Kemaritiman

Manfaat Peta Indonesia bagi Wisatawan

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


Liputan6.com, Jakarta - Peta jadi hal yang sangat penting bagi seseorang, terutama bagi wisatawan yang belum mengetahui tentang wilayah tertentu. Beberapa wisatawan asing yang datang berkunjung ke tanah air masih tetap memegang peta Indonesia. Dengan menggunakan peta, orang bisa menemukan tempat-tempat wisata atau sarana umum. Sederhananya, mereka bisa mengetahui tentang bank, kantor pos, hingga tempat ibadah. Dilansir dari berbagai sumber, berikut tentang penjelasan peta Indonesia dan manfaatnya.

Peta Indonesia mempunyai sejumlah bagian. Bagian pertama, peta Indonesia bagian utara yang meliputi Pulau Kalimantan. Bagian kedua, peta Indonesia bagian timur, yang mencakup Pulau Papua. Sementara ketiga, peta Indonesia bagian selatan, dan keempat peta Indonesia bagian barat. Peta Indonesia bagian utara memuat tentang perbatasan kontinental atau perbatasan darat, yaitu dengan Malaysia. Sementara batas laut yaitu dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Perbatasan Benua

Perbatasan Benua
 

Peta Indonesia bagian timur, meliputi perbatasan benua atau perbatasan darat, yaitu Indonesia berbatasan dengan Papua Nugini. Sementara perbatasan secara maritim dengan Samudra Pasifik. Peta Indonesia bagian selatan perbatasan darat dengan Timur Leste. Sementara perbatasan maritim dengan perairan Australia dan Samudra Hindia.

Manfaat Peta bagi Wisatawan

Pertama, peta dapat digunakan wisatawan untuk mencari tahu jarak dari satu tempat ke tempat lain, yaitu dengan perhitungan jarak pada peta melalui skala yang ada. Kedua, peta dapat digunakan wisatawan untuk mengetahui arah suatu tempat. Contohnya, dengan melihat peta kawasan Asia Tenggara, orang bisa melihat peta Indonesia yang berseberangan langsung dengan Malaysia di bagian utara. Ketiga, peta juga dapat digunakan wisatawan sebagai alat untuk mencari tahu kondisi lingkungan suatu daerah atau tempat. Contoh, dengan  peta orang bisa melihat wilayah yang termasuk beriklim tropis, kutub, ataupun daerah sedang.

Infografis negara-negara terancam hilang dari peta
Infografis negara-negara terancam hilang dari peta

Sumber: www.liputan6.com

 

Selengkapnya
Manfaat Peta Indonesia bagi Wisatawan

Kemaritiman

Pulau Bali dan Jawa Dulunya Satu Kesatuan? Berikut 3 Kisah Putusnya Pulau Bali dan Jawa

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


PORTAL SULUT – Konon pulau Bali dan Jawa adalah satu kesatuan. Anda mungkin berpikir ini sesuatu yang mustahil. 

Tapi terdapat 3 penjelasan yang bisa menjadi rujukan putusnya pulau Bali dan Jawa yang ditandai dengan Selat Bali. 

3 Penjelasan putusnya pulau Bali dan pulau Jawa membuat kedua pulau tersebut tidak lagi satu kesatuan. 

Sebagaimana dinukil portalsulut.pikiran-rakyat.com dari Youtube BERBAGI TAHU yang diakses pada 24 Desember 2021, berikut cerita-cerita yang berkembang: 

1. Kedatangan Resi Markandeya Semua dimulai dari Resi Markandeya yang membawa rombongan sebanyak 4000 pengikut untuk mendirikan Pura Besakih. Hikayat itu membeberkan bahwa mereka menuju Bali tanpa perahu. Karena saat itu pulau Bali dan Jawa masihlah satu. Kemudian terdapat legenda bagaimana pulau Bali dan Jawa akhirnya terbelah menjadi dua oleh selat Bali.

2. Kisah Mpu Sidhimantra dan Naga Basukih 
Berdasarkan kitab bernama Usana Bali, putusnya Bali dan Jawa diakibatkan oleh pendeta Mpu Sidhimantra. Pendeta tersebut tinggal di Jawa Timur dan berkawan dekat dengan seekor ular besar bernama Naga Basukih. Naga Besukih mendiami kaki gunung Agun yang merupakan sebuah gua besar yang dianggap suci. Karena persahabatan itu Mpu Sidhimantra selalu mengunjungi Naga Basukih setiap bulan pertama dengan membawa madu, susu, dan mentega. 

Salah satu anak Mpu Sidhimantra gemar main judi. Namanya Ida Manik Angkeran, yang banyak menelan kekalahan dalam perjudian. Ketika bulan purnama kembali tiba, sehingga tanpa izin orang tuanya, Ida Manik Angkeran pergi ke Naga Basukih. Sampai di sana ia duduk bersila sembari menyenandungkan bajra sehingga Naga Basukih keluar dari liangnya. Ida Manik Angkeran membawa susu, madu, dan mentega mewakili ayahnya yang tergolek sakit. 

Dengan senang hati Naga Basukih mengambil suguhan itu. Ketika Naga Basukih masuk ke dalam goa, saat itulah Ida Manik melihat permata yang menawan bertengger di ekor Naga Basuki. Ida Manik berpikir kalau permata itu cukup menjadi modal perjudian sepanjang hidupnya. Syahdan, ia pun menebas ekor Naga Basukih, lalu lari mengambil permatanya.Ironisnya, Ida Manik Angkeran pun tewas terbakar di hutan Cemara Geseng karena jejak kakinya dapat dilacak kemarahan Naga Basukih. Mpu Sidhimantra pun mencari anaknya yang tak pulang-pulang. Dari situ, Naga Basukih menjelaskan duduk perkara kepada Mpu Sidhimantra. 

