Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Menggagas Era Baru: Dari Smart ke Wise Manufacturing
Saat dunia bergerak menuju Industri 5.0, kebutuhan tidak lagi sebatas otomatisasi dan konektivitas. Yang dibutuhkan kini adalah sistem manufaktur yang berpengetahuan, bijak, dan adaptif terhadap manusia serta lingkungan. Disertasi karya Emiliano Traini (Politecnico di Torino, 2022) memperkenalkan kerangka kerja hybrid modeling yang menggabungkan data, pengetahuan, dan kecerdasan buatan dalam satu sistem informasi digital untuk mendukung manufaktur cerdas dan berkelanjutan.
Motivasi: Ketika Satu Model Tak Cukup Lagi
Model-model tradisional sering gagal menangkap kompleksitas sistem manufaktur modern. Beberapa alasan mengapa pendekatan tunggal tidak mencukupi:
Solusinya? Pendekatan Hybrid Modeling yang menggabungkan kekuatan semua jenis model ini dalam satu arsitektur sistem yang disebut Hybrid-Wisdom-Based System (HWBS).
Konsep Inti: DIKW dan Hybrid System
1. Hirarki DIKW: Dari Data ke Kebijaksanaan
Framework DIKW (Data → Information → Knowledge → Wisdom) menjadi landasan penting dalam merancang sistem berbasis informasi. Hirarki ini menggambarkan proses transformasi data mentah menjadi keputusan yang bijaksana dan kontekstual. Pada level paling dasar, data dikumpulkan melalui sensor atau log sistem menggunakan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan data lake. Selanjutnya, data tersebut diolah menjadi informasi melalui proses agregasi dan klasifikasi, yang didukung oleh sistem seperti ERP (Enterprise Resource Planning) dan MES (Manufacturing Execution System). Informasi kemudian diolah menjadi pengetahuan dengan memanfaatkan model berbasis aturan atau pembelajaran mesin (machine learning), yang dijalankan melalui Knowledge-Based System (KBS) dan teknologi ML. Pada tingkatan tertinggi, pengetahuan dikonversi menjadi kebijaksanaan, yaitu pengambilan keputusan strategis yang mempertimbangkan konteks luas, dengan bantuan Decision Support System (DSS) dan agent system. Hirarki ini menjadi kunci untuk menciptakan sistem yang adaptif, responsif, dan mampu mendukung pengambilan keputusan yang kompleks.
2. Hybrid Modeling
Menggabungkan:
Framework HW-MAS: Sistem Multi-Agen Berbasis Hybrid-Wisdom
Struktur Agen DIKW
Framework ini menggunakan agen-agen digital yang memiliki karakteristik:
Studi Kasus: HW-TPM untuk Mesin CNC
Total Productive Maintenance (TPM) berbasis hybrid diterapkan untuk sistem milling CNC menggunakan data terbuka NASA:
Hasil:
Integrasi Sistem: ERP–MES–PLM dalam Visi 5.0
Framework ini menjembatani sistem informasi perusahaan:
Melalui pendekatan hybrid:
Kekuatan Framework HWBS
1. Adaptif Sejak Awal
Physics-based model memberikan performa yang memadai bahkan sebelum data besar tersedia, menjadikannya ideal untuk tahap awal produksi atau produk baru.
2. Evolusi Seiring Data Bertambah
Machine Learning memperbaiki akurasi prediksi seiring waktu dan memungkinkan deteksi pola baru secara otomatis.
