Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Strategi Vendor Managed Inventory (VMI): Model Penilaian Kesiapan untuk Optimasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Pendahuluan

Vendor Managed Inventory (VMI) adalah strategi kolaboratif dalam rantai pasok di mana pemasok bertanggung jawab mengelola inventori pelanggan. PT XYZ telah mengadopsi VMI dalam penyediaan bahan bakar minyak (BBM), memberikan keuntungan berupa ketersediaan bahan bakar yang terjamin dan pengurangan biaya inventori. Namun, untuk memperluas implementasi ke produk lain, diperlukan alat evaluasi kesiapan yang lebih komprehensif.

Studi ini mengembangkan model penilaian kesiapan VMI menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model ini bertujuan menilai kesiapan implementasi VMI dari perspektif perusahaan pembeli maupun pemasok.

Manfaat dan Tantangan Implementasi VMI

Manfaat VMI dalam Rantai Pasok

  • Mengurangi biaya inventori dan penyimpanan
  • Meningkatkan efisiensi operasional dan stabilitas pasokan
  • Memperkuat hubungan kolaboratif antara perusahaan dan pemasok
  • Menjamin tingkat layanan lebih tinggi dengan stok yang optimal

Tantangan Implementasi VMI

  • Kurangnya kesiapan sistem informasi untuk berbagi data real-time
  • Tingkat kepercayaan antara perusahaan dan pemasok yang masih rendah
  • Variabilitas permintaan produk yang sulit diprediksi
  • Biaya investasi awal yang tinggi dalam sistem VMI

Model Penilaian Kesiapan VMI

Penelitian ini mengembangkan model penilaian kesiapan VMI yang terdiri dari dua instrumen utama:

  1. Instrumen kesiapan untuk perusahaan pembeli
  2. Instrumen kesiapan untuk pemasok (vendor)

Setiap instrumen mencakup dimensi, elemen, dan indikator kesiapan untuk mengevaluasi apakah suatu produk dapat dikelola dengan sistem VMI. Model ini didasarkan pada penelitian Niranjan et al. (2012) dan disempurnakan dengan elemen baru seperti biaya, manfaat, dan komitmen dalam kolaborasi.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan PLS-SEM dan CFA untuk mengembangkan dan menguji model penilaian kesiapan VMI. Beberapa tahapan utama dalam penelitian ini meliputi:

  1. Identifikasi indikator kesiapan berdasarkan kajian literatur dan wawancara dengan praktisi industri.
  2. Pengumpulan data melalui survei dengan responden dari perusahaan dan pemasok.
  3. Pengolahan data dengan SmartPLS untuk memastikan validitas dan reliabilitas instrumen penilaian.
  4. Uji coba model pada tiga produk yang dikelola PT XYZ, termasuk BBM, pelumas mesin diesel, dan rem blok.

Studi Kasus Implementasi VMI di PT XYZ

1. Vendor Managed Inventory untuk Bahan Bakar Minyak (BBM)

  • Skor kesiapan perusahaan: 329,77
  • Skor kesiapan vendor: 345,35
  • Kesimpulan: VMI siap diterapkan untuk BBM dan telah memberikan manfaat berupa jaminan pasokan, pengurangan biaya inventori, dan stabilitas operasional.

2. Evaluasi Kesiapan VMI untuk Pelumas Mesin Diesel

  • Skor kesiapan perusahaan: 299,21
  • Skor kesiapan vendor: 254,16
  • Kesimpulan: VMI perlu dipertimbangkan, dengan rekomendasi peningkatan sistem informasi dan koordinasi dengan pemasok sebelum implementasi penuh.

3. Evaluasi Kesiapan VMI untuk Rem Blok

  • Skor kesiapan perusahaan: 279,06
  • Skor kesiapan vendor: 186,05
  • Kesimpulan: VMI belum siap diterapkan karena tingkat kesiapan vendor masih rendah. Perusahaan disarankan untuk meningkatkan hubungan jangka panjang dengan pemasok.

Strategi untuk Meningkatkan Kesiapan VMI

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa strategi utama yang disarankan untuk meningkatkan kesiapan implementasi VMI adalah:
Peningkatan sistem informasi dan integrasi data antara perusahaan dan pemasok untuk meningkatkan transparansi.
Meningkatkan tingkat kepercayaan dalam kolaborasi dengan kontrak jangka panjang dan strategi komunikasi yang lebih baik.
Menggunakan teknologi digital (IoT dan AI) dalam manajemen inventori untuk mengoptimalkan peramalan permintaan.
Melakukan uji coba VMI secara bertahap pada produk tertentu sebelum implementasi penuh.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Vendor Managed Inventory (VMI) adalah strategi efektif dalam rantai pasok, tetapi memerlukan kesiapan dari perusahaan dan pemasok untuk sukses diimplementasikan.

Studi ini menghasilkan dua instrumen penilaian kesiapan VMI yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu produk siap dikelola dengan sistem VMI atau tidak. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kesiapan implementasi VMI bervariasi tergantung pada tingkat kesiapan sistem informasi, kepercayaan dalam hubungan bisnis, dan fleksibilitas pemasok.

Dengan menerapkan model penilaian kesiapan VMI yang komprehensif, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam mengadopsi strategi VMI dan meningkatkan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan.

Sumber Artikel

Undariyanto, W., & Bahagia, S. N. (2023). Rancangan Model Penilaian Kesiapan Implementasi Vendor Managed Inventory di PT XYZ. Jurnal Rekayasa Industri dan Manajemen, Vol. 1, No. 2, Institut Teknologi Bandung.

 

Selengkapnya
Strategi Vendor Managed Inventory (VMI): Model Penilaian Kesiapan untuk Optimasi Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Evolusi Penelitian Supply Chain Management: Analisis Scientometric dan Tren Global 1998–2017

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Pendahuluan

Supply Chain Management (SCM) telah menjadi bidang penelitian yang berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Oliver dan Webber pada 1982. Studi ini mengkaji tren publikasi di bidang SCM dari 1998 hingga 2017 menggunakan analisis scientometric untuk mengidentifikasi evolusi penelitian, penulis paling produktif, jurnal terkemuka, dan tema utama yang berkembang.

