Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Ibu Kota Baru Indonesia: Prospek dan Tantangan dalam Membangun Kota Baru di Kalimantan sebagai Pemindahan dari Jakarta"

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Membangun ibu kota baru Indonesia: analisis mendalam mengenai prospek dan tantangan dari ibu kota Jakarta saat ini ke Kalimantan.

1. Perkenalan

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dan memiliki populasi 273.879.750 jiwa, menduduki peringkat keempat di dunia (BPS, Citation2022). Populasi penduduknya tidak tersebar merata di seluruh nusantara, dengan sekitar 57% tinggal di Pulau Jawa. Konsentrasi demografis ini telah menciptakan ketergantungan ekonomi pada pulau ini, dengan sekitar 59% kontribusi ekonomi Indonesia berasal dari Jawa. Namun, karena luas lahan yang terbatas dan kepadatan penduduk yang tinggi, Pulau Jawa telah menjadi sangat padat, sehingga menimbulkan berbagai masalah, termasuk degradasi lingkungan, kemacetan lalu lintas, dan polusi udara yang parah (Bappenas, Citation2021). Jakarta, ibu kota Indonesia, terletak di Pulau Jawa dan berfungsi sebagai pusat ekonomi, sosial, dan politik dalam skala nasional dan regional. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang merelokasi ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.

Menurut (Hackbarth & De Vries, Citation2021), salah satu alasan utama untuk membangun ibu kota baru adalah masalah lingkungan yang dihadapi Jakarta. Setiap tahun, permukaan tanah di Jakarta turun sekitar 3-10 sentimeter, yang menyebabkan konsekuensi lingkungan yang parah. Selain itu, lokasi fisiografis Jakarta membuatnya sangat rentan terhadap bencana alam, dengan sekitar 50% dari tanahnya sangat rentan terhadap banjir, aktivitas gunung berapi, dan gempa bumi yang berpotensi tsunami. Kelebihan populasi, konsentrasi penduduk, dan pembangunan yang berlebihan di Jakarta telah mengakibatkan dampak buruk yang parah, yang mendasari keputusan untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan.

2. Tinjauan Pustaka

Merelokasi ibu kota negara di negara berkembang sangat menantang, dan tentu saja, semua pelajaran dari proyek-proyek relokasi sebelumnya harus dipertimbangkan karena kompleksitas struktur dan fungsi ibu kota negara. Winter (Kutipan2005), Neilson dkk. (Kutipan1972) dan Ghalib dkk. (Kutipan2021) berpendapat bahwa ibu kota negara secara signifikan berbeda dengan kota lainnya. Ibu kota adalah sebuah kota kosmopolitan karena adanya misi diplomatik internasional, lembaga pemerintah, dan beragam peluang ekonomi di sektor publik. Dengan demikian, secara teknis, ibu kota negara adalah pusat kekuasaan suatu negara. Karakteristik lain dari ibu kota negara termasuk identitas nasional yang koheren dan terpadu yang dibentuk oleh infrastruktur dan fungsi tertentu seperti pusat layanan, pembuatan kebijakan pemerintah, dan tingkat keamanan yang tinggi.

3. Metode

Studi ini menggunakan pendekatan multidimensi; metodologi campuran dan triangulasi pengumpulan data sekunder digunakan untuk menyelidiki kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan inisiatif pemindahan ibu kota Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk melihat potensi konsekuensi dari pergeseran monumental tersebut, tidak hanya untuk lintasan pembangunan Jakarta dan Kalimantan, tetapi juga untuk aspirasi pembangunan nasional secara keseluruhan.

Metodologi yang mendasari penelitian ini mencakup serangkaian wawancara terstruktur dengan informan-informan penting yang diambil dari kelompok perwakilan yang dipilih dengan cermat baik dari organisasi pemerintah maupun non-pemerintah. Selain sumber data primer ini, dilakukan pula analisis konten yang ketat. Hal ini melibatkan eksplorasi yang cermat, sistematis, dan mendalam terhadap literatur terkait yang selaras dengan tema utama, sehingga dapat memfasilitasi sintesis pengetahuan yang sudah ada dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan yang ada. Aspek penting dari penelitian ini adalah penyertaan wawasan dari 15 informan kunci, yang kontribusinya sangat penting dalam membentuk narasi penelitian ini. Para informan ini berasal dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, tokoh-tokoh berpengaruh di lembaga swadaya masyarakat, warga Jakarta, dan pejabat tinggi pemerintah.

4. Kesimpulan

Indonesia sedang berada di puncak dari sebuah upaya transformasi: pemindahan ibu kota. Pemindahan ini bukan hanya tentang mengubah kursi administratif, tetapi juga merupakan pernyataan visi, ambisi, dan langkah bangsa ke masa depan. Dibayangkan untuk mengimbangi pertumbuhan Jakarta yang meluas dan masalah lingkungan, ibu kota baru ini bertujuan untuk melambangkan modernitas, inklusivitas, dan keberlanjutan. Sebagaimana diuraikan dalam RPJMN 2020-2024, proyek ini memiliki struktur keuangan yang komprehensif dan terencana dengan cermat, mencari dana dari sumber publik dan swasta. Cetak biru yang terperinci ini menandai komitmen pemerintah untuk meletakkan dasar-dasar bagi sebuah kota yang dirancang untuk abad ke-21 dan seterusnya.

