Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Proyek Konstruksi selama Pandemi Covid-19

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Industri konstruksi menghadapi tantangan besar dalam menjaga keselamatan kerja, terutama selama pandemi Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh Lendra et al. (2023) bertujuan untuk mengidentifikasi risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi selama pandemi serta memberikan solusi pengendalian risiko. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Relative Importance Index (RII) untuk menentukan peringkat risiko dan standar AS/NZS 4360:2004 dalam mengkategorikan risiko berdasarkan tingkat keparahan dan kemungkinan terjadi.

Proyek Konstruksi di Palangka Raya

Penelitian ini dilakukan pada 30 perusahaan konstruksi di Palangka Raya dengan data yang dikumpulkan melalui kuesioner kepada direktur, manajer proyek, dan manajer K3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko terbesar yang dihadapi dalam proyek konstruksi selama pandemi adalah:

  1. Penyebaran Covid-19 (RII = 0,673)
  2. Jatuh dari ketinggian (RII = 0,520)
  3. Tersengat listrik (RII = 0,533)
  4. Pekerja terkonfirmasi positif Covid-19 (RII = 0,520)
  5. Infeksi akibat tidak memakai masker (RII = 0,480)

Dua risiko tertinggi (penyebaran Covid-19 dan jatuh dari ketinggian) dikategorikan sebagai risiko tinggi, sedangkan tiga lainnya masuk dalam kategori risiko sedang berdasarkan AS/NZS 4360:2004.

Dampak Pandemi terhadap Keselamatan Proyek

Pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan besar dalam penerapan K3 di proyek konstruksi, termasuk:

  • Kewajiban penerapan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker dan jaga jarak.
  • Keterbatasan tenaga kerja, yang berdampak pada efisiensi proyek.
  • Meningkatnya penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah penyebaran virus.
  • Penundaan proyek akibat pembatasan sosial dan ketidakhadiran pekerja yang terinfeksi.

Strategi Pengendalian Risiko

Untuk mengurangi risiko dalam proyek konstruksi selama pandemi, penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah mitigasi:

1. Penerapan Protokol Kesehatan

  • Menyediakan masker, hand sanitizer, dan alat kebersihan.
  • Mewajibkan tes Covid-19 sebelum memasuki lokasi proyek.
  • Menyediakan fasilitas kesehatan bagi pekerja.

2. Peningkatan Keselamatan Kerja

  • Menggunakan scaffolding yang kuat untuk mencegah jatuh dari ketinggian.
  • Menyediakan jaring pengaman dan pelindung bagi pekerja.
  • Mengatur jalur listrik yang aman untuk mencegah sengatan listrik.

3. Pelatihan dan Edukasi Keselamatan

  • Melakukan safety briefing sebelum pekerjaan dimulai.
  • Memberikan pelatihan tentang penggunaan APD dan protokol Covid-19.
  • Mengadakan kampanye keselamatan secara berkala.

4. Peningkatan Sistem Pelaporan Insiden

  • Menyediakan mekanisme pelaporan insiden secara anonim.
  • Memberikan umpan balik kepada pekerja mengenai laporan keselamatan.
  • Memberikan insentif bagi pekerja yang aktif melaporkan potensi bahaya.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah menambah tantangan dalam penerapan K3 di proyek konstruksi. Risiko terbesar yang dihadapi adalah penyebaran Covid-19 dan jatuh dari ketinggian, yang memerlukan tindakan mitigasi segera. Dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, meningkatkan keselamatan kerja, serta memberikan pelatihan dan edukasi, risiko kecelakaan kerja dapat dikurangi secara signifikan.

Sumber: Lendra, L., Gawei, A. B. P., Sintani, L., Afanda, D. M., & Tjakra, J. (2023). ‘The Assessment of Occupational Safety and Health Risk Management on Construction Projects During the Covid-19 Pandemic’. International Journal of Disaster Management, 6(1), 1-18.

