Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel "A Short Review on Green Supply Chain Management Practices" oleh Shaikh, Shahbaz, dan Odhano (2020) memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) memengaruhi kinerja operasional dan lingkungan perusahaan. Dengan berfokus pada desain produk yang ramah lingkungan, efisiensi energi, dan kolaborasi dengan mitra rantai pasokan, artikel ini menjelaskan bagaimana GSCM menjadi elemen penting dalam mencapai keberlanjutan dan keunggulan kompetitif.
Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran akan dampak lingkungan telah mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik GSCM. GSCM mencakup manajemen lingkungan yang komprehensif mulai dari desain produk hingga logistik terbalik (reverse logistics). Perusahaan yang menerapkan praktik ini menunjukkan pengurangan limbah, peningkatan efisiensi operasional, dan peningkatan reputasi merek.
Praktik Utama dalam GSCM
Studi Kasus
Dampak GSCM pada Kinerja
Artikel ini menyoroti bahwa GSCM tidak hanya meningkatkan kinerja lingkungan tetapi juga kinerja operasional perusahaan. Beberapa manfaat utama meliputi:
Tantangan dan Prospek GSCM
Meskipun menawarkan banyak keuntungan, GSCM juga menghadapi tantangan, seperti:
Namun, dalam jangka panjang, manfaat yang diberikan GSCM melebihi biaya yang dikeluarkan, terutama dengan meningkatnya tekanan konsumen dan regulasi lingkungan.
Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa manajemen rantai pasokan hijau adalah langkah strategis yang penting untuk masa depan. Dengan mengadopsi praktik ini, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara keuntungan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan pelestarian lingkungan.
Sumber Artikel: Shaikh, F. A., Shahbaz, M. S., & Odhano, N. (2020). A Short Review on Green Supply Chain Management Practices: The Impact on Operational and Environmental Performance. Engineering, Technology & Applied Science Research, Vol. 10, No. 2, pp. 5367-5370.
Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Disertasi karya Saif Mir dari University of Arkansas (2017) ini mengupas tuntas tentang bagaimana organisasi dapat menciptakan sustainable supply chains (rantai pasokan berkelanjutan) melalui pengaruh pada para profesional supply chain management (SCM). Mir berpendapat bahwa para profesional SCM adalah kunci perubahan dalam organisasi mereka, dan komunikasi merupakan alat penting untuk membujuk mereka dalam mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Disertasi ini terdiri dari tiga studi yang menggunakan metodologi berbeda untuk meneliti peran komunikasi dalam pengembangan dan implementasi inisiatif keberlanjutan.
Studi 1: Grounded Theory Investigation
Studi pertama menggunakan pendekatan grounded theory untuk mengidentifikasi faktor-faktor jaringan, komunikasi, dan struktural yang membangun business case (alasan bisnis) yang kuat untuk pengembangan inisiatif keberlanjutan. Business case yang kuat ini secara positif memengaruhi niat para profesional SCM dan mendorong adopsi sukarela kegiatan yang mendukung terciptanya sustainable supply chain.
Melalui serangkaian wawancara mendalam dengan para profesional SCM, Mir menemukan bahwa terdapat empat faktor utama yang mendorong adopsi praktik berkelanjutan:
Studi 2: Field Experiment
Studi kedua adalah eksperimen lapangan yang meneliti efektivitas pesan-pesan normatif dalam memotivasi voluntary pro-environmental behavior of employees (VPBE) (perilaku pro-lingkungan sukarela karyawan). Eksperimen ini melibatkan 645 truk di sebuah perusahaan truk berukuran sedang. Para pengemudi menerima pesan mingguan yang dirancang untuk mendorong perilaku pro-lingkungan, seperti mengurangi idle time (waktu idle) dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua dari lima pesan yang diuji efektif dalam mendorong VPBE. Pesan-pesan ini menekankan norma-norma sosial dan manfaat pribadi dari perilaku pro-lingkungan. Misalnya, satu pesan menyoroti bahwa sebagian besar pengemudi lain di perusahaan tersebut telah berhasil mengurangi idle time mereka, sementara pesan lain menekankan bahwa mengurangi idle time dapat menghemat uang pengemudi untuk bahan bakar.