Namun, seperti halnya semua usaha yang ambisius, proyek ini memiliki tantangan. Jakarta, kota metropolitan yang ramai dan telah menjadi ibu kota negara, akan mempertahankan dominasi budaya dan ekonominya. Ketahanan kota ini sangat penting, mengingat tantangan lingkungannya, terutama kerentanannya terhadap penurunan permukaan tanah dan banjir. Di sisi lain, kemunculan ibu kota baru ini menghadirkan peluang yang menguntungkan, terutama bagi sektor swasta. Sektor swasta dapat membina hubungan simbiosis mutualisme dengan tujuan pemerintah melalui investasi strategis di bidang infrastruktur, real estat, dan berbagai fasilitas. Kemitraan ini akan digarisbawahi oleh model pendapatan yang mencakup biaya pengguna langsung, konsesi, manfaat pajak, dan banyak lagi, yang mendorong pertumbuhan bersama.

Disadur dari: www.tandfonline.com

Selengkapnya
"Ibu Kota Baru Indonesia: Prospek dan Tantangan dalam Membangun Kota Baru di Kalimantan sebagai Pemindahan dari Jakarta"

Green Supply Chain Management

Implementasi Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keunggulan Kompetitif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Studi "Green Supply Chain Management for Competitive Advantage" oleh Jamila Nasser Malti (2021) menyoroti pentingnya implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) sebagai strategi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi. Berdasarkan model keberlanjutan perusahaan, penelitian ini mengeksplorasi pendekatan yang diambil oleh manajer rantai pasokan untuk mengintegrasikan praktik ramah lingkungan ke dalam operasi mereka, termasuk penggunaan teknologi dan manajemen pemasok. Dengan pendekatan kualitatif berbasis kasus tunggal, penelitian ini mengidentifikasi praktik utama GSCM, seperti pengadaan hijau, distribusi hijau, dan pemulihan investasi, sebagai faktor kunci dalam mencapai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan delapan peserta, terdiri dari empat pemimpin perusahaan dan empat staf operasional rantai pasokan di sebuah perusahaan manufaktur di Lebanon. Data juga dikumpulkan melalui dokumen arsip perusahaan dan dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan tema utama.

Temuan Utama

  1. Keterlibatan dalam Praktik Hijau di Seluruh Rantai Pasokan
    • Perusahaan yang berhasil dalam implementasi GSCM menunjukkan keterlibatan menyeluruh dalam desain produk, pengelolaan limbah, dan penggunaan energi terbarukan.
  2. Pentingnya Sertifikasi Lingkungan
    • Sertifikasi seperti ISO 14001 diidentifikasi sebagai alat penting untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan dan mendukung standar ramah lingkungan.
  3. Penggunaan Balanced Scorecard (BSC)
    • BSC digunakan sebagai model pemantauan untuk mengukur indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI), seperti pengurangan emisi karbon dan efisiensi energi.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Efisiensi Energi
    • Salah satu perusahaan yang diwawancarai melaporkan pengurangan konsumsi energi hingga 15% melalui optimalisasi proses produksi menggunakan teknologi hijau.
  2. Pemulihan Investasi
    • Proses daur ulang material menciptakan efisiensi biaya hingga 20%, sekaligus mengurangi jumlah limbah padat yang dibuang.
  3. Distribusi Hijau
    • Dengan mengoptimalkan rute transportasi dan menggunakan kendaraan rendah emisi, perusahaan mengurangi biaya logistik hingga 12%.

Rekomendasi Strategis

  1. Integrasi Teknologi Hijau
    • Penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan blockchain dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi di seluruh rantai pasokan.
  2. Pelatihan dan Edukasi Karyawan
    • Pelatihan tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasi GSCM.
  3. Kolaborasi dengan Pemasok
    • Perusahaan harus memastikan pemasok memenuhi standar lingkungan melalui audit dan kerja sama berkelanjutan.

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa implementasi GSCM memberikan keuntungan kompetitif yang signifikan bagi organisasi, termasuk pengurangan biaya operasional, peningkatan efisiensi, dan peningkatan citra perusahaan. Dengan fokus pada keterlibatan menyeluruh, sertifikasi lingkungan, dan penggunaan alat pengukuran seperti Balanced Scorecard, perusahaan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan bisnis mereka.

Sumber Artikel:
Malti, J. N. (2021). Green Supply Chain Management for Competitive Advantage. Doctoral Dissertation, Walden University.

