Green Supply Chain Management

Implementasi Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keunggulan Kompetitif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Studi "Green Supply Chain Management for Competitive Advantage" oleh Jamila Nasser Malti (2021) menyoroti pentingnya implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) sebagai strategi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi. Berdasarkan model keberlanjutan perusahaan, penelitian ini mengeksplorasi pendekatan yang diambil oleh manajer rantai pasokan untuk mengintegrasikan praktik ramah lingkungan ke dalam operasi mereka, termasuk penggunaan teknologi dan manajemen pemasok. Dengan pendekatan kualitatif berbasis kasus tunggal, penelitian ini mengidentifikasi praktik utama GSCM, seperti pengadaan hijau, distribusi hijau, dan pemulihan investasi, sebagai faktor kunci dalam mencapai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan delapan peserta, terdiri dari empat pemimpin perusahaan dan empat staf operasional rantai pasokan di sebuah perusahaan manufaktur di Lebanon. Data juga dikumpulkan melalui dokumen arsip perusahaan dan dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan tema utama.

Temuan Utama

  1. Keterlibatan dalam Praktik Hijau di Seluruh Rantai Pasokan
    • Perusahaan yang berhasil dalam implementasi GSCM menunjukkan keterlibatan menyeluruh dalam desain produk, pengelolaan limbah, dan penggunaan energi terbarukan.
  2. Pentingnya Sertifikasi Lingkungan
    • Sertifikasi seperti ISO 14001 diidentifikasi sebagai alat penting untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan dan mendukung standar ramah lingkungan.
  3. Penggunaan Balanced Scorecard (BSC)
    • BSC digunakan sebagai model pemantauan untuk mengukur indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI), seperti pengurangan emisi karbon dan efisiensi energi.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Efisiensi Energi
    • Salah satu perusahaan yang diwawancarai melaporkan pengurangan konsumsi energi hingga 15% melalui optimalisasi proses produksi menggunakan teknologi hijau.
  2. Pemulihan Investasi
    • Proses daur ulang material menciptakan efisiensi biaya hingga 20%, sekaligus mengurangi jumlah limbah padat yang dibuang.
  3. Distribusi Hijau
    • Dengan mengoptimalkan rute transportasi dan menggunakan kendaraan rendah emisi, perusahaan mengurangi biaya logistik hingga 12%.

Rekomendasi Strategis

  1. Integrasi Teknologi Hijau
    • Penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan blockchain dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi di seluruh rantai pasokan.
  2. Pelatihan dan Edukasi Karyawan
    • Pelatihan tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasi GSCM.
  3. Kolaborasi dengan Pemasok
    • Perusahaan harus memastikan pemasok memenuhi standar lingkungan melalui audit dan kerja sama berkelanjutan.

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa implementasi GSCM memberikan keuntungan kompetitif yang signifikan bagi organisasi, termasuk pengurangan biaya operasional, peningkatan efisiensi, dan peningkatan citra perusahaan. Dengan fokus pada keterlibatan menyeluruh, sertifikasi lingkungan, dan penggunaan alat pengukuran seperti Balanced Scorecard, perusahaan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan bisnis mereka.

Sumber Artikel:
Malti, J. N. (2021). Green Supply Chain Management for Competitive Advantage. Doctoral Dissertation, Walden University.

Selengkapnya
Implementasi Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keunggulan Kompetitif

Green Supply Chain Management

Faktor Kritis dalam Implementasi Praktik Rantai Pasokan Hijau di Heineken International

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian "Factors Critical to the Implementation of GSCM Practice in Heineken International" oleh Shellybrown Ekane dan Vanessa Nshimirimana (2012) membahas langkah-langkah strategis yang diambil Heineken dalam mengadopsi Green Supply Chain Management (GSCM). Dengan fokus pada pengadaan hijau, desain produk ramah lingkungan, dan logistik hijau, studi ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dengan pemasok, pelatihan internal, serta dukungan manajemen untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur dengan dua perwakilan dari Heineken International. Penelitian juga memanfaatkan data sekunder dari laporan tahunan dan publikasi terkait.

Tujuan Penelitian:

  1. Mengidentifikasi faktor kunci keberhasilan GSCM.
  2. Menganalisis manfaat ekonomi dan lingkungan yang diperoleh dari implementasi GSCM.