Naga Basuki menjelaskan bahwa anaknya bisa hidup kembali, dengan syarat mesti mengabdi sebagai Adipura pemangku dan tinggal selamanya di Bali. Syarat itu disetujui Mpu Sidhimantra. Ketika kembali ke Jawa, Mpu Sidhimantra menggoreskan tongkatnya agar anaknya tidak sekali-kali kembali ke Jawa. Dari goresan tongkat itulah, pulau Jawa dan pulau Bali terbelah menjadi dua. Demikianlah asal muasal Selat Bali. Keturunan Adi Manik tersebut hingga kini berkewajiban menjadi pemangku di Pura besakih.

3. Tulisan Ilmuwan Eropa dan Penemuan Air Panas 
Penulis bangsa Eropa juga membenarkan kalau pulau Jawa dan Bali awalnya satu padu. Namun kedua pulau itu terpisah oleh meletusnya gunung berapi, terjadilah gempa bumi dahsyat yang membuat daratan kedua pulau itu retak lalu putus. Mereka menerangkan kalau peristiwa itu terjadi awal abad ke-13. Sayangnya kurang jelas gunung apa yang meledak itu. Lalu ditemukan ada mata air panas yang dianggap sebagai bekas gunung berapi aktif masa lalu. Di antara air panas tersebut ada yang bernama Banyuwangi, yang artinya air panas.

Sumber: portalsulut.pikiran-rakyat.com

Selengkapnya
Pulau Bali dan Jawa Dulunya Satu Kesatuan? Berikut 3 Kisah Putusnya Pulau Bali dan Jawa

Kemaritiman

Ada 8 Provinsi yang 'Hilang' dari Peta Indonesia, Apa Sebabnya?

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


PORTAL SULUT - Ternyata ada 8 provinsi yang pernah eksis dan kini telah hilang dari peta Indonesia

Kalau berbicara soal provinsi yang pernah ada di Indonesia sudah pasti akan terbayang di benak adalah provinsi Timor Timur yang kini telah merdeka dari Indonesia menjadi negara Timor Leste. 

Tapi tak hanya Timor Timur, ternyata masih ada 7 provinsi lagi yang telah hilang dari Indonesia.

Melansir dari Channel YouTube Angka dan Data Channel, inilah 8 provinsi yang telah hilang dari peta Indonesia, 

1. Provinsi Sumatera Tengah 
Provinsi Sumatera Tengah adalah sebuah provinsi yang pernah tercatat sebagai salah satu provinsi di Indonesia. Provinsi ini didirikan sejak tahun 1948, 3 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, tapi sejak tahun 1957 provinsi Sumatera Tengah sudah tidak tercatat lagi sebagai provinsi Indonesia. Situasi yang mendesak membuat provinsi ini harus dibubarkan dengan undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957. 

Kemudian pada tahun 1958 wilayah bekas provinsi Sumatera Tengah ini dipecah menjadi 3 provinsi yaitu provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, termasuk Kepulauan Riau, dan provinsi Jambi, lewat undang-undang Nomor 61 tahun 1958 oleh pemerintahan Presiden Soekarno.

 2. Provinsi Irian Barat 
Dahulu Indonesia pernah memiliki sebuah provinsi bernama Provinsi Irian Barat, yang kini merupakan wilayah Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua. Disebut Irian Barat Karena wilayah ini mencakup bagian barat dari Pulau Papua, yang pada tahun 1961 dikuasai oleh Belanda, sedangkan bagian timur adalah Papua Nugini yang dikuasai oleh Australia. 

Pada tahun 1963 wilayah Irian Barat akhirnya direbut kembali dari kerajaan Belanda, dan masuk ke dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan nama resmi Provinsi Irian Barat. Namun pada tahun 1973, Provinsi Irian Barat berganti nama menjadi Provinsi Irian Jaya oleh Presiden Soeharto membuat nama Provinsi Irian Barat tersisa kenangan.

3. Provinsi Timor Timur 
Provinsi Timor Timur merupakan sebuah provinsi yang terletak di sebelah timur dari Pulau Timor. Kala itu Pulau Timor dikuasai oleh dua negara yang berbeda. Bagian barat dikuasai oleh Belanda yaitu wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini, dan bagian timur dikuasai oleh Portugis yang kini merupakan negara Timor Leste. Hal ini membuat Pulau Timor terbagi menjadi dua yaitu Timur Barat dan Timor Timur. 

Pada tahun 1976 setelah kemerdekaan Indonesia, atas berbagai masukan dari sejumlah tokoh di Timor Timur, dan masyarakat yang merasa memiliki persamaan budaya dengan saudara Serumpun nya di timur barat Indonesia, maka wilayah Timor Timur akhirnya diinvasi dan bergabung sebagai provinsi ke-27 di Indonesia. Provinsi Timor Timur kalau itu menjadi provinsi paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas jajahan Portugis, sedangkan lainnya merupakan bekas jajahan Belanda.

Pada tahun 1999 masyarakat provinsi Timor Timur melaksanakan referendum dan menentukan nasibnya sendiri hasilnya sebanyak 78,5% masyarakat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia. Pada tahun 2002 akhirnya Provinsi Timor Timur resmi lepas dari Indonesia dan menjadi negara dengan nama Negara Timor Leste.

4. Provinsi Irian Jaya Tengah 
Setelah Provinsi Irian Barat berganti nama menjadi Provinsi Irian Jaya pada tahun 2003, berdasarkan undang-undang nomor 45 tahun 1999, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003, akhirnya Provinsi Irian Jaya dipecah dan dimekarkan menjadi 3 provinsi yaitu Provinsi Irian Jaya Barat yang beribukota di Manokwari, Provinsi Irian Jaya Tengah yang beribukota di Timika, dan Provinsi Irian Jaya Timur yang beribukota di Jayapura. 