Selengkapnya
Implementasi Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keunggulan Kompetitif

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Prakarsa Keuangan Swasta: Ir. Solusi Yusuf Hariagung untuk Kekurangan Perumahan Saat Ini

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Sebuah disertasi doktoral oleh Ir. Moch. Yusuf Hariagung, M.M., M.T., inspektur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baru saja meraih gelar doktor di bidang Teknik Sipil dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), berusaha untuk mengatasi kurangnya perumahan yang tersedia bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang terus meningkat. Disertasinya berjudul "Pengembangan Kelembagaan dalam Pengadaan Perumahan bagi Pekerja Berpenghasilan Tidak Tetap di Daerah Perkotaan di Indonesia melalui Pembentukan Unit Pusat Inisiatif Pembiayaan Swasta (Private Finance Initiative/PFI) dalam Upaya Pengurangan Backlog Perumahan" (catatan TL: judul bahasa Inggris yang diberikan di atas adalah terjemahan yang dibuat oleh penerjemah dari judul yang diberikan dalam versi bahasa Indonesia artikel ini, dan oleh karena itu tidak mencerminkan terjemahan bahasa Inggris yang sama yang diberikan dalam makalah oleh penulis aslinya [yaitu Dr. Yusuf]).

"Kurangnya perumahan yang layak huni juga berkontribusi terhadap perluasan kawasan kumuh di perkotaan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya mampu memenuhi 30% atau sekitar 400.000 unit per tahun dari kebutuhan perumahan rakyat. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan rumah di Indonesia yang mencapai 1,46 juta unit per tahun. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan alternatif pendanaan untuk penyediaan infrastruktur perumahan dari badan atau badan usaha swasta. Salah satu skema pendanaan alternatif tersebut adalah Private Finance Initiative."

Tren global pertumbuhan eksponensial yang cepat yang tidak disertai dengan pasokan perumahan yang stabil telah menjadi penyebab backlog perumahan, yang didefinisikan sebagai selisih antara jumlah perumahan yang tersedia dan jumlah keluarga yang telah mendapatkan perumahan (backlog perumahan, oleh karena itu, mengindikasikan adanya keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal, yaitu kekurangan perumahan), di banyak negara termasuk Indonesia, negara terbesar keempat di dunia berdasarkan jumlah penduduk. Pada tahun 2020, angka backlog di Indonesia telah mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 13,7 juta unit. Jumlah ini akan terus meningkat karena populasi Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 305 juta jiwa pada tahun 2035, meningkat 30 juta jiwa dari angka saat ini (2022) sekitar 275 juta jiwa. Proyeksi peningkatan ini sebagian dapat dikaitkan dengan fenomena demografis yang dikenal sebagai dividen demografis (lebih dikenal di Indonesia sebagai bonus demografis), sebuah 'ledakan' yang disebabkan oleh pergeseran piramida usia. Singkatnya, akan ada lebih banyak penduduk usia kerja (definisi UNPFA: 15-64 tahun) dibandingkan dengan mereka yang terlalu muda atau terlalu tua untuk bekerja.

sumber: www.ui.ac.id

Dividen demografi dikenal sebagai bonus karena peningkatan populasi usia kerja, dalam situasi yang tepat, dapat menjadi 'uluran tangan' tambahan bagi suatu negara, menyediakan tenaga kerja yang lebih banyak, namun dalam situasi yang kurang optimal, mereka justru dapat menjadi korban dari kurangnya lapangan kerja dan perumahan. Selain pengangguran, masalah dalam pengadaan dan penyediaan perumahan juga diperkirakan akan terjadi karena sebagian besar dari 30 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdiri dari para pekerja dan pencari kerja yang a) berpenghasilan tidak tetap dan b) berkontribusi besar terhadap laju urbanisasi yang terus meningkat. Pada tahun 2020, 56,7% penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Sebanyak 60,93% di antaranya adalah pekerja di sektor informal yang memiliki pendapatan tidak tetap. Penghasilan tidak tetap mereka dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan kredit perumahan atau pinjaman dari lembaga keuangan (bank, dll.), sehingga membuat mereka berisiko menjadi tunawisma. Inilah masalah yang ingin diatasi oleh proposal Yusuf.

Dalam skema Yusuf, Inisiatif Pembiayaan Swasta (PFI), yang dianggapnya sebagai model kelembagaan yang efektif, akan diadopsi dan diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan sebagai "unit pusat PFI" yang akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi birokrasi Indonesia. Kehadiran unit pusat dalam struktur PFI merupakan solusi yang memungkinkan integrasi proses birokrasi investasi infrastruktur di Indonesia yang saat ini sangat panjang dan membosankan.

"Unit pusat PFI yang diusulkan akan memiliki beberapa fungsi, yaitu memfasilitasi perolehan dokumen perencanaan proyek, jaminan proyek, dukungan pemerintah untuk proyek-proyek, koordinasi dalam dukungan pemerintah [pusat] untuk pemerintah daerah, bantuan dalam proses pengadaan untuk badan-badan swasta, dan koordinasi antara para pemangku kepentingan dan calon investor."