3. Incorporating Human Knowledge
Sistem dapat mengadopsi:
Perbandingan: Hybrid vs Model Tradisional
Dalam konteks penerapan teknologi untuk pemodelan, terdapat perbedaan signifikan antara model tunggal dan hybrid modeling. Model tunggal, seperti Machine Learning (ML) atau Pemrograman Berbasis Pengetahuan (PB), cenderung memiliki ketergantungan data yang tinggi pada ML, namun rendah pada PB. Sebaliknya, hybrid modeling menawarkan fleksibilitas moderat dalam hal ketergantungan data, memadukan kekuatan ML dan PB. Adaptasi awal pada model tunggal relatif lemah pada ML, sedangkan hybrid modeling menggabungkan adaptasi kuat dari PB dan ML. Dalam hal ketahanan terhadap noise, model tunggal cenderung lebih rentan, sementara hybrid modeling lebih tahan terhadap gangguan dan noise. Ketika berhadapan dengan kompleksitas masalah, model tunggal menangani aspek-aspek tertentu secara parsial, sedangkan hybrid modeling mampu menangani kompleksitas secara lebih komprehensif. Keterlibatan manusia dalam model tunggal biasanya rendah, sedangkan pada hybrid modeling, keterlibatan manusia lebih tinggi dan terintegrasi, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih terarah dan berbasis konteks.
Kritik & Opini
Framework ini sangat kuat secara teori dan aplikatif. Namun, beberapa hal perlu menjadi perhatian:
Namun begitu, kontribusi besar Traini adalah menjadikan "kebijaksanaan digital" bukan sekadar wacana, melainkan sistem yang bisa dirancang dan diterapkan.
Kesimpulan: Membangun Manufaktur Cerdas dengan Kesadaran Digital
Di tengah tuntutan keberlanjutan dan adaptasi cepat, sistem manufaktur masa depan tidak cukup sekadar cerdas—ia harus bijak. Framework Hybrid-Wisdom-Based System (HWBS) dalam disertasi ini menunjukkan bahwa:
Pendekatan ini selaras dengan visi Eropa tentang Industri 5.0, yang tidak hanya mengejar efisiensi, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, lingkungan, dan daya tahan jangka panjang.
Sumber : Emiliano Traini. Hybrid modeling to support the smart manufacturing: concepts, theoretic contributions and real-case applications about Hybrid and Wisdom-based Systems. Doctoral Dissertation, Politecnico di Torino, 2022.
Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Pendahuluan: Kapasitor dalam Jantung Sistem Elektronik
Kapasitor bukan sekadar komponen pasif; dalam dunia power electronics, ia adalah pilar penting untuk penyimpanan energi, filter tegangan, dan stabilisasi DC. Namun, masa pakai dan keandalannya sering kali menjadi titik kritis yang menentukan usia sistem secara keseluruhan. Artikel berjudul “A Review of Degradation Behavior and Modeling of Capacitors” karya Gupta, Yadav, DeVoto, dan Major membedah tuntas mekanisme degradasi kapasitor dan bagaimana pendekatan Physics-of-Failure (PoF) dan data-driven models digunakan untuk memprediksi umur layanannya.
Jenis Kapasitor yang Dikaji: Film vs Elektrolitik
1. Metallized Film Capacitors
2. Electrolytic Capacitors
Mekanisme Kegagalan dan Degradasi pada Kapasitor Film dan Elektrolitik
Kapasitor film dan kapasitor elektrolitik memiliki mekanisme kegagalan dan degradasi yang berbeda, tergantung pada faktor lingkungan dan operasional. Suhu tinggi, misalnya, menyebabkan deteriorasi lapisan logam dan proses self-healing pada kapasitor film, sementara pada kapasitor elektrolitik, hal ini mengakibatkan evaporasi elektrolit yang mempercepat penurunan performa. Overvoltage dapat memicu self-healing atau bahkan breakdown dielektrik pada kapasitor film, sedangkan pada kapasitor elektrolitik, kondisi ini cenderung meningkatkan arus bocor secara signifikan. Adanya ripple current memicu korosi elektrokimia pada kapasitor film, dan pada kapasitor elektrolitik menyebabkan pemanasan berlebih serta kehilangan elektrolit. Meskipun kelembaban sangat memengaruhi kapasitor film melalui korosi lapisan logam, pengaruhnya tidak terlalu dominan pada kapasitor elektrolitik. Selain itu, siklus charge-discharge berulang dapat menyebabkan detasemen terminal (schoopage) pada kapasitor film, dan tekanan internal serta pembentukan gas pada kapasitor elektrolitik.