Ketiga provinsi ini awalnya eksis dan terus mengembangkan sumber daya masing-masing provinsinya. Namun mulai ada penolakan besar-besaran khususnya dari masyarakat di Provinsi Irian Jaya tengah, sehingga pemerintah memutuskan Provinsi Irian Jaya Tengah batal dimekarkan dan bergabung kembali dengan Provinsi Irian Jaya Timur. 

Kedua provinsi ini yaitu Provinsi Irian Jaya Tengah dan Provinsi Irian Jaya Jawa Timur kemudian menjadi Provinsi Irian Jaya. Sehingga tersisa Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya yang ada. Walau Provinsi Irian Jaya Tengah tidak ada lagi, namun sejak tahun 2020 provinsi ini direncanakan pemerintah akan dimekarkan kembali dengan nama provinsi Papua Tengah. Akan tetapi kabupaten kota yang akan bergabung dalam calon provinsi papua tengah ini, Tidak Sama Lagi di saat Provinsi Irian Jaya Tengah dimekarkan bisa jadi lebih banyak, dengan wilayah yang lebih luas. 

5. Provinsi Sunda Kecil 
Provinsi Sunda Kecil merupakan satu dari delapan provinsi yang berdiri di awal kemerdekaan Indonesia. pada tahun 1954 Provinsi Sunda Kecil berganti nama menjadi provinsi Nusa Tenggara, melalui undang-undang darurat nomor 9 tahun 1954. Hal ini membuat nama Provinsi Sunda Kecil tidak dipakai lagi dalam peta Indonesia. Seiring perkembangan zaman provinsi Nusa Tenggara kemudian dipecah dan dimekarkan menjadi 3 provinsi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan provinsi Bali. 

6. Provinsi Irian Jaya 
Memasuki era reformasi sebagian masyarakat di Provinsi Irian Jaya dan Provinsi Irian Jaya Barat, menuntut pergantian nama Irian Jaya menjadi Papua. Akhirnya presiden Gus Dur kalau itu menyetujui perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua. Hal ini dilakukan Gus Dur ketika pergantian tahun, antara tahun 1999 menuju tahun 2000. 

Dalam kunjungan resmi kenegaraan presiden di Irian Jaya pada tanggal 1 Januari 2000, akhirnya nama Irian Jaya diganti menjadi Papua, seperti nama yang diberikan oleh kerajaan Tidore sejak tahun 1800-an. Hal ini membuat Provinsi Irian Jaya berganti nama menjadi provinsi Papua.

7. Provinsi Irian Jaya Barat 
Perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua, juga berdampak pada Provinsi Irian Jaya Barat. Sehingga pada tahun 2004 Provinsi Irian Jaya Barat, berganti nama menjadi Provinsi Papua Barat. 

8. Provinsi Borneo 
Di awal kemerdekaan Indonesia hanya memiliki 8 provinsi, salah satunya adalah provinsi Borneo. provinsi Borneo kemudian berganti nama menjadi provinsi Kalimantan sehingga nama Borneo tidak dipakai lagi pada Januari tahun 1957. Provinsi Kalimantan dimekarkan menjadi 3 provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Selatan. Kemudian lahirlah Provinsi Kalimantan Tengah di bulan Mei 1957 dan Provinsi Kalimantan Utara tahun 2013.

Itulah delapan provinsi yang pernah ada di Indonesia. Ada yang berganti nama, ada yang dimekarkan, hingga ada yang telah merdeka menjadi negara terpisah dari Indonesia. Sampai saat ini jumlah provinsi Indonesia terus bertumbuh dan Indonesia telah memiliki 34 provinsi.

Sumber: portalsulut.pikiran-rakyat.com

Selengkapnya
Ada 8 Provinsi yang 'Hilang' dari Peta Indonesia, Apa Sebabnya?

Kemaritiman

Inisiatif Sabuk dan Jalan: Menghubungkan Dunia Melalui Jalur Ekonomi Baru

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


Belt and Road Initiative (BRI atau B&R), yang dikenal di Tiongkok sebagai One Belt One Road[a] yang terkadang disebut sebagai Jalur Sutra Baru, adalah sebuah strategi pembangunan infrastruktur global yang diadopsi oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 2013 untuk berinvestasi di lebih dari 150 negara dan organisasi internasional. BRI terdiri atas enam koridor lahan pembangunan perkotaan yang dihubungkan dengan infrastruktur jalan, kereta api, energi, dan infrastruktur digital serta Jalur Sutra Maritim yang dihubungkan dengan pengembangan pelabuhan.

Xi awalnya mengumumkan strategi ini sebagai “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra” selama kunjungan resmi ke Kazakhstan pada bulan September 2013. “Sabuk” mengacu pada rute darat yang diusulkan untuk transportasi darat dan kereta api melalui Asia Tengah yang terkurung daratan di sepanjang rute perdagangan historis yang terkenal di Wilayah Barat; “jalan” adalah kependekan dari Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, yang mengacu pada rute laut Indo-Pasifik melalui Asia Tenggara ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. 

BRI dianggap sebagai inti dari kebijakan luar negeri pemimpin Tiongkok, Xi Jinping. BRI merupakan komponen utama dari strategi “Diplomasi Negara Besar”[b] Xi, yang menyerukan agar Tiongkok mengambil peran kepemimpinan yang lebih besar dalam urusan global sesuai dengan kekuatan dan statusnya yang semakin meningkat. BRI telah dibandingkan dengan Marshall Plan Amerika. Pada awal tahun 2024, lebih dari 140 negara menjadi bagian dari BRI.: 20 Negara-negara yang berpartisipasi mencakup hampir 75% populasi dunia dan menyumbang lebih dari setengah PDB dunia.: 192 