Dengan menganalisis 13.477 publikasi, penelitian ini mengungkap bagaimana perkembangan SCM mencerminkan perubahan dalam industri global. Selain itu, studi ini memberikan wawasan tentang tren masa depan dalam SCM, termasuk peran teknologi digital dan keberlanjutan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan scientometric analysis dengan data dari Web of Science (WoS). Analisis dilakukan melalui:

  1. Pemantauan tren publikasi SCM dalam tiga periode utama:
    • 1998–2005: Perkembangan awal dan teori dasar SCM.
    • 2006–2013: Integrasi rantai pasok dan manajemen risiko.
    • 2014–2017: Digitalisasi dan keberlanjutan dalam SCM.
  2. Identifikasi penulis, jurnal, dan institusi paling berpengaruh dalam penelitian SCM.
  3. Analisis kata kunci dan topik utama untuk mengungkap evolusi bidang ini.

Tren dan Evolusi Penelitian SCM

1. Tahap Awal (1998–2005): Konsep Dasar SCM

Pada periode ini, penelitian fokus pada manajemen inventaris, pengurangan biaya, dan efisiensi rantai pasok. Beberapa topik utama meliputi:
Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi stok dan meningkatkan efisiensi produksi.
Integrasi pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan koordinasi rantai pasok.
Fokus pada performa perusahaan melalui optimalisasi aliran material dan informasi.

2. Periode Integrasi dan Risiko (2006–2013)

SCM berkembang menjadi bidang yang lebih strategis dengan fokus pada koordinasi rantai pasok, kontrak pemasok, dan manajemen risiko.
Integrasi rantai pasok → Model SCM yang lebih terstruktur untuk mengurangi inefisiensi.
Manajemen risiko rantai pasok → Mengantisipasi gangguan produksi dan distribusi.
Peran teknologi dalam SCM → Munculnya Big Data dan otomatisasi dalam manajemen logistik.

3. Era Digitalisasi dan Keberlanjutan (2014–2017)

SCM mulai berfokus pada inovasi berbasis teknologi dan keberlanjutan lingkungan.
Blockchain dan IoT → Meningkatkan transparansi dan kecepatan pengiriman.
SCM hijau (Green SCM) → Fokus pada pengurangan limbah dan efisiensi energi.
Keberlanjutan dan tanggung jawab sosial → SCM berbasis ESG (Environmental, Social, Governance).

Hasil dan Temuan Utama

1. Jurnal dan Institusi Paling Berpengaruh dalam SCM

Analisis scientometric menemukan bahwa jurnal dan institusi berikut memiliki dampak signifikan dalam penelitian SCM:

Jurnal utama dalam SCM (berdasarkan jumlah publikasi & kutipan):

  • Supply Chain Management
  • International Journal of Production Economics
  • European Journal of Operational Research

Negara paling produktif dalam penelitian SCM:

  • Amerika Serikat (2389 publikasi, 85.403 kutipan)
  • China (2256 publikasi, 23.272 kutipan)
  • Inggris (823 publikasi, 19.986 kutipan)

Universitas dengan kontribusi terbesar dalam SCM:

  • Hong Kong Polytechnic University (346 publikasi)
  • Islamic Azad University (169 publikasi)
  • Michigan State University (149 publikasi)

2. Kata Kunci dan Topik yang Paling Banyak Diteliti

Studi ini mengidentifikasi tema penelitian utama dalam SCM berdasarkan analisis kata kunci:

1998–2005: Manajemen inventaris, performa perusahaan, dan Just-in-Time.
2006–2013: Integrasi rantai pasok, manajemen risiko, dan koordinasi pemasok.
2014–2017: Digitalisasi, keberlanjutan, green supply chain, dan blockchain.

Studi Kasus dalam Tren SCM

  1. Penerapan IoT dalam SCM – Walmart & Amazon
    • Amazon menggunakan AI dan IoT untuk mengoptimalkan stok dan distribusi secara real-time.
    • Hasil: Efisiensi gudang meningkat 20%, dan pengiriman lebih cepat 15%.
  2. Keberlanjutan dalam SCM – Tesla
    • Tesla menerapkan Green SCM dengan mengoptimalkan rantai pasok baterai lithium.
    • Hasil: Biaya produksi baterai turun 30% dan jejak karbon berkurang signifikan.
  3. Blockchain dalam Rantai Pasok – IBM & Maersk
    • IBM dan Maersk mengembangkan platform blockchain untuk meningkatkan transparansi pengiriman global.
    • Hasil: Ketepatan waktu pengiriman meningkat 40% dengan pengurangan biaya operasional 20%.

Implikasi dan Rekomendasi untuk Penelitian SCM Selanjutnya

Berdasarkan temuan ini, beberapa rekomendasi untuk penelitian SCM di masa depan meliputi:

Meningkatkan adopsi teknologi digital seperti AI, IoT, dan Blockchain untuk mempercepat pengambilan keputusan SCM.
Mempromosikan SCM berkelanjutan dengan fokus pada keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Mengembangkan model hybrid dalam SCM yang menggabungkan strategi tradisional dengan pendekatan digital.
Mengeksplorasi manajemen risiko yang lebih canggih untuk menghadapi tantangan rantai pasok global.

Kesimpulan

Analisis scientometric dalam penelitian SCM menunjukkan bahwa bidang ini terus berkembang dengan tren yang semakin kompleks dan berbasis teknologi. Sejak 1998, penelitian SCM telah beralih dari konsep dasar ke fokus pada keberlanjutan, teknologi digital, dan manajemen risiko rantai pasok.

Temuan ini menyoroti pentingnya adopsi inovasi digital dan pengelolaan rantai pasok yang lebih efisien untuk mendukung pertumbuhan industri global. Dengan integrasi teknologi yang lebih dalam, SCM akan semakin memainkan peran strategis dalam ekonomi global yang dinamis.

Sumber Artikel

Yalcin, H., Shi, W., & Rahman, Z. (2020). A Review and Scientometric Analysis of Supply Chain Management (SCM). Operations and Supply Chain Management, Vol. 13, No. 2, pp. 123-133.