Selengkapnya
Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Proyek Konstruksi selama Pandemi Covid-19

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri baja yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Studi yang dilakukan oleh Umugwaneza et al. (2019) meneliti dampak praktik K3 terhadap komitmen dan kinerja karyawan di dua perusahaan baja di Rwanda, yaitu SteelRwa Industries Ltd dan IMANA Steel Rwanda Ltd. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 533 responden, mencakup manajer, supervisor, dan pekerja. Dari sampel yang ditentukan, 229 karyawan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Studi Kasus dan Temuan Utama

1. Tingkat Kesadaran Karyawan terhadap K3

  • 63,6% karyawan tidak mengikuti prosedur keselamatan karena kurangnya enforcement dan tekanan kerja.
  • 60,5% tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hukum dan regulasi K3.
  • 56,4% tidak mengetahui hak-hak mereka terkait keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Statistik Kecelakaan Kerja di Industri Baja Rwanda

  • Jumlah kecelakaan kerja meningkat dari 41 kasus pada 2007 menjadi 680 kasus pada 2017.
  • Insiden utama melibatkan ledakan, kontak dengan logam panas, dan terjebak dalam mesin.
  • 100% pekerja tidak memiliki asuransi kesehatan, yang meningkatkan beban finansial akibat cedera kerja.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

  • 80% pekerja telah diberikan APD, namun sebagian besar menolak menggunakannya karena ketidaknyamanan dan suhu tinggi di pabrik.
  • APD yang tersedia sering kali usang, meningkatkan risiko kecelakaan.
  • Hanya 47,7% pekerja yang menerima pelatihan tentang penggunaan APD.

Hubungan antara K3 dan Kinerja Karyawan

1. Dampak K3 terhadap Produktivitas

  • 72,3% pekerja menyatakan bahwa kurangnya kepemimpinan dalam K3 berdampak negatif pada produktivitas.
  • 82,1% percaya bahwa lingkungan kerja yang aman akan meningkatkan produktivitas.
  • 66,2% tidak puas dengan kebijakan K3 yang diterapkan oleh perusahaan mereka.

2. Efek Keselamatan terhadap Ketidakhadiran dan Kompensasi

  • 53,8% menyatakan bahwa kurangnya program K3 menyebabkan peningkatan ketidakhadiran.
  • 56,9% menyatakan bahwa kecelakaan kerja meningkatkan biaya rumah sakit dan klaim asuransi.
  • Tidak ada sistem kompensasi yang jelas, sehingga banyak pekerja tidak menerima gaji saat mereka cedera.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan K3
    • Memberikan pelatihan rutin tentang prosedur keselamatan.
    • Memastikan setiap pekerja memahami hak-hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
  2. Meningkatkan Kualitas APD
    • Menyediakan APD yang lebih nyaman dan tahan panas.
    • Memastikan setiap pekerja menggunakan APD selama jam kerja.
  3. Implementasi Sistem Kompensasi dan Asuransi
    • Menyediakan asuransi kesehatan bagi pekerja.
    • Menerapkan kebijakan kompensasi bagi pekerja yang mengalami cedera kerja.
  4. Memperkuat Pengawasan dan Penegakan Regulasi K3
    • Meningkatkan inspeksi rutin terhadap penerapan K3.
    • Menindak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen dan kinerja karyawan di industri baja Rwanda. Dengan meningkatkan pelatihan, pengawasan, dan sistem kompensasi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan produktivitas pekerja.

Sumber: Umugwaneza, C., Nkechi, I. E., & Mugabe, J. B. (2019). ‘Effect of Workplace Safety and Health Practices on Employee Commitment and Performance in Steel Manufacturing Companies in Rwanda’. European Journal of Business and Management Research, 4(5), 1-10.

Selengkapnya
Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, termasuk di lingkungan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Grace Katunge Jonathan dan Rosemary Wahu Mbogo (2016) menyoroti bagaimana peran karyawan dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman di sekolah menengah, khususnya di Mbooni West, Kenya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan guru dalam kebijakan keselamatan kerja dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka. Dengan menggunakan metode survei deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data dari guru dan kepala sekolah dengan total 49 responden, yang terdiri dari 25 pria (51%) dan 24 wanita (49%).

