Pendahuluan
Paper ini, yang ditulis oleh Cenk Tufan, Şemsettin Çiğdem, Yunus Kılıç, dan Gökçen Sayar, membahas peran agility (kelincahan) dan resilience (ketahanan) dalam rantai pasok serta dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur. Dengan meningkatnya ketidakpastian global, perusahaan perlu mengoptimalkan manajemen rantai pasok untuk mempertahankan daya saing mereka.
Definisi dan Kerangka Konseptual
Paper ini mengidentifikasi tiga elemen utama dalam hubungan antara manajemen rantai pasok (SCM) dan kinerja keuangan (FP):
- Agility (Kelincahan) – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
- Resilience (Ketahanan) – Kemampuan untuk pulih dari gangguan besar dan menjaga stabilitas operasional.
- Supply Chain Management (SCM) – Praktik strategis dalam mengelola aliran sumber daya untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
Penelitian ini menyoroti bagaimana kombinasi antara agility dan resilience dapat meningkatkan daya tahan perusahaan terhadap risiko eksternal.
Studi Kasus: Dampak Gangguan Global pada Kinerja Keuangan
Paper ini membahas berbagai contoh gangguan rantai pasok dan dampaknya:
- Tsunami Thailand 2010 – Menghancurkan dua fasilitas manufaktur Seagate dan menyebabkan penurunan produksi hard disk global sebesar 29%.
- Perang Dagang AS-Tiongkok 2018 – Meningkatkan ketidakpastian pasokan, mendorong perusahaan mencari pemasok alternatif.
- Pandemi COVID-19 – Menyebabkan lonjakan biaya logistik hingga 252% dan gangguan distribusi global.
Dengan menerapkan strategi SCM yang agile dan resilient, perusahaan dapat meminimalkan dampak gangguan dan meningkatkan stabilitas keuangan.
Strategi Meningkatkan Agility dan Resilience dalam SCM
1. Strategi Agility untuk Respons Pasar
- Peningkatan visibilitas rantai pasok menggunakan teknologi digital dan AI.
- Diversifikasi pemasok untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu sumber.
2. Strategi Resilience untuk Ketahanan Operasional
- Buffer stock strategis guna mengantisipasi fluktuasi permintaan.
- Automasi dan analitik prediktif untuk mengidentifikasi potensi gangguan lebih awal.
3. Optimalisasi Manajemen Risiko
- Model SCM berbasis AI untuk prediksi dan mitigasi risiko secara proaktif.
- Penguatan hubungan dengan pemasok utama untuk meningkatkan stabilitas pasokan.
Metrik Keberhasilan Integrasi Agility dan Resilience
Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama untuk menilai efektivitas strategi SCM:
- Inventory Turnover – Efisiensi dalam mengelola stok barang.
- Lead Time Variability – Konsistensi dalam waktu pengiriman dan produksi.
- Financial Growth Rate – Pertumbuhan keuangan akibat implementasi SCM yang efektif.
Kritik dan Evaluasi
Meskipun paper ini memberikan wawasan mendalam, ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki:
- Kurangnya studi kuantitatif jangka panjang – Analisis berbasis data historis dapat memperkuat temuan penelitian.
- Fokus terbatas pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor jasa dan e-commerce.
- Minimnya eksplorasi teknologi blockchain – Teknologi ini berpotensi meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.
Kesimpulan
Paper ini menegaskan bahwa integrasi agility dan resilience dalam rantai pasok dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, bisnis dapat mengurangi dampak gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.
Sumber Artikel:
- Tufan, C., Çiğdem, Ş., Kılıç, Y., & Sayar, G. (2024). Agility and Resilience in Supply Chains: Investigating Their Roles in Enhancing Financial Performance. Sustainability, 16, 7842.