 

Selengkapnya
Evolusi Penelitian Supply Chain Management: Analisis Scientometric dan Tren Global 1998–2017

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dalam Industri Manufaktur: Framework, Tantangan, dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi rantai pasok dalam industri manufaktur. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok dalam meningkatkan daya saing perusahaan, pengukuran kinerja yang akurat menjadi elemen kunci dalam mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan proses bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok (SCPM Framework) yang dapat diterapkan dalam industri manufaktur. Studi ini berbasis pada studi kasus tunggal di industri baja, dengan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutis untuk menganalisis data operasional perusahaan.

Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok

1. Mengapa SCPM Dibutuhkan?

  • Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam rantai pasok.
  • Memastikan keandalan pasokan dan efektivitas operasional.
  • Mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan profitabilitas.

2. Elemen Kunci dalam SCPM

Penelitian ini mengusulkan empat elemen utama dalam framework pengukuran kinerja rantai pasok:

  1. Time Metrics – Mengukur kecepatan alur kerja dan lead time produksi.
  2. Profitability Metrics – Mengevaluasi profitabilitas berdasarkan biaya pengadaan dan produksi.
  3. Order Book Analysis – Menganalisis jumlah dan pola pemesanan pelanggan.
  4. Managerial Analysis – Menggunakan data operasional untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.

Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCPM:

  1. Kurangnya Transparansi Data
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem manual atau berbasis dokumen yang sulit diakses secara real-time.
  2. Integrasi Sistem yang Lemah
    • Ketidakselarasan antara sistem informasi pemasok, manufaktur, dan distribusi menyebabkan keterlambatan dalam analisis data.
  3. Ketergantungan pada Pengukuran Finansial
    • Banyak perusahaan hanya berfokus pada biaya operasional tanpa mempertimbangkan efisiensi proses produksi.
  4. Kurangnya Pemanfaatan Teknologi Digital
    • Penggunaan AI, IoT, dan Big Data dalam pengukuran kinerja rantai pasok masih terbatas, sehingga pengambilan keputusan sering kali tidak berbasis data.

Studi Kasus Implementasi SCPM

  1. Industri Baja – Efisiensi Produksi di Rautaruukki Oyj
    • Studi kasus dilakukan pada Rautaruukki Oyj, sebuah perusahaan baja yang memproduksi produk prefabrikasi untuk pelanggan industri.
    • Hasil: Implementasi framework SCPM meningkatkan keandalan pasokan hingga 20%, serta mengurangi lead time produksi sebesar 15%.
  2. Analisis Order Book dan Profitabilitas
    • Produk A: Analisis menunjukkan bahwa penundaan produksi menyebabkan penurunan profitabilitas sebesar 10%.
    • Produk B: Efisiensi dalam rantai pasok meningkatkan kecepatan pemrosesan pesanan hingga 18%, menghasilkan pertumbuhan profitabilitas sebesar 12%.
  3. Optimasi Lead Time dan Manajemen Produksi
    • Lead time rata-rata untuk produk baja berkurang dari 10 hari menjadi 8 hari, meningkatkan efisiensi produksi dan kepuasan pelanggan.
    • Penerapan sistem ERP memungkinkan integrasi data yang lebih baik antara pemasok dan produsen, meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 25%.

Strategi untuk Meningkatkan SCPM

Berdasarkan temuan studi ini, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan efektivitas pengukuran kinerja rantai pasok:

Menerapkan sistem digital berbasis AI dan IoT untuk meningkatkan transparansi data dan pengambilan keputusan real-time.
Mengadopsi pendekatan hybrid, seperti kombinasi SCOR Model dan Balanced Scorecard, untuk menyelaraskan metrik operasional dan strategi bisnis.
Memperkuat kolaborasi dengan pemasok strategis guna meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi rantai pasok.
Mengoptimalkan proses produksi dengan analisis data berbasis waktu dan profitabilitas, sehingga keputusan manajerial lebih akurat.

Kesimpulan

Pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan framework SCPM yang berbasis data dapat mengurangi lead time, meningkatkan profitabilitas, dan memastikan stabilitas rantai pasok.

Dengan mengintegrasikan teknologi digital, membangun hubungan pemasok yang lebih kuat, serta menggunakan metrik berbasis waktu dan profitabilitas, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif.

Sumber Artikel : Sillanpää, Ilkka. (2010). Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry – A Single Case Study Research to Develop a Supply Chain Performance Measurement Framework. University of Oulu.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dalam Industri Manufaktur: Framework, Tantangan, dan Solusi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Penerapan IMP Theory dalam Manajemen Pengadaan: Strategi Sourcing, Negosiasi, dan Hubungan Pembeli-Pemasok yang Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara pembeli dan pemasok bukan sekadar transaksi, tetapi merupakan aset strategis yang mempengaruhi efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Teori Industrial Marketing and Purchasing (IMP) menjadi pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana interaksi dalam rantai pasok mempengaruhi keputusan pembelian strategis.

Paper ini membahas bagaimana IMP Theory dapat diterapkan dalam empat keputusan utama dalam pengadaan:

  1. Make-or-buy decisions – Memutuskan apakah suatu produk harus dibuat sendiri atau dibeli dari pemasok.
  2. Sourcing strategies – Menentukan strategi sourcing terbaik berdasarkan nilai strategis komoditas dan kompleksitas pasar.
  3. Supplier selection strategies – Menentukan pemasok terbaik berdasarkan karakteristik bisnis dan teknologi mereka.
  4. Negotiation and contract awarding – Strategi negosiasi dan pemilihan kontrak yang efektif dalam manajemen rantai pasok.

Pentingnya IMP Theory dalam Pengadaan dan Rantai Pasok

1. Peran Hubungan Pembeli-Pemasok dalam Efisiensi Bisnis

  • Hubungan yang kuat antara pembeli dan pemasok meningkatkan transparansi dan efisiensi pengadaan.
  • Interaksi bisnis yang intensif mempercepat inovasi dan transfer teknologi antar mitra bisnis.
  • Pengelolaan hubungan yang tepat dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko dalam rantai pasok.