Faktor Kritis dalam Implementasi GSCM

  1. Green Procurement (Pengadaan Hijau)
    • Heineken menggunakan Supplier Code untuk memastikan pemasok mematuhi standar lingkungan.
    • Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi jejak karbon pada rantai pasokan bahan baku.
    • Contoh: Program ini mengurangi emisi karbon hingga 6,4 kg CO2/hl, dengan target pengurangan energi sebesar 50% pada 2020.
  2. Green Manufacturing (Produksi Ramah Lingkungan)
    • Heineken fokus pada produksi berkelanjutan dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti biomassa dan tenaga surya.
    • Inisiatif ini mencakup pengurangan limbah dan efisiensi produksi, seperti penggunaan fridges hemat energi yang mengurangi konsumsi hingga 35%.
  3. Green Distribution (Distribusi Hijau)
    • Implementasi logistik hijau dilakukan dengan memanfaatkan model jejak karbon untuk optimasi rute distribusi.
    • Heineken bekerja sama dengan mitra logistik untuk mengurangi emisi transportasi, termasuk di sektor pengiriman laut dan darat.
  4. Reverse Logistics (Logistik Terbalik)
    • Proses daur ulang produk melibatkan pengumpulan kembali kemasan bekas untuk digunakan ulang.
    • Contoh: Inisiatif daur ulang di Heineken Bulgaria menunjukkan efisiensi biaya dan dampak lingkungan positif.

Dukungan Manajemen dan Pelatihan

  • Dukungan Manajemen Puncak: Tim manajemen memberikan arahan strategis untuk memastikan keberhasilan GSCM.
  • Pelatihan Karyawan: Pelatihan tentang prinsip-prinsip hijau diberikan kepada karyawan dan pemasok, meningkatkan kesadaran lingkungan di seluruh organisasi.

Hasil dan Manfaat Implementasi

  1. Manfaat Ekonomi:
    • Efisiensi biaya dari pengelolaan limbah melalui logistik terbalik.
    • Peningkatan nilai perusahaan karena inovasi produk dan pemasaran ramah lingkungan.
  2. Manfaat Lingkungan:
    • Pengurangan emisi karbon di seluruh rantai pasokan.
    • Implementasi desain produk yang lebih ramah lingkungan dan penggunaan energi terbarukan.
  3. Manfaat Sosial:
    • Kolaborasi dengan komunitas lokal untuk menciptakan dampak sosial yang positif melalui inisiatif seperti program Brewing a Better Future.

Studi Kasus: Program Brewing a Better Future (BaBF)
Program ini diluncurkan oleh Heineken untuk memastikan keberlanjutan di seluruh operasinya.

  • Pilar Utama: Dampak lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan peran bir dalam masyarakat.
  • Hasil: Target 2020 untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi telah menghasilkan kemajuan yang signifikan, termasuk pengurangan energi hingga 25% di beberapa pabrik.

Tantangan dalam Implementasi

  1. Biaya Awal: Investasi besar dalam teknologi hijau membutuhkan dukungan finansial jangka panjang.
  2. Kepatuhan Pemasok: Tidak semua pemasok siap untuk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan.
  3. Kompleksitas Logistik: Integrasi praktik hijau memerlukan perubahan besar dalam proses distribusi tradisional.

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa implementasi GSCM di Heineken memberikan dampak positif pada keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dengan dukungan manajemen, kolaborasi dengan pemasok, serta inovasi dalam logistik dan desain produk, Heineken telah menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan. Namun, tantangan seperti biaya tinggi dan resistensi pemasok tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi.

Sumber Artikel: Ekane, S., & Nshimirimana, V. (2012). Factors Critical to the Implementation of GSCM Practice in Heineken International. Master Thesis, Mälardalen University.

Selengkapnya
Faktor Kritis dalam Implementasi Praktik Rantai Pasokan Hijau di Heineken International

Green Supply Chain Management

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian "Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration" oleh Lingfu Zhang, Yongfang Dou, dan Hailing Wang (2023) mengkaji bagaimana implementasi manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) dapat meningkatkan nilai perusahaan. Studi ini berfokus pada peran moderasi tingkat pengambilan risiko perusahaan (risk-taking level), kemampuan inovasi teknologi (technological innovation capability atau TIC), dan konsentrasi rantai pasokan (supply chain concentration atau SCC) sebagai faktor kunci yang memengaruhi efektivitas GSCM.

