Riset dan Inovasi

BRIN Memperbaiki Infrastruktur Penelitian dan Inovasi Kebun Raya untuk Maksimalkan Manfaat bagi Masyarakat

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024


Direktur Jenderal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lakhsana Toli Handko, menyoroti pengembangan kebun raya dengan perhatian khusus. Dia mengapresiasi minat masyarakat terhadap kebun raya yang memiliki lima fungsi utama: konservasi, penelitian, pendidikan, pariwisata, dan jasa lingkungan. Handko menekankan pentingnya inovasi untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi tersebut.

Handko mengungkapkan bahwa kegiatan komersial telah lama ada di kebun raya, termasuk kafe, wisma, dan hotel, namun saat ini dikelola oleh mitra dengan transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan kebun raya dibagi antara tiga pengelola, yakni Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Deputi Bidang Prasarana, dan Direktorat Pengelolaan Koleksi, untuk memastikan efisiensi dan fokus pada penelitian.

Perbaikan infrastruktur di kebun raya termasuk rencana penghancuran lapangan tenis beton dan rumah-rumah lama untuk meningkatkan asupan air. Selain itu, jalan-jalan yang rusak sedang diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan pengunjung.

BRIN juga mengembangkan inisiatif inovatif seperti program Glow untuk meningkatkan pendidikan dan pariwisata di kebun raya. Program ini terinspirasi dari kebun raya di luar negeri yang menawarkan wisata malam dan saat ini diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, dengan rencana untuk diadakan maksimal empat kali dalam seminggu di masa mendatang.

Sebagai informasi, sejumlah kebun raya yang memiliki program sejenis Glow antara lain terdapat di Desert Botanical Garden (Phoenix, Arizona), Singapore Botanic Gardens (Singapura), Fairchild Tropical Botanic Garden (Miami, USA), Atlanta Botanical Garden (Atlanta), dan Botanical Garden Berlin (Jerman).
 

Sumber: brin.go.id

Selengkapnya
BRIN Memperbaiki Infrastruktur Penelitian dan Inovasi Kebun Raya untuk Maksimalkan Manfaat bagi Masyarakat

Riset dan Inovasi

Mengungkap Rahasia di Balik Sumber Sekunder: Kunci Menuju Penelitian yang Kaya Informasi

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Data sekunder merujuk pada informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain selain peneliti utama. Sumber umum data sekunder dalam ilmu sosial meliputi hasil sensus, data pemerintah, catatan organisasi, dan data yang awalnya dikumpulkan untuk tujuan penelitian lainnya. Menggunakan data sekunder dalam analisis dapat menghemat waktu yang biasanya dibutuhkan untuk pengumpulan data. Terutama dalam kasus data kuantitatif, penggunaan data sekunder dapat memberikan akses ke basis data yang lebih besar dan berkualitas lebih tinggi yang mungkin tidak dapat dikumpulkan oleh peneliti secara individu.

Analisis data sekunder juga dianggap sangat penting dalam memahami perubahan sosial dan ekonomi, karena seringkali sulit untuk melakukan survei baru yang dapat mencakup perubahan historis dengan tepat. Meskipun demikian, dalam riset pemasaran, data sekunder mungkin kurang berguna karena bisa saja sudah tidak relevan atau tidak akurat. Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan data, peneliti harus mempertimbangkan keunggulan dan keterbatasan dari sumber data sekunder yang mereka gunakan.

Klasifikasi sumber

Klasifikasi sumber-sumber melibatkan pengkategorian sumber-sumber tersebut sebagai sumber primer atau sekunder berdasarkan sifat simbolisnya, yang mengacu pada benda-benda yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan informasi. Sumber-sumber simbolis biasanya mencakup dokumen tertulis seperti surat, catatan, laporan, dan seni grafis, tetapi tidak termasuk benda-benda non-komunikatif seperti pecahan tembikar atau sisa-sisa makanan.

Membedakan antara sumber primer dan sekunder bersifat subjektif dan bergantung pada konteksnya, sehingga sulit untuk membuat definisi yang tepat. Beberapa sumber dapat diklasifikasikan sebagai sumber primer atau sekunder, tergantung pada situasinya. Misalnya, sebuah teks sejarah yang membahas dokumen-dokumen lama untuk menarik kesimpulan baru dapat dianggap sebagai sumber primer untuk kesimpulan baru, namun tetap menjadi sumber sekunder untuk dokumen lama. Demikian pula, sebuah obituari atau survei artikel jurnal dapat berperan sebagai sumber primer dan sekunder.

Klasifikasi suatu sumber sebagai sumber primer atau sekunder dapat berubah dari waktu ke waktu, yang mencerminkan pergeseran pengetahuan dalam bidang studi. Sebagai contoh, sebuah dokumen yang merujuk pada isi surat yang hilang dapat dianggap sebagai sumber primer sampai surat tersebut ditemukan, dan setelah itu dokumen tersebut menjadi sumber sekunder.