2. Model IMP dalam Manajemen Pengadaan

Penelitian ini mengacu pada dua model utama dalam IMP Theory yang mendukung pengambilan keputusan dalam pengadaan:

  1. Interaction Model
    • Fokus pada proses interaksi antara pembeli dan pemasok.
    • Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi hubungan bisnis, seperti kepercayaan, transparansi, dan tingkat ketergantungan.
  2. ARA Model (Actor-Resource-Activity Model)
    • Actor bonds: Mengelola hubungan antara perusahaan dengan pemasok dan pelanggan.
    • Resource ties: Optimalisasi sumber daya dalam rantai pasok.
    • Activity links: Sinkronisasi aktivitas antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan efisiensi.

Tantangan dalam Menerapkan IMP Theory dalam Pengadaan

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan dalam penerapan IMP Theory dalam pengadaan, yaitu:

  1. Kurangnya Kepercayaan dalam Hubungan Bisnis
    • Banyak perusahaan masih menerapkan hubungan transaksional jangka pendek, yang menghambat pengembangan hubungan jangka panjang yang lebih menguntungkan.
  2. Ketidakpastian dalam Pengadaan
    • Perubahan harga bahan baku dan fluktuasi permintaan membuat perusahaan kesulitan menerapkan strategi sourcing yang optimal.
  3. Dominasi Pemasok yang Kuat
    • Dalam beberapa industri, pemasok dengan teknologi canggih memiliki kekuatan lebih besar, sehingga pembeli harus menyesuaikan strategi negosiasi mereka.
  4. Kurangnya Standarisasi dalam Evaluasi Pemasok
    • Banyak perusahaan masih menggunakan metode tradisional dalam mengevaluasi pemasok, sehingga sulit mengukur kinerja pemasok secara objektif.

Studi Kasus Implementasi IMP Theory dalam Pengadaan

  1. Industri Otomotif – Volkswagen Group
    • Menggunakan strategi sourcing berbasis IMP Theory untuk memilih pemasok komponen utama dengan mempertimbangkan ketergantungan dan transfer teknologi.
    • Hasil: Efisiensi produksi meningkat 15%, serta pengurangan biaya pengadaan sebesar 10%.
  2. Industri Elektronik – Apple Inc.
    • Menerapkan hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk memastikan inovasi berkelanjutan dalam rantai pasok.
    • Hasil: Lead time produksi berkurang 20%, serta peningkatan keandalan pasokan hingga 25%.
  3. Industri Konstruksi – Proyek Infrastruktur Eropa
    • Menerapkan model ARA untuk optimalisasi pengadaan bahan bangunan dan koordinasi antara kontraktor serta pemasok.
    • Hasil: Ketepatan waktu penyelesaian proyek meningkat 18%, serta pengurangan keterlambatan pengiriman material hingga 12%.

Strategi Pengadaan Berbasis IMP Theory

Untuk meningkatkan efektivitas pengadaan, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi:

Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Menggunakan pendekatan berbasis data dan AI dalam mengevaluasi pemasok untuk meningkatkan transparansi dan objektivitas.
Menerapkan model IMP untuk menentukan strategi sourcing yang tepat, berdasarkan kompleksitas pasar dan nilai strategis komoditas.
Menggunakan pendekatan negosiasi yang sesuai dengan struktur kekuatan dalam hubungan pembeli-pemasok, baik melalui tawar-menawar agresif atau negosiasi berbasis kolaborasi.

Kesimpulan

IMP Theory memberikan wawasan yang sangat relevan dalam pengelolaan pengadaan dan rantai pasok. Dengan memahami bagaimana interaksi bisnis mempengaruhi keputusan pengadaan strategis, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko rantai pasok, dan membangun hubungan pemasok yang lebih kuat.

Penelitian ini menekankan bahwa penerapan IMP Theory dapat membantu perusahaan dalam memilih pemasok terbaik, menentukan strategi sourcing yang efektif, serta mengoptimalkan negosiasi dan kontrak pengadaan, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif dalam industri global.

Sumber Artikel : Balasingham, K. (2013). Supply Management: The Theoretical Foundation of the IMP Approach and its Contribution to Critical Purchasing Decisions. University of Twente.

 

Selengkapnya
Penerapan IMP Theory dalam Manajemen Pengadaan: Strategi Sourcing, Negosiasi, dan Hubungan Pembeli-Pemasok yang Efektif

Teknik Elektro dan Informatika

Mengenal Sistem Informasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Sistem informasi (IS) adalah sistem organisasi formal, sosioteknis, yang dirancang untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi. Dari perspektif sosioteknis, sistem informasi terdiri dari empat komponen: tugas, orang, struktur (atau peran), dan teknologi. Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai integrasi dari komponen-komponen untuk mengumpulkan, menyimpan dan memproses data yang mana data tersebut digunakan untuk memberikan informasi, memberikan kontribusi terhadap pengetahuan serta produk digital yang memfasilitasi pengambilan keputusan.

Sistem informasi komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari orang dan komputer yang memproses atau menginterpretasikan informasi, istilah ini juga terkadang digunakan untuk merujuk pada sistem komputer dengan perangkat lunak yang terpasang.

“Sistem informasi” juga merupakan studi bidang akademis tentang sistem dengan referensi khusus untuk informasi dan jaringan pelengkap perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang digunakan orang dan organisasi untuk mengumpulkan, menyaring, memproses, membuat, dan juga mendistribusikan data. Penekanan diberikan pada sistem informasi yang memiliki batasan definitif, pengguna, prosesor, penyimpanan, input, output, dan jaringan komunikasi yang disebutkan di atas.

Di banyak organisasi, departemen atau unit yang bertanggung jawab atas sistem informasi dan pemrosesan data dikenal sebagai “layanan informasi”. Setiap sistem informasi tertentu bertujuan untuk mendukung operasi, manajemen dan pengambilan keputusan. Sistem informasi adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang digunakan oleh organisasi, dan juga cara orang berinteraksi dengan teknologi ini untuk mendukung proses bisnis.

Beberapa penulis membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, sistem komputer, dan proses bisnis. Sistem informasi biasanya mencakup komponen TIK namun tidak hanya berfokus pada TIK, melainkan berfokus pada penggunaan akhir teknologi informasi. Sistem informasi juga berbeda dengan proses bisnis. Sistem informasi membantu mengendalikan kinerja proses bisnis.