Dengan menggunakan data panel dari 131 perusahaan terdaftar di Tiongkok selama periode 2014–2021, penelitian ini memberikan wawasan tentang mekanisme kompleks yang menghubungkan GSCM, risiko, dan nilai perusahaan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model regresi panel untuk menganalisis data perusahaan yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk indeks CITI untuk mengukur tingkat implementasi GSCM. Variabel-variabel utama meliputi:

  • Variabel Dependen: Nilai perusahaan, diukur menggunakan Tobin’s Q.
  • Variabel Independen: Skor GSCM dari setiap perusahaan.
  • Variabel Moderator: Tingkat pengambilan risiko, kemampuan inovasi teknologi, dan konsentrasi rantai pasokan.

Temuan Utama

  1. Pengaruh Langsung GSCM terhadap Nilai Perusahaan
    • Implementasi GSCM terbukti meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan.
    • Setiap peningkatan satu unit dalam skor GSCM meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,045 poin berdasarkan regresi dasar.
  2. Peran Moderasi Tingkat Pengambilan Risiko
    • Perusahaan dengan tingkat pengambilan risiko yang lebih tinggi dapat lebih efektif mengimplementasikan GSCM untuk meningkatkan nilai mereka.
    • Koefisien interaksi antara GSCM dan tingkat pengambilan risiko adalah 0,013, menunjukkan efek signifikan pada tingkat kepercayaan 1%.
  3. Dampak TIC dan SCC terhadap Moderasi Risiko
    • TIC Rendah: Perusahaan dengan inovasi teknologi rendah menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara pengambilan risiko dan efektivitas GSCM.
    • SCC Tinggi: Konsentrasi rantai pasokan yang tinggi memperkuat dampak positif GSCM pada nilai perusahaan dengan meningkatkan stabilitas jaringan pasokan.

Diskusi dan Implikasi Praktis

  1. Inovasi Teknologi dan Biaya Risiko
    • Meskipun inovasi teknologi memiliki manfaat jangka panjang, kebutuhan investasi tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan. Oleh karena itu, perusahaan dengan TIC rendah lebih mudah memanfaatkan GSCM tanpa menghadapi tekanan risiko besar.
  2. Stabilitas Melalui Konsentrasi Rantai Pasokan
    • SCC tinggi mencerminkan hubungan stabil antara pemasok dan pelanggan, mengurangi risiko operasional dan memungkinkan implementasi GSCM yang lebih lancar.
  3. Relevansi dengan Kebijakan Hijau Global
    • Penelitian ini mendukung inisiatif global seperti Strategi Net-Zero dan Perjanjian Paris, dengan menunjukkan bahwa GSCM tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Implementasi GSCM di Perusahaan Manufaktur
    • Perusahaan manufaktur di Tiongkok dengan skor GSCM tinggi menunjukkan peningkatan nilai pasar hingga 18,3 kali lipat dibandingkan perusahaan dengan skor GSCM rendah.
  2. Sektor Non-Pencemar vs. Pencemar
    • Implementasi GSCM lebih efektif di perusahaan non-pencemar, dengan koefisien signifikan pada tingkat 5%.
  3. Teknologi dan Stabilitas Rantai Pasokan
    • Perusahaan dengan SCC tinggi mencatat pengurangan biaya transaksi hingga 15%, memungkinkan investasi lebih besar dalam strategi hijau.

Rekomendasi Strategis

  1. Optimalisasi Investasi Teknologi Hijau
    • Pemerintah dan regulator perlu menyediakan insentif untuk mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan dengan tingkat inovasi teknologi rendah.
  2. Penguatan Kolaborasi dengan Mitra Pasokan
    • Perusahaan harus membangun hubungan stabil dengan pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan SCC, yang akan memperkuat efektivitas GSCM.
  3. Edukasi Manajemen Risiko
    • Pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan pengambilan risiko di kalangan manajer dapat memperluas manfaat GSCM pada perusahaan.

