Farmasi

Optimalisasi Metode Analitik Pregabalin Berbasis QbD: Integrasi Strategis antara Statistika, Validasi, dan Desain Mutu

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Transformasi Paradigma Validasi Metode Analitik dalam Farmasi

Dalam dinamika pengembangan farmasi modern, keandalan metode analitik menjadi elemen kunci dalam memastikan mutu obat. Paper ini membahas penerapan Quality by Design (QbD) sebagai pendekatan sistematis dalam mengembangkan dan memvalidasi metode spektrofotometri untuk estimasi Pregabalin. QbD bukan hanya pendekatan teknis, melainkan paradigma ilmiah yang menekankan pada desain berbasis risiko, identifikasi parameter kritis, dan penciptaan ruang desain yang robust.

Penulis mengarahkan fokus pada integrasi prinsip QbD ke dalam metode spektrofotometri UV, guna menghasilkan metode yang tidak hanya valid dan akurat, tetapi juga stabil terhadap variasi operasional, sehingga cocok untuk digunakan dalam pengawasan mutu dan kontrol regulatori.

Kerangka Teoretis: Quality by Design sebagai Pilar Pengembangan Metode Analitik

QbD berakar dari ide bahwa kualitas tidak boleh menjadi hasil akhir pengujian, melainkan harus dibangun sejak awal proses pengembangan. Dalam konteks metode analitik, pendekatan ini diterjemahkan ke dalam beberapa komponen kunci:

  • Analytical Target Profile (ATP): Menetapkan target metode, yaitu akurasi dan presisi dalam estimasi Pregabalin.

  • Critical Analytical Attributes (CAA): Parameter kualitas seperti panjang gelombang optimum dan stabilitas linearitas.

  • Critical Method Parameters (CMPs): Variabel yang memengaruhi hasil analisis, seperti pH larutan, pelarut, dan waktu pengukuran.

Pendekatan QbD menjadikan metode analitik sebagai sistem yang dapat dimodelkan, divalidasi, dan direproduksi dengan jaminan mutu tinggi.

Metodologi: Eksperimen Sistematis Berbasis Desain dan Validasi

Desain Eksperimen dan Penentuan Panjang Gelombang

Metode yang dikembangkan berfokus pada pengukuran absorbansi Pregabalin pada panjang gelombang optimal 210 nm menggunakan pelarut air murni. Konsentrasi standar berkisar antara 5–30 µg/mL.

Dalam menentukan parameter kritis, penulis menggunakan prinsip DoE (Design of Experiments), meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan perangkat lunaknya. Evaluasi dilakukan untuk melihat:

  • Linearitas

  • Presisi (intra-day dan inter-day)

  • Akurasi

  • Stabilitas larutan

  • Robustness terhadap perubahan kondisi

Hasil Eksperimen dan Refleksi Teoretis

1. Linearitas

Metode menunjukkan hubungan linear antara konsentrasi Pregabalin dan absorbansi dengan nilai R² = 0,998 pada rentang 5–30 µg/mL.

🔍 Refleksi: Nilai korelasi yang mendekati sempurna ini menandakan bahwa metode mampu memprediksi kandungan Pregabalin secara kuantitatif tanpa penyimpangan signifikan, sesuai dengan prinsip ATP dalam QbD.

2. Presisi

Presisi dievaluasi melalui RSD (%), dengan hasil:

  • Intra-day: 0,36%

  • Inter-day: 0,89%

🔍 Interpretasi: Nilai RSD di bawah 2% membuktikan bahwa metode ini sangat konsisten baik dalam penggunaan harian maupun antar hari. Ini mencerminkan kestabilan parameter metode terhadap variabel operasional jangka pendek.

3. Akurasi dan Recovery

Uji recovery menunjukkan hasil antara 99,0%–101,0%, membuktikan metode memiliki akurasi tinggi.

🔍 Refleksi konseptual: Capaian ini mengindikasikan bahwa metode tidak dipengaruhi oleh interferensi matriks larutan. Ini merupakan aspek penting dalam estimasi obat yang disertakan dalam formulasi kompleks.