Ir. Yusuf berpendapat bahwa rumah susun sewa adalah jenis perumahan yang jauh lebih cocok untuk mereka yang berpenghasilan tidak tetap daripada rumah tapak. Akomodasi semacam itu menghindari risiko kegagalan pembayaran [dari pihak penyewa atau penjamin], karena kehadiran PFI sebagai penjamin meningkatkan bankabilitas penyewa, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan kredit perumahan. Skema ini, sebuah bentuk pembiayaan kreatif, mengalihkan risiko dari pemerintah ke badan atau bisnis swasta dan memangkas durasi perencanaan dengan meningkatkan efektivitas pelaksanaan proyek.

Penyediaan rumah susun yang dapat disewa melalui badan-badan PFI diharapkan dapat menyediakan 200.000 unit per tahun, yang berarti peningkatan 33,4% dalam pengadaan perumahan, dengan peningkatan 30% dalam investasi dari sektor swasta. Faktor penentu keberhasilan pengadaan perumahan bagi masyarakat perkotaan yang berpenghasilan tidak tetap terletak pada efektivitas fasilitas yang dikelola oleh pemerintah daerah, meskipun rumah susun tersebut dibangun di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Heri Hermansyah, ST, M.Eng, IPU, selaku dekan Fakultas Teknik, yang memimpin sidang pemberian gelar doktor kepada Ir. Moch. Yusuf Hariagung, mengatakan hal ini tentang proposal yang diajukan oleh Yusuf: "Kami berharap pemerintah dapat menggunakan PFI untuk mendorong sektor swasta untuk menginvestasikan dana pada proyek-proyek yang menjanjikan tingkat pengembalian yang baik. Sektor swasta, seperti yang kita ketahui, masih memainkan peran yang sangat minim dalam pengadaan perumahan di Indonesia. PFI telah berhasil diadopsi di Inggris dan Australia untuk mengatasi kekurangan perumahan di kedua negara tersebut."

sumber: www.ui.ac.id

Yusuf berhasil meraih gelar doktor dengan predikat cumlaude dalam ujian promosi yang diselenggarakan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Selasa (22/3), dan menjadi doktor ke-449 yang diluluskan oleh Fakultas Teknik UI. Bertindak sebagai Ketua Sidang adalah Prof. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, sedangkan Promotor dan Kopromotor adalah Prof. Yusuf Latief, M.T. dan Dr. Achmad Jaka Santos Adiwijaya, S.H., L.L.M.. Tim Penguji terdiri dari Ayomi Dita Rarasati, S.T., M.T., Ph.D., Dr. Herry Trisaputra Zuna, S.E., M.T., Ir. Akhmad Suraji, M.T., Ph.D., IPM, Fadhilah Muslim, S.T., M.Sc., Ph.D., DIC dan Leni Sagita Riantini, S.T., M.T., Ph.D.

Disadur dari: www.ui.ac.id

 

 

Selengkapnya
Prakarsa Keuangan Swasta: Ir. Solusi Yusuf Hariagung untuk Kekurangan Perumahan Saat Ini

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Apa Itu Teknik Sipil Sumber Daya Air?

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Hanya ada sedikit industri publik yang tidak bergantung pada pekerjaan insinyur sipil. Mulai dari pemeliharaan jalan yang Anda lalui ke tempat kerja setiap hari hingga saluran air di kota Anda dan bahkan konstruksi bangunan di sektor swasta dan publik - insinyur sipil menyentuh setiap aspek masyarakat modern kita.  

Apa itu Rekayasa Sumber Daya Air?

Sumber: blog.fenstermaker.com

Teknik sumber daya air adalah bagian penting dari teknik sipil yang berfokus pada perencanaan, pembangunan, dan perancangan sistem untuk membangun dan memelihara sumber daya air. Meskipun ini mencakup banyak sekali topik, beberapa aspek terbesar dari teknik sumber daya air lebih menonjol daripada yang lain.   

Misalnya, salah satu fokus utama insinyur sumber daya air adalah mengikuti proses siklus hidrologi untuk memelihara dan membangun saluran air alami dan buatan, lokasi pengolahan air, pengembangan tenaga listrik tenaga air, dan banyak lagi.   

Insinyur sumber daya air selalu berfokus pada bagaimana menciptakan teknik dan peralatan baru untuk membuat proyek-proyek berskala besar ini lebih terjangkau dan meningkatkan keefektifan sistem manajemen sumber daya air dan pengolahan air. Mereka harus bekerja seefisien mungkin untuk mengimbangi populasi planet ini yang terus bertambah.   

Mengapa Rekayasa Sumber Daya Air Penting? 

Rekayasa sumber daya air penting karena berhubungan dengan salah satu sumber daya utama Bumi yang terbatas: air. H2O sangat penting untuk kelangsungan kehidupan di planet kita, tetapi mengoptimalkan pergerakannya, melestarikannya, dan membuatnya aman untuk diminum adalah tugas yang sering kali menjadi tanggung jawab para insinyur sipil - khususnya mereka yang berkecimpung dalam industri sumber daya air.  