Temuan Utama dan Studi Kasus

1. Kesadaran dan Keterlibatan Karyawan dalam K3

  • 57,1% guru tidak terlibat dalam program pelatihan K3.
  • 44,9% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah dilibatkan dalam diskusi kebijakan keselamatan kerja.
  • Hanya 26,5% guru yang berpartisipasi dalam diskusi kebijakan keselamatan secara berkala.

2. Tingkat Kecelakaan dan Kejadian di Sekolah

  • Tercatat lebih dari 3000 cedera akibat kecelakaan kerja di sektor pendidikan Inggris selama enam tahun terakhir.
  • Beberapa insiden umum melibatkan jatuh, kontak dengan peralatan laboratorium, dan ventilasi yang buruk.
  • 75,5% responden menyatakan bahwa administrasi sekolah merespons laporan keselamatan dengan cepat.

3. Peran Manajemen dalam Keselamatan Kerja

  • Pemerintah Kenya melalui Kementerian Pendidikan diharapkan lebih aktif dalam menyusun kebijakan keselamatan yang mengakomodasi guru.
  • Beberapa sekolah telah mulai menerapkan komite keselamatan untuk memantau kondisi kerja.
  • Hanya 20% sekolah di wilayah tersebut yang memiliki rencana tanggap darurat.

Tantangan dalam Implementasi K3

  1. Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan
    • Banyak guru yang tidak memahami hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
    • Tidak ada program pelatihan berkelanjutan yang terstruktur.
  2. Minimnya Fasilitas Keselamatan
    • Beberapa sekolah tidak memiliki alat pemadam kebakaran yang memadai.
    • Tidak ada pemeriksaan rutin terhadap infrastruktur sekolah.
  3. Kurangnya Insentif untuk Kepatuhan K3
    • Tidak ada penghargaan bagi guru atau staf yang mematuhi standar keselamatan.
    • Keselamatan kerja sering kali tidak dianggap sebagai prioritas utama oleh pihak sekolah.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan di Sekolah

  1. Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Keselamatan
    • Sekolah harus memiliki dokumen kebijakan keselamatan yang jelas.
    • Pemerintah perlu membuat regulasi yang mewajibkan program pelatihan keselamatan.
  2. Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Keselamatan
    • Sekolah harus memastikan setiap ruang kelas memiliki sistem ventilasi yang baik.
    • Penyediaan alat pelindung diri bagi guru dan staf laboratorium.
  3. Pelibatan Guru dalam Keputusan Keselamatan
    • Pembentukan komite keselamatan di setiap sekolah.
    • Mengadakan pertemuan berkala untuk membahas kebijakan keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja di sekolah menengah masih kurang diperhatikan, terutama dalam keterlibatan guru dan staf dalam perumusan kebijakan K3. Dengan menerapkan pelatihan berkala, penyediaan fasilitas keselamatan, serta pelibatan lebih aktif dari pihak manajemen dan pemerintah, lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dapat diwujudkan.

Sumber: Jonathan, G. K. & Mbogo, R. W. (2016). ‘Maintaining Health and Safety at Workplace: Employee and Employer’s Role in Ensuring a Safe Working Environment’. Journal of Education and Practice, 7(29), 1-10.

Selengkapnya
Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peran Health and Safety Management Systems dalam Mendukung Kesejahteraan Pekerja saat Integrasi Teknologi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Dalam era digital dan Industri 4.0, teknologi memainkan peran penting dalam berbagai sektor industri, termasuk dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Studi yang dilakukan oleh Emily J. Haas dan Emanuele Cauda (2022) membahas bagaimana Health and Safety Management Systems (HSMS) dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesejahteraan pekerja selama proses integrasi teknologi, terutama dengan penggunaan Direct Reading and Sensor Technologies (DRST). Artikel ini menyoroti tantangan utama dalam penerapan teknologi K3, termasuk kurangnya kepercayaan pekerja terhadap teknologi, kesulitan dalam penggunaannya, serta kurangnya panduan dan dukungan dari organisasi. Dengan menggunakan pendekatan HSMS, perusahaan dapat mengatasi hambatan ini dan meningkatkan penerimaan teknologi di lingkungan kerja.