Inisiatif ini dimasukkan ke dalam Konstitusi Partai Komunis Tiongkok pada tahun 2017. Pemerintahan Xi Jinping mendeskripsikan inisiatif ini sebagai “upaya untuk meningkatkan konektivitas regional dan merangkul masa depan yang lebih cerah.” Proyek ini memiliki target penyelesaian pada tahun 2049, yang bertepatan dengan peringatan seratus tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Sejumlah studi yang dilakukan oleh Bank Dunia memperkirakan bahwa BRI dapat meningkatkan arus perdagangan di 155 negara yang berpartisipasi sebesar 4,1 persen, serta memangkas biaya perdagangan global sebesar 1,1 persen hingga 2,2 persen, dan meningkatkan PDB negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik rata-rata sebesar 2,6 hingga 3,9 persen. Menurut konsultan yang berbasis di London, Centre for Economics and Business Research (CEBR), BRI kemungkinan akan meningkatkan PDB dunia sebesar $7,1 triliun per tahun pada tahun 2040, dan manfaatnya akan “meluas” karena infrastruktur yang lebih baik akan mengurangi “gesekan-gesekan yang menghambat perdagangan dunia”. CEBR juga menyimpulkan bahwa proyek ini kemungkinan akan menarik lebih banyak negara untuk bergabung, jika inisiatif infrastruktur global ini berkembang dan mendapatkan momentum.

Para pendukung memuji BRI atas potensinya untuk meningkatkan PDB global, terutama di negara-negara berkembang. Namun, ada juga kritik atas pelanggaran hak asasi manusia dan dampak lingkungan, serta kekhawatiran akan diplomasi jebakan utang yang menghasilkan neokolonialisme dan imperialisme ekonomi. Perspektif yang berbeda ini menjadi bahan perdebatan yang aktif..

Tujuan

Latar belakang

Kebijakan Tiongkok untuk menyalurkan perusahaan-perusahaan konstruksinya ke luar negeri dimulai dengan kebijakan “Go Out” dari Jiang Zemin. BRI dari Xi Jinping dibangun di atas kebijakan ini.

Xi mengumumkan konsep BRI sebagai “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra” pada tanggal 7 September 2013 di Universitas Nazarbayev di Astana, Kazakhstan. Pada bulan Oktober 2013 dalam pidatonya di Indonesia, Xi menyatakan bahwa Tiongkok berencana membangun “Jalur Sutra Maritim abad ke-21” untuk meningkatkan kerja sama di Asia Tenggara dan sekitarnya. Perdana Menteri Li Keqiang mempromosikan konsep yang sedang berkembang ini dalam kunjungan-kunjungan kenegaraannya ke Asia dan Eropa. Inisiatif ini mendapat liputan intensif dari media pemerintah Tiongkok, dan pada tahun 2016 telah sering ditampilkan di People's Daily.

Tujuan yang dinyatakan BRI adalah “untuk membangun pasar besar yang terpadu dan memanfaatkan sepenuhnya pasar internasional dan domestik, melalui pertukaran dan integrasi budaya, untuk meningkatkan rasa saling pengertian dan kepercayaan dari negara-negara anggota, menghasilkan pola inovatif arus masuk modal, kumpulan talenta, dan basis data teknologi.” Inisiatif Sabuk dan Jalan membahas “kesenjangan infrastruktur” dan dengan demikian berpotensi mempercepat pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik, Afrika, dan Eropa Tengah dan Timur. Sebuah laporan dari Dewan Pensiun Dunia (World Pensions Council/WPC) memperkirakan bahwa Asia, tidak termasuk Tiongkok, membutuhkan investasi infrastruktur hingga US$900 miliar per tahun selama satu dekade ke depan, sebagian besar dalam bentuk instrumen utang, 50% di atas tingkat pengeluaran infrastruktur saat ini. Kebutuhan modal jangka panjang yang menganga ini menjelaskan mengapa banyak kepala negara Asia dan Eropa Timur “dengan senang hati mengungkapkan ketertarikan mereka untuk bergabung dengan lembaga keuangan internasional baru yang hanya berfokus pada ‘aset riil’ dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh infrastruktur.”

Fokus awalnya adalah investasi infrastruktur, pendidikan, bahan bangunan, kereta api dan jalan raya, mobil, real estat, jaringan listrik, serta besi dan baja. Sudah ada beberapa perkiraan yang menyebutkan bahwa Inisiatif Sabuk dan Jalan merupakan salah satu proyek infrastruktur dan investasi terbesar dalam sejarah, yang mencakup lebih dari 68 negara, termasuk 65% populasi dunia dan 40% produk domestik bruto global pada tahun 2017.   Proyek ini dibangun di atas rute perdagangan lama yang pernah menghubungkan Tiongkok ke barat, rute Marco Polo dan Ibnu Battuta di utara, dan rute ekspedisi maritim Laksamana Dinasti Ming, Zheng He, di selatan. Inisiatif Sabuk dan Jalan sekarang mengacu pada seluruh wilayah geografis rute perdagangan “Jalur Sutra” yang bersejarah, yang telah digunakan secara terus menerus pada zaman dahulu.

Tujuan BRI secara resmi dipresentasikan untuk pertama kalinya dalam dokumen tahun 2015, Visi dan Tindakan untuk Bersama-sama Membangun Sabuk dan Jalan. Dokumen tersebut menguraikan enam koridor ekonomi untuk konektivitas perdagangan dan investasi yang akan diimplementasikan.

BRI mengembangkan pasar baru bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok, menyalurkan kelebihan kapasitas industri ke luar negeri, meningkatkan akses Tiongkok ke sumber daya, dan memperkuat hubungannya dengan negara-negara mitra: 34 Inisiatif ini menghasilkan permintaan ekspornya sendiri karena pinjaman RRT memungkinkan negara-negara yang berpartisipasi untuk mengembangkan proyek-proyek infrastruktur yang melibatkan perusahaan-perusahaan dan keahlian RRT: 43 Infrastruktur yang dikembangkan juga membantu RRT untuk mengatasi ketidakseimbangan antara wilayah timur yang lebih maju dan wilayah barat yang kurang berkembang.

