk memberikan kesejahteraan sosial dan keadilan bagi masyarakat. Kegiatan pembangunan juga harus mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat dan negara secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sumber daya alam yang digunakan dalam kegiatan pembangunan harus dapat dipulihkan kembali secara berkelanjutan setelah dimanfaatkan.[8] Perlindungan lingkungan hidup di dalam pembangunan berkelanjutan mencakup wilayah lokal, regional, maupun global. Lingkungan hidup harus dikelola dengan kearifan lokal. Pihak yang mendukung kelestarian lingkungan hidup harus didukung dengan insentif, sedangkan pajak diberlakukan bagi pengguna sumber daya alam.

Nilai-nilai

Konsep pembangunan berkelanjutan mempertimbangkan pada empat nilai utama, yaitu ketertinggalan transisi energi, kerusakan eksosistem, ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrim, dan kekurangan bahan makanan. Pembangunan berkelanjutan mementingkan nilai ekonomi sekaligus nilai pelestarian lingkungan secara ekologi maupun sosial pada masa yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan menanamkan nilai kepada masyarakat berupa pengembangan produktivitas dan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik. Nilai-nilai pembangunan berkelanjutan mulai ditetapkan pada tahun 1970 seiring dengan bertambahnya masalah lingkungan. Beberapa perwakilan negara mulai mengadakan pertemuan yang membahas tentang kerusakan lingkungan. Pertemuan ini meningkat seiring kesadaran masyarakat yang sangat tinggi akan pentingnya lingkungan hidup.

Komponen

Masyarakat

Penduduk atau masyarakat merupakan bagian terpenting atau titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang semakin terbatas.

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya terjadi keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas dari daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pembangunan Berkelanjutan

Revolusi Industri

Pertumbuhan Ekonomi

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitatif change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output perkapita. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin cepat proses pertambahan output wilayah sehingga prospek perkembangan wilayah semakin baik. Dengan di ketahuinya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi maka dapat ditentukan sektor prioritas pembangunan. Terdapat tiga faktor atau komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhan penduduk (growth in population), dan kemajuan teknologi (technological progress).

Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Pengukuran pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan PDB-nya. Untuk ukuran nasional, produk domestik bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya. Pengukuran tersebut tidak bisa dilakukan setiap saat dikarenakan data yang tersedia belum tentu ada, sehingga data yang diambil adalah data triwulan atau data tahunan. Data yang digunakan adalah hasil perubahan barang dan jasa yang diubah ke satuan moneter bedasarkan harga konstan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi yakni:

Pertumbuhan Ekonomi (t) :

Pertumbuhan ekonomi tahun t dapat diketahui dengan membandingkan PDB tahun sekarang dengan tahun yang lalu. Jika PDB belum di-harga kostankan, PDB dirumuskan seperti berikut

Dimana PDB0 adalah PDB periode awal dan r adalah tingkat pertumbuhan PDB.

Teori pertumbuhan ekonomi

Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang dikemukakan beberapa ahli untuk mengungkapkan konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut didasarkan dari teori pertumbuhan ekonomi historis, klasik, dan neo-klasik.

Teori Historis

Teori ini berkembang di Jerman. Teori ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dilihat dari masa prasejarah hingga masa industri. Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut.

Werner Sombart

Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:

Masa perekonomian tertutup

Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri:

Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri

  1. Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
  2. Belum ada pertukaran barang dan jasa
  3. Masa kerajinan dan pertukangan

Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

  • Meningkatnya kebutuhan manusia
  • Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
  • Timbulnya pertukaran barang dan jasa
  • Pertukaran belum didasari keuntungan sepihak

Masa kapitalis

Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekadar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:

Tingkat prakapitalis

Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

  1. Kehidupan masyarakat masih statis
  2. Bersifat kekeluargaan
  3. Bertumpu pada sektor pertanian
  4. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
  5. Hidup secara berkelompok

Tingkat kapitalis

Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

  1. Kehidupan masyarakat sudah dinamis
  2. Bersifat individual
  3. Adanya pembagian pekerjaan
  4. Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan

Tingkat kapitalisme raya

Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

  1. Usahanya semata-mata mencari keuntungan
  2. Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi
  3. Produksi dilakukan secara massal dengan alat modern
  4. Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli
  5. Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh

Tingkat kapitalisme akhir

Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

  1. Munculnya aliran sosialisme
  2. Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
  3. Mengutamakan kepentingan bersama

Friedrich List

Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:

  1. Masa berburu dan pengembaraan
  2. Masa beternak dan bertani
  3. Masa bertani dan kerajinan
  4. Masa kerajinan, industri, perdagangan

Karl Bucher

Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:

  1. Masa rumah tangga tertutup
  2. Rumah tangga kota
  3. Rumah tangga bangsa
  4. Rumah tangga dunia

Walt Whiteman Rostow

W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut, yaitu: tahap masyarakat tradisional, tahap prakondisi menuju lepas landas, tahap lepas landas, tahap dorongan menuju kematangan dan terakhir adalah tahap konsumsi massa tinggi.

Teori Klasik

Teori klasik berpendapat bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara menekankan faktor-faktor produksi yang ada. Pencetus teori klasik terdiri dari.

Adam Smith

Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.

David Ricardo

Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.

Thomas Robert Malthus

Teori ini berpendapat bahwa jumlah penduduk yang berlebih dapat mengakibatkan kekurangan pangan dan kehidupan masyarakat stagnan. Faktor-faktor yang mempengaruhi teori tersebut yakni jumlah penduduk, teknologi, sumber daya alam, dan modal.

Teori Neoklasik

Teori neo-klasik berpendapat bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dengan menekankan faktor-faktor produksi saja, tetapi melihat segi penawaran pasar juga. Pencetus teori neo-klasik terdiri dari.

Robert Solow

Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

Harrord Domar

Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.

Schumpeter

Teori ini beranggapan bahwa faktor terpenting pertumbuhan ekonomi adalah kewirausahaan.

Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi

Terdapat beberapa faktor atau hal yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, di antaranya adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, dan sumber daya modal.

Sumber daya manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.

Sumber daya alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

Ilmu pengetahuan dan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dan sebagainya.

Sumber daya modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Inflasi

Inflasi dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan suatu barang atau jasa dan/atau meningkatnya harga produk. Perubahan inflasi dapat mempengaruhi PDB setiap tahunnya.

Kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan

Setiap masyarakat menginginkan agar kesejahteraan mereka meningkat dengan cepat dan masalah pengangguran dapat dikurangi dan diatasi. Tujuan yang penting ini memerlukan kebijakan yang sesuai, yaitu:

  1. Mengurangi tingkat pertambahan penduduk.
  2. Mengembangkan teknologi.
  3. Meningkatkan tabungan.
  4. Meningkatkan efisiensi penanaman modal.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pertumbuhan Ekonomi

Revolusi Industri

Revolusi Industri Keempat

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Revolusi Industri Keempat adalah keadaan industri abad ke-21 saat perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi. Revolusi ini ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.

Sebagaimana revolusi terdahulu, revolusi industri keempat berpotensi meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh dunia. Namun, kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mesin-mesin suatu hari akan mengambil alih pekerjaan manusia. Selain itu, revolusi-revolusi sebelumnya masih dapat menghasilkan lapangan kerja baru untuk menggantikan pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, sementara kali ini kemajuan kecerdasan buatan dan otomatisasi dapat menggantikan tenaga kerja manusia secara keseluruhan yang digantikan oleh teknologi dan robotik.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Revolusi Industri Keempat

Revolusi Industri

Revolusi Pertanian Britania

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Revolusi Pertanian Britania atau Revolusi Pertanian II adalah perubahan dalam hal pertanian[1] serta meningkatnya hasil pertanian di Britania (Inggris, Skotlandia, dan Wales) dengan tajam sejak pertengahan abad ke-17 hingga akhir abad ke-19 akibat meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan lahan. Dari akhir abad ke-17 hingga 1770 hasil pertanian tumbuh cepat melebihi pertumbuhan penduduk, dan setelah itu produktivitas pertanian Britania bertahan sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Meningkatnya hasil pertanian menyebabkan pertumbuhan penduduk di Inggris dan Wales (dari 5,5 juta pada 1700 menjadi lebih 9 juta pada 1801 dan melebihi 30 juta pada abad ke-19. Akibat meningkatnya produktivitas, kegiatan pertanian membutuhkan porsi tenaga kerja yang lebih kecil sehingga para pekerja Britania banyak berpindah ke perkotaan untuk mencari pekerjaan lain. Tenaga kerja baru ini dimanfaatkan oleh industri, sehingga kadang Revolusi Pertanian Britania dianggap sebagai salah satu sebab Revolusi Industri yang dimulai di Britania pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18.

