Pertahanan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, bertambahnya alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) berupa kapal selam Alugoro-405 buatan PT PAL Indonesia menuntut awak kapal selam untuk lebih profesional dalam bertugas.
"Dengan teknologi tinggi yang terpasang di kapal selam, maka lembaga pendidikan TNI AL juga harus mengantisipasi berbagai variasi taktik dan strategi peperangan kapal selam dan antikapal selam di masa mendatang," kata Susaningtyas di Jakarta, Senin (22/3).
Menurut dia, tidak salah juga jika TNI AL akhirnya memperbanyak rekrutmen schollar warrior (prajurit akademisi). Susaningtyas menyebut, kapasitas peperangan yang dimiliki TNI AL sudah saatnya ditingkatkan sesuai era digitalisasi dan unmanned system.
"Kapal-kapal selam ke depan harus semakin efisien dan banyak memanfaatkan teknologi berbasis artificial intelligence. Kapal selam yang baru juga perlu dilengkapi dengan underwater unmanned vessel (UUV) melengkapi unmanned sub-surface vehicle (USSV) yang juga banyak digunakan," ujar Nuning, sapaan Susaningtyas.
Kapal selam buatan PT PAL yang bekerja sama dengan DSME Korea tersebut sangat cocok beroperasi di laut yang memiliki karakteristik dangkal, dalam, dan salinitas yang tinggi seperti perairan Indonesia. Persenjataan Alugoro dinilai mampu menghadapi teknologi kapal tempur permukaan dan kapal selam tipe lainnya yang dimiliki negara-negara di kawasan Asia.
"Formasi tempur peperangan kapal selam modern memang menuntut kapasitas kapal selam yang mampu beroperasi dalam kurun waktu yang lama baik secara mandiri maupun secara bersama," kata mantan anggota Komisi I DPR itu.
Meski begitu, Susaningtyas mengingatkan, pentingnya sumber daya manusia (SDM), karena kapal selam membutuhkan personel yang pandai dan cerdas. "Tatkala kita bicara alutsista tentu harus satu kesatuan dengan SDM pengawak maupun teknisi," ujarnya.
KRI Alugoro-405 adalah kapal selam terbaru yang masuk ke dalam jajaran armada TNI AL. Sebelumnya telah aktif berdinas KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404. Ketiga kapal selam TNI AL tersebut adalah hasil kerja sama PT PAL Indonesia dan DSME Korea untuk batch pertama.
Saat ini sedang proses finalisasi batch kedua untuk tiga kapal selam berikutnya, yakni kapal keempat, kelima, dan keenam. Ketiga kapal selam yang bekerja sama dengan Korsel itu melengkapi dua kapal selam sebelumnya, yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402. Sehingga kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia sebanyak lima unit.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan, serah terima kapal selam Alugoro merupakan tonggak sejarah pertahanan Indonesia. "Untuk pertama kalinya Indonesia melalui galangan kapal nasional PT PAL Indonesia berhasil ikut serta dalam produksi kapal selam," kata Prabowo saat menerima kapal selam jenis Diesel Electric itu dari PT PAL Indonesia (Persero), Rabu (17/3).
Sumber: news.republika.co.id
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan pembangunan kapal selam nuklir canggih dan kapal perang terbaru pada Senin (23/8) waktu setempat. Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya modernisasi militer di tengah ketegangan dengan Barat.
Berbicara dalam pengarahan secara virtual, Presiden Putin memberi perintah untuk memulai proyek pembangunan dua kapal selam nuklir yang dipersenjatai dengan rudal balistik antarbenua. Selain itu pembangunan juga untuk dua kapal selam bertenaga diesel dan dua korvet di galangan kapal di Severodvinsk, St. Petersburg dan Komsomolsk-on-Amur."Kami akan terus meningkatkan potensi angkatan laut Rusia, mengembangkan pangkalan dan infrastrukturnya, mempersenjatai dengan senjata canggih," kata Putin seperti dikutip laman Time of Israel, Selasa (24/8). "Rusia yang kuat dan berdaulat membutuhkan angkatan laut yang kuat dan seimbang," ujarnya menambahkan.
Kremlin telah menjadikan modernisasi militer sebagai prioritas utama sebab hubungan dengan Barat telah jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin setelah aneksasi Rusia atas Krimea Ukraina pada 2014. Moskow telah berusaha untuk membangun kembali kehadiran angkatan laut reguler di beberapa bagian dunia yang dimiliki Uni Soviet selama Perang Dingin.