Alter mengemukakan keuntungan dari memandang sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia atau mesin melakukan proses dan kegiatan dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa tertentu bagi pelanggan. Sistem informasi adalah sistem kerja yang aktivitasnya dikhususkan untuk menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, dan menampilkan informasi.

Dengan demikian, sistem informasi saling berhubungan dengan sistem data di satu sisi dan sistem aktivitas di sisi lain. Sistem informasi adalah suatu bentuk sistem komunikasi di mana data mewakili dan diproses sebagai suatu bentuk memori sosial. Sistem informasi juga dapat dianggap sebagai bahasa semi-formal yang mendukung pengambilan keputusan dan tindakan manusia.

Sistem informasi adalah fokus utama studi untuk informatika organisasi.

Gambaran umum

Association for Computing Machinery mendefinisikan “Spesialis sistem informasi fokus mengintegrasikan solusi teknologi informasi dan proses bisnis untuk memenuhi kebutuhan informasi bisnis dan perusahaan lain.”

Ada berbagai jenis sistem informasi, misalnya: sistem pemrosesan transaksi, sistem pendukung keputusan, sistem manajemen pengetahuan, sistem manajemen pembelajaran, sistem manajemen basis data, dan sistem informasi kantor. Hal yang sangat penting bagi sebagian besar sistem informasi adalah teknologi informasi, yang biasanya dirancang untuk memungkinkan manusia melakukan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh otak manusia, seperti: menangani informasi dalam jumlah besar, melakukan perhitungan yang rumit, dan mengendalikan banyak proses secara bersamaan.

Teknologi informasi adalah sumber daya yang sangat penting dan mudah dibentuk yang tersedia bagi para eksekutif. Banyak perusahaan telah menciptakan posisi chief information officer (CIO) yang duduk di dewan eksekutif bersama chief executive officer (CEO), chief financial officer (CFO), chief operating officer (COO), dan chief technical officer (CTO). CTO juga dapat menjabat sebagai CIO, dan sebaliknya. Chief Information Security Officer (CISO) berfokus pada manajemen keamanan informasi.

Enam komponen

Enam komponen yang harus bersatu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi adalah:

  1. Perangkat keras: Istilah perangkat keras mengacu pada mesin dan peralatan. Dalam sistem informasi modern, kategori ini mencakup komputer itu sendiri dan semua peralatan pendukungnya. Peralatan pendukungnya meliputi perangkat input dan output, perangkat penyimpanan, dan perangkat komunikasi. Dalam sistem informasi pra-komputer, perangkat keras mungkin termasuk buku besar dan tinta.
  2. Perangkat lunak: Istilah perangkat lunak mengacu pada program komputer dan manual (jika ada) yang mendukungnya. Program komputer adalah instruksi yang dapat dibaca oleh mesin yang mengarahkan sirkuit di dalam bagian perangkat keras sistem untuk berfungsi dengan cara yang menghasilkan informasi yang berguna dari data. Program umumnya disimpan pada suatu media input/output, biasanya berupa disk atau tape. “Perangkat lunak” untuk sistem informasi pra-komputer termasuk bagaimana perangkat keras disiapkan untuk digunakan (misalnya, judul kolom dalam buku buku besar) dan instruksi untuk menggunakannya (buku panduan untuk katalog kartu).
  3. Data: Data adalah fakta yang digunakan oleh sistem untuk menghasilkan informasi yang berguna. Dalam sistem informasi modern, data umumnya disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin pada disk atau tape sampai komputer membutuhkannya. Dalam sistem informasi pra-komputer, data umumnya disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca manusia.
  4. Prosedur: Prosedur adalah kebijakan yang mengatur pengoperasian sistem informasi. “Prosedur bagi manusia adalah perangkat lunak bagi perangkat keras” adalah analogi umum yang digunakan untuk menggambarkan peran prosedur dalam suatu sistem.
  5. Orang: Setiap sistem membutuhkan orang jika ingin berguna. Seringkali elemen yang paling sering diabaikan dari sistem adalah orang, mungkin komponen yang paling mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sistem informasi. Hal ini termasuk “tidak hanya pengguna, tetapi juga mereka yang mengoperasikan dan melayani komputer, mereka yang memelihara data, dan mereka yang mendukung jaringan komputer”.
  6. Internet: Internet adalah kombinasi dari data dan manusia. (Meskipun komponen ini tidak diperlukan untuk berfungsi).

Data adalah jembatan antara perangkat keras dan manusia. Artinya, data yang kita kumpulkan hanyalah data sampai kita melibatkan orang. Pada saat itu, data sekarang menjadi informasi.

Jenis-jenis

Pandangan “klasik” tentang sistem informasi yang ditemukan dalam buku-buku teks pada tahun 1980-an adalah sebuah piramida sistem yang mencerminkan hirarki organisasi, biasanya sistem pemrosesan transaksi di bagian bawah piramida, diikuti oleh sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, dan diakhiri dengan sistem informasi eksekutif di bagian atas. Meskipun model piramida tetap berguna sejak pertama kali dirumuskan, sejumlah teknologi baru telah dikembangkan dan kategori sistem informasi baru telah muncul, beberapa di antaranya tidak lagi cocok dengan model piramida asli.

Beberapa contoh dari sistem tersebut adalah:

  • sistem cerdas
  • platform komputasi
  • gudang data
  • sistem pendukung keputusan
  • sistem perusahaan
  • perencanaan sumber daya perusahaan
  • sistem pakar
  • sistem informasi geografis
  • sistem informasi global
  • sistem informasi manajemen
  • sistem informasi multimedia
  • sistem kontrol proses
  • sistem informasi sosial
  • mesin pencari
  • otomatisasi kantor.