Tantangan dalam Integrasi Teknologi Keselamatan

1. Kurangnya Kepercayaan terhadap Teknologi

  • 58% pekerja meragukan validitas dan keandalan data yang dihasilkan oleh DRST.
  • Banyak pekerja menganggap teknologi ini digunakan untuk memantau kinerja mereka secara tidak langsung, bukan untuk keselamatan.
  • Hanya 33% perusahaan yang mengkhawatirkan masalah validitas data, menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara pekerja dan manajemen.

2. Kesulitan dalam Penggunaan DRST

  • 30,7% pekerja menganggap DRST sulit digunakan, terutama dalam memahami data dan menanggapi peringatan dari sensor.
  • Organisasi menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan teknologi ini dengan sistem K3 yang sudah ada.

3. Kurangnya Dukungan dan Panduan Regulasi

  • Banyak perusahaan tidak memiliki pedoman yang jelas mengenai penggunaan DRST.
  • Ketiadaan standar global dalam penerapan DRST menyulitkan perusahaan dalam memastikan kepatuhan regulasi.

Implementasi HSMS untuk Mendukung Integrasi Teknologi

1. Komitmen Manajemen dalam Keselamatan dan Kesejahteraan Pekerja

  • Manajemen harus secara aktif mendukung penerapan teknologi dengan komunikasi yang transparan dan pelatihan yang memadai.
  • Memberikan umpan balik secara berkala kepada pekerja terkait manfaat teknologi dalam meningkatkan keselamatan kerja.

2. Keterlibatan Pekerja dalam Pengambilan Keputusan

  • Memastikan pekerja terlibat dalam proses pemilihan, penerapan, dan evaluasi teknologi DRST.
  • Memberikan sesi edukasi mengenai cara kerja teknologi dan manfaatnya bagi keselamatan mereka.

3. Penggunaan HSMS sebagai Kerangka Kerja untuk Integrasi Teknologi

  • Memanfaatkan prinsip Plan-Do-Check-Act (PDCA) untuk memastikan bahwa teknologi yang diterapkan efektif dan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
  • Mengembangkan protokol standar untuk memandu penggunaan DRST dalam berbagai skenario operasional.

Dalam penelitian ini, 88 profesional K3 yang berasal dari berbagai industri, termasuk pertambangan dan manufaktur, memberikan wawasan tentang tantangan dan manfaat penerapan DRST.

  • 70% pekerja di industri pertambangan mengalami peningkatan kepercayaan terhadap DRST setelah mendapatkan pelatihan dan keterlibatan dalam proses implementasi.
  • Penerapan HSMS dalam organisasi pertambangan berhasil meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi keselamatan hingga 90%.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Penerapan Teknologi K3

  1. Meningkatkan Transparansi dan Komunikasi
    • Menjelaskan tujuan penerapan DRST secara terbuka kepada pekerja.
    • Menyediakan akses bagi pekerja untuk melihat dan memahami data yang dikumpulkan oleh teknologi ini.
  2. Menyediakan Pelatihan Berkelanjutan
    • Mengadakan sesi pelatihan reguler tentang cara penggunaan teknologi.
    • Meningkatkan pemahaman pekerja terhadap standar keselamatan berbasis teknologi.
  3. Memanfaatkan HSMS untuk Mengelola Risiko Teknologi
    • Mengadopsi pendekatan berbasis analisis risiko untuk mengidentifikasi potensi dampak negatif teknologi terhadap pekerja.
    • Mengintegrasikan teknologi secara bertahap dengan evaluasi berkala.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam sistem keselamatan kerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja jika dikelola dengan baik melalui HSMS. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat meningkatkan kepercayaan pekerja terhadap teknologi, memastikan penggunaan yang efektif, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Sumber: Haas, E. J., & Cauda, E. (2022). ‘Using Core Elements of Health and Safety Management Systems to Support Worker Well-Being during Technology Integration’. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(13849), 1-17.