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa GSCM adalah strategi penting untuk meningkatkan nilai perusahaan, terutama dalam konteks ekonomi hijau global. Dengan memahami interaksi antara GSCM, risiko, TIC, dan SCC, perusahaan dapat merancang pendekatan yang lebih efektif untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Sumber Artikel:
Zhang, L., Dou, Y., & Wang, H. (2023). Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration. Frontiers in Environmental Science, Vol.11, 1096349.

Selengkapnya
Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Green Supply Chain Management

Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian berjudul "The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance" oleh Suheil Che Sobry (2021) meneliti bagaimana integrasi rantai pasokan hijau (Green Supply Chain Integration/GSCI) berkontribusi terhadap kinerja keberlanjutan dalam sektor manufaktur. Fokus utama kajian ini adalah pada integrasi pemasok, pelanggan, internal, logistik, dan teknologi. Dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur bersertifikasi ISO 14001 di Malaysia, studi ini memberikan wawasan mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini melibatkan 107 perusahaan manufaktur sebagai responden. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson serta regresi berganda. Penelitian ini membahas bagaimana setiap variabel dalam integrasi rantai pasokan hijau berkontribusi pada kinerja keberlanjutan perusahaan.

Hasil Penelitian

  1. Internal Integration
    • Hasil menunjukkan bahwa integrasi internal memiliki korelasi signifikan dengan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
    • Misalnya, perusahaan yang memperbaiki koordinasi internal melaporkan penurunan emisi karbon sebesar 18%.
  2. Technology Integration
    • Teknologi menjadi faktor pendorong utama untuk keberlanjutan, dengan kontribusi terhadap efisiensi logistik dan pengurangan limbah.
    • Sebagai contoh, penggunaan IoT dalam rantai pasokan mengurangi biaya operasional hingga 12% per tahun.
  3. Logistics Integration
    • Integrasi logistik meningkatkan transparansi dan kecepatan distribusi, terutama dalam pengelolaan limbah industri.
    • Studi menunjukkan peningkatan efisiensi logistik hingga 25% pada perusahaan yang menerapkan praktik ini.
  4. Supplier and Customer Integration
    • Kolaborasi dengan pemasok dan pelanggan memberikan dampak positif pada keberlanjutan sosial, seperti pengurangan ketidakpuasan konsumen sebesar 15%.

Diskusi dan Implikasi
Penelitian ini menemukan bahwa integrasi internal dan teknologi merupakan prediktor terkuat dari kinerja keberlanjutan. Sementara itu, faktor logistik dan kolaborasi eksternal memainkan peran pendukung yang signifikan.

  1. Keberlanjutan Ekonomi:
    • Efisiensi biaya dan peningkatan daya saing perusahaan.
  2. Keberlanjutan Lingkungan:
    • Pengurangan emisi karbon dan pengelolaan limbah.
  3. Keberlanjutan Sosial:
    • Meningkatkan hubungan dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Teknologi IoT di Industri Tekstil
    • Perusahaan tekstil di Malaysia yang menerapkan teknologi IoT melaporkan peningkatan efisiensi produksi hingga 20%.
  2. Kolaborasi dengan Pemasok di Sektor Elektronik
    • Peningkatan kualitas bahan baku melalui kerja sama pemasok mengurangi pengembalian produk sebesar 10%.
  3. Optimasi Logistik di Sektor Farmasi
    • Penggunaan logistik hijau memungkinkan pengurangan biaya distribusi hingga 15%.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi Teknologi Hijau
    Perusahaan harus fokus pada pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi rantai pasokan.
  2. Peningkatan Kolaborasi Eksternal
    • Kerja sama yang lebih erat dengan pemasok dan pelanggan untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
  3. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
    • Pelatihan tentang pentingnya keberlanjutan dapat mempercepat adopsi praktik hijau di perusahaan.

Kesimpulan
Artikel ini menunjukkan bahwa integrasi rantai pasokan hijau adalah langkah penting menuju keberlanjutan yang holistik. Dengan memanfaatkan teknologi dan meningkatkan kolaborasi internal serta eksternal, perusahaan dapat mencapai keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial secara efektif.

Sumber Artikel:
Suheil Che Sobry (2021). The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance. Othman Yeop Abdullah Graduate School of Business, Universiti Utara Malaysia.

