Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri manufaktur, terutama di sektor yang melibatkan bahan kimia berbahaya seperti industri pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kesadaran akan keselamatan dan praktik kerja yang diterapkan di industri pelarut mempengaruhi tingkat cedera pekerja. Dengan pendekatan survei silang, penelitian ini mengumpulkan data dari 286 pekerja selama periode Desember 2021 hingga Oktober 2022.
Karakteristik demografi responden meliputi:
Instrumen dan Analisis Data
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88.1% pekerja memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang K3, 9.8% memiliki pengetahuan sedang, dan hanya 2.1% yang memiliki pengetahuan rendah.
Untuk praktik K3:
Perusahaan secara rutin mengadakan pelatihan bulanan mengenai K3, termasuk penanganan bahan kimia, operasi forklift, serta pelatihan tentang limbah berbahaya dan ruang terbatas. Selain itu, pertemuan safety toolbox diadakan setiap minggu untuk mengingatkan pekerja tentang prosedur keselamatan.
Selama periode penelitian, terdapat tiga insiden cedera yang dilaporkan:
Sebagai perbandingan, data nasional Malaysia mencatat bahwa pada tahun 2021, sektor manufaktur mengalami 7.994 kasus cedera kerja, tertinggi dibandingkan sektor jasa (4.299 kasus), konstruksi (2.297 kasus), dan perdagangan ritel (1.979 kasus).
Hubungan antara Faktor Sosiodemografi dan K3
Kelebihan
✅ Menggunakan data empiris yang valid dan ukuran sampel yang besar.
✅ Menyediakan analisis mendalam tentang hubungan antara demografi dan praktik K3.
✅ Menyoroti pentingnya pelatihan keselamatan dalam meningkatkan kesadaran pekerja.
Kekurangan
❌ Tidak membahas faktor psikososial yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap prosedur K3.
❌ Tidak ada perbandingan langsung dengan industri lain di sektor manufaktur.
❌ Tidak membahas dampak ekonomi dari kecelakaan kerja di perusahaan yang diteliti.
Rekomendasi untuk Implementasi Lebih Lanjut
Pekerja di industri pelarut memiliki kesadaran tinggi terhadap K3, yang didukung oleh pelatihan rutin dan kebijakan perusahaan. Meskipun demikian, masih ada tantangan dalam kepatuhan terhadap prosedur K3 dan pemakaian APD yang perlu ditingkatkan.
Studi ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan dalam meningkatkan kebijakan K3 dan menekan angka kecelakaan kerja. Dengan pendekatan yang lebih ketat terhadap kepatuhan K3 dan implementasi teknologi keselamatan, diharapkan angka kecelakaan di tempat kerja dapat diminimalkan secara signifikan.
Sumber Artikel
Ali, N. F., & Zulkaple, R. (2023). Occupational Safety and Health (OSH) Knowledge, Practices and Injury Patterns among Solvent Manufacturing Workers: A Cross-sectional Study. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 19(SUPP14), 47-55.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Dalam dunia kerja modern, khususnya di sektor logistik dan ekspedisi, keselamatan kerja menjadi faktor krusial yang mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan pekerja.
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO, 2018), sekitar 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Di Indonesia, angka kecelakaan kerja pada tahun 2021 mencapai 234.270 kasus, meningkat 5,65% dari tahun sebelumnya. Sektor logistik, terutama kurir ekspedisi, memiliki risiko tinggi terhadap kelelahan kerja, yang dapat berdampak pada kecelakaan di jalan raya.
Studi ini berfokus pada 35 kurir ekspedisi di ID Express Drop Point Kroya, Kabupaten Cilacap. Beberapa faktor yang dikaji meliputi:
Faktor yang Berkontribusi terhadap Kelelahan Kerja
Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Urgensi penerapan standar K3 bagi kurir ekspedisi, terutama dalam menghadapi beban kerja tinggi dan jam kerja panjang. Dengan mengadopsi pelatihan K3 yang tepat, optimalisasi jam kerja, serta promosi gaya hidup sehat, perusahaan ekspedisi dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja sekaligus mengurangi risiko kecelakaan kerja.
Sumber Artikel:
Reniasinta, R., & Widowati, E. "Occupational Health and Safety (OHS) Training for Expedition Couriers to be Able to Deal with Multi-Hazards." International Journal of Active Learning, 7(2), 2022, 209-218.