Studi ini menunjukkan kekuatan komunikasi dalam memengaruhi perilaku karyawan dan memberikan bukti empiris tentang efektivitas pesan-pesan normatif dalam konteks keberlanjutan.
Studi 3: Vignette-Based Experiment
Studi ketiga menggunakan eksperimen berbasis vignette (sketsa) untuk menyelidiki peran komunikasi inter-organisasi sebagai sarana persuasi bagi para manajer SCM untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan dalam organisasi mereka. Vignette adalah deskripsi singkat dari situasi hipotetis yang digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana orang akan bereaksi dalam situasi tertentu.
Dalam studi ini, para manajer SCM disajikan dengan vignette yang menggambarkan situasi di mana mereka harus memutuskan apakah akan menginvestasikan sumber daya dalam inisiatif keberlanjutan. Vignette tersebut memvariasikan jenis pesan yang diterima para manajer SCM, serta fokus keberlanjutan mereka (yaitu, apakah mereka lebih fokus pada manfaat ekonomi atau lingkungan dari keberlanjutan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tergantung pada fokus keberlanjutan manajer SCM. Manajer yang lebih fokus pada manfaat ekonomi dari keberlanjutan lebih mungkin untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan ketika mereka menerima pesan yang menekankan manfaat ekonomi tersebut. Sebaliknya, manajer yang lebih fokus pada manfaat lingkungan dari keberlanjutan lebih mungkin untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan ketika mereka menerima pesan yang menekankan manfaat lingkungan tersebut.
Studi ini menyoroti pentingnya menyesuaikan komunikasi dengan nilai-nilai dan motivasi audiens. Dengan memahami apa yang penting bagi para manajer SCM, organisasi dapat mengembangkan pesan-pesan yang lebih persuasif dan efektif dalam mendorong adopsi praktik-praktik berkelanjutan.
Implikasi Disertasi
Disertasi ini memiliki implikasi teoretis dan praktis yang signifikan. Secara teoretis, disertasi ini berkontribusi pada literatur supply chain dengan menyoroti bahwa komunikasi bukan hanya alat untuk bertukar informasi, tetapi juga dapat digunakan untuk persuasi. Disertasi ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana faktor-faktor jaringan, komunikasi, dan struktural dapat memengaruhi adopsi praktik-praktik berkelanjutan dalam rantai pasokan.
Secara praktis, disertasi ini memberikan panduan bagi organisasi tentang bagaimana mengembangkan dan mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan yang efektif. Disertasi ini menekankan pentingnya membangun business case yang kuat untuk keberlanjutan, membangun jaringan dengan mitra rantai pasokan, dan menyesuaikan komunikasi dengan kebutuhan dan minat audiens yang berbeda.
Salah satu poin penting dari disertasi ini adalah perlunya menyelaraskan komunikasi dan tanggung jawab pekerjaan. Hal ini memberikan wawasan manajerial mengenai komunikasi inter- dan intra-organisasi yang efektif dalam menciptakan sustainable supply chains. Dengan kata lain, pesan-pesan keberlanjutan harus relevan dengan pekerjaan sehari-hari para profesional SCM agar mereka merasa termotivasi untuk bertindak.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, disertasi Saif Mir ini memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang bagaimana menciptakan sustainable supply chains. Melalui tiga studi yang dirancang dengan baik, Mir menunjukkan bahwa komunikasi adalah alat yang ampuh untuk membujuk para profesional SCM dalam mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Disertasi ini memberikan panduan praktis bagi organisasi yang ingin meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka dan menciptakan rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Sumber: Mir, S. (2017). Creating Sustainable Supply Chains: Influencing Sustainable Practices in the Supply Chain (Doctoral Dissertation). University of Arkansas, Fayetteville.
Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam artikel yang ditulis oleh Nelson, Marsillac, dan Rao (2012), evolusi rantai pasokan hijau (Green Supply Chain/GSC) dijelaskan sebagai transisi dari sistem tradisional menuju keberlanjutan. Artikel ini mengeksplorasi faktor-faktor pendorong, kronologi sejarah, dan pengaruh rantai pasokan hijau terhadap kinerja perusahaan. Dengan mengintegrasikan konsep triple bottom line—keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial—rantai pasokan hijau memberikan pendekatan baru terhadap manajemen operasi modern.
Latar Belakang
Rantai pasokan hijau muncul sebagai jawaban atas tuntutan lingkungan dan tekanan dari konsumen serta pemerintah. Evolusi ini dimulai dari era agraris, di mana pengelolaan pasokan berfokus pada skala kecil, hingga revolusi industri yang membawa peningkatan efisiensi melalui produksi massal. Pasca revolusi industri, permintaan konsumen akan kualitas, variasi, dan kecepatan terus meningkat, memaksa perusahaan mengadopsi teknologi baru, seperti Just-in-Time (JIT), serta memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Keunggulan Rantai Pasokan Hijau
Rantai pasokan hijau menawarkan manfaat signifikan, seperti pengurangan limbah, efisiensi biaya, dan peningkatan reputasi perusahaan. Studi kasus oleh Rao & Holt (2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik hijau mengalami peningkatan margin laba, penghematan sumber daya, dan daya saing pasar. Misalnya, pengurangan penggunaan bahan berbahaya menghasilkan penghematan signifikan dalam biaya produksi dan limbah.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun manfaatnya jelas, rantai pasokan hijau menghadapi tantangan signifikan, termasuk biaya awal yang tinggi untuk implementasi teknologi ramah lingkungan dan perlunya pengembangan keterampilan baru di antara pekerja. Selain itu, adaptasi ini membutuhkan perubahan budaya perusahaan yang sering kali sulit dicapai.
Konsep Triple Bottom Line
Triple bottom line menjadi inti dari rantai pasokan hijau. Dengan fokus pada keseimbangan antara keuntungan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan pelestarian lingkungan, rantai pasokan hijau menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.
Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa rantai pasokan hijau adalah langkah penting dalam mencapai keberlanjutan global. Dengan integrasi teknologi modern dan komitmen terhadap praktik ramah lingkungan, perusahaan dapat meraih keunggulan kompetitif sekaligus memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Sumber Artikel: Nelson, D. M., Marsillac, E., & Rao, S. S. (2012). Antecedents and Evolution of the Green Supply Chain. Journal of Operations and Supply Chain Management (Special Issue), 29-43.
Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel ini mengkaji perkembangan Green Supply Chain Management (GSCM) melalui analisis literatur sistematis, dengan fokus pada penerapan GSCM di negara berkembang seperti Bangladesh. Penelitian ini membahas hambatan, faktor keberhasilan, dan peluang dalam penerapan GSCM pada berbagai industri, termasuk tekstil, kimia, dan kulit. Menggunakan model PRISMA, artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi untuk memahami strategi keberlanjutan.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan model PRISMA untuk menyaring dan menganalisis 70 artikel terkait GSCM dari database Scopus dan Web of Science. Artikel yang dipilih mencakup studi tentang berbagai industri di negara berkembang, dengan 21 artikel khusus membahas Bangladesh. Fokus utama adalah pada identifikasi hambatan dan faktor keberhasilan kritis (CSFs).
