Artikel "Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies" oleh Laura Porras Cely (2023) menyoroti bagaimana perusahaan multinasional seperti Airbus, Nespresso, dan Sanofi mengadopsi praktik rantai pasokan berkelanjutan. Studi ini berfokus pada inovasi teknologi, penggunaan energi terbarukan, dan integrasi model ekonomi sirkular untuk mencapai keberlanjutan. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, artikel ini memberikan wawasan tentang strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi logistik.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga perusahaan multinasional: Airbus, Nespresso, dan Sanofi. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan analisis dokumen sekunder, termasuk laporan tahunan dan publikasi perusahaan.
Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan
- Pengadaan Berkelanjutan
- Keterlibatan dan Pelatihan Pemasok
Perusahaan seperti Airbus memastikan keberlanjutan melalui kode etik pemasok dan audit rutin. “Proyek Next Era” Airbus, misalnya, adalah platform digital yang memungkinkan transparansi data di seluruh rantai pasokan mereka. - Ekonomi Sirkular dalam Pengadaan
Nespresso bekerja dengan Aluminum Stewardship Initiative untuk menggunakan aluminium dari sumber yang lebih ramah lingkungan, sementara Sanofi melakukan audit keberlanjutan untuk memastikan standar tinggi pada pemasoknya.
- Keterlibatan dan Pelatihan Pemasok
- Produksi Berkelanjutan
- Pengurangan Emisi GRK
Airbus menerapkan program “High5+” untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 di seluruh fasilitas mereka. Sanofi melaporkan penurunan emisi GRK sebesar 29% sejak 2019, dengan target pengurangan hingga 55% pada 2030. - Manajemen Limbah dan Daur Ulang
Sanofi mencapai tingkat pemulihan limbah sebesar 86% pada 2022, dengan target mencapai 90% pada 2025. Nespresso juga mempromosikan daur ulang kapsul kopi melalui program koleksi kapsul di 88% titik penjualan global. - Penggunaan Energi Terbarukan
Di pabrik Nespresso di Swiss, 100% energi berasal dari sumber terbarukan, termasuk panel surya dan sistem pemanfaatan ulang air hujan.
- Pengurangan Emisi GRK
- Logistik Hijau
- Mobilitas Hijau
Nespresso menggunakan truk hidrogen untuk mengurangi emisi karbon dari logistik hingga 50% pada 2025. Airbus juga meningkatkan penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga 50% pada 2030. - Logistik Terbalik
Airbus melibatkan proses pembongkaran selektif yang memungkinkan 90% berat pesawat didaur ulang atau digunakan kembali.
- Mobilitas Hijau
Tantangan dalam Implementasi
Penelitian ini mengungkapkan beberapa hambatan, seperti:
- Biaya Awal yang Tinggi: Investasi besar dalam teknologi hijau seringkali menjadi penghalang, terutama bagi perusahaan kecil.
- Kendala Regulasi: Perbedaan kebijakan lingkungan di berbagai negara mempersulit standar global.
- Kesadaran Pemasok: Tidak semua pemasok memiliki kemampuan untuk menerapkan standar keberlanjutan yang tinggi.
Rekomendasi Strategis
- Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok
Perusahaan harus menjalin kemitraan yang lebih erat untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan. - Inovasi Teknologi Hijau
Penggunaan teknologi seperti blockchain dan IoT dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi logistik. - Pendekatan Ekonomi Sirkular
Perusahaan harus fokus pada daur ulang material dan pengurangan limbah untuk mendukung keberlanjutan jangka panjang.
Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa keberlanjutan dalam rantai pasokan adalah strategi yang esensial bagi perusahaan multinasional. Dengan mengintegrasikan praktik hijau di seluruh proses, perusahaan dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing mereka.
Sumber Artikel:
Laura Porras Cely (2023). Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies. Dissertation, Universidade Católica Portuguesa.