Bagi negara-negara berkembang, BRI menarik karena peluang yang ditawarkannya untuk mengurangi kerugian ekonomi mereka dibandingkan dengan negara-negara Barat.

Sementara beberapa negara, terutama Amerika Serikat, memandang proyek ini secara kritis karena kemungkinan pengaruh Tiongkok, negara lain menunjuk pada penciptaan mesin pertumbuhan global baru dengan menghubungkan dan mendekatkan Asia, Eropa, dan Afrika.

Di jalur sutra maritim, yang sudah menjadi rute untuk lebih dari setengah kontainer di dunia, pelabuhan laut dalam sedang diperluas, pusat logistik sedang dibangun, dan rute lalu lintas baru sedang dibuat di daerah pedalaman. Jalur sutra maritim membentang dengan koneksinya dari pantai Cina ke selatan, menghubungkan Hanoi, Kuala Lumpur, Singapura, dan Jakarta, kemudian ke barat menghubungkan ibu kota Sri Lanka, Kolombo, dan Malé, ibu kota Maladewa, dan seterusnya ke Afrika Timur, dan kota Mombasa, di Kenya. Dari sana, jalur ini bergerak ke utara menuju Djibouti, melalui Laut Merah dan Terusan Suez menuju Mediterania, sehingga menghubungkan Haifa, Istanbul, dan Athena, ke wilayah Adriatik Hulu hingga pusat Italia utara, Trieste, dengan pelabuhan bebas internasional dan koneksi kereta api menuju Eropa Tengah dan Laut Utara.

Hasilnya, Polandia, negara-negara Baltik, Eropa Utara, dan Eropa Tengah juga terhubung ke jalur sutra maritim dan secara logistik terhubung ke Afrika Timur, India, dan Tiongkok melalui pelabuhan Adriatik dan Piraeus. Secara keseluruhan, koneksi kapal untuk transportasi kontainer antara Asia dan Eropa akan ditata ulang. Berbeda dengan lalu lintas Asia Timur yang lebih panjang melalui Eropa barat laut, rute laut selatan melalui Terusan Suez menuju persimpangan Trieste memperpendek pengangkutan barang setidaknya empat hari.

Sehubungan dengan proyek Jalur Sutra, Tiongkok juga mencoba untuk menghubungkan kegiatan penelitian di seluruh dunia.

Simon Shen dan Wilson Chan telah membandingkan inisiatif ini dengan Rencana Marshall pasca-Perang Dunia II. Ini adalah investasi infrastruktur terbesar oleh sebuah negara adikuasa sejak Rencana Marshall:

Tiongkok sengaja membingkai BRI secara fleksibel untuk menyesuaikannya dengan perubahan kebutuhan atau kebijakan, seperti penambahan “Jalur Sutra Kesehatan” selama COVID-19.: 147 Jalur Sutra Kesehatan (Health Silk Road/HSR) adalah sebuah inisiatif di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) Tiongkok yang bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur kesehatan masyarakat dan membina kerja sama internasional di bidang kesehatan. Diprakarsai sebagai bagian dari strategi Tiongkok yang lebih luas untuk terlibat dalam tata kelola kesehatan global, HSR bertujuan untuk meningkatkan fasilitas perawatan kesehatan, meningkatkan pencegahan penyakit, dan memperkuat kerja sama perawatan kesehatan di seluruh negara yang berpartisipasi. Inisiatif ini mencakup pembangunan fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit di Pakistan dan Laos, dan program kolaboratif dengan organisasi global seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Shaoyu Yuan menemukan bahwa meskipun HSR berkontribusi pada peningkatan sektor kesehatan di negara-negara yang berpartisipasi, HSR juga mendorong diskusi mengenai keberlanjutan utang jangka panjang dan transparansi pelaksanaan proyek. Seiring dengan berkembangnya HSR, HSR menjadi contoh peran Tiongkok dalam diplomasi kesehatan global, yang mencerminkan interaksi yang kompleks antara tujuan pembangunan dan strategi geopolitik.

Nama inisiatif

Nama resmi untuk inisiatif ini adalah Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Strategi Pengembangan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 (丝绸之路经济带和21世纪海上丝绸之路发展战略),  yang pada awalnya disingkat sebagai One Belt One Road (bahasa Mandarin: 一带一路) atau strategi OBOR. Terjemahan bahasa Inggrisnya telah diubah menjadi Belt and Road Initiative (BRI) sejak tahun 2016, ketika pemerintah Tiongkok menganggap penekanan pada kata “satu” dan “strategi” rentan terhadap kesalahan penafsiran, sehingga mereka memilih istilah “inisiatif” yang lebih inklusif dalam terjemahannya.  Namun, “One Belt One Road” masih menjadi istilah referensi di media berbahasa Mandarin.

Hubungan internasional

Inisiatif Sabuk dan Jalan diyakini oleh beberapa analis sebagai cara untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politik Tiongkok. Beberapa analis geopolitik telah mengaitkan Inisiatif Sabuk dan Jalan dalam konteks teori heartland Halford Mackinder.    Para sarjana telah mencatat bahwa media resmi RRT berusaha untuk menutupi dimensi strategis dari Inisiatif Sabuk dan Jalan sebagai motivasi, sementara yang lain mencatat bahwa BRI juga berfungsi sebagai rambu-rambu bagi provinsi dan kementerian Tiongkok, memandu kebijakan dan tindakan mereka. Akademisi Keyu Jin menulis bahwa meskipun BRI memajukan kepentingan strategis bagi Tiongkok, BRI juga mencerminkan visi Tiongkok tentang tatanan dunia yang didasarkan pada “membangun komunitas global untuk masa depan bersama.”