Aspek-aspek yang mendorong proses ini di antaranya adalah perubahan alokasi kepemilikan tanah, meningkatnya investasi dalam teknologi (misalnya mesin dan metode pemuliaan tanaman dan hewan secara ilmiah), penggunaan jenis tanaman baru dan penggunaan sistem penggiliran tanaman) yang lebih baik.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Revolusi Pertanian Britania

Revolusi Industri

Masyarakat Agraris

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Masyarakat agraris, atau masyarakat pertanian, adalah setiap komunitas yang ekonominya didasarkan pada produksi dan pemeliharaan tanaman dan lahan pertanian. Cara lain untuk mendefinisikan masyarakat agraris adalah dengan melihat berapa banyak dari total produksi suatu negara di bidang pertanian. Dalam masyarakat agraris, mengolah tanah adalah sumber utama kekayaan. Masyarakat seperti itu mungkin mengakui mata pencaharian dan kebiasaan kerja lain tetapi menekankan pentingnya pertanian dan pertanian. Masyarakat agraris telah ada di berbagai belahan dunia sejak 10.000 tahun yang lalu dan terus ada hingga saat ini. Mereka telah menjadi bentuk paling umum dari organisasi sosial-ekonomi untuk sebagian besar catatan sejarah manusia.

Sejarah

Masyarakat agraris didahului oleh pemburu dan pengumpul dan masyarakat hortikultura dan transisi ke masyarakat industri. Transisi ke pertanian, yang disebut Revolusi Neolitik, telah terjadi secara independen beberapa kali. Hortikultura dan pertanian sebagai jenis subsisten berkembang di antara manusia di suatu tempat antara 10.000 dan 8.000 tahun yang lalu di wilayah Fertile Crescent di Timur Tengah. Alasan pengembangan pertanian diperdebatkan tetapi mungkin termasuk perubahan iklim, dan akumulasi surplus pangan untuk pemberian hadiah yang kompetitif. Pastinya ada transisi bertahap dari pemburu-pengumpul ke ekonomi pertanian setelah periode yang panjang ketika beberapa tanaman sengaja ditanam dan makanan lain dikumpulkan dari alam liar. Selain munculnya pertanian di Bulan Sabit Subur, pertanian muncul di: setidaknya 6.800 SM. di Asia Timur (beras) dan, kemudian, di Amerika Tengah dan Selatan (jagung dan labu). Pertanian skala kecil juga mungkin muncul secara independen dalam konteks Neolitik awal di India (beras) dan Asia Tenggara (talas). Namun, ketergantungan penuh pada tanaman dan hewan domestik, ketika sumber daya alam menyumbang komponen nutrisi yang tidak signifikan untuk diet, tidak terjadi sampai Zaman Perunggu.

Pertanian memungkinkan kepadatan populasi yang jauh lebih besar daripada yang dapat didukung oleh perburuan dan pengumpulan dan memungkinkan akumulasi kelebihan produk untuk disimpan untuk penggunaan musim dingin atau untuk dijual demi keuntungan. Kemampuan petani untuk memberi makan sejumlah besar orang yang kegiatannya tidak ada hubungannya dengan produksi material adalah faktor penting dalam munculnya surplus, spesialisasi, teknologi maju, struktur sosial hierarkis, ketidaksetaraan, dan pasukan tetap. Masyarakat agraris dengan demikian mendukung munculnya struktur sosial yang lebih kompleks.