Studi yang dilakukan oleh Li et al. menunjukkan bahwa suhu tinggi dan tegangan AC mempercepat degradasi kapasitansi pada kapasitor film berbahan polipropilena (PP). Sementara itu, Makdessi et al. membuktikan bahwa ripple current secara signifikan memicu korosi elektrokimia pada antarmuka logam/polimer, yang mempercepat kerusakan komponen. Temuan-temuan ini menegaskan pentingnya pengendalian suhu dan arus ripple dalam aplikasi jangka panjang untuk menjaga keandalan kapasitor.
Model Degradasi Berbasis Physics-of-Failure (PoF)
Model Arrhenius
L=B⋅eEakTL = B \cdot e^{\frac{E_a}{kT}}
Model Eyring
L=A⋅T−α⋅eEakT+f(stress)L = A \cdot T^{-\alpha} \cdot e^{\frac{E_a}{kT} + f(stress)}
Inverse Power Law
L∝V−nL \propto V^{-n}
Model Berbasis Data: Mengisi Kekosongan Waktu
Mengapa Diperlukan?
Model PoF memang menjelaskan mengapa kegagalan terjadi, tetapi tidak bisa menunjukkan kapan kegagalan terjadi dalam operasi nyata.
Contoh Penerapan
Model Prediksi Degradasi: Studi Kasus dan Data
1. Kapasitor Film
2. Kapasitor Elektrolitik
ESRESR0=(V0−VtV0)2\frac{ESR}{ESR_0} = \left(\frac{V_0 - V_t}{V_0}\right)^2
Analisis Statistik: Dampak Tegangan vs Suhu
Studi oleh Naikan et al. menunjukkan:
Diskusi Kritis: Apa yang Masih Perlu Diteliti?
Kesimpulan: Menyongsong Generasi Kapasitor Tangguh
Kapasitor bukan hanya komponen pasif—ia adalah indikator vital kesehatan sistem elektronik. Artikel ini menunjukkan bahwa model degradasi modern harus mampu menangkap kompleksitas dunia nyata: variasi suhu, tegangan lonjakan, siklus pulsa, dan kelembaban. Penggabungan model fisika dan data-driven menjadi langkah penting untuk:
Desain elektronik masa depan membutuhkan pendekatan holistik: menggabungkan teori, eksperimen, dan statistik canggih.
Sumber : Anunay Gupta, Om Prakash Yadav, Douglas DeVoto, dan Joshua Major. A Review of Degradation Behavior and Modeling of Capacitors. NREL/CP-5400-71386. National Renewable Energy Laboratory, 2018.
Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Pengantar: Menjawab Tantangan Umur Elektronik Modern
Ketika ukuran transistor mengecil hingga skala nanometer dan tuntutan performa makin tinggi, keandalan mikroelektronika menjadi isu sentral. Produk elektronik yang dulunya bertahan puluhan tahun, kini dirancang hanya untuk 3–7 tahun masa pakai. Paper berjudul "Microelectronics Reliability: Physics-of-Failure Based Modeling and Lifetime Evaluation" karya Mark White dan Joseph B. Bernstein memberikan pendekatan revolusioner untuk memahami, memprediksi, dan merancang sistem mikroelektronik yang andal, dengan basis ilmu pengetahuan—bukan asumsi historis.
Mengapa Pendekatan Tradisional Tak Lagi Cukup
MIL-HDBK-217: Usang di Era Modern
Pendekatan historis seperti MIL-HDBK-217, Telcordia SR-332, dan PRISM menggunakan asumsi tingkat kegagalan konstan (Constant Failure Rate, CFR). Meskipun praktis, model ini:
Padahal, riset menunjukkan bahwa mekanisme kerusakan seperti elektromigrasi, injeksi carrier panas, dan breakdown dielektrik saling bersaing, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Physics-of-Failure (PoF): Membongkar Akar Masalah
Pendekatan PoF memulai dari akar penyebab kegagalan, seperti reaksi kimia, tegangan listrik, dan faktor termal. PoF tidak hanya memodelkan angka kegagalan, tapi juga menjawab:
Langkah-Langkah PoF:
Kasus Nyata: EM, HCI, dan TDDB dalam Dunia Nyata
1. Elektromigrasi (EM)
📌 Apa itu? Perpindahan ion logam akibat arus tinggi.