Upaya untuk memodelkan komunikasi ilmiah dan keilmuan bergantung pada konsep-konsep seperti sumber primer dan sekunder. Model penyebaran informasi UNISIST, yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan kerangka kerja untuk memahami konsep-konsep ini dalam sistem sosial yang lebih besar dari pertukaran pengetahuan.

Dalam beberapa bahasa seperti bahasa Jerman, ada perbedaan antara Sekundärliteratur (literatur sekunder) untuk sumber sekunder dan Sekundärquelle (sumber sekunder) untuk historiografi. Sekundärquelle dapat merujuk pada Primärquelle (sumber primer) yang hilang, seperti notulen yang sudah tidak ada lagi, sehingga sumber primernya tidak dapat diakses oleh para peneliti.

Memahami Klasifikasi Sumber di Berbagai Bidang

Perbedaan antara sumber primer dan sekunder memainkan peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari sains dan kedokteran hingga humaniora dan sejarah. Mari selidiki bagaimana sistem klasifikasi ini beroperasi di berbagai bidang studi.

Sains, Teknologi, dan Kedokteran:
Dalam konteks ilmiah, sumber sekunder sering disebut sebagai "literatur sekunder" dan dapat berupa artikel review atau meta-analisis. Sumber primer, sebaliknya, adalah makalah penelitian asli yang ditulis oleh ilmuwan yang melakukan penelitian. Materi utama ini mencakup bagian seperti Tujuan, Metode, Hasil, dan Kesimpulan dalam makalah penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah. Namun, sumber sekunder juga dapat mencakup ringkasan literatur yang ada, deskripsi penyakit atau pengobatan di buku referensi, atau survei pekerjaan sebelumnya di lapangan.

Ilmu Perpustakaan dan Informasi:
Sumber sekunder dalam bidang ini adalah sumber yang merangkum atau memberikan komentar terhadap sumber primer dalam konteks tertentu. Mereka berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atau interpretasi informasi atau ide yang diteliti.

Matematika:
Dalam matematika, sumber sekunder sangat penting untuk membuat ide-ide matematika yang kompleks dan bukti-bukti dari sumber primer lebih mudah diakses oleh masyarakat. Sumber tersier juga dapat digunakan untuk memenuhi peran pengantar.

Humaniora dan Sejarah:
Dalam sejarah dan humaniora, sumber sekunder biasanya berupa buku atau jurnal ilmiah yang ditulis oleh penerjemah atau cendekiawan di kemudian hari. Sumber-sumber ini menawarkan perspektif mengenai peristiwa atau gagasan sejarah dari sudut pandang selanjutnya. Sejarawan sangat bergantung pada sumber-sumber primer, seperti dokumen arsip, untuk penulisan ilmiah asli, dan membacanya bersamaan dengan interpretasi sekunder.

Hukum:
Dalam bidang hukum, klasifikasi sumber sangatlah penting karena persuasif suatu sumber sering kali bergantung pada sejarahnya. Sumber primer meliputi kasus, undang-undang, konstitusi, dan teks hukum otoritatif lainnya, sedangkan sumber sekunder berupa buku, artikel, dan ensiklopedia. Penulis hukum umumnya lebih suka mengutip sumber primer karena memiliki nilai otoritatif dan preseden.

Sejarah keluarga:
Dalam penelitian sejarah keluarga, sumber sekunder diartikan sebagai catatan atau pernyataan yang dibuat oleh orang yang bukan saksi mata atau seseorang yang tidak mempunyai hubungan dekat dengan peristiwa atau keadaan. Hal ini mencakup kisah-kisah yang ditulis lama setelah peristiwa tersebut terjadi, di mana kesalahan ingatan menjadi faktor yang signifikan.

Otobiografi:
Otobiografi dapat berfungsi sebagai sumber sekunder dalam sejarah atau humaniora bila digunakan untuk memberikan informasi tentang topik selain kehidupan subjek. Misalnya, catatan peristiwa sejarah yang ditulis bertahun-tahun kemudian mungkin mencerminkan persepsi yang ada dibandingkan opini masa kini.

Kesimpulannya, klasifikasi sumber ke dalam kategori primer dan sekunder berbeda-beda antar disiplin ilmu, namun memiliki tujuan yang sama untuk memastikan keakuratan, keandalan, dan kontekstualitas dalam penelitian dan interpretasi ilmiah.
 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengungkap Rahasia di Balik Sumber Sekunder: Kunci Menuju Penelitian yang Kaya Informasi

Riset dan Inovasi

Penjelasan Mengenai Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Data merupakan elemen penting dalam dunia penelitian. Secara sederhana, data adalah segala informasi yang terdiri dari fakta, angka, tulisan, grafik, tabel, atau lambang lainnya yang digunakan sebagai bahan keterangan. Ini menjadi bahan dasar untuk menghasilkan informasi yang relevan dan berguna. Bagi seorang peneliti, mendapatkan data yang akurat dan relevan sangatlah vital dalam mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Pengumpulan data adalah proses mencari dan menghimpun informasi dari lapangan yang kemudian akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan. Penting bagi peneliti untuk memastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dengan validitas yang tinggi dan melibatkan individu atau tim yang berkualitas dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan.