Sumber daya planet kita terbatas dan sebagian besar tidak dapat diperbaharui - termasuk air. Kurang dari 1% air di bumi secara alami aman dan tersedia untuk konsumsi manusia, namun berkat insinyur sumber daya air, kita sebenarnya dapat memanfaatkan 99% lainnya untuk tujuan seperti mengairi pertanian dan menghidrasi penduduk.   

Selain itu, insinyur sumber daya air dapat menemukan sumber air tawar lainnya dan melestarikan sumber air yang kita miliki melalui pencarian sumur bawah tanah. Para spesialis ini juga membantu melindungi lingkungan dengan berbagai cara, termasuk melalui pengelolaan limbah. 

Apa Saja Lima Jenis Sumber Daya Air? 

Lima jenis sumber daya air adalah air kota, air tanah, air permukaan, air hujan, dan air laut. Insinyur sumber daya air harus berurusan dengan kelima jenis sumber daya air ini saat mereka melakukan pekerjaan sehari-hari.  

Kota 

Air kota, yang lebih dikenal sebagai air keran, adalah air yang didistribusikan di banyak daerah perkotaan dan pinggiran kota. Air ini diatur oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Di Amerika Serikat, kurang dari 1% air kota yang digunakan untuk konsumsi manusia, dengan sebagian besar penggunaannya digunakan untuk mandi, membersihkan rumah, dan memasak. 

Air tanah 

Air tanah adalah air yang ditemukan di celah-celah dan pori-pori di bawah bumi, dan merupakan 39% dari air yang digunakan untuk persediaan publik, dan 40% dari air yang digunakan untuk pertanian. Insinyur sipil yang bekerja dengan air tanah umumnya berfokus pada pemodelan dan pengelolaan air bawah permukaan ini, bahkan merancang sistem ekstraksi untuk air tersebut sehingga manusia dapat mengaksesnya.  

Air Permukaan 

Istilah yang luas untuk semua jenis air yang ditemukan di atas tanah, air permukaan mencakup danau, sungai, lahan basah, waduk, anak sungai, sumur dangkal, dan banyak lagi. Meskipun beberapa orang memasukkan lautan ke dalam kategori air permukaan, untuk tujuan teknik, biasanya dikategorikan secara terpisah. Itu karena air permukaan tidak memerlukan desalinasi sebanyak air laut.  

Air hujan 

Nama kategori ini cukup menjelaskannya - air hujan dan air hujan yang jatuh dari langit selama peristiwa cuaca presipitatif. Salah satu dari sekian banyak proyek teknik sipil yang berkaitan dengan air hujan adalah membangun sistem pemanenan air hujan. Tidak seperti beberapa jenis sumber daya air lainnya, air hujan biasanya rendah polutan, sehingga memanennya bisa sangat bermanfaat.  

Air laut 

Air asin yang membentuk samudra dan lautan di planet ini adalah sumber daya yang kita miliki jika kita membutuhkannya, tetapi sangat sulit untuk digunakan. Itu karena proses desalinasi yang diperlukan untuk membuat air laut aman untuk dikonsumsi manusia itu mahal dan membutuhkan banyak energi dibandingkan dengan apa yang dibutuhkan untuk memurnikan sumber daya air lainnya dalam daftar ini.  

Sumber: blog.fenstermaker.com

Bagaimana Menjadi Insinyur Sumber Daya Air 

Jika Anda tertarik untuk menjadi insinyur sumber daya air, perjalanan Anda akan dimulai dengan gelar Sarjana Teknik Sipil atau bidang terkait. Saat Anda mengejar gelar empat tahun, penting untuk mengambil kelas tentang berbagai mata pelajaran penting yang terkait dengan teknik sipil secara keseluruhan serta yang berfokus pada sumber daya air secara spesifik.    

Apa Saja Persyaratan Pendidikan untuk Menjadi Insinyur Sumber Daya Air? 

Persyaratan pendidikan untuk menjadi insinyur sumber daya air mencakup minimal gelar Sarjana Teknik Sipil, meskipun sebagian besar di bidang ini juga mengejar gelar master. Ketika Anda mengejar gelar master, ada baiknya Anda memfokuskan pengetahuan Anda pada cabang teknik sipil mana pun yang paling Anda minati dan kuasai.   

Dalam hal ini, Anda dapat mengejar gelar pascasarjana di bidang teknik sumber daya air. Gelar tersebut pasti akan membantu Anda lebih memahami bidang ini dan lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan tingkat pemula dengan gaji yang lebih tinggi setelah Anda selesai dengan sekolah Anda. Ada banyak sekolah di AS dan luar negeri yang menawarkan program teknik sipil yang kuat.  

Di Mana Seorang Insinyur Sumber Daya Air Bekerja? 

Insinyur sumber daya air biasanya berkarier di daerah dekat pantai dan di negara bagian dengan populasi yang lebih besar, seperti California, New York, dan Florida, dan di negara bagian di Timur Laut di sepanjang pantai Samudra Atlantik.  