Sistem informasi berbasis komputer pada dasarnya adalah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk melaksanakan sebagian atau seluruh tugas-tugas yang telah direncanakan. Komponen dasar dari sistem informasi berbasis komputer adalah:

  • Perangkat keras adalah perangkat seperti monitor, prosesor, printer, dan keyboard, yang semuanya bekerja sama untuk menerima, memproses, menampilkan data, dan informasi.
  • Perangkat lunak adalah program-program yang memungkinkan perangkat keras memproses data.
  • Basis data adalah kumpulan file atau tabel terkait yang berisi data terkait.
  • Jaringan adalah sistem penghubung yang memungkinkan beragam komputer untuk mendistribusikan sumber daya.
  • Prosedur adalah perintah-perintah untuk menggabungkan komponen-komponen di atas untuk memproses informasi dan menghasilkan keluaran yang diinginkan.

Empat komponen pertama (perangkat keras, perangkat lunak, basis data, dan jaringan) membentuk apa yang dikenal sebagai platform teknologi informasi. Para pekerja teknologi informasi kemudian dapat menggunakan komponen-komponen ini untuk membuat sistem informasi yang mengawasi langkah-langkah keamanan, risiko, dan pengelolaan data. Tindakan ini dikenal sebagai layanan teknologi informasi.

Sistem informasi tertentu mendukung sebagian organisasi, sistem informasi lainnya mendukung seluruh organisasi, dan sistem informasi lainnya lagi mendukung kelompok organisasi. Setiap departemen atau area fungsional dalam suatu organisasi memiliki koleksi program aplikasi atau sistem informasi sendiri. Sistem informasi area fungsional (FAIS) ini adalah pilar pendukung untuk IS yang lebih umum yaitu, sistem intelijen bisnis dan dasbor. Seperti namanya, setiap FAIS mendukung fungsi tertentu dalam organisasi, misalnya: IS akuntansi, IS keuangan, IS manajemen operasi produksi (POM), IS pemasaran, dan IS sumber daya manusia. Di bidang keuangan dan akuntansi, manajer menggunakan sistem TI untuk meramalkan pendapatan dan aktivitas bisnis, untuk menentukan sumber dan penggunaan dana terbaik, dan untuk melakukan audit guna memastikan bahwa organisasi secara fundamental sehat dan semua laporan dan dokumen keuangan akurat.

Jenis lain dari sistem informasi organisasi adalah FAIS, sistem pemrosesan transaksi, perencanaan sumber daya perusahaan, sistem otomasi kantor, sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dasbor eksekutif, sistem manajemen rantai pasokan, dan sistem perdagangan elektronik. Dasbor adalah bentuk khusus dari IS yang mendukung semua manajer organisasi. Mereka menyediakan akses cepat ke informasi yang tepat waktu dan akses langsung ke informasi terstruktur dalam bentuk laporan. Sistem pakar berusaha menduplikasi pekerjaan para ahli manusia dengan menerapkan kemampuan penalaran, pengetahuan, dan keahlian dalam domain tertentu.

Pengembangan

Departemen teknologi informasi dalam organisasi yang lebih besar cenderung sangat mempengaruhi pengembangan, penggunaan, dan penerapan teknologi informasi dalam bisnis. Serangkaian metodologi dan proses dapat digunakan untuk mengembangkan dan menggunakan sistem informasi. Banyak pengembang menggunakan pendekatan rekayasa sistem seperti siklus hidup pengembangan sistem (SDLC), untuk mengembangkan sistem informasi secara sistematis secara bertahap. Tahapan siklus hidup pengembangan sistem adalah perencanaan, analisis sistem, dan persyaratan, desain sistem, pengembangan, integrasi dan pengujian, implementasi dan operasi, dan pemeliharaan. Penelitian terbaru bertujuan untuk memungkinkan dan mengukur pengembangan sistem yang sedang berlangsung dan kolektif dalam suatu organisasi oleh keseluruhan aktor manusia itu sendiri. Sistem informasi dapat dikembangkan secara internal (di dalam organisasi) atau dialihdayakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalihdayakan komponen tertentu atau keseluruhan sistem. Kasus yang spesifik adalah distribusi geografis dari tim pengembangan (offshoring, sistem informasi global).

Sistem informasi berbasis komputer, mengikuti definisi dari Langefors, adalah media yang diimplementasikan secara teknologi untuk merekam, menyimpan, dan menyebarluaskan ekspresi linguistik, serta untuk menarik kesimpulan dari ekspresi tersebut.

Sistem informasi geografis, sistem informasi pertanahan, dan sistem informasi kebencanaan merupakan contoh sistem informasi yang sedang berkembang, namun secara luas dapat dianggap sebagai sistem informasi spasial. Pengembangan sistem dilakukan secara bertahap yang meliputi:

  • Pengenalan dan spesifikasi masalah
  • Pengumpulan informasi
  • Spesifikasi kebutuhan untuk sistem baru
  • Desain sistem
  • Pembangunan sistem
  • Implementasi sistem
  • Peninjauan dan pemeliharaan
  • Sebagai sebuah disiplin akademis

Bidang studi yang disebut sistem informasi mencakup berbagai topik termasuk analisis dan desain sistem, jaringan komputer, keamanan informasi, manajemen basis data, dan sistem pendukung keputusan. Manajemen informasi berhubungan dengan masalah praktis dan teoritis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi dalam area fungsi bisnis termasuk alat produktivitas bisnis, pemrograman dan implementasi aplikasi, perdagangan elektronik, produksi media digital, penggalian data, dan dukungan keputusan. Komunikasi dan jaringan berhubungan dengan teknologi telekomunikasi. Sistem informasi menjembatani bisnis dan ilmu komputer dengan menggunakan dasar-dasar teori informasi dan komputasi untuk mempelajari berbagai model bisnis dan proses algoritmik terkait dalam membangun sistem TI dalam disiplin ilmu komputer. Sistem informasi komputer (CIS) adalah bidang yang mempelajari komputer dan proses algoritmik, termasuk prinsip-prinsipnya, desain perangkat lunak dan perangkat kerasnya, aplikasinya, dan dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan IS lebih menekankan pada fungsionalitas daripada desain.

Beberapa ahli IS telah memperdebatkan sifat dan dasar-dasar sistem informasi yang berakar pada disiplin ilmu lain seperti ilmu komputer, teknik, matematika, ilmu manajemen, sibernetika, dan lain-lain. Sistem informasi juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat keras, perangkat lunak, data, orang, dan prosedur yang bekerja sama untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.