4. Stabilitas Larutan

Absorbansi Pregabalin tetap stabil hingga 48 jam pada suhu kamar, menunjukkan ketahanan larutan terhadap degradasi jangka pendek.

📌 Catatan: Stabilitas ini menjadikan metode ini cocok untuk digunakan dalam pengujian farmasi rutin, di mana penundaan analisis kadang tak terhindarkan.

5. Robustness

Uji robustness dilakukan dengan mengubah parameter minor, seperti waktu pengukuran dan panjang gelombang (±2 nm). Tidak ditemukan perbedaan signifikan.

🔍 Makna teoritis: Ini menunjukkan bahwa metode memiliki ruang toleransi yang cukup luas tanpa kehilangan akurasi, sejalan dengan konsep MODR (Method Operable Design Region) dalam QbD.

Narasi Argumentatif: Mewujudkan Metode Analitik sebagai Sistem yang Dirancang

Penulis berargumen bahwa pendekatan QbD menawarkan lebih dari sekadar validasi teknis—ia menciptakan metode yang dapat diadaptasi, direplikasi, dan diaudit dengan efisiensi tinggi. Pengembangan metode tidak lagi reaktif terhadap masalah, melainkan proaktif dalam mencegah ketidaksesuaian mutu.

Studi ini menempatkan pengembangan metode spektrofotometri dalam kerangka ilmiah yang strategis, dengan mempertimbangkan fleksibilitas dan jangka panjang aplikasi metode.

Kontribusi Ilmiah Utama

  • Penerapan QbD dalam spektrofotometri sederhana, yang sering kali terabaikan dalam pengembangan farmasi.

  • Model validasi menyeluruh termasuk linearitas, presisi, akurasi, dan robustness.

  • Pengembangan metode yang sesuai untuk pengawasan mutu Pregabalin dalam skenario laboratorium umum maupun kontrol rutin industri.

Kritik dan Opini terhadap Metodologi

Kekuatan:

  • Pendekatan berbasis QbD diterapkan secara utuh, bahkan pada teknik analitik sederhana seperti UV.

  • Validasi dilakukan menyeluruh dengan parameter klasik dan berbasis risiko.

  • Fokus pada kestabilan dan robustnes menjadikan metode praktis untuk digunakan secara rutin.

Kelemahan:

  1. Tidak digunakan pendekatan software statistik eksplisit seperti DoE berbasis perangkat lunak, sehingga pengaruh interaksi parameter tidak terkuantifikasi dengan optimal.

  2. Rentang konsentrasi terbatas (5–30 µg/mL), belum menguji batas deteksi bawah (LOD) atau batas kuantifikasi (LOQ).

  3. Kurangnya uji spesifisitas terhadap kemungkinan gangguan dari eksipien dalam formulasi tablet Pregabalin.

📌 Saran: Studi lanjutan dapat memperluas rentang konsentrasi, memasukkan uji LOD/LOQ, serta menguji metode pada matriks nyata (tablet komersial) untuk menilai spesifisitas dan kesesuaian formulasi.

Implikasi Ilmiah dan Aplikatif

Penerapan QbD dalam pengembangan metode spektrofotometri sederhana membuka kemungkinan besar untuk laboratorium dengan sumber daya terbatas:

  • Metode sederhana dapat menjadi tangguh dan valid secara regulatori.

  • Pengembangan metode tidak harus mahal atau kompleks, selama mengikuti prinsip desain dan validasi sistematis.

  • AQbD bisa diterapkan untuk metode analisis awal maupun pengujian rutin.

Studi ini juga menegaskan bahwa QbD bukan hanya milik metode kromatografi canggih, tapi dapat dimanfaatkan dalam berbagai platform teknik analitik.

Kesimpulan: Menyatukan Kualitas, Efisiensi, dan Relevansi dalam Analisis Farmasi

Dengan merancang metode analitik Pregabalin berdasarkan prinsip QbD, studi ini memperlihatkan bahwa kualitas metode tidak bergantung pada kompleksitas alat, tetapi pada kekuatan pendekatan ilmiah yang menyusunnya. Metode yang dikembangkan bukan hanya akurat dan presisi, tetapi juga praktis, stabil, dan robust—menjadi solusi nyata dalam pengawasan mutu farmasi berbasis efisiensi dan integritas ilmiah.