Meskipun demikian, karena kebutuhan insinyur sumber daya air di seluruh negeri, terdapat pekerjaan di hampir semua negara bagian untuk berkarier di bidang ini. Di lokasi-lokasi ini, sebagian besar posisi insinyur sumber daya air dapat ditemukan di semua tingkat pemerintahan (lokal, negara bagian, dan federal) atau bahkan bekerja di perusahaan swasta.   

Berapa Gaji Insinyur Sipil Sumber Daya Air? 

Gaji insinyur sipil sumber daya air rata-rata adalah $73.171 per tahun per Januari 2023. Gaji biasanya berkisar antara $63.747 dan $82.603. Penting juga untuk diperhatikan bahwa gaji Anda akan meningkat tergantung pada tingkat pendidikan Anda, berapa tahun yang Anda habiskan di lapangan, lokasi karier Anda, lokasi geografis posisi, dan tingkat pemerintah atau perusahaan swasta tempat Anda bekerja.   

Seorang insinyur sumber daya air biasanya akan bekerja 40 jam seminggu dengan sesekali lembur. Baik Anda bekerja di lembaga pemerintah atau mengambil posisi di sektor swasta, kemungkinan besar Anda akan mendapatkan manfaat asuransi kesehatan, rencana pensiun, hari libur nasional, dan banyak lagi.  

Apa Saja Permintaan Pekerjaan untuk Insinyur Sumber Daya Air? 

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melaporkan bahwa permintaan untuk insinyur sipil secara umum diperkirakan akan tumbuh sekitar 7% dalam beberapa tahun ke depan, sebuah nilai yang berada di atas tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 4% hingga 5% untuk pekerjaan lainnya. 

Terdapat permintaan yang besar dan terus meningkat secara khusus untuk insinyur sumber daya air di Amerika Serikat saat ini, terutama setelah Survei dan Penilaian Infrastruktur Air Minum ke-6 dari EPA menyadari bahwa lebih dari $470 miliar akan dibutuhkan untuk mempertahankan air yang aman untuk dikonsumsi manusia dalam 20 tahun mendatang.   

Organisasi Profesi Apa Saja yang Diikuti Insinyur Sumber Daya Air? 

Salah satu organisasi profesional utama yang melibatkan para insinyur sumber daya air adalah American Academy of Water Resource Engineers (AAWRE), yang merupakan akademi pertama yang dibentuk di bawah naungan Civil Engineering Certification, Inc (CEC). AAWRE memulai program sertifikasi Diplomate, Water Resources Engineer (D.WRE) untuk mengikuti banyak kebijakan dari American Society of Civil Engineers (ASCE).  

ASCE adalah organisasi besar yang beranggotakan individu-individu dari semua cabang teknik sipil. Organisasi ini awalnya didirikan pada tahun 1852. ASCE mewakili lebih dari 150.000 anggota profesi teknik sipil di 177 negara, termasuk A.S. Tujuannya adalah untuk mendorong pembelajaran teknik sipil seumur hidup secara keseluruhan, mempromosikan profesionalisme dalam pekerjaan ini, dan mengembangkan teknik sipil dengan anggota yang besar melalui jaringan. 

Sumber: blog.fenstermaker.com

Disadur dari: blog fenstermaker.com

Selengkapnya
Apa Itu Teknik Sipil Sumber Daya Air?

Green Supply Chain Management

Faktor Kritis dalam Implementasi Praktik Rantai Pasokan Hijau di Heineken International

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian "Factors Critical to the Implementation of GSCM Practice in Heineken International" oleh Shellybrown Ekane dan Vanessa Nshimirimana (2012) membahas langkah-langkah strategis yang diambil Heineken dalam mengadopsi Green Supply Chain Management (GSCM). Dengan fokus pada pengadaan hijau, desain produk ramah lingkungan, dan logistik hijau, studi ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dengan pemasok, pelatihan internal, serta dukungan manajemen untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur dengan dua perwakilan dari Heineken International. Penelitian juga memanfaatkan data sekunder dari laporan tahunan dan publikasi terkait.

Tujuan Penelitian:

  1. Mengidentifikasi faktor kunci keberhasilan GSCM.
  2. Menganalisis manfaat ekonomi dan lingkungan yang diperoleh dari implementasi GSCM.

Faktor Kritis dalam Implementasi GSCM

  1. Green Procurement (Pengadaan Hijau)
    • Heineken menggunakan Supplier Code untuk memastikan pemasok mematuhi standar lingkungan.
    • Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi jejak karbon pada rantai pasokan bahan baku.
    • Contoh: Program ini mengurangi emisi karbon hingga 6,4 kg CO2/hl, dengan target pengurangan energi sebesar 50% pada 2020.
  2. Green Manufacturing (Produksi Ramah Lingkungan)
    • Heineken fokus pada produksi berkelanjutan dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti biomassa dan tenaga surya.
    • Inisiatif ini mencakup pengurangan limbah dan efisiensi produksi, seperti penggunaan fridges hemat energi yang mengurangi konsumsi hingga 35%.
  3. Green Distribution (Distribusi Hijau)
    • Implementasi logistik hijau dilakukan dengan memanfaatkan model jejak karbon untuk optimasi rute distribusi.
    • Heineken bekerja sama dengan mitra logistik untuk mengurangi emisi transportasi, termasuk di sektor pengiriman laut dan darat.
  4. Reverse Logistics (Logistik Terbalik)
    • Proses daur ulang produk melibatkan pengumpulan kembali kemasan bekas untuk digunakan ulang.
    • Contoh: Inisiatif daur ulang di Heineken Bulgaria menunjukkan efisiensi biaya dan dampak lingkungan positif.