Istilah-istilah terkait

Serupa dengan ilmu komputer, disiplin ilmu lain dapat dilihat sebagai disiplin ilmu yang terkait dan menjadi fondasi IS. Domain studi IS melibatkan studi tentang teori dan praktik yang terkait dengan fenomena sosial dan teknologi, yang menentukan pengembangan, penggunaan, dan efek sistem informasi dalam organisasi dan masyarakat. Namun, meskipun mungkin ada tumpang tindih yang cukup besar dari disiplin ilmu pada batas-batasnya, disiplin ilmu masih dibedakan oleh fokus, tujuan, dan orientasi kegiatan mereka.

Dalam cakupan yang luas, sistem informasi adalah bidang studi ilmiah yang membahas berbagai kegiatan strategis, manajerial, dan operasional yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan informasi dan teknologi terkait dalam masyarakat dan organisasi. Istilah sistem informasi juga digunakan untuk menggambarkan fungsi organisasi yang menerapkan pengetahuan IS di industri, lembaga pemerintah, dan organisasi nirlaba.

Sistem informasi sering kali mengacu pada interaksi antara proses algoritmik dan teknologi. Interaksi ini dapat terjadi di dalam atau melintasi batas-batas organisasi. Sistem informasi adalah teknologi yang digunakan organisasi dan juga cara organisasi berinteraksi dengan teknologi dan cara teknologi bekerja dengan proses bisnis organisasi. Sistem informasi berbeda dengan teknologi informasi (TI) karena sistem informasi memiliki komponen teknologi informasi yang berinteraksi dengan komponen proses.

Salah satu masalah dengan pendekatan tersebut adalah bahwa hal itu mencegah bidang IS untuk tertarik pada penggunaan TIK non-organisasi, seperti di jejaring sosial, permainan komputer, penggunaan pribadi mobile, dll. Cara yang berbeda untuk membedakan bidang IS dari bidang-bidang lainnya adalah dengan bertanya, “Aspek realitas mana yang paling berarti dalam bidang IS dan bidang lainnya?” Pendekatan ini, yang didasarkan pada filosofi, membantu mendefinisikan tidak hanya fokus, tujuan, dan orientasi, tetapi juga martabat, takdir, dan tanggung jawab bidang ini di antara bidang-bidang lainnya.

Informatika bisnis adalah disiplin ilmu terkait yang sudah mapan di beberapa negara, terutama di Eropa. Sementara sistem informasi dikatakan memiliki fokus “berorientasi pada penjelasan”, informatika bisnis memiliki fokus yang lebih “berorientasi pada solusi” dan mencakup elemen teknologi informasi serta elemen yang berorientasi pada konstruksi dan implementasi.

Jalur karier

Pekerja sistem informasi memasuki sejumlah karier yang berbeda:

  • Strategi sistem informasi
  • Sistem informasi manajemen - Sistem informasi manajemen (MIS) adalah sistem informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan, dan untuk koordinasi, kontrol, analisis, dan visualisasi informasi dalam suatu organisasi.
  • Manajemen proyek - Manajemen proyek adalah praktik menginisiasi, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menutup pekerjaan sebuah tim untuk mencapai tujuan tertentu dan memenuhi kriteria keberhasilan tertentu pada waktu yang ditentukan.
  • Arsitektur perusahaan - Praktik yang terdefinisi dengan baik untuk melakukan analisis, desain, perencanaan, dan implementasi perusahaan, dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif setiap saat, untuk pengembangan dan pelaksanaan strategi yang sukses.
  • Pengembangan IS
  • Organisasi IS
  • Konsultasi IS
  • Keamanan IS
  • Audit IS

Terdapat berbagai macam jalur karier dalam disiplin sistem informasi. “Pekerja dengan pengetahuan teknis khusus dan keterampilan komunikasi yang kuat akan memiliki prospek terbaik. Pekerja dengan keterampilan manajemen dan pemahaman tentang praktik dan prinsip bisnis akan memiliki peluang yang sangat baik, karena perusahaan semakin mengandalkan teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka.”

Teknologi informasi penting bagi operasi bisnis kontemporer, teknologi ini menawarkan banyak peluang kerja. Bidang sistem informasi mencakup orang-orang dalam organisasi yang merancang dan membangun sistem informasi, orang-orang yang menggunakan sistem tersebut, dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengelola sistem tersebut. Permintaan untuk staf TI tradisional seperti programmer, analis bisnis, analis sistem, dan perancang sangat signifikan. Banyak pekerjaan bergaji tinggi yang tersedia di bidang teknologi informasi. Di bagian atas daftar adalah chief information officer (CIO).

CIO adalah eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi IS. Di sebagian besar organisasi, CIO bekerja dengan chief executive officer (CEO), chief financial officer (CFO), dan eksekutif senior lainnya. Oleh karena itu, ia secara aktif berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis organisasi.

Sarjana sistem informasi bisnis

Bagian ini merupakan kutipan dari program Sarjana Sistem Informasi Bisnis.

Bachelor of Business Information Systems (BBIS), juga Business Information Systems (BIS), adalah program sarjana yang berfokus pada teknologi informasi (TI) dan manajemen yang dirancang untuk lebih memahami kebutuhan teknologi yang berkembang pesat di sektor bisnis dan TI. Program ini merupakan program sarjana yang menggabungkan elemen-elemen administrasi bisnis dan ilmu komputer dengan jurusan sistem dan teknologi informasi, yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi secara efektif dalam industri bisnis dan TI.

Penelitian

Penelitian sistem informasi umumnya bersifat interdisipliner yang berkaitan dengan studi tentang efek sistem informasi pada perilaku individu, kelompok, dan organisasi.

Hevner dkk. (2004) mengkategorikan penelitian di bidang IS ke dalam dua paradigma keilmuan yaitu ilmu perilaku (behavioural science) yang mengembangkan dan memverifikasi teori-teori yang menjelaskan atau memprediksi perilaku manusia atau organisasi dan ilmu desain (design science) yang memperluas batas-batas kapabilitas manusia dan organisasi dengan menciptakan artefak-artefak yang baru dan inovatif.