📎 Catatan:
Dokumen ini tidak mencantumkan link DOI atau tautan jurnal secara eksplisit. Jika Anda memiliki akses ke data publikasi resminya, saya dapat bantu format ulang dengan mencantumkan DOI bila tersedia.

Selengkapnya
Optimalisasi Metode Analitik Pregabalin Berbasis QbD: Integrasi Strategis antara Statistika, Validasi, dan Desain Mutu

Bioteknologi Mikroba

Refleksi Konseptual atas Diseminasi Kristalografi melalui Pendidikan dan Visualisasi: Menyatukan Sains, Seni, dan Partisipasi Publik

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Ilmu Kristalografi di Simpul Persimpangan Akademik dan Publik

Kristalografi, sebagai disiplin ilmiah yang menyingkap struktur atom dan molekul dalam ruang tiga dimensi, telah mengalami evolusi tak hanya dalam aspek metodologis, tetapi juga dalam cara ia dikomunikasikan kepada publik. Disertasi ini mengeksplorasi bagaimana pendekatan berbasis pendidikan, visualisasi, dan diseminasi dapat mengintegrasikan kristalografi sebagai pengetahuan yang tidak eksklusif bagi kalangan ilmuwan, tetapi juga dapat diapresiasi oleh publik luas.

Berbeda dengan penelitian laboratorium konvensional, karya ini menyajikan sebuah proyek konseptual dan praktikal yang berakar dari pengalaman kuratorial, pedagogis, dan sosial. Fokus utamanya bukan pada penemuan ilmiah dalam arti sempit, melainkan pada cara-cara inovatif untuk menyampaikan kompleksitas struktur kristal melalui pameran, visual, dan keterlibatan masyarakat.

Kerangka Teoretis: Edukasi Ilmiah dan Komunikasi Visual sebagai Medium Kristalografi

Secara konseptual, landasan disertasi ini terletak pada premis bahwa pengetahuan ilmiah seharusnya tidak terbatas pada konteks akademik. Penulis membangun argumennya di atas kerangka interdisipliner antara sains, seni, dan edukasi. Ia memanfaatkan kekuatan visualisasi dalam menyampaikan konsep kompleks yang umumnya tersandera oleh terminologi teknis dan simbolik.

Kristalografi, yang tradisionalnya berbasis pada representasi angka dan parameter ruang kisi, didekati melalui media visual dan interaktif. Dengan cara ini, informasi struktural tidak hanya diuraikan, tapi juga “diterjemahkan” menjadi bentuk yang dapat dinikmati oleh indera dan nalar awam.

Tujuan dan Metodologi: Dari Struktur ke Narasi Visual

Disertasi ini tidak menggunakan metodologi eksperimen kuantitatif, melainkan menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif, dan partisipatif. Tujuan utamanya adalah:

  • Menyusun dan menyelenggarakan pameran ilmiah bertema kristalografi.

  • Mengembangkan materi visual edukatif berbasis struktur kristal.

  • Menganalisis dampak dan keterlibatan publik dalam kegiatan ini.

  • Mengembangkan sinergi antara komunitas akademik, sekolah, dan masyarakat.

Dalam beberapa bagian, disertasi ini menggunakan pendekatan action research di mana penulis terlibat langsung dalam implementasi proyek dan refleksi atas hasilnya.

Eksplorasi dan Realisasi Proyek: Kristal dalam Ruang Publik

1. Pameran Kristalografi di Strasbourg

Salah satu puncak kegiatan adalah penyelenggaraan pameran visual berjudul "Crystals, an organized matter". Pameran ini menampilkan gambar-gambar molekul dan struktur kristal dari berbagai senyawa, dengan gaya visual yang mendekati seni grafis. Penulis menyusun narasi edukatif berbasis ilustrasi yang dapat diakses publik umum, termasuk anak-anak sekolah dasar.