Dalam proses pengumpulan data, dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan ketekunan. Seorang peneliti harus bersedia untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain, mewawancarai berbagai pihak, atau mengisi kuesioner. Ketekunan dan ketabahan menjadi kunci, karena proses ini bisa memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Mental yang kuat juga diperlukan, karena tanpa itu, risiko untuk menyerah di tengah jalan sangatlah besar.

Secara umum, data dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merujuk pada informasi yang diperoleh langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah informasi yang diperoleh secara tidak langsung, misalnya dari literatur atau basis data yang sudah ada.

Pemahaman yang baik tentang data dan proses pengumpulannya menjadi landasan penting bagi keberhasilan sebuah penelitian. Dengan memastikan bahwa data yang digunakan valid dan relevan, diharapkan hasil penelitian yang dihasilkan akan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah di berbagai bidang.

Memahami Pembagian dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian dapat dibagi berdasarkan dua kriteria utama, yaitu berdasarkan sumber dan sifatnya. Pertama, berdasarkan sumber, data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung oleh peneliti atau individu yang terlibat dalam penelitian. Sedangkan data sekunder merujuk pada informasi yang sudah ada sebelumnya dan diperoleh dari sumber-sumber seperti perpustakaan atau dokumen penelitian sebelumnya.

Kemudian, berdasarkan sifatnya, data dapat dibagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah informasi yang tidak diekspresikan dalam bentuk bilangan, melainkan dalam bentuk pernyataan verbal, simbol, atau gambar. Sementara itu, data kuantitatif adalah informasi yang diekspresikan dalam bentuk bilangan atau dapat diangka-angka.

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian, di antaranya adalah:

  1. Observasi: Melibatkan pengamatan langsung terhadap objek tertentu dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait.
  2. Penelusuran Data Online: Metode penelusuran data yang dilakukan secara daring untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber online.
  3. Pengamatan Partisipatif: Melibatkan peneliti dalam kegiatan sehari-hari subjek penelitian atau sumber data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.

Tentu saja, masih ada banyak teknik pengumpulan data lainnya di luar yang disebutkan di atas, namun teknik-teknik tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam pengumpulan data penelitian. Dengan pemahaman yang baik tentang pembagian data dan teknik pengumpulannya, diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang akurat dan relevan untuk mendukung keberhasilan penelitian yang dilakukan.
 

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Penjelasan Mengenai Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Riset dan Inovasi

Menggali Makna Sumber Primer: Sebuah Kajian Mendalam

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Dalam studi sejarah sebagai disiplin akademis, sumber primer (juga disebut sumber asli) adalah artefak, dokumen, buku harian, manuskrip, otobiografi, rekaman, atau sumber informasi lain yang dibuat pada masa yang diteliti. Sumber ini berfungsi sebagai sumber informasi asli tentang topik tersebut. Definisi yang sama dapat digunakan dalam ilmu perpustakaan dan bidang keilmuan lainnya, meskipun bidang-bidang tersebut memiliki definisi yang agak berbeda. Dalam jurnalisme, sumber primer dapat berupa orang yang memiliki pengetahuan langsung tentang suatu situasi, atau dokumen yang ditulis oleh orang tersebut.

Sumber primer dibedakan dari sumber sekunder, yang mengutip, mengomentari, atau mengembangkan sumber primer. Secara umum, catatan yang ditulis setelah fakta dengan manfaat dari pandangan ke belakang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder juga dapat menjadi sumber primer tergantung pada bagaimana sumber tersebut digunakan. Sebagai contoh, memoar akan dianggap sebagai sumber primer dalam penelitian tentang penulisnya atau tentang teman-teman mereka yang diceritakan di dalamnya, tetapi memoar yang sama akan menjadi sumber sekunder jika digunakan untuk meneliti budaya tempat penulisnya tinggal. "Primer" dan "sekunder" harus dipahami sebagai istilah yang relatif, dengan sumber-sumber yang dikategorikan menurut konteks sejarah tertentu dan apa yang sedang dipelajari.

Pentingnya Klasifikasi Sumber

Sejarah

Dalam penulisan ilmiah, tujuan penting dari pengklasifikasian sumber-sumber adalah untuk menentukan independensi dan keandalannya. Dalam konteks seperti penulisan sejarah, hampir selalu disarankan untuk menggunakan sumber-sumber primer dan bahwa "jika tidak ada yang tersedia, hanya dengan sangat hati-hati (penulis) dapat menggunakan sumber-sumber sekunder." Sreedharan percaya bahwa sumber-sumber primer memiliki hubungan yang paling langsung dengan masa lalu dan bahwa sumber-sumber tersebut "berbicara sendiri" dengan cara yang tidak dapat ditangkap melalui saringan sumber-sumber sekunder.