 

Selengkapnya
Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Green Supply Chain Management

Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan Perusahaan Multinasional: Studi Kasus Airbus, Nespresso, dan Sanofi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel "Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies" oleh Laura Porras Cely (2023) menyoroti bagaimana perusahaan multinasional seperti Airbus, Nespresso, dan Sanofi mengadopsi praktik rantai pasokan berkelanjutan. Studi ini berfokus pada inovasi teknologi, penggunaan energi terbarukan, dan integrasi model ekonomi sirkular untuk mencapai keberlanjutan. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, artikel ini memberikan wawasan tentang strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi logistik.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga perusahaan multinasional: Airbus, Nespresso, dan Sanofi. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan analisis dokumen sekunder, termasuk laporan tahunan dan publikasi perusahaan.

Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan

  1. Pengadaan Berkelanjutan
    • Keterlibatan dan Pelatihan Pemasok
      Perusahaan seperti Airbus memastikan keberlanjutan melalui kode etik pemasok dan audit rutin. “Proyek Next Era” Airbus, misalnya, adalah platform digital yang memungkinkan transparansi data di seluruh rantai pasokan mereka.
    • Ekonomi Sirkular dalam Pengadaan
      Nespresso bekerja dengan Aluminum Stewardship Initiative untuk menggunakan aluminium dari sumber yang lebih ramah lingkungan, sementara Sanofi melakukan audit keberlanjutan untuk memastikan standar tinggi pada pemasoknya.
  2. Produksi Berkelanjutan
    • Pengurangan Emisi GRK
      Airbus menerapkan program “High5+” untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 di seluruh fasilitas mereka. Sanofi melaporkan penurunan emisi GRK sebesar 29% sejak 2019, dengan target pengurangan hingga 55% pada 2030.
    • Manajemen Limbah dan Daur Ulang
      Sanofi mencapai tingkat pemulihan limbah sebesar 86% pada 2022, dengan target mencapai 90% pada 2025. Nespresso juga mempromosikan daur ulang kapsul kopi melalui program koleksi kapsul di 88% titik penjualan global.
    • Penggunaan Energi Terbarukan
      Di pabrik Nespresso di Swiss, 100% energi berasal dari sumber terbarukan, termasuk panel surya dan sistem pemanfaatan ulang air hujan.
  3. Logistik Hijau
    • Mobilitas Hijau
      Nespresso menggunakan truk hidrogen untuk mengurangi emisi karbon dari logistik hingga 50% pada 2025. Airbus juga meningkatkan penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga 50% pada 2030.
    • Logistik Terbalik
      Airbus melibatkan proses pembongkaran selektif yang memungkinkan 90% berat pesawat didaur ulang atau digunakan kembali.

Tantangan dalam Implementasi
Penelitian ini mengungkapkan beberapa hambatan, seperti:

  • Biaya Awal yang Tinggi: Investasi besar dalam teknologi hijau seringkali menjadi penghalang, terutama bagi perusahaan kecil.
  • Kendala Regulasi: Perbedaan kebijakan lingkungan di berbagai negara mempersulit standar global.
  • Kesadaran Pemasok: Tidak semua pemasok memiliki kemampuan untuk menerapkan standar keberlanjutan yang tinggi.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok
    Perusahaan harus menjalin kemitraan yang lebih erat untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
  2. Inovasi Teknologi Hijau
    Penggunaan teknologi seperti blockchain dan IoT dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi logistik.
  3. Pendekatan Ekonomi Sirkular
    Perusahaan harus fokus pada daur ulang material dan pengurangan limbah untuk mendukung keberlanjutan jangka panjang.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa keberlanjutan dalam rantai pasokan adalah strategi yang esensial bagi perusahaan multinasional. Dengan mengintegrasikan praktik hijau di seluruh proses, perusahaan dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing mereka.

Sumber Artikel:
Laura Porras Cely (2023). Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies. Dissertation, Universidade Católica Portuguesa.

 

Selengkapnya
Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan Perusahaan Multinasional: Studi Kasus Airbus, Nespresso, dan Sanofi

Green Supply Chain Management

Faktor Pendorong Adopsi Green Supply Chain Management: Tinjauan Literatur dan Implikasinya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel berjudul "A Literature Review on Green Supply Chain Management Adoption Drivers" oleh Ilyas Masudin (2019) mengeksplorasi berbagai faktor pendorong dalam adopsi Green Supply Chain Management (GSCM). Melalui analisis terhadap 78 literatur utama, artikel ini mengidentifikasi dan membahas faktor internal dan eksternal yang mendorong adopsi GSCM, termasuk pada green procurement, green manufacturing, green distribution, dan reverse logistics. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya GSCM sebagai strategi keberlanjutan yang menguntungkan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaan.