📌 Refleksi Konseptual: Ini merupakan bentuk transposisi dari data ilmiah menjadi narasi budaya. Di sini, kristal bukan hanya objek ilmiah, tetapi artefak estetik yang bisa menembus batas kognisi dan emosi.

2. Kolaborasi dengan Sekolah dan Lembaga Pendidikan

Melalui kerja sama dengan guru dan fasilitator, materi kristalografi diterjemahkan ke dalam modul pembelajaran visual, permainan edukatif, dan diskusi interaktif. Fokusnya adalah pada struktur geometri dasar seperti kubus, heksagonal, dan segi enam.

📌 Refleksi Teoretis: Strategi ini menunjukkan bagaimana kristalografi, jika dipisahkan dari konteks eksklusif laboratorium, dapat menjadi sarana untuk mengembangkan literasi visual, spasial, dan logika anak-anak sejak dini.

3. Visualisasi Molekuler sebagai Jembatan Komunikasi

Disertasi menampilkan berbagai representasi struktur molekul menggunakan perangkat lunak visualisasi seperti Jmol. Gambar-gambar tersebut dicetak dalam format besar dan didesain secara estetis agar mampu menarik perhatian, tanpa mengorbankan integritas ilmiahnya.

📌 Interpretasi: Penulis secara implisit menyatakan bahwa ilmu dapat dan perlu dikomunikasikan bukan hanya dalam bahasa verbal atau numerik, tetapi juga melalui bahasa visual dan spasial—sesuatu yang lebih universal dan lintas batas budaya.

Narasi Argumentatif: Menggeser Kristalografi dari Eksklusivitas Menuju Inklusivitas

Penulis mengembangkan argumen utama bahwa kristalografi tidak hanya penting dalam ranah akademik (seperti farmasi atau kimia), tetapi juga berpotensi besar sebagai alat pendidikan, komunikasi publik, dan bahkan estetika visual. Penulis menekankan bahwa sains tidak harus “dilunakkan” untuk masyarakat, melainkan harus disusun ulang cara penyampaiannya agar lebih akrab secara kognitif dan emosional.

Sorotan Data dan Refleksi Kualitatif

Meskipun tidak ada angka statistik, data observasional dari interaksi pengunjung pameran, umpan balik dari guru, dan partisipasi siswa menjadi landasan validasi narasi. Penulis mencatat bahwa:

  • Siswa usia SD lebih tertarik pada pola simetri dan bentuk tiga dimensi.

  • Visualisasi berwarna lebih efektif dibanding model hitam-putih.

  • Keterlibatan pengunjung meningkat jika narasi pameran bersifat interaktif.

📌 Refleksi Teoretis: Ini memperkuat teori bahwa pemahaman ilmiah sangat ditentukan oleh bentuk penyajiannya, dan bahwa pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) jauh lebih kuat dibanding pengajaran abstrak.

Kritik Terhadap Pendekatan Penulis

Kekuatan:

  • Inovatif dalam mengemas kristalografi sebagai medium lintas disiplin.

  • Memanfaatkan pendekatan partisipatif yang kuat untuk pendidikan sains.

  • Membangun sinergi antara institusi riset dan masyarakat umum.

Kelemahan:

  1. Kurangnya pengukuran dampak kuantitatif: Efektivitas metode tidak divalidasi dengan data numerik yang solid.

  2. Bergantung pada konteks lokal: Sebagian besar aktivitas hanya dilakukan di wilayah Strasbourg dan sekitarnya.

  3. Kurangnya pengembangan aspek pedagogi: Meskipun banyak intervensi di sekolah, struktur pedagogis formal tidak dibahas secara mendalam.

📌 Saran: Studi lanjutan dapat menggunakan instrumen kuantitatif (seperti pre-post test) untuk menilai perubahan pemahaman atau minat siswa, serta melakukan ekspansi ke wilayah geografis lain untuk mengevaluasi replikasi pendekatan.

Daftar Poin: Kontribusi Ilmiah dan Sosial dari Disertasi

  • Menghubungkan kristalografi dengan pendidikan sains berbasis visual dan pengalaman.

  • Menyusun pameran ilmiah yang bersifat inklusif dan artistik.