Dari surat Philip II, Raja Spanyol, abad ke-16

Bidang-bidang Lain 

Dalam penulisan ilmiah, tujuan pengklasifikasian sumber adalah untuk menentukan independensi dan keandalan sumber. Meskipun istilah sumber primer dan sumber sekunder berasal dari historiografi sebagai cara untuk menelusuri sejarah gagasan-gagasan sejarah, istilah ini telah diterapkan pada banyak bidang lain. Sebagai contoh, gagasan-gagasan ini dapat digunakan untuk melacak sejarah teori-teori ilmiah, elemen-elemen sastra, dan informasi lain yang diteruskan dari satu penulis ke penulis lain.

Dalam literatur ilmiah, sumber primer, atau "literatur utama", adalah publikasi asli dari data, hasil, dan teori baru seorang ilmuwan. Dalam sejarah politik, sumber primer adalah dokumen-dokumen seperti laporan resmi, pidato, pamflet, poster, atau surat-surat dari para partisipan, laporan resmi hasil pemilihan umum, dan laporan dari para saksi mata. Dalam sejarah gagasan atau sejarah intelektual, sumber-sumber primer utama adalah buku-buku, esai, dan surat-surat yang ditulis oleh para intelektual; para intelektual ini bisa jadi adalah para sejarawan, yang oleh karena itu buku-buku dan esai-esainya dianggap sebagai sumber-sumber primer bagi sejarawan intelektual, meskipun buku-buku dan esai-esai tersebut merupakan sumber-sumber sekunder dalam bidang-bidang topik mereka sendiri. Dalam sejarah agama, sumber-sumber utama adalah teks-teks keagamaan dan deskripsi upacara dan ritual keagamaan. 

Sebuah studi tentang sejarah budaya dapat mencakup sumber-sumber fiksi seperti novel atau drama. Dalam pengertian yang lebih luas, sumber primer juga mencakup artefak seperti foto, berita, koin, lukisan, atau bangunan yang dibuat pada saat itu. Sejarawan juga dapat mempertimbangkan artefak arkeologi dan laporan lisan serta wawancara. Sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga jenis.

  • Sumber naratif atau sumber sastra menceritakan sebuah cerita atau pesan. Sumber-sumber ini tidak terbatas pada sumber-sumber fiksi (yang dapat menjadi sumber informasi untuk sikap kontemporer), namun juga mencakup buku harian, film, biografi, karya-karya filosofis terkemuka, dan karya-karya ilmiah.
  • Sumber-sumber diplomatik meliputi piagam dan dokumen hukum lainnya yang biasanya mengikuti format tertentu.
  • Dokumen sosial adalah catatan yang dibuat oleh organisasi, seperti daftar kelahiran dan catatan pajak.

Dalam historiografi, ketika studi sejarah tunduk pada penelitian sejarah, sumber sekunder menjadi sumber primer. Untuk biografi seorang sejarawan, publikasi sejarawan tersebut akan menjadi sumber primer. Film dokumenter dapat dianggap sebagai sumber sekunder atau sumber primer, tergantung pada seberapa banyak pembuat film memodifikasi sumber aslinya. 

Perpustakaan Lafayette College menyediakan sinopsis sumber-sumber primer dalam beberapa bidang studi:

Definisi sumber primer bervariasi tergantung pada disiplin ilmu dan konteks penggunaannya.

  • Dalam bidang humaniora, sumber primer dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diciptakan selama periode waktu yang sedang dipelajari atau sesudahnya oleh individu yang merefleksikan keterlibatan mereka dalam peristiwa-peristiwa pada masa itu.
  • Dalam ilmu-ilmu sosial, definisi sumber primer akan diperluas untuk mencakup data numerik yang telah dikumpulkan untuk menganalisis hubungan antara orang, peristiwa, dan lingkungan mereka.
  • Dalam ilmu pengetahuan alam, sumber primer dapat didefinisikan sebagai laporan temuan atau gagasan orisinal. Sumber-sumber ini sering kali muncul dalam bentuk artikel penelitian dengan bagian metode dan hasil.

Menemukan Sumber-Sumber Primer

Meskipun banyak sumber primer yang masih berada di tangan pribadi, sumber-sumber lainnya berada di arsip, perpustakaan, museum, perkumpulan sejarah, dan koleksi khusus. Tempat-tempat tersebut bisa milik pemerintah atau swasta. Beberapa di antaranya berafiliasi dengan universitas dan perguruan tinggi, sementara yang lainnya adalah badan pemerintah. Bahan-bahan yang berkaitan dengan satu bidang mungkin berada di banyak lembaga yang berbeda. Lokasi-lokasi tersebut bisa jadi jauh dari sumber asli dokumen tersebut. Sebagai contoh, Perpustakaan Huntington di California menyimpan banyak dokumen dari Inggris.