Dalam masyarakat agraris, beberapa korelasi sederhana antara kompleksitas sosial dan lingkungan mulai menghilang. Satu pandangan adalah bahwa manusia dengan teknologi ini telah mengambil langkah besar untuk mengendalikan lingkungan mereka, kurang bergantung pada mereka, dan karenanya menunjukkan lebih sedikit korelasi antara lingkungan dan sifat-sifat yang terkait dengan teknologi. Pandangan yang agak berbeda adalah bahwa ketika masyarakat menjadi lebih besar dan pergerakan barang dan orang menjadi lebih murah, mereka memasukkan berbagai variasi lingkungan yang semakin meningkat di dalam perbatasan dan sistem perdagangan mereka. Tetapi faktor lingkungan mungkin masih memainkan peran yang kuat sebagai variabel yang mempengaruhi struktur internal dan sejarah masyarakat dengan cara yang kompleks. Misalnya, ukuran rata-rata negara agraris akan tergantung pada kemudahan transportasi, kota-kota besar akan cenderung terletak di simpul perdagangan, dan sejarah demografis suatu masyarakat mungkin bergantung pada episode penyakit.

Sampai beberapa dekade terakhir, transisi ke pertanian dipandang sebagai sesuatu yang progresif secara inheren: orang-orang belajar bahwa menanam benih menyebabkan tanaman tumbuh, dan sumber makanan baru yang ditingkatkan ini menyebabkan populasi yang lebih besar, pertanian menetap dan kehidupan kota, lebih banyak waktu luang dan spesialisasi. , menulis, kemajuan teknologi dan peradaban. Sekarang jelas bahwa pertanian diadopsi meskipun ada kerugian tertentu dari gaya hidup itu. Studi arkeologi menunjukkan bahwa kesehatan memburuk pada populasi yang mengadopsi pertanian sereal, kembali ke tingkat pra-pertanian hanya di zaman modern. Hal ini sebagian disebabkan oleh penyebaran infeksi di kota-kota yang padat, tetapi sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas makanan yang menyertai pertanian sereal intensif. Orang-orang di banyak bagian dunia tetap menjadi pemburu-pengumpul sampai baru-baru ini; meskipun mereka cukup sadar akan keberadaan dan metode pertanian, mereka menolak untuk melakukannya. Banyak penjelasan telah ditawarkan, biasanya berpusat di sekitar faktor tertentu yang memaksa adopsi pertanian, seperti tekanan lingkungan atau populasi.

Di dunia modern

Masyarakat agraris beralih ke masyarakat industri ketika kurang dari setengah populasi mereka secara langsung terlibat dalam produksi pertanian. Masyarakat seperti itu mulai muncul karena Revolusi Komersial dan Industri yang dapat dilihat mulai di negara-kota Mediterania tahun 1000-1500 M. Ketika masyarakat Eropa berkembang selama Abad Pertengahan, pengetahuan klasik diperoleh kembali dari sumber yang tersebar, dan serangkaian baru masyarakat komersial maritim berkembang lagi di Eropa. Perkembangan awal berpusat di Italia Utara, di negara-kota Venesia, Florence, Milan, dan Genoa. Sekitar tahun 1500, beberapa dari negara-kota ini mungkin memenuhi persyaratan untuk memiliki setengah dari populasi mereka yang terlibat dalam kegiatan non-pertanian dan menjadi masyarakat komersial. Negara-negara kecil ini sangat urban, mengimpor banyak makanan, dan merupakan pusat perdagangan dan manufaktur sampai tingkat yang sangat berbeda dengan masyarakat agraris pada umumnya.

Perkembangan puncak yang masih berlangsung adalah perkembangan teknologi industri, penerapan sumber energi mekanik untuk masalah produksi yang terus meningkat. Sekitar tahun 1800, populasi pertanian Inggris telah menyusut menjadi sekitar 1/3 dari total. Pada pertengahan abad ke-19, semua negara di Eropa Barat, ditambah Amerika Serikat memiliki lebih dari setengah populasi mereka dalam pekerjaan non-pertanian. Bahkan saat ini, Revolusi Industri masih jauh dari sepenuhnya menggantikan agrarianisme dengan industrialisme. Hanya sebagian kecil masyarakat dunia saat ini yang hidup dalam masyarakat industri meskipun sebagian besar masyarakat agraris memiliki sektor industri yang signifikan.