Tiongkok telah menginvestasikan miliaran dolar di beberapa negara Asia Selatan seperti Pakistan, Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, dan Afghanistan untuk meningkatkan infrastruktur dasar mereka, yang berimplikasi pada rezim perdagangan serta pengaruh militer Tiongkok. Proyek ini juga dapat menjadi koridor ekonomi baru untuk berbagai wilayah. Sebagai contoh, di wilayah Kaukasus, Cina mempertimbangkan kerja sama dengan Armenia mulai Mei 2019. Pihak Tiongkok dan Armenia telah melakukan beberapa pertemuan, menandatangani kontrak, memprakarsai program jalan utara-selatan untuk menyelesaikan aspek-aspek yang berhubungan dengan infrastruktur.

Implikasi militer

Sebuah studi pada tahun 2023 oleh AidData dari College of William & Mary menetapkan bahwa lokasi pelabuhan di luar negeri yang tunduk pada investasi BRI yang signifikan menimbulkan pertanyaan tentang penggunaan ganda militer dan sipil dan mungkin menguntungkan bagi pangkalan angkatan laut di masa depan.

Menulis pada tahun 2023, David H. Shinn dan akademisi Joshua Eisenman menyatakan bahwa melalui BRI, Tiongkok berupaya memperkuat posisinya dan mengurangi pengaruh militer Amerika, tetapi aktivitas BRI Tiongkok kemungkinan besar bukan merupakan pendahuluan dari pangkalan militer gaya Amerika atau kehadiran militer global gaya Amerika.

Analis lain mencirikan pembangunan pelabuhan Tiongkok yang dapat memiliki kegunaan ganda sebagai upaya untuk menghindari keharusan membangun pangkalan militer.: 273 Menurut akademisi Xue Guifang, Tiongkok tidak termotivasi untuk mengulangi model Pangkalan Pendukung Tentara Pembebasan Rakyat di Djibouti.

Wilayah Barat

Wilayah barat Tiongkok kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah pesisirnya, dan salah satu kepentingan penting Tiongkok dalam mengejar BRI adalah untuk meningkatkan tingkat pembangunan sosial-ekonomi mereka.: 199 Tujuan BRI termasuk pembangunan negara internal dan stabilisasi kerusuhan etnis di wilayah barat pedalaman yang luas seperti Xinjiang dan Yunnan, yang menghubungkan daerah-daerah yang kurang berkembang ini, dengan peningkatan arus perdagangan internasional yang memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih dekat dengan inti pedalaman Tiongkok.

Kepemimpinan

Sebuah kelompok pengarah dibentuk pada akhir 2014, dan susunan kepemimpinannya dipublikasikan pada 1 Februari 2015. Komite pengarah ini melapor langsung ke Dewan Negara Tiongkok dan terdiri dari beberapa tokoh politik kelas berat, bukti pentingnya program ini bagi pemerintah. Kemudian Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli, yang juga merupakan anggota Komite Tetap Politbiro PKT yang beranggotakan 7 orang, ditunjuk sebagai pemimpin kelompok, dan Wang Huning, Wang Yang, Yang Jing, dan Yang Jiechi sebagai wakil pemimpin.

Pada 28 Maret 2015, Dewan Negara Tiongkok menguraikan prinsip-prinsip, kerangka kerja, bidang-bidang utama kerja sama, dan mekanisme kerja sama terkait inisiatif tersebut. BRI dianggap sebagai elemen utama dalam kebijakan luar negeri Tiongkok, dan dimasukkan ke dalam konstitusi PKT pada tahun 2017 selama Kongres ke-19.: 58 BRI mewakili serangkaian kebijakan yang cukup konsisten untuk keterlibatan Tiongkok dengan negara-negara Selatan global, termasuk diversifikasi sumber daya dan pasokan energi, membangun infrastruktur yang didanai oleh pinjaman dengan menggunakan perusahaan-perusahaan Tiongkok, menciptakan pasar baru bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok, dan melibatkan negara-negara Selatan secara bersamaan di tingkat bilateral dan regional.

Berkenaan dengan Tiongkok dan negara-negara Afrika, Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC) merupakan mekanisme kerja sama multi-lateral yang signifikan untuk memfasilitasi proyek-proyek BRI. Forum Kerja Sama Tiongkok-Negara-negara Arab (CASCF) memiliki peran koordinasi yang serupa terkait proyek-proyek BRI di negara-negara Arab.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Inisiatif Sabuk dan Jalan: Menghubungkan Dunia Melalui Jalur Ekonomi Baru

Kemaritiman

Menelusuri Jejak Sejarah Jalur Sutra: Jaringan Perdagangan Legendaris yang Menghubungkan Dunia

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


Jalur Sutra (Hanzi tradisional: 絲綢之路; Hanzi sederhana: 丝绸之路; pinyin: sī chóu zhī lù, bahasa Persia راه ابریشم Râh-e Abrisham) adalah sebuah jalur perdagangan melalui Asia yang menghubungkan antara Timur dan Barat dengan dihubungkan oleh pedagang, pengelana, biarawan, prajurit, nomaden dengan menggunakan karavan dan kapal laut, dan menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Tiongkok, dengan Antiokhia, Suriah, dan juga tempat lainnya pada waktu yang bervariasi. Pengaruh jalur ini terbawa sampai ke Korea dan Jepang.

Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk pengembangan kebudayaan Cina, India dan Roma namun juga merupakan dasar dari dunia modern. Istilah 'jalur sutra' pertama kali digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari Cina yang banyak berupa sutra.

Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke Mesir dan Afrika Utara.

Hubungan jalan rel yang hilang dalam Jalur Sutra diselesaikan pada 1992, ketika jalan rel internasional Almaty - Urumqi dibuka.

Orang orang lebih memilih untuk berjalan pada saat musim dingin karena faktor adanya air dan juga barang yang dijual di musim panas jauh lebih mahal daripada musim dingin. Di Jalur Sutra ini terdapat sebuah tempat peristirahatan berbentuk seperti benteng yang disebut karavanserai. Di dalamnya banyak terdapat toko, penginapan, dan yang paling banyak ialah tempat trade in hewan. Mereka mengganti hewan yang mereka gunakan selama perjalanan dengan hewan baru (kuat). Orang yang meninggal di Jalur Sutra dimakamkan di kuburan langit (terbuka) karena diyakini bahwa hidup itu baik sampai mati.