Temuan Utama
1. Definisi dan Evolusi GSCM
2. Hambatan Implementasi Artikel ini mengidentifikasi hambatan utama penerapan GSCM, seperti:
3. Faktor Keberhasilan Faktor utama yang mendukung implementasi GSCM meliputi:
4. Studi Kasus
Rekomendasi Strategis
Kesimpulan
Implementasi GSCM memberikan dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan. Meski terdapat tantangan seperti biaya tinggi dan kurangnya kesadaran konsumen, dukungan regulasi, dan teknologi yang tepat dapat mempercepat adopsi GSCM.
Sumber:
Nekmahmud Md., Rahman S., Sobhani F. A., Olejniczak-Szuster K., Fekete-Farkas M. (2020). A Systematic Literature Review on Development of Green Supply Chain Management. Polish Journal of Management Studies, Vol.22 No.1.
Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel ini mengulas tantangan utama dalam implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di sektor manufaktur, dengan fokus pada kendala struktural, operasional, dan budaya. Penelitian ini menawarkan tinjauan sistematis dari berbagai literatur dan menyediakan kerangka untuk mengidentifikasi serta mengatasi hambatan dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan operasional.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sistematis berbasis literatur, menganalisis lebih dari 200 studi akademik dari tahun 1997 hingga 2020. Fokus utama meliputi:
Temuan Utama
1. Definisi dan Evolusi GSCM
2. Hambatan Implementasi GSCM
Artikel mengidentifikasi 11 kategori hambatan, termasuk:
3. Dampak GSCM pada Kinerja
Studi Kasus
Industri Otomotif di India
Industri Tekstil di Bangladesh
Rekomendasi Strategis
Kesimpulan
Hambatan implementasi GSCM di sektor manufaktur bersifat kompleks dan memerlukan pendekatan holistik. Dengan dukungan regulasi, inovasi teknologi, dan kesadaran masyarakat, GSCM dapat memberikan dampak signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan.
Sumber: Ajitabh Pateriya, Pallavi Maheshwarkar (2020). A Critical Review of Green Supply Chain Management and Its Barriers for Manufacturing Industries. Webology, 17(4).
Green Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel ini membahas penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan. Penelitian menyoroti bagaimana orientasi strategis dan regulasi pemerintah memengaruhi implementasi GSCM, serta dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan SmartPLS 3.0, studi ini menjadi panduan penting untuk memahami hubungan antara variabel anteseden dan konsekuensi GSCM.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 114 UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan menggunakan metode cluster sampling. Variabel utama yang dianalisis:
Temuan Utama
1. Pengaruh Orientasi Strategis terhadap GSCM
Orientasi strategis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap implementasi GSCM (59%). Contoh, perusahaan dengan komitmen tinggi terhadap kesadaran lingkungan berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam produksi.
2. Peran Regulasi Pemerintah terhadap GSCM
Regulasi pemerintah juga berpengaruh signifikan (32%). Peraturan lokal, seperti pengelolaan limbah berbasis Perda Pasuruan Nomor 3 Tahun 2010, menjadi pendorong utama praktik ramah lingkungan.
3. Dampak GSCM terhadap Kinerja Lingkungan
Implementasi GSCM meningkatkan kinerja lingkungan sebesar 88,9%, termasuk pengurangan emisi karbon dan limbah padat. Studi kasus menunjukkan bahwa distribusi ramah lingkungan menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 20%.
4. Hubungan Tidak Langsung
Orientasi strategis dan regulasi pemerintah juga berdampak pada kinerja lingkungan melalui GSCM, masing-masing sebesar 52,4% dan 28,4%.
Studi Kasus
UMKM di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan
Pengusaha Kerupuk di Bangil
Rekomendasi Strategis
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi strategis dan regulasi pemerintah merupakan faktor utama keberhasilan GSCM. Dengan implementasi yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan sekaligus efisiensi operasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih kuat, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan inovasi teknologi.
Sumber:
Antin Rakhmawati, Kusdi Rahardjo, Andriani Kusumawati (2019). Faktor Anteseden dan Konsekuensi Green Supply Chain Management. Jurnal Sistem Informasi Bisnis.