Metodologi
Artikel ini menggunakan metode systematic content analysis untuk menganalisis literatur dari tahun 1996 hingga 2019. Dengan kata kunci seperti "green procurement" dan "green manufacturing," penelitian ini mengumpulkan 94 artikel dari berbagai jurnal internasional, yang kemudian disaring menjadi 78 artikel relevan.

Hasil analisis menunjukkan distribusi artikel terbesar berasal dari Journal of Cleaner Production (15 artikel), diikuti International Journal of Production Economics (7 artikel). Temuan ini menunjukkan pentingnya literatur dalam membangun pemahaman tentang pendorong GSCM.

Faktor Pendorong Adopsi GSCM

  1. Green Procurement (Pengadaan Hijau)
    • Faktor pendorong internal: komitmen manajemen, pengurangan biaya, dan strategi keberlanjutan organisasi.
    • Faktor eksternal: tekanan pelanggan, persaingan pasar, dan regulasi pemerintah.
      Studi menunjukkan bahwa organisasi yang mengadopsi pengadaan hijau dapat mengurangi limbah hingga 30%, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperbaiki reputasi perusahaan.
  2. Green Manufacturing (Manufaktur Hijau)
    • Faktor internal: manfaat finansial, inovasi produk, dan citra perusahaan.
    • Faktor eksternal: tekanan dari pelanggan dan pesaing, serta kewajiban regulasi.
      Misalnya, studi Ghazilla et al. (2015) menemukan bahwa regulasi dan inovasi adalah pendorong utama adopsi green manufacturing di Malaysia, dengan peningkatan efisiensi energi hingga 20%.
  3. Green Distribution (Distribusi Hijau)
    • Penerapan distribusi ramah lingkungan, seperti logistik terbalik dan optimasi rute pengiriman, telah membantu perusahaan mengurangi emisi karbon hingga 5% (Palmer, 2007).
    • Faktor eksternal seperti kesadaran masyarakat dan tekanan pasar mendorong adopsi distribusi hijau.
  4. Reverse Logistics (Logistik Terbalik)
    • Faktor internal: tekanan pelanggan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan pengurangan biaya operasional.
    • Faktor eksternal: regulasi lingkungan dan kompetisi pasar.
      Contoh signifikan datang dari perusahaan elektronik di Cina, yang berhasil meningkatkan tingkat daur ulang hingga 15% melalui reverse logistics.

Dampak Adopsi GSCM terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi GSCM memberikan dampak positif pada:

  • Kinerja Lingkungan: Pengurangan emisi karbon rata-rata 10%-15%.
  • Kinerja Sosial: Peningkatan hubungan dengan pemangku kepentingan dan kepuasan pelanggan.
  • Kinerja Ekonomi: Pengurangan biaya operasional hingga 25%, terutama dalam logistik dan produksi.

Rekomendasi Strategis

  1. Kolaborasi dengan Mitra Rantai Pasokan
    Perusahaan perlu menjalin kemitraan strategis dengan pemasok untuk memastikan keberlanjutan pada semua tahap rantai pasokan.
  2. Penguatan Regulasi dan Kebijakan
    Pemerintah harus memberikan insentif kepada perusahaan yang mengadopsi praktik GSCM, seperti potongan pajak untuk teknologi ramah lingkungan.
  3. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi
    Kampanye edukasi untuk konsumen dan pelatihan bagi karyawan akan meningkatkan adopsi praktik hijau.

Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa adopsi GSCM dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan dampak signifikan pada keberlanjutan perusahaan. Dengan memahami dan mengatasi hambatan dalam adopsi GSCM, organisasi dapat memperkuat daya saing sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Sumber Artikel: Masudin, I. (2019). A Literature Review on Green Supply Chain Management Adoption Drivers. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.18(2), 103-115,

Selengkapnya
Faktor Pendorong Adopsi Green Supply Chain Management: Tinjauan Literatur dan Implikasinya
« First Previous page 2 of 7 Next Last »