Selengkapnya
Peran Health and Safety Management Systems dalam Mendukung Kesejahteraan Pekerja saat Integrasi Teknologi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Analisis Ekonomi dari Penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Studi Kasus oleh NIOSH

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki peran penting dalam mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja. Namun, pengukuran dampak ekonomi dari penelitian ini masih menjadi tantangan. Studi oleh Bushnell, Pana-Cryan, Howard, Quay, dan Ray (2022) membahas upaya National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam menilai manfaat penelitian K3 dengan metrik ekonomi. Dengan menggandeng RAND Corporation, NIOSH melakukan enam studi kasus untuk menghitung manfaat penelitian dalam biaya yang dihemat, cedera dan penyakit yang dicegah, serta nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.

NIOSH dan RAND Corporation menganalisis enam studi kasus utama:

  1. Paparan Silika dalam Penggilingan Aspal
    • Implementasi sistem kontrol debu baru mengurangi paparan silika secara signifikan.
    • Prediksi pengurangan penyakit paru-paru dan kanker terkait silika.
  2. Risiko Kanker pada Petugas Pemadam Kebakaran
    • Penelitian epidemiologis oleh NIOSH mengungkapkan tingginya risiko kanker akibat paparan asap dan bahan kimia berbahaya.
    • Mendorong penerapan standar baru dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur dekontaminasi.
  3. Program Hibah untuk Peralatan Keselamatan
    • Program hibah multi-industri meningkatkan penggunaan peralatan keselamatan.
    • Cedera di tempat kerja menurun secara signifikan setelah implementasi program ini.
  4. Monitor Debu untuk Penambang Batu Bara
    • Penggunaan monitor debu pribadi mengurangi paparan debu batubara secara real-time.
    • Penyakit paru-paru hitam pada pekerja tambang dapat ditekan dengan sistem ini.
  5. Redesain Kompartemen Pasien dalam Ambulans
    • Modifikasi desain untuk meningkatkan keselamatan tenaga medis dalam ambulans.
    • Cedera akibat kecelakaan ambulans berkurang secara drastis setelah perubahan desain.
  6. Surveilans Amputasi di Tempat Kerja
    • Sistem pemantauan cedera amputasi membantu mengidentifikasi area kerja berisiko tinggi.
    • Targeted inspection oleh lembaga keselamatan kerja lebih efektif dalam mengurangi kasus amputasi.

NIOSH menggunakan dua pendekatan utama untuk menghitung manfaat ekonomi dari penelitian K3:

  1. Analisis Biaya Cedera dan Penyakit
    • Menghitung biaya medis dan produktivitas yang hilang akibat cedera kerja.
    • Data menunjukkan penghematan biaya jutaan dolar dari program pencegahan.
  2. Pendekatan Willingness-to-Pay (WTP)
    • Mengukur nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.
    • Dalam beberapa studi kasus, manfaat ekonomi penelitian K3 melebihi anggaran tahunan NIOSH.

Tantangan dalam Pengukuran Manfaat Penelitian K3

  1. Kesulitan dalam Mengisolasi Dampak Penelitian
    • Pencegahan cedera dan penyakit sering melibatkan banyak faktor, bukan hanya satu penelitian.
  2. Keterbatasan Data Keselamatan
    • Kurangnya data jangka panjang mengenai perubahan risiko akibat penelitian.
  3. Kompleksitas Implementasi Teknologi Baru
    • Resistensi perusahaan dalam mengadopsi inovasi keselamatan dapat memperlambat manfaat yang terlihat.