Dukungan Manajemen dan Pelatihan

  • Dukungan Manajemen Puncak: Tim manajemen memberikan arahan strategis untuk memastikan keberhasilan GSCM.
  • Pelatihan Karyawan: Pelatihan tentang prinsip-prinsip hijau diberikan kepada karyawan dan pemasok, meningkatkan kesadaran lingkungan di seluruh organisasi.

Hasil dan Manfaat Implementasi

  1. Manfaat Ekonomi:
    • Efisiensi biaya dari pengelolaan limbah melalui logistik terbalik.
    • Peningkatan nilai perusahaan karena inovasi produk dan pemasaran ramah lingkungan.
  2. Manfaat Lingkungan:
    • Pengurangan emisi karbon di seluruh rantai pasokan.
    • Implementasi desain produk yang lebih ramah lingkungan dan penggunaan energi terbarukan.
  3. Manfaat Sosial:
    • Kolaborasi dengan komunitas lokal untuk menciptakan dampak sosial yang positif melalui inisiatif seperti program Brewing a Better Future.

Studi Kasus: Program Brewing a Better Future (BaBF)
Program ini diluncurkan oleh Heineken untuk memastikan keberlanjutan di seluruh operasinya.

  • Pilar Utama: Dampak lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan peran bir dalam masyarakat.
  • Hasil: Target 2020 untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi telah menghasilkan kemajuan yang signifikan, termasuk pengurangan energi hingga 25% di beberapa pabrik.

Tantangan dalam Implementasi

  1. Biaya Awal: Investasi besar dalam teknologi hijau membutuhkan dukungan finansial jangka panjang.
  2. Kepatuhan Pemasok: Tidak semua pemasok siap untuk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan.
  3. Kompleksitas Logistik: Integrasi praktik hijau memerlukan perubahan besar dalam proses distribusi tradisional.

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa implementasi GSCM di Heineken memberikan dampak positif pada keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dengan dukungan manajemen, kolaborasi dengan pemasok, serta inovasi dalam logistik dan desain produk, Heineken telah menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan. Namun, tantangan seperti biaya tinggi dan resistensi pemasok tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi.

Sumber Artikel: Ekane, S., & Nshimirimana, V. (2012). Factors Critical to the Implementation of GSCM Practice in Heineken International. Master Thesis, Mälardalen University.

Selengkapnya
Faktor Kritis dalam Implementasi Praktik Rantai Pasokan Hijau di Heineken International

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Transformasi Infrastruktur di Indonesia: Membangun Masa Depan yang Terhubung dan Berdaya Saing

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Melanjutkan pembangunan infrastruktur

Sejumlah pihak menuntut pemerintah mendatang melanjutkan program pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Alasan mereka berasal dari kemampuan program ini dalam menghasilkan efek pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap perekonomian, meningkatkan konektivitas, dan mengurangi biaya logistik.

Antara tahun 2014 dan 2024, sekitar Rp3.600 triliun telah dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk proyek infrastruktur. Pendanaan besar ini telah memfasilitasi pembangunan berbagai bendungan, bandara, pelabuhan, jalan tol, dan pembangkit listrik selama periode tersebut.

Pada tahun 2014, jalan tol yang beroperasi menempuh jarak 804 kilometer (km). Pada bulan Maret 2023, panjang jalan tol telah meningkat secara signifikan menjadi 2.687 km, dan diperkirakan akan melampaui 3.000 km pada akhir tahun 2024. Selain itu, panjang jalan umum meningkat dari 517,75 ribu km pada tahun 2014 menjadi 549,16 ribu km pada tahun 2022. , menandai peningkatan 32,41 ribu km.

Berikutnya, kapasitas pembangkit listrik meningkat dari 53 gigawatt pada tahun 2014 menjadi 81,2 gigawatt pada tahun 2022. Kapasitas bendungan melonjak dari 6,39 miliar meter kubik pada tahun 2014 menjadi 16,96 miliar meter kubik pada tahun 2022. Jumlah bandara meningkat dari 237 pada tahun 2014 menjadi 187 pada tahun 2022. Sementara itu, jumlah pelabuhan juga meningkat dari 1.655 unit pada tahun 2014 menjadi 3.157 unit pada tahun 2022.