Salvatore March dan Gerald Smith mengusulkan sebuah kerangka kerja untuk meneliti berbagai aspek teknologi informasi termasuk keluaran penelitian (keluaran penelitian) dan kegiatan untuk melaksanakan penelitian ini (kegiatan penelitian). Mereka mengidentifikasikan keluaran penelitian sebagai berikut:

  • Konstruk, yaitu konsep-konsep yang membentuk kosakata suatu domain. Konstruk merupakan konseptualisasi yang digunakan untuk mendeskripsikan masalah dalam domain dan menentukan solusinya.
  • Model yang merupakan seperangkat proposisi atau pernyataan yang mengekspresikan hubungan di antara konstruk.
  • Metode yang merupakan seperangkat langkah (algoritma atau pedoman) yang digunakan untuk melakukan suatu tugas. Metode didasarkan pada seperangkat konstruksi yang mendasari dan representasi (model) dari ruang solusi.
  • Instansiasi adalah realisasi dari sebuah artefak dalam lingkungannya.

Juga kegiatan penelitian termasuk:

  • Membangun sebuah artefak untuk melakukan tugas tertentu.
  • Mengevaluasi artefak untuk menentukan apakah ada kemajuan yang telah dicapai.
  • Dengan adanya artefak yang kinerjanya telah dievaluasi, penting untuk menentukan mengapa dan bagaimana artefak tersebut bekerja atau tidak bekerja di lingkungannya. Oleh karena itu, berteori dan menjustifikasi teori-teori tentang artefak TI.

Meskipun Sistem Informasi sebagai sebuah disiplin ilmu telah berkembang selama lebih dari 30 tahun, fokus utama atau identitas penelitian IS masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Ada dua pandangan utama seputar perdebatan ini: pandangan sempit yang berfokus pada artefak TI sebagai pokok bahasan utama penelitian IS, dan pandangan luas yang berfokus pada interaksi antara aspek sosial dan teknis TI yang tertanam ke dalam konteks yang terus berkembang secara dinamis. Pandangan ketiga menghimbau para akademisi IS untuk memberikan perhatian yang seimbang terhadap artefak TI dan konteksnya.

Karena studi sistem informasi adalah bidang terapan, praktisi industri mengharapkan penelitian sistem informasi untuk menghasilkan temuan yang dapat langsung diterapkan dalam praktik. Namun, hal ini tidak selalu terjadi, karena para peneliti sistem informasi sering kali mengeksplorasi isu-isu perilaku secara lebih mendalam daripada yang diharapkan oleh para praktisi. Hal ini dapat membuat hasil penelitian sistem informasi menjadi sulit untuk dipahami, dan menimbulkan kritik.

Dalam sepuluh tahun terakhir, tren bisnis diwakili oleh peningkatan yang cukup besar dalam peran Fungsi Sistem Informasi (ISF), terutama yang berkaitan dengan strategi perusahaan dan pendukung operasi. Hal ini menjadi faktor kunci untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung penciptaan nilai. Untuk mempelajari sistem informasi itu sendiri, dan bukan efeknya, digunakan model sistem informasi, seperti EATPUT.

Badan internasional peneliti Sistem Informasi, Association for Information Systems (AIS), dan Sub-komite Forum Cendekiawan Senior untuk Jurnal (202), mengajukan daftar 11 jurnal yang dianggap AIS sebagai 'sangat baik'. Menurut AIS, daftar jurnal ini mengakui keragaman topik, metodologi, dan geografis. Proses penelaahannya sangat ketat, anggota dewan editorialnya dihormati dan diakui secara luas, serta memiliki pembaca dan kontribusi internasional. Daftar ini (atau seharusnya) digunakan, bersama dengan yang lain, sebagai titik acuan untuk promosi dan masa jabatan dan, secara lebih umum, untuk mengevaluasi keunggulan keilmuan.

Sejumlah konferensi sistem informasi tahunan diselenggarakan di berbagai belahan dunia, yang sebagian besar ditinjau oleh rekan sejawat. AIS secara langsung menyelenggarakan Konferensi Internasional tentang Sistem Informasi (ICIS) dan Konferensi Amerika tentang Sistem Informasi (AMCIS), sedangkan konferensi yang berafiliasi dengan AIS meliputi Konferensi Asia Pasifik tentang Sistem Informasi (PACIS), Konferensi Eropa tentang Sistem Informasi (ECIS), Konferensi Mediterania tentang Sistem Informasi (MCIS), Konferensi Internasional tentang Manajemen Sumber Daya Informasi (Conf-IRM), dan Konferensi Internasional tentang E-Bisnis (WHICEB) di Wuhan. Konferensi-konferensi cabang AIS meliputi Konferensi Sistem Informasi Australasia (ACIS), Konferensi Sistem Informasi Skandinavia (SCIS), Konferensi Internasional Sistem Informasi (ISICO), Konferensi AIS Cabang Italia (itAIS), Konferensi Tahunan AIS Barat Tengah (MWAIS), dan Konferensi Tahunan AIS Selatan (SAIS). EDSIG, yang merupakan kelompok minat khusus pada pendidikan AITP, menyelenggarakan Konferensi Sistem Informasi dan Pendidikan Komputasi dan Konferensi Penelitian Terapan Sistem Informasi yang keduanya diselenggarakan setiap tahun pada bulan November.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Sistem Informasi

Teknik Elektro dan Informatika

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Teknologi informasi dan komunikasi (bahasa Inggris: Information and communication technology, disingkat ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

Sejarah

Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.

Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an.

Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian terpadu (Integrated Circuit) pada tahun 1957.

Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi 'otak' perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini. Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti 'otot' manusia, maka revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkan kemampuan) 'otak' manusia.

Penerapan TIK dalam pendidikan di Indonesia

Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran.

Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar.

Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer.

Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.

Buku elektronik

Buku elektronik atau e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional.

Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekadar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD (compact disk) (kapasitas sekitar 700MB), DVD (digital versatile disk) (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun diska lepas (flash disk), diska keras (hard disk), dan penyimpanan awan (cloud storage). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.

E-learning

Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning.

Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet.

Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.

Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Teknologi Informasi dan Komunikasi
« First Previous page 50 of 835 Next Last »