Pendahuluan
Artikel ini membahas penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan. Penelitian menyoroti bagaimana orientasi strategis dan regulasi pemerintah memengaruhi implementasi GSCM, serta dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan SmartPLS 3.0, studi ini menjadi panduan penting untuk memahami hubungan antara variabel anteseden dan konsekuensi GSCM.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 114 UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan menggunakan metode cluster sampling. Variabel utama yang dianalisis:
- Strategic Orientation (X1): Filosofi manajerial untuk menyesuaikan hubungan perusahaan dengan lingkungan.
- Government Regulation (X2): Kebijakan pemerintah yang mendukung praktik ramah lingkungan.
- Green Supply Chain Management (Y1): Konsep rantai pasok hijau, termasuk pembelian hijau, produksi hijau, dan distribusi hijau.
- Environmental Performance (Y2): Indikator keberlanjutan lingkungan seperti pengurangan emisi dan limbah.
Temuan Utama
1. Pengaruh Orientasi Strategis terhadap GSCM
Orientasi strategis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap implementasi GSCM (59%). Contoh, perusahaan dengan komitmen tinggi terhadap kesadaran lingkungan berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam produksi.
2. Peran Regulasi Pemerintah terhadap GSCM
Regulasi pemerintah juga berpengaruh signifikan (32%). Peraturan lokal, seperti pengelolaan limbah berbasis Perda Pasuruan Nomor 3 Tahun 2010, menjadi pendorong utama praktik ramah lingkungan.
3. Dampak GSCM terhadap Kinerja Lingkungan
Implementasi GSCM meningkatkan kinerja lingkungan sebesar 88,9%, termasuk pengurangan emisi karbon dan limbah padat. Studi kasus menunjukkan bahwa distribusi ramah lingkungan menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 20%.
4. Hubungan Tidak Langsung
Orientasi strategis dan regulasi pemerintah juga berdampak pada kinerja lingkungan melalui GSCM, masing-masing sebesar 52,4% dan 28,4%.
Studi Kasus
UMKM di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan
- Praktik GSCM: Menggunakan bahan baku daur ulang dan produksi dengan energi minimal.
- Dampak: Penurunan limbah cair hingga 25%, dengan peningkatan efisiensi produksi sebesar 15%.
Pengusaha Kerupuk di Bangil
- Praktik GSCM: Implementasi kemasan biodegradable.
- Dampak: Pengurangan penggunaan plastik sebesar 30%, meningkatkan permintaan konsumen.
Rekomendasi Strategis
- Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan untuk pengelola UMKM tentang pentingnya GSCM.
- Kolaborasi Pemerintah dan UMKM: Penguatan regulasi dan pemberian insentif untuk adopsi teknologi hijau.
- Teknologi Hijau Terjangkau: Fasilitas pembiayaan untuk inovasi berkelanjutan seperti penggunaan energi terbarukan.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi strategis dan regulasi pemerintah merupakan faktor utama keberhasilan GSCM. Dengan implementasi yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan sekaligus efisiensi operasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih kuat, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan inovasi teknologi.
Sumber:
Antin Rakhmawati, Kusdi Rahardjo, Andriani Kusumawati (2019). Faktor Anteseden dan Konsekuensi Green Supply Chain Management. Jurnal Sistem Informasi Bisnis.