Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

Viral, Video Menyebut Jakarta Digempur Chemtrail pada Tengah Malam, Ini Kata TNI AU

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Sebuah video berdurasi 15 detik yang menampilkan garis putih memanjang di langit menjadi viral di media sosial pada Selasa (15/2/2022). Narasi yang menyertainya menyebutkan bahwa Jakarta telah digempur chemtrail pada 14 Februari pukul 01.00 dini hari. Video tersebut mendapat perhatian lebih dari 900 kali penonton, dibagikan sebanyak 25 kali, dan disukai 58 kali oleh pengguna Twitter. Namun, apakah klaim dalam video tersebut benar?

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dengan tegas menegaskan bahwa klaim tersebut adalah hoaks. Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah, menjelaskan bahwa garis putih memanjang yang terlihat dalam video tersebut sebenarnya adalah jejak kondensasi pesawat terbang, yang dikenal dengan nama contrails.

Fenomena ini terjadi karena pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ketika garis putih tersebut berpendar atau melebar seperti awan, itu disebut aviaticus cloud.

Indan juga menjelaskan bahwa meskipun ada beberapa misi penerbangan yang melibatkan penggunaan bahan kimia, seperti misi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca), hal tersebut tidak terkait dengan chemtrail. Contohnya adalah ketika pesawat membawa NaCl untuk disebar di area yang berawan guna mempercepat terjadinya hujan, atau membawa bahan kimia untuk memadamkan kebakaran di suatu area. Namun, setiap pesawat yang terbang di wilayah udara Indonesia akan terpantau posisi, tipe, dan misinya oleh AirNav maupun Koopsudnas melalui radar hanud, sehingga klaim mengenai chemtrail dapat dipastikan sebagai hoaks.

Dengan demikian, klaim bahwa Jakarta digempur chemtrail pada 14 Februari adalah tidak benar. Video tersebut sebenarnya hanya menampilkan jejak kondensasi pesawat terbang yang biasa terjadi.

Hal ini menggarisbawahi pentingnya untuk memeriksa dan memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya di media sosial, guna mencegah penyebaran berita palsu atau hoaks yang dapat menimbulkan kepanikan dan kebingungan di masyarakat.

Disadur dari: kompas.com

Selengkapnya
Viral, Video Menyebut Jakarta Digempur Chemtrail pada Tengah Malam, Ini Kata TNI AU

Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

ITS – DUDI Berhasil Ciptakan Drone Logistik Antarpulau

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah menjalin kerja sama yang menghasilkan inovasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu kerja sama yang terbaru adalah antara ITS dengan Beehive Drones dan Tinc (Telkomsel Innovation Center), yang telah berhasil melakukan uji coba operasional pesawat tanpa awak (drone) untuk pengiriman kebutuhan medis antarpulau dan daerah terpencil di Kabupaten Sumenep.

Kerja sama ini lahir dari dua kolaborasi, yaitu antara Beehive Drones dengan Tinc dan Beehive Drones dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS. Dari kerja sama ini, diajukanlah proposal penelitian yang berjudul "Rancangan Sistem Operasional Pesawat tanpa Awak Antarpulau dan Daerah Terpencil untuk Last-Mile Delivery," yang kemudian mendapatkan persetujuan dalam Program Matching Fund Gelombang IV Tahun 2021 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek serta dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.

Wakil Rektor IV ITS, Bambang Pramujati, menyatakan kebanggaannya karena keberhasilan start-up Beehive Drones, yang merupakan salah satu start-up bidang teknologi transportasi di bawah binaan STP kluster Inovasi Kemaritiman ITS. Hal ini menunjukkan kesuksesan pembinaan start-up untuk menghasilkan produk teknologi baru yang bermanfaat bagi masyarakat.

Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones, Albertus Gian Dessayes, menjelaskan bahwa penggunaan drone adalah solusi praktis untuk permasalahan last-mile delivery dalam distribusi logistik. Dengan solusi ini, distribusi logistik dengan transportasi konvensional dapat lebih terbantu, karena drone menawarkan kecepatan waktu serta kepraktisan sistem distribusi logistik.