Di Amerika Serikat, salinan digital dari sumber-sumber primer dapat diperoleh dari beberapa tempat. Perpustakaan Kongres menyimpan beberapa koleksi digital yang dapat diambil. Beberapa contohnya adalah American Memory dan Chronicling America. National Archives and Records Administration juga memiliki koleksi digital di Digital Vaults. Digital Public Library of America melakukan penelusuran di seluruh koleksi sumber primer yang telah didigitalkan dari banyak perpustakaan, arsip, dan museum. Internet Archive juga memiliki materi sumber primer dalam berbagai format. Di Inggris, Arsip Nasional menyediakan pencarian terkonsolidasi dari katalognya sendiri dan berbagai macam arsip lain yang terdaftar di indeks Access to Archives. Salinan digital dari berbagai kelas dokumen di Arsip Nasional (termasuk surat wasiat) tersedia di DocumentsOnline. Sebagian besar dokumen yang tersedia berhubungan dengan Inggris dan Wales. Beberapa salinan digital dari sumber-sumber primer tersedia di Arsip Nasional Skotlandia. Banyak koleksi Kantor Arsip Daerah yang termasuk dalam Access to Archives, sementara yang lain memiliki katalog online sendiri. Banyak Kantor Arsip Daerah yang menyediakan salinan digital dokumen.

Di wilayah lain, Europeana memiliki materi digital dari seluruh Eropa, sementara World Digital Library dan Flickr Commons memiliki materi dari seluruh dunia. Trove memiliki sumber-sumber primer dari Australia, sebagian besar bahan sumber primer tidak didigitalkan dan hanya dapat diwakili secara online dengan catatan atau alat bantu penelusuran. Bahan yang didigitalkan dan tidak didigitalkan dapat ditemukan melalui katalog seperti WorldCat, katalog Perpustakaan Kongres, katalog Arsip Nasional, dan sebagainya.
Menggunakan Sumber-Sumber Primer

Sejarah sebagai disiplin akademis didasarkan pada sumber-sumber primer, sebagaimana dievaluasi oleh komunitas cendekiawan, yang melaporkan temuan-temuan mereka dalam buku-buku, artikel-artikel, dan makalah-makalah. Arthur Marwick mengatakan, "Sumber-sumber primer adalah hal yang sangat mendasar bagi sejarah." Idealnya, seorang sejarawan akan menggunakan semua sumber primer yang tersedia yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat pada masa yang sedang dipelajari. Dalam praktiknya, beberapa sumber telah dihancurkan, sementara yang lain tidak tersedia untuk penelitian. 

Mungkin satu-satunya laporan saksi mata dari suatu peristiwa mungkin berupa memoar, otobiografi, atau wawancara lisan yang dilakukan bertahun-tahun kemudian. Kadang-kadang satu-satunya bukti yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau orang di masa lalu ditulis atau disalin beberapa dekade atau berabad-abad kemudian. Naskah yang menjadi sumber untuk teks klasik dapat berupa salinan dokumen atau potongan-potongan salinan dokumen. Ini adalah masalah umum dalam studi klasik, di mana terkadang hanya ringkasan dari sebuah buku atau surat yang masih ada. Kesulitan potensial dengan sumber-sumber primer mengakibatkan sejarah biasanya diajarkan di sekolah-sekolah dengan menggunakan sumber-sumber sekunder.

Sejarawan yang mempelajari periode modern dengan tujuan untuk menerbitkan artikel akademis lebih memilih untuk kembali ke sumber-sumber primer yang tersedia dan mencari sumber-sumber baru (dengan kata lain, yang terlupakan atau hilang). Sumber-sumber primer, baik yang akurat maupun tidak, menawarkan masukan baru ke dalam pertanyaan-pertanyaan sejarah dan sebagian besar sejarah modern berkisar pada penggunaan arsip dan koleksi khusus yang besar untuk menemukan sumber-sumber primer yang berguna. Sebuah karya tentang sejarah tidak mungkin dianggap serius sebagai sebuah karya ilmiah jika hanya mengutip sumber-sumber sekunder, karena hal itu tidak menunjukkan bahwa penelitian asli telah dilakukan.