Kesimpulan

Penelitian oleh NIOSH menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dan analisis ekonomi dapat digunakan untuk mengukur manfaat penelitian K3. Dengan studi kasus yang beragam, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana investasi dalam penelitian keselamatan kerja dapat menghasilkan penghematan ekonomi yang besar dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber: Bushnell, P. T., Pana-Cryan, R., Howard, J., Quay, B., & Ray, T. K. (2022). ‘Measuring the Benefits of Occupational Safety and Health Research with Economic Metrics: Insights from the National Institute for Occupational Safety and Health’. American Journal of Industrial Medicine, 65(5), 323-342.

Selengkapnya
Analisis Ekonomi dari Penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Studi Kasus oleh NIOSH

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH) di Abu Dhabi: Tantangan dan Dampaknya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health/OSH) adalah aspek penting dalam dunia kerja, terutama di sektor industri yang memiliki risiko tinggi. Alyazya Alhosani (2024) dalam penelitiannya menyoroti efektivitas penerapan regulasi OSH di Abu Dhabi dan membandingkannya dengan standar di negara maju seperti Inggris, AS, dan Australia. Studi ini menekankan bahwa enforcement yang efektif dapat mengurangi cedera kerja, meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki kinerja bisnis.

Status dan Tantangan Penerapan OSH di Abu Dhabi

1. Kesenjangan Kesadaran dan Implementasi OSH

  • Studi menemukan bahwa banyak pekerja di Abu Dhabi masih kurang memahami protokol keselamatan.
  • Kurangnya regulasi yang ketat menghambat peningkatan budaya keselamatan.

2. Tingkat Cedera dan Penyakit Akibat Kerja

  • Tahun 2020, cedera akibat kerja menyumbang 16% dari total kecelakaan di Abu Dhabi, meningkat menjadi 22% pada 2023.
  • Industri konstruksi, manufaktur, dan retail menjadi penyumbang terbesar kasus cedera kerja.

3. Perbandingan dengan Negara Maju

  • Di Inggris dan AS, sistem OSH menggunakan pendekatan berbasis sanksi ketat dan insentif untuk meningkatkan kepatuhan.
  • Di Australia dan Singapura, pendekatan berbasis edukasi dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan lebih diterapkan.

Studi Kasus dan Data Statistik

  • Sektor energi di Abu Dhabi memiliki skor OSH tertinggi (15), sementara sektor pariwisata memiliki skor terendah (5,3).
  • Peningkatan regulasi OSH berkontribusi pada penurunan insiden kecelakaan kerja sebesar 20% dalam lima tahun terakhir.
  • Perusahaan dengan penerapan OSH yang baik mengalami peningkatan produktivitas hingga 15%.

Strategi Peningkatan Enforcement OSH

1. Penerapan Pendekatan Berbasis Data

  • Penggunaan Internet of Things (IoT) dan sensor pintar untuk pemantauan keselamatan secara real-time.
  • Analisis data dari sistem eMARS untuk mendeteksi pola kecelakaan dan tindakan preventif.

2. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Keselamatan

  • Pekerja harus mendapatkan pelatihan rutin berbasis VR dan AR untuk simulasi risiko kerja.
  • Manajer keselamatan harus diberikan otoritas lebih besar dalam enforcement OSH.

3. Kolaborasi dengan Regulator dan Pihak Swasta

  • Pemerintah Abu Dhabi perlu memperkuat kemitraan dengan perusahaan untuk mendorong investasi dalam OSH.
  • Perusahaan dapat diberikan insentif pajak atau sertifikasi khusus jika mematuhi regulasi OSH dengan baik.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa enforcement OSH yang efektif dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja, meningkatkan kepatuhan perusahaan, dan mendorong efisiensi bisnis. Abu Dhabi dapat belajar dari negara maju dalam meningkatkan sistem keselamatan kerja melalui kombinasi regulasi ketat, edukasi, dan teknologi modern.

Sumber: Alhosani, A. (2024). ‘The Enforcement of Occupational Safety and Health Requirements in Public and Private Sectors in the Emirate of Abu Dhabi, the United Arab Emirates’. Occupational Diseases and Environmental Medicine, 12, 78-114.

Selengkapnya
Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH) di Abu Dhabi: Tantangan dan Dampaknya
« First Previous page 4 of 8 Next Last »