Ketua tim peneliti dari ITS, Ir Tri Achmadi, menjelaskan bahwa penggunaan drone ini dapat memperluas layanan transportasi laut beyond port. Drone ini dapat difungsikan untuk tahap ruas pengiriman akhir langsung ke konsumen, atau biasa disebut sebagai last-mile delivery untuk kebutuhan logistik dari kapal yang memiliki kemampuan mengangkut drone.

Tri juga menambahkan bahwa drone logistik medis ini dapat terbang dengan kecepatan 70-100 kilometer per jam dan memiliki jarak terbang sampai 50 kilometer, sambil membawa beban dengan berat maksimum 2 kilogram. Targetnya adalah dapat membawa logistik seberat 10 kilogram dengan lima drone secara bersamaan.

Di akhir, Tri berharap bahwa penggunaan drone ini akan mempercepat penetrasi vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sumenep dan akan terus berusaha untuk mengembangkan teknologi dan sistem yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan manfaatnya.

Disadur dari: its.ac.id

Selengkapnya
ITS – DUDI Berhasil Ciptakan Drone Logistik Antarpulau

Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

BMKG Tegaskan Tak Ada Bukti Chemtrail di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Isu seputar chemtrail (Chemical Trail) telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir di media sosial. Padahal, garis putih panjang yang terlihat di langit sebenarnya adalah contrail (condensation trail) yang dihasilkan oleh pesawat. Isu ini kembali mencuat setelah munculnya video viral berdurasi 15 detik di Twitter yang memperlihatkan jejak garis putih di langit.

Pemilik akun yang mengunggah video tersebut menyatakan bahwa Jakarta telah digempur chemtrail pada 14 Februari pukul 01.00 dini hari. Namun, Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah telah menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoax.

Indan menjelaskan bahwa fenomena jejak putih tersebut sebenarnya dikenal sebagai condensation trail (contrail), yang terjadi akibat pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri. Ia menyatakan bahwa garis putih memanjang di langit yang terlihat dalam video viral adalah contrail yang biasa terjadi dan merupakan fenomena awan yang muncul di belakang pesawat.

Meskipun begitu, istilah chemtrail sendiri mengacu pada jejak kimia yang dihasilkan dari pelepasan zat kimia atau bahan biologis pada ketinggian tertentu dengan sengaja. Banyak penganut teori chemtrail menganggap bahwa zat kimia tersebut dilepaskan untuk tujuan buruk, bahkan ada yang menyatakan bahwa chemtrail digunakan sebagai sarana pelepasan senjata biologis.

Namun, Ismanto menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada bukti yang mendukung teori chemtrail tersebut. BMKG tidak pernah menemukan adanya bukti terkait teori soal chemtrail, dan dari diskusi serta penelitian yang dilakukan, tidak pernah ada chemtrail di Indonesia. Ismanto juga menjelaskan bahwa pelepasan zat kimia dari udara yang dilakukan dalam misi TMC (teknologi modifikasi cuaca) biasanya dilakukan untuk memunculkan hujan, memadamkan kebakaran, atau membantu daerah kering agar hujan turun.

Sebagai kesimpulan, isu seputar chemtrail cenderung hanya menciptakan kekhawatiran tanpa dasar yang kuat. Informasi yang belum terverifikasi secara akurat dapat memicu kebingungan dan ketakutan di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, serta mengandalkan penjelasan dari ahli dan ilmuwan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang fenomena alamiah seperti contrail.

Sumber Artikel: nasional.kompas.com

Selengkapnya
BMKG Tegaskan Tak Ada Bukti Chemtrail di Indonesia

Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

[Fakta Bicara] Chemtrail adalah Teori Konspirasi yang Tidak Terbukti

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Isu chemtrail, yang merujuk pada penyebaran racun melalui udara menggunakan pesawat, belakangan ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Semuanya dimulai dari sebuah video viral berdurasi 15 detik yang menampilkan garis putih panjang di langit. Video tersebut diunggah di Twitter pada Selasa, 15 Februari 2022. Pengunggah video tersebut mengeklaim bahwa fenomena chemtrail terjadi di langit Jakarta pada Senin, 14 Februari 2022, sekitar pukul 01.00 WIB atau dini hari. Caption yang menyertainya menggambarkan ketakutan akan potensi bahaya dari chemtrail, mengajak warga Jakarta untuk berdoa agar terhindar dari dampaknya.