Angkatan Laut Rusia sudah memiliki kehadiran besar di Laut Mediterania seperti pangkalan angkatan laut di pelabuhan Suriah Tartus. Pembangunan ini telah memperluas dan memodifikasi pangkalan Tartus, satu-satunya fasilitas yang dimiliki Rusia saat ini di luar bekas Uni Soviet."Kami akan terus mengibarkan bendera Rusia di wilayah laut yang penting secara strategis," kata Putin.
Upacara peluncuran pembangunan pada Senin untuk kapal-kapal baru adalah bagian dari pertunjukan Angkatan Darat 2021 yang dimaksudkan menunjukkan kekuatan militer dan menarik pelanggan asing untuk industri senjata Rusia. Pertunjukan selama seminggu ini menampilkan pesawat, tank, rudal, dan senjata lainnya. "Banyak senjata kami memiliki kemampuan yang tidak memiliki analog di dunia, dan beberapa akan tetap tak tertandingi untuk waktu yang lama," kata Putin.
Sumber: internasional.republika.co.id
Pertahanan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Perusahaan galangan kapal Indonesia, PT PAL Indonesia menandatangani Teaming Agreement Maintenance, Repair and Overhaul (TA MRO) dengan BAE Systems BOFORS AB, Kamis (27/5). Penandatanganan dilakukan secara virtual oleh Presiden Direktur PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod, dan CEO BAE Systems BOFORS AB, Lena Gillström. Penandatanganan ini disaksikan oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia Kamapradipta Isnomo.
”TA MRO ini berpotensi merintis kemajuan di bidang kerja sama pertahanan Indonesia dan Swedia. Format kerja sama seperti ini akan terus dikedepankan oleh KBRI Stockholm dalam meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara,” kata Kamapradipta dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis.
Sementara Gillström menyampaikan, ”Penandatanganan ini merupakan suatu milestone bagi BOFORS AB dan Indonesia melalui PT PAL dan dengan payung hukum ini kedua pihak dapat bekerja sama di bidang MRO.”
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Direktur PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod. ”Kerja sama ini diharapkan dapat membuat PT PAL lebih kompetitif dan bertaraf internasional,” katanya.
Implementasi TA MRO memberikan kemudahan akses bagi perbaikan dan perawatan (MRO) kapal perang dan kapal patroli Indonesia yang menggunakan teknologi BOFORS. Proses itu tidak perlu lagi dilakukan di Swedia, melainkan dapat dilakukan oleh PT PAL Indonesia.
Kerja sama MRO kedua perusahaan juga mengandung unsur transfer teknologi dan transfer pengetahuan. Para ahli dan teknisi BOFORS dan PT PAL akan bekerja sama dalam bidang MRO.
KBRI Stockholm mengawal secara intensif proses negosiasi TA MRO tersebut agar memenuhi peraturan nasional dan BOFORS memiliki mitra kerja yang mengikat di Indonesia. Inisiasi perjanjian diawali dari intensi BOFORS AB pada kahir 2020 untuk memiliki perjanjian kerjasama atau Teaming Agreement dengan PT PAL di bidang MRO.
BAE Systems BOFORS AB yang berlokasi di Kota Karlskoga merupakan perusahaan alutsista Swedia yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan alutsista multinasional BAE Systems. Perusahaan alutsista multinasional BAE Systems sendiri merupakan salah satu perusahaan persenjataan terbesar di dunia, yang sahamnya dimiliki oleh Inggris dan Amerika Serikat.
Perjanjian TA MRO ini akan menguntungkan pihak Indonesia, terutama dengan diberikannya kepercayaan oleh salah satu perusahaan persenjataan terbesar di dunia untuk melaksanakan kegiatan MRO di dalam negeri.
Kerja sama Indonesia dan BOFORS telah berlangsung sejak 1959 melalui penandatanganan kontrak pembelian senjata. Dalam kurun waktu 1970-1990, perusahaan ini telah melakukan pengadaan kurang lebih 80 sistem senjata untuk Indonesia. Pada 2019, BOFORS memulai kontrak baru bekerja sama dengan PT PAL untuk KRI kelas KCR-60 untuk jenis senjata 57Mk3.
”KBRI Stockholm siap melakukan penjajakan dan fasilitasi kerjasama antara industri pertahanan Indonesia dan Swedia, baik matra laut, darat dan udara,” kata Kamapradipta. “Hal ini sangat dimungkinkan mengingat RI dan Swedia memiliki Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang telah diratifikasi oleh kedua parlemen masing-masing negara.”
Sumber: internasional.republika.co.id