Peningkatan konektivitas tetap menjadi kekuatan pendorong di balik pengurangan biaya logistik. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik nasional mengalami penurunan signifikan dari 23,8% pada tahun 2018 menjadi 14,29% pada tahun 2022. Dalam Indeks Daya Saing Global sektor infrastruktur versi IMD, peringkat Indonesia mengalami peningkatan dari peringkat 54 pada tahun 2014 menjadi saat ini. posisi 51.

Proyek infrastruktur juga menciptakan lapangan kerja. Pada tahun 2016 hingga 2023, proyek strategis nasional (PSN) yang meliputi beberapa proyek infrastruktur besar menyerap 2,71 juta tenaga kerja.

Pada Pilpres 2024 kali ini, duet Prabowo Subianto-Gibran Rakabumi Raka tetap unggul atas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Berdasarkan data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), dengan perolehan 77% total suara, Prabowo memperoleh 58,8%, Anies 24,4%, dan Ganjar 16,7%.

Hal ini sejalan dengan hasil hitung cepat lembaga survei yang mencatatkan perolehan suara Prabowo sebesar 57%-59%. Pelantikan Prabowo-Gibran rencananya akan dilakukan pada Oktober 2024.

Eliza Mardian, Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, menuturkan, pemerintahan baru diharapkan dapat melanjutkan program infrastruktur yang telah dirintis pada masa pemerintahan Presiden Jokowi dengan perencanaan yang matang.

Diharapkan dapat menata sistem logistik nasional, kata Eliza saat dihubungi Investor Daily di Jakarta, Senin (26/2/2024).

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa salah satu sektor infrastruktur yang harus ditingkatkan adalah transportasi berbasis kereta api. Alasannya terletak pada efisiensi angkutan barang kereta api dibandingkan infrastruktur darat lainnya, seperti pembangunan jalan tol.

“Pemerintah saat ini lebih memilih membangun infrastruktur kereta penumpang, seperti Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Faktanya, untuk menekan biaya logistik, angkutan barang dengan kereta api lebih efisien dibandingkan jalan tol,” tegasnya.

Ke depan, kata dia, pembangunan infrastruktur perkeretaapian akan semakin mendesak terutama di luar Pulau Jawa untuk menekan biaya logistik nasional. Selain itu, menurut Eliza, pemerintah mendatang harus mengoptimalkan infrastruktur multimoda.

“Oleh karena itu, penting untuk membangun konektivitas di seluruh moda transportasi, mulai dari kereta api darat hingga kapal laut. Hal ini memerlukan optimalisasi pelabuhan-pelabuhan kecil dan jalan-jalan daerah, sehingga menjamin revitalisasi perdagangan dalam daerah,” ujarnya.

Eliza menyarankan agar rencana pembangunan infrastruktur ke depan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing daerah. Studi kelayakan yang transparan dan tepat sangat penting pada tahap ini. Inisiatif utamanya melibatkan peningkatan tata kelola kelembagaan untuk memastikan keandalan dan optimalisasi.

“Kalau tidak terorganisir, apapun infrastrukturnya, manfaatnya tidak bisa dinikmati masyarakat. Misalnya Bandara Kertajati yang rencananya akan dibuka kawasan baru ternyata tidak menggerakkan perekonomian daerah,” jelas Eliza.

Peneliti Inti Indonesia Yusuf Redny Manilet mengatakan salah satu aspek yang dapat digenjot dalam APBN 2025 adalah pembangunan infrastruktur yang terkait dengan upaya percepatan industrialisasi. Meskipun pemerintah secara agresif membangun infrastruktur dalam 10 tahun terakhir, terdapat ketidakhadiran integrasi antara infrastruktur dan kawasan industri.

“Inilah yang menyebabkan biaya logistik di dalam negeri masih relatif tinggi. Saya yakin integrasi pembangunan infrastruktur dengan kawasan ekonomi khusus harus menjadi fokus pembahasan dan implementasi kebijakan fiskal tahun depan,” kata Yusuf.

Yusuf mengatakan, kawasan ekonomi khusus harus dilengkapi infrastruktur dari dan menuju kawasan tersebut. Oleh karena itu, infrastruktur dapat mendorong industrialisasi yang saat ini dilakukan pemerintah.

Yusuf menegaskan, kawasan ekonomi khusus harus dilengkapi infrastruktur komprehensif yang menghubungkan dari dan ke kawasan tersebut. Dengan cara ini, infrastruktur dapat secara efektif mendorong upaya industrialisasi yang sedang dilakukan pemerintah.

Selain itu, Yusuf menuturkan, salah satu tantangannya terletak pada perolehan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur. Permasalahan ini harus diatasi secara kolaboratif oleh seluruh pemangku kepentingan terkait.

“Saya yakin ini adalah tanggung jawab kolektif para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi opsi pendanaan alternatif yang tersedia di negara ini,” katanya.

Disadur dari: www.pwc.com

Selengkapnya
Transformasi Infrastruktur di Indonesia: Membangun Masa Depan yang Terhubung dan Berdaya Saing
« First Previous page 617 of 1.119 Next Last »