📌 Model matematis:
t50=A⋅J−n⋅exp(EakT)t_{50} = A \cdot J^{-n} \cdot \exp\left(\frac{E_a}{kT}\right)
📌 Fakta penting:
2. Hot Carrier Injection (HCI)
📌 Elektron berenergi tinggi menembus isolator gate → kerusakan MOSFET.
📌 Efek dominan pada CMOS kecepatan tinggi.
📌 Studi Kasus: Model HCI menunjukkan degradasi logaritmik fungsi sirkuit logika dalam 3 tahun operasi di suhu tinggi.
3. Time-Dependent Dielectric Breakdown (TDDB)
📌 Kerusakan isolator gate karena akumulasi tegangan.
📌 Fakta: TDDB adalah penyebab dominan kerusakan SRAM dan ADC.
FaRBS: Simulasi Sirkuit Berbasis Wearout
FaRBS (Failure Rate-Based SPICE) menggabungkan:
Studi Kasus: ADC Reliability
Pada simulasi FaRBS terhadap Analog-to-Digital Converter (ADC) ditemukan bahwa:
MaCRO: Simulasi Keandalan SRAM
MaCRO (Maryland Circuit-Reliability Oriented) mengintegrasikan:
Studi Kasus: SRAM
Akurasi Model & Tantangan
Walaupun akurat dan berbasis sains, pendekatan PoF menghadapi beberapa kendala:
Namun, alat bantu seperti CADMP-2 dan CALCE mampu menjembatani masalah ini dengan antarmuka pengguna dan basis data parameter material.
Kesimpulan: Menuju Desain Elektronik Masa Depan
Model tradisional mungkin praktis, namun pendekatan Physics-of-Failure menawarkan presisi, kontrol, dan kemampuan prediksi yang jauh lebih unggul, khususnya untuk aplikasi kritikal seperti:
Dengan menggabungkan simulasi PoF (FaRBS & MaCRO), rekayasa desain dapat dilakukan sejak awal pengembangan. Hasilnya?
Rekomendasi: Siapa Harus Mengadopsi PoF?
Teknologi Power over Fiber (PoF) memiliki tingkat relevansi yang berbeda-beda di setiap industri. Di sektor medis, adopsi PoF menjadi prioritas sangat tinggi karena kebutuhan akan sistem yang bebas interferensi elektromagnetik dan mampu memberikan daya serta data secara aman di lingkungan sensitif. Hal serupa berlaku pada industri antariksa, di mana PoF sangat relevan dan menjadi prioritas utama berkat kemampuannya mendukung sistem ringan, tahan radiasi, dan minim risiko gangguan sinyal. Untuk industri telekomunikasi, PoF juga sangat relevan dan menjadi prioritas tinggi karena mampu menyederhanakan infrastruktur dengan menggabungkan transmisi daya dan data dalam satu jalur. Sementara itu, di sektor otomotif, relevansi PoF tergolong sedang dan mulai mendapat perhatian, terutama untuk aplikasi kendaraan otonom dan sistem elektronik internal. Di sisi lain, pada sektor konsumen (COTS), adopsi PoF masih berada pada tingkat rendah hingga sedang karena pertimbangan biaya dan kompleksitas, meskipun potensinya tetap terbuka untuk pengembangan produk-produk khusus di masa depan.
Sumber Asli Artikel (tanpa hyperlink):
Mark White & Joseph B. Bernstein. Microelectronics Reliability: Physics-of-Failure Based Modeling and Lifetime Evaluation. Jet Propulsion Laboratory, NASA, 2008.
Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Pengantar: Kenapa Komposit? Kenapa Sekarang?
Dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon, industri otomotif mulai melirik komposit ringan seperti CFRP (Carbon Fibre Reinforced Polymers) sebagai pengganti logam berat. Tapi, tantangan utamanya bukan hanya pada manufaktur—melainkan juga pada kemampuan prediksi keandalan saat tabrakan. Paper karya Thomas Bru (2016) dari Chalmers University ini menawarkan sebuah pendekatan ilmiah dan praktis untuk menjawab tantangan tersebut: bagaimana mengkarakterisasi material komposit agar bisa diandalkan dalam simulasi crash test kendaraan?
Komposit dan Potensi Energi Tersembunyi
CFRP memiliki kemampuan menyerap energi melalui kerusakan progresif yang stabil, sebuah mekanisme yang penting dalam desain struktur penyerap energi seperti crash box di kendaraan. Tidak seperti logam yang hancur secara plastis, komposit menyerap energi lewat mekanisme seperti delaminasi, fragmentasi, dan gesekan antarlapisan.
Dalam paper ini, dijelaskan bahwa Specific Energy Absorption (SEA) dari CFRP bisa mencapai lebih dari 100 kJ/kg, melampaui baja dan aluminium yang hanya berada di kisaran 20–40 kJ/kg. Ini membuka peluang besar untuk merancang kendaraan yang lebih ringan sekaligus lebih aman.
Kenapa NCF? Efisiensi dan Arah Masa Depan
Fokus riset ini adalah pada NCF (Non-Crimp Fabric) — bahan tekstil serat karbon yang murah, mudah diproduksi, dan cocok untuk industri otomotif. Dibandingkan dengan prepreg, NCF memang lebih murah, tapi struktur tekstilnya membuatnya bersifat ortotropik—artinya, ia memiliki sifat mekanik yang berbeda di tiga arah (panjang, lebar, dan ketebalan).
Karena itu, strategi pengujian dan pemodelan khusus sangat diperlukan untuk memprediksi bagaimana bahan ini akan berperilaku saat ditabrak.
Studi Kasus: Tiga Paper, Satu Visi
Paper A: Uji Ketahanan dan Kekakuan NCF
Melibatkan pengujian mekanik menyeluruh termasuk:
🔍 Temuan utama: Benang weft (penjepit serat dalam NCF) menjadi titik awal kegagalan ketika resin ditarik, sehingga mengurangi kekuatan transversal secara signifikan.
Paper B: Uji Geser dengan Metode Iosipescu
Dalam riset ini, shear test dilakukan pada dua bidang utama: 1–2 (in-plane) dan 1–3 (through-thickness). Ditemukan bahwa:
🔍 Studi ini menekankan pentingnya menangkap gesekan mikroretakan untuk memodelkan absorpsi energi dengan akurat.
Paper C: Metode Uji Baru untuk Crushing Behavior
Berbeda dari metode konvensional seperti uji tabung berlapis, Paper C mengembangkan metode uji tekan pada spesimen datar dengan penyangga lateral. Hasilnya:
🔍 Temuan: Trigger design sangat mempengaruhi mode kegagalan dan nilai crushing stress yang bisa dijadikan input model FE.
Simulasi Numerik: Dua Pendekatan, Satu Tujuan
Penulis mendukung pendekatan kedua, yang menggabungkan:
Kritik & Opini: Kejelasan, Ketelitian, dan Relevansi Industri
Kekuatan utama paper ini ada pada:
Namun, masih ada celah riset yang belum ditutup:
Kesimpulan: Menuju Kendaraan Ringan dan Aman
Riset ini membawa kita selangkah lebih dekat menuju prediksi akurat crashworthiness struktur komposit. Dengan karakterisasi lengkap NCF dan pengembangan metode uji baru, kita bisa menciptakan model numerik yang tidak hanya akurat, tetapi juga realistis, efisien, dan siap diadopsi industri. Untuk masa depan kendaraan ringan dan aman, data akurat dan model fisik berbasis mekanisme kerusakan adalah kuncinya.
Sumber Asli : Thomas Bru. Behaviour and material properties of composites for crash modelling. Chalmers University of Technology, 2016.
Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Dalam era Industri 4.0, produktivitas dan efisiensi mesin industri sangat tergantung pada kemampuan untuk mendeteksi gangguan sebelum berdampak besar. Salah satu pendekatan paling menjanjikan untuk tujuan ini adalah analisis multivariate time series menggunakan metode anomaly detection berbasis deep learning.
Penelitian oleh Nicola Bee dari Università degli Studi di Padova menyajikan studi kasus nyata yang melibatkan mesin pengisi produk susu, dengan fokus pada modul cap applicator. Dalam proyek ini, digunakan Temporal Fusion Transformer (TFT)—model deep learning terkini—untuk mendeteksi anomali berdasarkan prediksi perilaku sinyal mesin secara real-time.
Mengapa Deteksi Anomali Penting di Dunia Industri?
Tantangan:
Dampak positif deteksi anomali:
Kasus Nyata: Mesin Pengisi Susu dengan Modul Cap Applicator
Deskripsi Mesin:
Tujuan Penelitian:
Membangun model deep learning yang mampu:
Model Deep Learning yang Digunakan: Temporal Fusion Transformer (TFT)
Mengapa TFT?
Keunggulan TFT:
Proses Eksperimen dan Implementasi
1. Akuisisi Data
2. Preprocessing
3. Pelatihan Model
Evaluasi Hasil: TFT vs Model Lain
Dalam evaluasi terhadap berbagai model deteksi anomali, Temporal Fusion Transformer (TFT) menunjukkan performa paling unggul dibandingkan pendekatan lainnya. Model ini mencatat akurasi tertinggi dalam mengidentifikasi beragam jenis anomali, termasuk point anomalies (outlier individual), contextual anomalies (anomali yang hanya terlihat dalam konteks tertentu), collective anomalies (anomali yang muncul sebagai pola dalam kelompok data), serta series anomalies (anomali yang berkaitan dengan hubungan antar-sinyal dalam urutan waktu). Dibandingkan dengan model seperti Z-Score yang meski sederhana namun kurang akurat, atau Isolation Forest yang lebih scalable tapi terbatas pada analisis multivariat, TFT unggul dalam fleksibilitas dan interpretabilitas. Bahkan dibandingkan LSTM Recurrent Neural Network yang sudah terkenal handal dalam menangani data berurutan, TFT tetap unggul dengan kombinasi kekuatan prediksi yang tinggi serta kemampuan menjelaskan keputusan model melalui fitur-fitur interpretatif. Keunggulan ini menjadikan TFT sebagai pilihan utama dalam sistem deteksi anomali modern, khususnya untuk aplikasi kompleks seperti maintenance prediktif dan pengawasan sistem real-time.
Studi Kasus Anomali Nyata
1. Lonjakan Energi Las (PVWE)
2. Fluktuasi Frekuensi Sonotrode (PVCF)
3. Perubahan Konfigurasi Resep Mendadak
Tantangan Teknis dan Solusi
Tantangan:
Solusi:
Rekomendasi Praktis untuk Industri
Bagi perusahaan manufaktur:
Untuk pengembang AI industri:
Kesimpulan: TFT sebagai Masa Depan Keandalan Industri
Penelitian ini membuktikan bahwa Temporal Fusion Transformer adalah solusi paling kuat untuk deteksi anomali mesin industri berbasis multivariate time series. Tidak hanya memberikan akurasi tinggi, model ini juga mampu menjelaskan mengapa suatu anomali terjadi, memberikan insight penting untuk perbaikan preventif. Dengan pendekatan ini, dunia industri dapat bergerak menuju maintenance berbasis data, menurunkan risiko kerusakan mendadak, dan meningkatkan efisiensi sistem secara menyeluruh.
Sumber Asli: Nicola Bee. Anomaly Detection of Multivariate Time Series for Industrial Machinery. Master Thesis, Università degli Studi di Padova, 2024.