Namun, sumber-sumber primer - terutama yang berasal dari sebelum abad ke-20 - mungkin memiliki tantangan yang tersembunyi. "Sumber-sumber primer, pada kenyataannya, biasanya terpisah-pisah, ambigu, dan sangat sulit untuk dianalisis dan ditafsirkan." Makna usang dari kata-kata yang sudah dikenal dan konteks sosial merupakan salah satu jebakan yang menanti para pendatang baru dalam studi sejarah. Karena alasan ini, penafsiran teks-teks primer biasanya diajarkan sebagai bagian dari mata kuliah sejarah tingkat lanjut atau pascasarjana, meskipun belajar mandiri atau pelatihan informal juga dimungkinkan.
Kekuatan Dan Kelemahan

Dalam banyak bidang dan konteks, seperti penulisan sejarah, hampir selalu disarankan untuk menggunakan sumber-sumber primer jika memungkinkan, dan "jika tidak ada, hanya dengan sangat hati-hati [penulis] dapat menggunakan sumber-sumber sekunder." Selain itu, sumber-sumber primer menghindari masalah yang melekat pada sumber-sumber sekunder, yaitu bahwa setiap penulis baru dapat mengubah dan memberi sentuhan baru pada temuan-temuan penulis yang dikutip sebelumnya. Sejarah yang penulisnya menarik kesimpulan dari selain sumber primer atau sumber sekunder yang sebenarnya didasarkan pada sumber primer, pada dasarnya adalah fiksi dan sama sekali bukan sejarah.

- Kameron Searle

Namun, sumber primer belum tentu lebih berwenang atau lebih baik daripada sumber sekunder. Bisa jadi ada bias dan pandangan-pandangan yang tidak disadari yang memutarbalikkan informasi sejarah.

Materi asli mungkin saja... berprasangka, atau setidaknya tidak persis seperti yang diklaimnya.

- David Iredale

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikoreksi dalam sumber-sumber sekunder, yang sering kali menjadi sasaran tinjauan sejawat, dapat didokumentasikan dengan baik, dan sering kali ditulis oleh sejarawan yang bekerja di lembaga-lembaga di mana keakuratan metodologis penting bagi masa depan karier dan reputasi penulis. Sejarawan mempertimbangkan keakuratan dan objektivitas sumber-sumber primer yang mereka gunakan dan sejarawan melakukan pemeriksaan yang ketat terhadap sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber primer seperti entri jurnal (atau versi online, blog), paling banter, mungkin hanya mencerminkan pendapat satu orang tentang suatu peristiwa, yang mungkin benar atau tidak benar, akurat, atau lengkap.

Peserta dan saksi mata mungkin salah memahami peristiwa atau mendistorsi laporan mereka, baik secara sengaja maupun tidak, untuk meningkatkan citra atau kepentingan mereka sendiri. Efek seperti itu bisa meningkat seiring berjalannya waktu, karena orang membuat narasi yang mungkin tidak akurat. Untuk sumber apa pun, baik primer maupun sekunder, penting bagi peneliti untuk mengevaluasi jumlah dan arah bias.  Sebagai contoh, laporan pemerintah mungkin merupakan deskripsi peristiwa yang akurat dan tidak bias, namun bisa saja disensor atau diubah untuk tujuan propaganda atau menutup-nutupi. Fakta-fakta dapat diputarbalikkan untuk menampilkan pihak lawan dalam sudut pandang yang negatif. Para pengacara diajarkan bahwa bukti dalam kasus pengadilan bisa jadi benar, namun bisa saja diputarbalikkan untuk mendukung atau menentang posisi salah satu pihak.

Mengklasifikasikan Sumber-Sumber

Banyak sumber yang dapat dianggap sebagai sumber primer atau sekunder, tergantung pada konteks di mana sumber-sumber tersebut diperiksa. Selain itu, perbedaan antara sumber primer dan sekunder bersifat subyektif dan kontekstual, sehingga definisi yang tepat sulit dibuat. Sebuah resensi buku, jika berisi pendapat pengulas tentang buku tersebut dan bukan ringkasan dari buku tersebut, menjadi sumber primer. Jika sebuah teks sejarah membahas dokumen-dokumen lama untuk mendapatkan kesimpulan sejarah yang baru, maka teks tersebut dianggap sebagai sumber primer untuk kesimpulan yang baru. Contoh-contoh di mana sebuah sumber dapat menjadi sumber primer dan sekunder termasuk obituari atau survei terhadap beberapa volume jurnal yang menghitung frekuensi artikel-artikel tentang topik tertentu.

Apakah sebuah sumber dianggap sebagai sumber primer atau sekunder dalam konteks tertentu dapat berubah, tergantung pada kondisi pengetahuan saat ini dalam bidang tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah dokumen merujuk pada isi surat yang sebelumnya tidak ditemukan, dokumen tersebut dapat dianggap "primer", karena dokumen tersebut merupakan hal yang paling dekat dengan sumber asli; tetapi jika surat tersebut kemudian ditemukan, maka dokumen tersebut dapat dianggap sebagai "sekunder". Dalam beberapa kasus, alasan untuk mengidentifikasi sebuah teks sebagai "sumber primer" dapat berasal dari fakta bahwa tidak ada salinan dari materi sumber aslinya, atau bahwa teks tersebut merupakan sumber tertua yang masih ada untuk informasi yang dikutip.