Namun, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau), Marsma TNI Indan Gilang Budiansyah, menepis klaim tersebut. Menurutnya, garis putih tersebut bukanlah chemtrail, melainkan jejak kondensasi pesawat terbang. Indan menjelaskan bahwa fenomena tersebut dikenal sebagai condensation trail (contrail), yang terjadi karena pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat.

Tak hanya itu, isu chemtrail juga dikaitkan dengan pandemi Covid-19. Beberapa orang percaya bahwa varian Omicron tidak berasal dari virus corona, melainkan sebagai efek samping dari keracunan chemtrail yang diduga disebarkan di udara menggunakan pesawat. Meskipun demikian, penjelasan dari pakar penerbangan dan ilmuwan atmosfer menegaskan bahwa chemtrail adalah sebuah teori konspirasi tanpa dasar ilmiah yang kuat.

Berbagai narasi yang beredar di media sosial mencoba mendiskreditkan keberadaan pandemi Covid-19 dengan mengaitkannya dengan chemtrail. Namun, para ahli menegaskan bahwa jejak putih di langit yang muncul setelah pesawat melintas adalah fenomena alamiah yang biasa disebut contrail.

Penggunaan konsep modifikasi cuaca sebagai dasar keyakinan para penganut teori chemtrail juga dipertanyakan. Ilmuwan menegaskan bahwa tidak ada bukti sahih yang mendukung klaim tentang program penyemprotan bahan kimia berbahaya ke atmosfer dalam skala besar dan rahasia. Sebaliknya, teknologi modifikasi cuaca biasanya digunakan untuk meningkatkan atau mengurangi intensitas curah hujan, bukan untuk menyebarkan bahan kimia beracun.

Dengan demikian, isu chemtrail menjadi contoh bagaimana informasi yang tidak terverifikasi secara akurat dapat memicu kekhawatiran dan kebingungan di masyarakat. Penting bagi individu untuk memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, serta mengandalkan penjelasan dari ahli dan ilmuwan untuk menghindari penyebaran informasi yang salah dan tidak akurat.

Disadur dari: kompas.com

Selengkapnya
[Fakta Bicara] Chemtrail adalah Teori Konspirasi yang Tidak Terbukti

Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

Ramai Teori Senjata Biologis Chemtrail, Apakah Jejak "Asap" Pesawat Berbahaya?

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan oleh pembicaraan tentang chemtrail atau jejak zat kimia di langit yang muncul bersama dengan fenomena "asap" panjang yang ditinggalkan oleh pesawat. Namun, yang sebenarnya terlihat adalah condensation trail atau contrail. Contrail merupakan jejak kondensasi yang muncul dari pesawat terbang karena uap air yang terkondensasi akibat suhu dingin di atmosfer. Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri, menjelaskan bahwa contrail adalah hal yang biasa dalam dunia penerbangan dan dapat terlihat dengan mata telanjang dalam jarak tertentu.

Tidak seperti yang banyak diyakini, contrail tidak membawa risiko bagi kesehatan manusia karena hanya terdiri dari air. Meskipun ada penelitian yang menyebut bahwa contrail dapat berkontribusi pada pemanasan global, namun Ismanto menegaskan bahwa jejak kondensasi pesawat tidak memiliki dampak langsung pada kesehatan manusia.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Wakil Direktur Indonesia Aviation and Aerospace Watch (IAAW), Marsda (Purn) Subandi Parto. Menurutnya, contrail merupakan proses kondensasi yang normal karena uap panas dari mesin pesawat bertemu dengan udara dingin di ketinggian tinggi. Subandi menegaskan bahwa contrail tidak berbahaya dan jejaknya akan hilang setelah beberapa saat karena suhu udara kembali normal.

Namun, di tengah isu mengenai contrail, muncul teori konspirasi mengenai chemtrail. Menurut para penganut teori ini, ada zat kimia yang disebarkan ke atmosfer melalui pesawat dengan tujuan yang tidak jelas, mulai dari penyebaran virus hingga kontrol pikiran. Namun, pemerintah telah menegaskan bahwa informasi mengenai chemtrail tersebut hanyalah hoaks.