Physics of Failure Modeling
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025
Industri elektronik saat ini menghadapi tantangan besar: bagaimana menjamin keandalan sistem yang semakin kompleks, sensitif, dan beroperasi dalam berbagai lingkungan ekstrem? Jawabannya ada pada pendekatan Prognostics and Health Management (PHM) berbasis Physics-of-Failure (PoF) yang dikembangkan oleh CALCE (Center for Advanced Life Cycle Engineering), University of Maryland.
Artikel ini merangkum secara mendalam bagaimana pendekatan PoF diterapkan, manfaat nyatanya di berbagai sektor industri, serta bagaimana integrasinya dengan teknologi data-driven dan AI membentuk masa depan prediksi kerusakan elektronik.
Mengapa Harus Beralih ke Prognostik Berbasis PoF?
Kelemahan Pendekatan Tradisional:
Pendekatan PoF:
CALCE dan Visi Besar PHM Elektronik
CALCE didirikan sebagai pusat keunggulan untuk sistem keandalan elektronik, dengan lebih dari 150 mitra industri global dan dukungan ratusan peneliti.
Fokus mereka adalah:
Physics-of-Failure: Landasan Dasar Keandalan Sistem
Apa itu PoF?
Metodologi yang menghubungkan konfigurasi perangkat, beban siklus hidup, dan mekanisme kerusakan aktual untuk memprediksi dan memperpanjang masa pakai sistem elektronik.
Komponen Analisis PoF:
Contoh Kasus: Kegagalan pada Inverter Daya
Elemen Kritis:
Mekanisme Kegagalan:
FMMEA (Failure Modes, Mechanisms, and Effects Analysis): Contoh SMPS
FMMEA (Failure Modes, Mechanisms, and Effects Analysis) pada Switch Mode Power Supply (SMPS) bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan komponen dan menganalisis mekanisme serta dampaknya terhadap kinerja keseluruhan sistem. Berikut adalah contoh analisis FMMEA untuk beberapa komponen SMPS:
Dengan melakukan FMMEA, kita dapat memahami lebih baik potensi risiko dan mengimplementasikan strategi pemeliharaan atau desain ulang untuk meningkatkan keandalan SMPS dan meminimalkan dampak kegagalan.
Studi Kasus: NASA Solid Rocket Booster (SRB)
Pendekatan Data-Driven & Fusion Prognostics
Selain PoF, CALCE menggabungkan machine learning dan AI untuk deteksi anomali:
Data-Driven Prognostics:
Fusion Prognostics:
Implementasi & Manfaat PHM dalam Industri
Manfaat Utama:
Sektor Penerapan:
Model Kerusakan: Tinjauan Singkat
Model kerusakan dalam keandalan produk elektronika mencakup berbagai mekanisme yang terjadi pada lokasi dan model yang berbeda, masing-masing dipengaruhi oleh jenis beban tertentu. Berikut adalah tinjauan singkat mengenai beberapa model kerusakan utama:
Dengan pemahaman tentang mekanisme dan model-model kerusakan ini, kita dapat mengoptimalkan desain dan perawatan produk elektronik untuk meningkatkan keandalannya dan memperpanjang masa pakai produk.
Riset Berjalan oleh CALCE: Fokus Teknologi Masa Depan
Komponen:
Sistem:
Kesimpulan: Strategi Terbaik Menuju Produk Elektronik yang Andal dan Tahan Lama
Pendekatan PoF yang dikombinasikan dengan data-driven prognostics menjadi solusi paling menjanjikan untuk meramalkan, mencegah, dan mengelola kerusakan elektronik di era digital ini. Dengan manfaat yang sudah terbukti—mulai dari misi luar angkasa hingga perangkat harian—PHM adalah investasi masa depan dalam keandalan dan efisiensi sistem.
Untuk sektor industri apa pun yang mengandalkan elektronik, PHM bukan lagi pilihan—ini adalah kebutuhan.
Sumber : Diganta Das. Technology Advances to Improve Reliability – A Broad View. Center for Advanced Life Cycle Engineering (CALCE), University of Maryland, 2011.