Sejarah

Prekursor

Kontak Tiongkok dan Asia Tengah (milenium ke-2 SM)

Eurasia Tengah telah dikenal sejak zaman kuno dengan komunitas penunggang kuda dan pengembangbiakan kudanya, dan Rute Stepa darat melintasi padang rumput utara Eurasia Tengah telah digunakan jauh sebelum Jalur Sutra. Situs-situs arkeologi, seperti pemakaman Berel di Kazakhstan, menegaskan bahwa bangsa Arimaspia yang nomaden tidak hanya mengembangbiakkan kuda untuk diperdagangkan, tetapi juga menghasilkan pengrajin-pengrajin hebat yang mampu menyebarkan karya-karya seni yang sangat indah di sepanjang Jalur Sutra. Sejak milenium ke-2 Sebelum Masehi, batu giok nefrit diperdagangkan dari tambang-tambang di wilayah Yarkand dan Khotan ke Tiongkok. Secara signifikan, tambang-tambang ini tidak terlalu jauh dari tambang lapis lazuli dan spinel ("Balas Ruby") di Badakhshan, dan, meskipun dipisahkan oleh Pegunungan Pamir yang tangguh, rute-rute yang melintasinya tampaknya telah digunakan sejak masa-masa awal.

Studi genetik terhadap mumi Tarim, yang ditemukan di Cekungan Tarim, di daerah Loulan yang terletak di sepanjang Jalur Sutra 200 kilometer (124 mil) sebelah timur Yingpan, yang berasal dari tahun 1600 Sebelum Masehi, menunjukkan adanya kontak yang sangat kuno antara Timur dan Barat. Sisa-sisa mumi ini mungkin berasal dari orang-orang yang berbicara dalam bahasa Indo-Eropa, yang tetap digunakan di Lembah Tarim, di wilayah Xinjiang saat ini, hingga digantikan oleh pengaruh Turki dari budaya Xiongnu di utara dan oleh pengaruh Tiongkok dari dinasti Han timur, yang berbicara dalam bahasa Sino-Tibet.

Beberapa sisa-sisa yang mungkin merupakan sutra Tiongkok yang berasal dari tahun 1070 Sebelum Masehi telah ditemukan di Mesir Kuno. Kota-kota Oasis Besar di Asia Tengah memainkan peran penting dalam fungsi perdagangan Jalur Sutra yang efektif. Sumber asalnya tampaknya cukup dapat diandalkan, tetapi sutra terdegradasi dengan sangat cepat, sehingga tidak dapat diverifikasi apakah itu adalah sutra yang dibudidayakan (yang hampir pasti berasal dari Tiongkok) atau jenis sutra liar, yang mungkin berasal dari Mediterania atau Timur Tengah.

Setelah kontak antara Tiongkok Metropolitan dan wilayah perbatasan barat yang nomaden pada abad ke-8 SM, emas diperkenalkan dari Asia Tengah, dan para pemahat batu giok Tiongkok mulai membuat desain tiruan padang rumput, dengan mengadopsi seni hewan bergaya Scythian dari padang rumput (penggambaran hewan yang terkunci dalam pertempuran). Gaya ini terutama tercermin pada plakat sabuk persegi panjang yang terbuat dari emas dan perunggu, dengan versi lain dari batu giok dan steatite. Sebuah pemakaman elit di dekat Stuttgart, Jerman, yang berasal dari abad ke-6 Sebelum Masehi, telah digali dan ditemukan tidak hanya memiliki perunggu Yunani, namun juga sutra Tiongkok. Karya seni berbentuk binatang dan motif pegulat pada ikat pinggang yang serupa telah ditemukan di situs-situs kuburan Skit yang membentang dari wilayah Laut Hitam sampai ke situs arkeologi era Negara Berperang di Mongolia Dalam (di Aluchaideng) dan Shaanxi (di Keshengzhuang) di Tiongkok.

Ekspansi budaya Scythia, yang membentang dari dataran Hungaria dan Pegunungan Carpathia ke Koridor Gansu Tiongkok, dan menghubungkan Timur Tengah dengan India Utara dan Punjab, tidak diragukan lagi memainkan peran penting dalam pengembangan Jalur Sutra. Bangsa Skit menemani Esarhaddon dari Asyur dalam invasinya ke Mesir, dan mata panah segitiga mereka yang khas telah ditemukan hingga ke selatan sampai ke Aswan. Bangsa nomaden ini bergantung pada penduduk menetap di sekitarnya untuk mendapatkan sejumlah teknologi penting, dan selain menyerbu permukiman yang rentan untuk mendapatkan komoditas ini, mereka juga mendorong para pedagang jarak jauh sebagai sumber pendapatan melalui pembayaran tarif yang dipaksakan. Orang Sogdiana memainkan peran utama dalam memfasilitasi perdagangan antara Cina dan Asia Tengah di sepanjang Jalur Sutra pada akhir abad ke-10, bahasa mereka berfungsi sebagai bahasa pergaulan untuk perdagangan Asia sejak abad ke-4.