Penggunaan pemuliaan tanaman, pengelolaan nutrisi tanah yang lebih baik, dan pengendalian gulma yang lebih baik telah sangat meningkatkan hasil per satuan luas. Pada saat yang sama, penggunaan mekanisasi telah menurunkan input tenaga kerja. Dunia berkembang umumnya menghasilkan hasil yang lebih rendah, memiliki basis ilmu pengetahuan, modal, dan teknologi terbaru yang lebih sedikit. Lebih banyak orang di dunia yang terlibat dalam pertanian sebagai kegiatan ekonomi utama mereka daripada yang lain, namun hanya menyumbang empat persen dari PDB dunia. Pesatnya kemajuan mekanisasi pada abad ke-20, terutama dalam bentuk traktor, mengurangi kebutuhan manusia untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut menabur, memanen, dan mengirik. Dengan mekanisasi, tugas-tugas ini dapat dilakukan dengan kecepatan dan skala yang hampir tidak terbayangkan sebelumnya. Kemajuan-kemajuan ini telah menghasilkan peningkatan substansial dalam hasil teknik pertanian yang juga diterjemahkan ke dalam penurunan persentase populasi di negara-negara maju yang diharuskan bekerja di pertanian untuk memberi makan penduduk lainnya.

Demografi

Konsekuensi demografis utama dari teknologi agraria hanyalah kelanjutan dari tren menuju kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan pemukiman yang lebih besar. Yang terakhir mungkin merupakan konsekuensi yang lebih aman dari teknologi agraria daripada yang pertama. Pada prinsipnya ternak bersaing dengan manusia untuk mendapatkan makanan dan di beberapa lingkungan, teknik hortikultura yang maju mungkin dapat mendukung lebih banyak orang per kilometer persegi daripada teknik agraria.

Selain kepadatan rata-rata, teknologi agraria memungkinkan urbanisasi penduduk ke tingkat yang lebih besar daripada yang dimungkinkan di bawah hortikultura karena dua alasan. Pertama, ukuran pemukiman tumbuh dengan teknologi agraria karena petani yang lebih produktif membebaskan lebih banyak orang untuk pekerjaan khusus perkotaan. Kedua, perbaikan transportasi darat dan laut memungkinkan untuk memasok kota-kota besar berpenduduk 1.000.000, ditambah penduduk seperti Roma, Bagdad, dan ibu kota Cina. Roma, misalnya, dapat memperoleh biji-bijian dan bahan mentah curah lainnya dari Sisilia, Afrika Utara, Mesir, dan Prancis Selatan untuk menopang populasi yang besar, bahkan menurut standar modern. Ini membutuhkan transportasi laut di Mediterania. Ini adalah produktivitas per unit tenaga kerja dan peningkatan efisiensi transportasi teknologi agraria yang memiliki dampak paling luas pada fitur inti budaya yang lebih periferal dari masyarakat agraris.

Populasi masyarakat agraris secara historis berfluktuasi secara substansial di sekitar garis tren yang meningkat perlahan, karena kelaparan, epidemi penyakit, dan gangguan politik. Setidaknya pada titik-titik tinggi, kepadatan penduduk sering kali tampaknya telah melampaui tingkat di mana setiap orang dapat dipekerjakan secara produktif pada tingkat teknologi saat ini. Kemunduran Malthus, setengah pengangguran dan penurunan standar hidup pedesaan dan perkotaan kelas bawah, terjadi.

Organisasi sosial

Masyarakat agraris secara khusus terkenal karena kelas sosialnya yang ekstrem dan mobilitas sosial yang kaku. Karena tanah adalah sumber utama kekayaan, hierarki sosial berkembang berdasarkan kepemilikan tanah dan bukan tenaga kerja. Sistem stratifikasi dicirikan oleh tiga kontras yang bertepatan: kelas penguasa versus massa, minoritas perkotaan versus mayoritas petani, dan minoritas melek huruf versus mayoritas buta huruf. Hal ini menghasilkan dua subkultur yang berbeda; elit kota versus massa tani. Selain itu, ini berarti bahwa perbedaan budaya dalam masyarakat agraris lebih besar daripada perbedaan di antara mereka.