Subandi juga meragukan teori konspirasi mengenai chemtrail, karena menurutnya sulit membuktikan bahwa ada pihak yang dengan sengaja menyebar senjata biologis melalui pesawat udara. Ia berpendapat bahwa hal tersebut akan membahayakan banyak orang dan tidak mungkin dilakukan oleh siapa pun.

Disadur dari: nasional.kompas.com

Selengkapnya
Ramai Teori Senjata Biologis Chemtrail, Apakah Jejak "Asap" Pesawat Berbahaya?

Desain Operasi dan Perawatan Pesawat Terbang

Fenomena "Asap" Pesawat yang Kerap Dihubungkan dengan Teori Konspirasi Senjata Biologis Chemtrail

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 03 April 2024


Fenomena contrail atau jejak kondensasi yang menyerupai "asap" dari pesawat sering kali dihubungkan dengan teori mengenai chemtrail (jejak zat kimia) di langit. Contrail, khususnya yang ditinggalkan oleh pesawat tempur, belakangan banyak dibicarakan sebagai potensi chemtrail. Chemtrail merupakan teori yang menyatakan bahwa pemerintah atau pihak tertentu sengaja menyebarkan zat kimia beracun ke atmosfer dari pesawat, dengan beberapa spekulasi bahwa ini bisa berupa jejak senjata biologis untuk berbagai tujuan, termasuk penyebaran virus dan pengendalian populasi.

Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri, menegaskan bahwa informasi mengenai chemtrail masih belum terbukti kebenarannya. Menurutnya, jejak asap putih yang sering terlihat di langit adalah contrail atau jejak kondensasi pesawat terbang. Contrail terbentuk karena pengembunan udara dari asap pesawat yang mengandung uap air, yang kemudian mengalami kondensasi akibat suhu udara atmosfer yang rendah sehingga membentuk jejak di belakang pesawat. Ismanto menegaskan bahwa tidak ada bukti kuat mengenai keberadaan chemtrail di Indonesia.

Ismanto juga menjelaskan bahwa ada perbedaan yang dapat dilihat dengan jelas apabila zat kimia dilepaskan dari pesawat. Secara umum, jejak bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki karakteristik yang berbeda dari contrail, baik dalam sebaran maupun warna. Melansir pemberitaan pada Juli 2011, teori chemtrail sudah dikenal sejak tahun 1996 dan sering kali dikaitkan dengan teori konspirasi, termasuk di Amerika Serikat.

Di Indonesia, teori konspirasi mengenai chemtrail telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan, terutama melalui media sosial. Berbagai klaim yang tidak berdasar sering kali tersebar dengan cepat, seperti dalam kasus video viral pada Juli 2021 yang menunjukkan jejak chemtrail di beberapa daerah. Meskipun pemerintah telah menepis klaim tersebut, isu chemtrail kembali mencuat belakangan ini melalui sebuah video yang juga viral di media sosial, namun tetap dibantah oleh pihak berwenang.

Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa meskipun teori mengenai chemtrail menarik minat banyak orang, keberadaan bukti yang dapat mendukung klaim tersebut masih belum ditemukan secara luas. Penjelasan ilmiah yang diberikan menunjukkan bahwa jejak yang sering terlihat di langit sebenarnya adalah contrail, yang merupakan hasil dari proses alami dalam penerbangan pesawat. Dengan demikian, perlunya sikap skeptis dan kritis dalam menerima informasi terkait chemtrail menjadi semakin penting.

Melalui kasus-kasus seperti ini, munculnya teori konspirasi dan penyebaran hoaks di media sosial menjadi tantangan serius bagi pemahaman yang akurat tentang fenomena-fenomena ilmiah. Peran pemerintah dan pihak berwenang dalam menepis klaim yang tidak berdasar menjadi sangat penting untuk menghindari penyebaran informasi yang salah dan potensial merugikan masyarakat. Dengan demikian, edukasi masyarakat tentang proses ilmiah dan kritisisme terhadap informasi yang diterima menjadi kunci untuk menangani fenomena seperti chemtrail.

Disadur dari: nasional.kompas.com

Selengkapnya
Fenomena "Asap" Pesawat yang Kerap Dihubungkan dengan Teori Konspirasi Senjata Biologis Chemtrail
page 1 of 2 Next Last »