Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Melalui Agility, Digitalization, dan Localization

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

21 Februari 2025, 13.48

unplash.com

Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Ramadas Thekkoote, membahas bagaimana agility (kelincahan), digitalization (digitalisasi), dan localization (lokalisasi) berkontribusi terhadap resiliensi rantai pasok. Studi ini menyoroti bahwa pandemi COVID-19 memperlihatkan kelemahan rantai pasok global dan menekankan pentingnya strategi adaptasi yang lebih tangguh.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi resiliensi rantai pasok:

  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan pasar.
  • Digitalization (Digitalisasi) – Penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.
  • Localization (Lokalisasi) – Mengurangi ketergantungan pada pemasok global dengan memperkuat ekosistem rantai pasok lokal.

Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor tersebut dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menguji ketahanan rantai pasok:

  • Pandemi COVID-19 – Mengganggu rantai pasok global, menyebabkan keterlambatan produksi dan peningkatan biaya logistik hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Mengakibatkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Gangguan Pasokan China-Korea – Hyundai terpaksa menghentikan produksi akibat kesulitan memperoleh suku cadang dari pemasok di Tiongkok.

Perusahaan yang mengadopsi strategi agility, digitalization, dan localization mampu mengurangi dampak gangguan dan mempercepat pemulihan.

Strategi Meningkatkan Agility, Digitalization, dan Localization dalam SCM

1. Agility untuk Respons Cepat

  • Penerapan sistem prediksi permintaan berbasis AI untuk mengoptimalkan perencanaan produksi.
  • Kemitraan strategis dengan pemasok lokal untuk mempercepat respons terhadap perubahan pasar.

2. Digitalization untuk Efisiensi dan Transparansi

  • Implementasi teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran produk.
  • Penggunaan Internet of Things (IoT) guna memantau kondisi logistik secara real-time.

3. Localization untuk Mengurangi Ketergantungan Global

  • Relokasi fasilitas produksi lebih dekat ke pasar utama untuk meningkatkan kecepatan distribusi.
  • Optimalisasi penggunaan sumber daya lokal guna mengurangi ketergantungan pada pemasok asing.

Metrik Keberhasilan Integrasi Agility, Digitalization, dan Localization

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Digital Integration Score – Tingkat adopsi teknologi digital dalam rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Walaupun penelitian ini memberikan wawasan yang kaya, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki:

  • Minimnya studi kasus kuantitatif – Sebagian besar temuan didasarkan pada konsep teoretis.
  • Kurangnya eksplorasi teknologi AI dalam mitigasi risiko – AI dapat memainkan peran lebih besar dalam meningkatkan prediksi dan pengelolaan risiko rantai pasok.
  • Fokus terbatas pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor jasa dan e-commerce.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa strategi agility, digitalization, dan localization berperan penting dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan pendekatan ini, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel: Thekkoote, R. (2022). Agility, Digitalization, and Localization: A Framework for Supply Chain Resilience. KTU.