Pemalsuan

Sejarawan terkadang harus berhadapan dengan dokumen palsu yang diklaim sebagai sumber primer. Pemalsuan ini biasanya dibuat dengan tujuan curang, seperti mengesahkan hak-hak hukum, mendukung silsilah palsu, atau mempromosikan interpretasi tertentu atas peristiwa-peristiwa bersejarah. Penyelidikan dokumen untuk menentukan keasliannya disebut diplomatik.

Selama berabad-abad, para paus menggunakan sumbangan Konstantin yang dipalsukan untuk memperkuat kekuasaan sekuler Kepausan. Di antara pemalsuan yang paling awal adalah piagam-piagam Anglo-Saxon palsu, sejumlah pemalsuan abad ke-11 dan ke-12 yang dibuat oleh biara-biara dan biara-biara untuk mendukung klaim atas tanah di mana dokumen aslinya telah hilang atau tidak pernah ada. Salah satu pemalsuan yang tidak biasa terhadap sumber primer dilakukan oleh Sir Edward Dering, yang menempatkan kuningan monumental palsu di sebuah gereja paroki. Pada tahun 1986, Hugh Trevor-Roper mengesahkan Buku Harian Hitler, yang kemudian terbukti palsu. Baru-baru ini, dokumen-dokumen palsu telah ditempatkan di Arsip Nasional Inggris dengan harapan dapat membuktikan kebenarannya. Namun, sejarawan yang berurusan dengan abad-abad terakhir jarang menemukan pemalsuan yang penting.
 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Menggali Makna Sumber Primer: Sebuah Kajian Mendalam

Riset dan Inovasi

Mengupas Tuntas Penelitian Sekunder

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Penelitian sekunder melibatkan perangkuman, kompilasi dan/atau sintesis dari temuan-temuan penelitian yang sudah ada. Penelitian sekunder berbeda dengan penelitian primer. Hal ini dikarenakan penelitian primer melibatkan pembuatan data, sedangkan penelitian sekunder menggunakan sumber penelitian primer sebagai sumber data untuk dianalisis. Fitur penting dari penelitian primer adalah adanya bagian "Metode" di mana penulis menjelaskan bagaimana data dihasilkan. Contoh umum dari penelitian sekunder termasuk buku teks, ensiklopedia, artikel berita, artikel ulasan, dan meta-analisis. Ketika melakukan penelitian sekunder, penulis dapat memperoleh data dari makalah akademis yang diterbitkan, dokumen pemerintah, database statistik, dan catatan sejarah.

Bidang

Istilah ini sering digunakan dalam bidang-bidang seperti sejarah, penelitian hukum, dan penelitian pasar. Metodologi utama dalam penelitian perawatan sekunder adalah tinjauan sistematis, biasanya menggunakan metode statistik meta-analitik. Pada abad ke-21, metode integratif lainnya seperti tinjauan realis dan tinjauan meta-naratif telah dikembangkan.

Riset pasar sekunder adalah penggunaan kembali data yang dikumpulkan oleh pihak pertama, seperti: B. Wawancara atau survei telepon oleh pihak kedua. Riset pasar sekunder dapat dibagi menjadi dua kategori: informasi dari sumber internal, seperti organisasi atau perusahaan, dan informasi dari sumber eksternal di luar organisasi atau perusahaan. Riset pasar sekunder lebih ekonomis karena menggunakan informasi historis dan menggunakan kembali data yang telah dikumpulkan.

Riset primer vs riset sekunder

Riset primer adalah riset yang dikumpulkan secara langsung dan unik bagi mereka yang menggunakannya. Tujuan dari riset primer adalah untuk menjawab pertanyaan yang tidak terjawab dalam literatur yang dipublikasikan. Selain itu, penelitian ini perlu ditinjau oleh orang lain untuk menghilangkan biasnya sendiri. Penelitian primer dapat berupa survei, observasi, atau wawancara. Jenis investigasi ini biasanya lebih memakan waktu dan mahal. Jika memungkinkan, penelitian sekunder sebaiknya dilakukan sebelum penelitian primer untuk mengidentifikasi informasi yang belum tersedia.

Penelitian sekunder didasarkan pada data dan informasi yang telah dipublikasikan yang diperoleh dari penelitian lain yang telah dilakukan. Para peneliti biasanya melakukan penelitian sekunder sebelum penelitian primer untuk menentukan informasi apa yang kurang. Riset sekunder merupakan titik awal yang mudah untuk sebuah proyek penelitian baru. Tingkat kepercayaan penelitian sekunder tergantung pada sumber data dan siapa yang membagikan penelitian tersebut.


Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengupas Tuntas Penelitian Sekunder

Riset dan Inovasi

Memahami Data Sekunder: Sumber Informasi Berharga

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Data sekunder mengacu pada data yang dikumpulkan oleh pengguna selain pengguna utama. Sumber data sekunder yang umum dalam ilmu sosial meliputi sensus, informasi yang dikumpulkan oleh lembaga pemerintah, catatan organisasi, dan data yang awalnya dikumpulkan untuk tujuan penelitian lainnya. Di sisi lain, data primer dikumpulkan oleh peneliti yang melakukan penelitian.

Analisis data sekunder dapat menghemat waktu yang dihabiskan untuk pengumpulan data dan, khususnya untuk data kuantitatif, dapat menyediakan basis data yang lebih besar dan berkualitas tinggi yang tidak dapat dibuat oleh seorang peneliti. Selain itu, para analis perubahan sosial dan ekonomi percaya bahwa data sekunder penting karena tidak mungkin melakukan penelitian baru yang dapat menangkap perubahan dan perkembangan masa lalu secara memadai. Namun, analisis data sekunder mungkin tidak terlalu berguna dalam riset pasar karena datanya mungkin sudah ketinggalan zaman atau tidak akurat.

Sumber data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber:

  • sensus dan departemen pemerintah seperti perumahan, jaminan sosial, statistik pemilu, catatan pajak
  • pencarian internet dan perpustakaan
  • GPS dan penginderaan jauh
  • laporan kemajuan km
  • jurnal, surat kabar dan majalah

Data administrasi dan sensus

Departemen dan lembaga pemerintah secara rutin mengumpulkan informasi ketika mendaftarkan individu, melakukan transaksi, dan menyimpan catatan, biasanya ketika memberikan layanan. Informasi ini disebut data administratif.

Ini dapat mencakup:

  • informasi pribadi seperti nama, tanggal lahir, alamat
  • informasi tentang sekolah dan prestasi pendidikan
  • informasi tentang kesehatan
  • informasi tentang hukuman pidana atau hukuman penjara
  • catatan pajak, seperti pendapatan

Sensus adalah proses memperoleh dan mencatat informasi secara sistematis tentang anggota kelompok populasi tertentu. Ini adalah sensus resmi dan berkala terhadap populasi tertentu. Meskipun ini adalah data administratif, namun dikumpulkan secara berkala untuk tujuan penelitian. Sebagian besar data pemerintah dikumpulkan secara berkelanjutan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kelebihan dan kekurangan data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari sumber lain dan mungkin telah digunakan dalam penelitian sebelumnya, sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Menghemat waktu dan menghemat biaya: Pengumpulan data dilakukan oleh orang lain selain peneliti. Data administratif dan sensus dapat mencakup sampel populasi besar dan kecil secara rinci. Informasi yang dikumpulkan pemerintah juga mencakup segmen masyarakat yang cenderung tidak berpartisipasi dalam sensus (jika sensus bersifat sukarela).

Keuntungan yang jelas dari penggunaan data sekunder adalah bahwa sebagian besar pekerjaan latar belakang yang diperlukan, seperti tinjauan literatur dan studi kasus, telah diselesaikan. Data tersebut sudah dapat digunakan dalam teks dan statistik yang dipublikasikan di tempat lain, dipromosikan di media, dan untuk membuat kontak pribadi yang berguna. Data sekunder umumnya memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak memerlukan pengujian ulang oleh peneliti yang menggunakan kembali data tersebut. Data sekunder adalah kunci dari konsep pengayaan data. Hal ini melibatkan pengaitan kumpulan data sumber sekunder dengan kumpulan data penelitian dan menambahkan atribut dan nilai kunci untuk meningkatkan akurasi kumpulan data.

Data sekunder berfungsi sebagai dasar penelitian primer untuk membandingkan hasil data primer yang dikumpulkan dan juga membantu dalam desain penelitian. Namun, data sekunder juga dapat menimbulkan masalah. Data tersebut mungkin sudah usang atau tidak akurat. Jika data yang dikumpulkan digunakan untuk tujuan penelitian lain, data tersebut mungkin tidak mencakup populasi sampel yang ingin diteliti oleh peneliti atau mungkin tidak cukup rinci. Data administratif yang awalnya tidak dikumpulkan untuk tujuan penelitian mungkin tidak tersedia atau sulit diakses dalam format penelitian yang umum.

Analisis sekunder atau penggunaan kembali data kualitatif

Meskipun "data sekunder" dikaitkan dengan database kuantitatif, analisis yang berfokus pada materi verbal atau visual yang dibuat untuk tujuan lain merupakan alat yang sah bagi peneliti kualitatif. Faktanya, analisis data sekunder kualitatif dapat dikatakan “dapat dipahami, namun tidak sebaik menganalisis data yang sudah ada”. Dokumentasi yang baik tidak boleh diremehkan dalam analisis data kualitatif sekunder, karena dokumentasi tersebut memberikan latar belakang dan konteks bagi peneliti masa depan dan memungkinkan replikasi.

 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Memahami Data Sekunder: Sumber Informasi Berharga
page 1 of 7 Next Last »