Inisiasi di Tiongkok (130 Sebelum Masehi)

Jalur Sutra diprakarsai dan disebarkan oleh Dinasti Han Tiongkok melalui eksplorasi dan penaklukan di Asia Tengah. Dengan terhubungnya Laut Tengah ke Lembah Fergana, langkah selanjutnya adalah membuka rute melintasi Cekungan Tarim dan Koridor Hexi ke China Proper. Perluasan ini terjadi sekitar tahun 130 SM, dengan kedutaan besar dinasti Han ke Asia Tengah mengikuti laporan duta besar Zhang Qian (yang pada awalnya dikirim untuk mendapatkan aliansi dengan Yuezhi melawan Xiongnu). Zhang Qian mengunjungi secara langsung kerajaan Dayuan di Ferghana, wilayah kekuasaan Yuezhi di Transoxiana, negara Baktria Daxia dengan sisa-sisa kekuasaan Yunani-Baktria, dan Kangju. Dia juga membuat laporan tentang negara-negara tetangga yang tidak dikunjunginya, seperti Anxi (Parthia), Tiaozhi (Mesopotamia), Shendu (anak benua India), dan Wusun. Laporan Zhang Qian menunjukkan alasan ekonomi untuk ekspansi dan pembangunan tembok Tiongkok ke arah barat, dan merintis Jalur Sutra, menjadikannya salah satu rute perdagangan paling terkenal dalam sejarah dan di dunia.

Setelah memenangkan Perang Kuda Surgawi dan Perang Han-Xiongnu, tentara Tiongkok membangun kekuatan di Asia Tengah, memulai Jalur Sutra sebagai jalan utama perdagangan internasional. Ada yang mengatakan bahwa Kaisar Tiongkok Wu menjadi tertarik untuk mengembangkan hubungan komersial dengan peradaban perkotaan yang canggih di Ferghana, Baktria, dan Kekaisaran Parthia: "Putra Langit yang mendengar semua ini beralasan demikian: Ferghana (Dayuan "Orang Ionia Besar") dan wilayah-wilayah kekuasaan Baktria (Ta-Hsia) dan Kekaisaran Parthia (Anxi) adalah negara-negara yang besar, penuh dengan barang-barang yang langka, dengan penduduk yang tinggal di tempat tinggal yang tetap dan diberikan pekerjaan yang agak mirip dengan orang-orang Tiongkok, tetapi dengan tentara yang lemah, dan menempatkan nilai yang tinggi pada hasil-hasil yang kaya dari Tiongkok" (Hou Hanshu, Later Han History). Ada juga yang mengatakan bahwa Kaisar Wu lebih tertarik untuk memerangi Xiongnu dan perdagangan besar baru dimulai setelah Tiongkok berhasil menguasai Koridor Hui.

Orang Tiongkok juga sangat tertarik dengan kuda-kuda yang tinggi dan kuat (dinamai "kuda surgawi") yang dimiliki oleh Dayuan (secara harfiah berarti "Orang Ionia Besar," kerajaan Yunani di Asia Tengah), yang sangat penting dalam memerangi Xiongnu yang hidup berpindah-pindah. Mereka mengalahkan Dayuan dalam perang Han-Dayuan. Orang Tiongkok kemudian mengirim banyak kedutaan, sekitar sepuluh kedutaan setiap tahun, ke negara-negara ini dan sampai ke Suriah Seleukus.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Menelusuri Jejak Sejarah Jalur Sutra: Jaringan Perdagangan Legendaris yang Menghubungkan Dunia

Kemaritiman

Menyoal Peta Baru Indonesia

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 Mei 2024


Dalam peta baru itu, selain penamaan Laut Natuna Timur di sebelah barat Pulau Kalimantan, ada penambahan luas wilayah yang berada di sebelah Barat Aceh.

"Kalau perluasan wilayah di sini (barat Aceh), ada satu luasan sekitar 4.000 kilometer persegi sebesar Pulau Madura. Kita itu oleh PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) diberikan hak, kita berhasil satu-satunya negara ASEAN yang punya wilayah di luar 200 mil laut," katanya lagi.

Tak hanya itu, pemerintah sedang memperjuangkan perluasan wilayah di perairan Sumba, Provinsi Nusa Tenggara dan di wilayah utara Provinsi Papua. 

Tetapi, dia tak merinci berapa luas penambahan dari dua wilayah yang sedang dikerjakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama lembaga lainnya tersebut. 

"Kami sedang riset terus, kita menggunakan kapal riset, melakukan survei desktop, besarannya masih belum final. Prosesnya masih berjalan dengan PBB untuk Utara Papua (dan Selatan Sumba), kita lakukan terus menerus," kata dia.

Tak hanya itu, pemerintah sedang memperjuangkan perluasan wilayah di perairan Sumba, Provinsi Nusa Tenggara dan di wilayah utara Provinsi Papua. 

"Kami sedang riset terus, kita menggunakan kapal riset, melakukan survei desktop, besarannya masih belum final. Prosesnya masih berjalan dengan PBB untuk Utara Papua (dan Selatan Sumba), kita lakukan terus menerus," kata dia.

Mantan Duta Besar RI untuk Belgia dan Uni Eropa itu juga belum menjelaskan kapan riset yang dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan lembaga terkait soal perluasan wilayah tersebut rampung. 

"Kami sedang riset terus, kami enggak mau pakai pendekatan deadline, kami enggak mau buru-buru ternyata kurang, jadi harus pelan," ujarnya. 

Dalam kajian itu, Kemenko Maritim akan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Energi Sumber Daya dan Ineral, Kementerian Luar Negeri, dan dari Universitas Institute Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. 

Kendati demikian, ia memastikan bahwa perluasan wilayah yang berada di Barat Aceh, Selatan Sumba dan Utara Papua ini, terkait dengan potensi sumber daya alam yang ada di dalamnya, yakni mineral

Meskipun demikian, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa penamaan Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara dalam peta baru Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan secara menyeluruh. Saat ini, pemerintah masih terus mengkaji wilayah 200 mil laut yang masuk dalam kawasan zona ekonomi ekslusif (ZEE). 

"Tidak mengganti semua itu (Laut China Selatan). Kami masih mengkaji yang ada di daerah kita saja," kata Luhut usai pembukaan kongres Teknologi Nasional 2017 di Jakarta, Senin 17 Juli 2017.

Sumber: www.viva.co.id

Selengkapnya
Menyoal Peta Baru Indonesia
page 1 of 6 Next Last »