Lapisan pemilik tanah biasanya menggabungkan lembaga-lembaga pemerintah, agama, dan militer untuk membenarkan dan menegakkan kepemilikan mereka, dan mendukung pola konsumsi yang rumit, perbudakan, perhambaan, atau peonage umumnya merupakan bagian dari produsen utama. Penguasa masyarakat agraris tidak mengelola kerajaan mereka untuk kepentingan bersama atau atas nama kepentingan umum, tetapi sebagai bagian dari properti yang mereka miliki dan dapat mereka lakukan sesuka mereka. Sistem kasta, seperti yang ditemukan di India, jauh lebih khas dari masyarakat agraris di mana rutinitas pertanian seumur hidup bergantung pada rasa kewajiban dan disiplin yang kaku. Penekanan di Barat modern pada kebebasan dan kebebasan pribadi sebagian besar merupakan reaksi terhadap stratifikasi masyarakat agraris yang curam dan kaku.

Energi

Dalam masyarakat agraris, sumber energi utama adalah biomassa tanaman. Ini berarti bahwa seperti masyarakat pemburu-pengumpul, masyarakat agraris adalah bergantung pada aliran energi matahari alami. Dengan demikian masyarakat agraris dicirikan oleh ketergantungan mereka pada aliran energi luar, kepadatan energi yang rendah, dan kemungkinan terbatas untuk mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Energi yang memancar dari matahari terutama ditangkap dan ditetapkan secara kimiawi oleh fotosintesis tanaman. Kemudian diubah secara sekunder oleh hewan dan, akhirnya, diproses untuk digunakan manusia. Tidak seperti pemburu-pengumpul, strategi dasar agraria adalah mengendalikan arus ini. Untuk tujuan ini, sistem agraria terutama menggunakan organisme hidup yang berfungsi sebagai makanan, peralatan, bahan bangunan. Perangkat mekanis yang memanfaatkan angin atau air mengalir juga dapat digunakan untuk mengubah aliran energi alam. Jumlah energi yang dapat digunakan masyarakat agraris dibatasi karena kepadatan energi radiasi matahari yang rendah dan efisiensi teknologi yang rendah.

Untuk meningkatkan produksi, masyarakat agraris harus meningkatkan intensitas produksi atau memperoleh lebih banyak lahan untuk ekspansi. Perluasan dapat terjadi baik dengan mengklaim wilayah yang ditempati oleh komunitas lain, tetapi ekspansi juga dapat terjadi dengan mengklaim relung ekologi baru dari spesies hidup lainnya. Masyarakat dibatasi oleh margin utilitas yang semakin berkurang di mana tanah terbaik untuk pertanian biasanya sudah ditanami, memaksa orang untuk pindah ke tanah yang semakin tidak bisa ditanami.

Agrarianisme

Agrarianisme paling sering mengacu pada filsafat sosial yang menghargai masyarakat agraris sebagai lebih unggul dari masyarakat industri dan menekankan keunggulan kehidupan pedesaan yang lebih sederhana sebagai lawan dari kompleksitas dan kekacauan kehidupan industri perkotaan. Dalam pandangan ini petani diidealkan sebagai mandiri dan dengan demikian mandiri sebagai lawan dari buruh dibayar yang rentan dan terasing dalam masyarakat modern. Selain itu, Agrarianisme biasanya menghubungkan mengolah tanah dengan moralitas dan spiritualitas dan menghubungkan kehidupan perkotaan, kapitalisme, dan teknologi dengan hilangnya kemandirian dan martabat sambil memupuk sifat buruk dan kelemahan. Komunitas agraris, dengan persekutuan kerja dan kerja samanya, adalah masyarakat teladan.

Agraria serupa tetapi tidak identik dengan gerakan kembali ke tanah. Agrarianisme berkonsentrasi pada barang-barang dasar bumi, komunitas dengan skala ekonomi dan politik yang lebih terbatas daripada masyarakat modern, dan pada kehidupan sederhana—bahkan ketika pergeseran ini melibatkan pertanyaan tentang karakter "progresif" dari beberapa perkembangan sosial dan ekonomi baru-baru ini. Jadi agraria bukanlah pertanian industri, dengan spesialisasi pada produk dan skala industri.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Masyarakat Agraris
page 1 of 4 Next Last »