  • Mengubah persepsi kristal dari struktur teknis menjadi objek estetik.

  • Mengintegrasikan komunitas non-ilmiah dalam diseminasi sains.

  • Membuka ruang baru bagi ilmuwan untuk berperan sebagai komunikator sains.

Implikasi Ilmiah dan Masa Depan Diseminasi Kristalografi

Disertasi ini membawa kita pada pemahaman bahwa struktur ilmiah (seperti kristal) bukan hanya milik jurnal akademik, tetapi juga bisa menjadi bagian dari ruang publik. Jika pendekatan seperti ini diadopsi lebih luas, maka bukan tidak mungkin bahwa sains bisa menjadi bagian dari budaya sehari-hari, dan bukan lagi sesuatu yang “asing” bagi publik.

Implikasinya sangat besar: dari pengembangan kurikulum STEM yang lebih visual dan kontekstual, hingga peningkatan apresiasi publik terhadap riset sains yang selama ini tersembunyi di balik layar laboratorium.

Kesimpulan: Merayakan Kristal sebagai Ilmu, Seni, dan Edukasi

Disertasi ini tidak hanya menjelaskan kristalografi, tetapi memperluasnya ke dalam dimensi sosial, estetis, dan edukatif. Dengan menjadikan struktur kristal sebagai titik temu antara ilmuwan dan masyarakat, penulis memperlihatkan potensi besar sains sebagai bahasa universal. Ini bukan sekadar kontribusi akademik, tetapi juga seruan etis untuk membuka laboratorium kepada dunia.

Selengkapnya
Refleksi Konseptual atas Diseminasi Kristalografi melalui Pendidikan dan Visualisasi: Menyatukan Sains, Seni, dan Partisipasi Publik

Farmasi

Inovasi Formulasi Tablet Antidiabetik Herbal Berbasis QbD: Integrasi Ilmu Tradisional dan Pendekatan Ilmiah Modern

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Menggagas Kualitas dari Awal dalam Formulasi Obat Herbal

Formulasi obat berbasis tanaman sering kali dihadapkan pada tantangan besar terkait konsistensi, efektivitas, dan standarisasi mutu. Paper ini menunjukkan bahwa mengadopsi pendekatan Quality by Design (QbD)—yang sebelumnya lebih sering diterapkan dalam farmasi modern—dapat memperkuat kredibilitas dan kualitas produk herbal.

Penelitian ini tidak hanya berfokus pada formulasi tablet herbal antidiabetik, tetapi secara konseptual menunjukkan bagaimana QbD dapat membentuk struktur sistematis untuk mengidentifikasi dan mengontrol variabel kritis dalam pengembangan produk alami. Dengan pendekatan reflektif dan kuantitatif, penulis berhasil membangun model formulasi yang memenuhi ekspektasi kualitas, stabilitas, dan efektivitas.

Kerangka Teori: Quality by Design sebagai Pilar Rancangan Mutu Farmasi

QbD merupakan pendekatan ilmiah terstruktur untuk mengembangkan produk dan proses manufaktur yang konsisten terhadap kualitas. Dalam konteks paper ini, QbD digunakan untuk:

  • Mengidentifikasi parameter kritis dalam pembuatan tablet herbal

  • Menetapkan atribut mutu penting atau Critical Quality Attributes (CQAs)

  • Mengembangkan design space sebagai batas aman proses produksi

QTPP (Quality Target Product Profile) dari tablet ini mengacu pada sifat-sifat seperti kemudahan dikonsumsi, kecepatan disintegrasi, kekerasan, dan stabilitas penyimpanan. Dengan memperjelas QTPP sejak awal, formulasi dapat dirancang untuk mengantisipasi tantangan sejak tingkat molekuler hingga kompresi tablet.

Komposisi dan Rasionalisasi Formula

Formulasi terdiri atas ekstrak tanaman dengan efek antidiabetik, yakni:

  • Gymnema sylvestre

  • Momordica charantia

  • Salacia reticulata

  • Pterocarpus marsupium

  • Trigonella foenum-graecum

Kelima bahan herbal ini diformulasikan dalam berbagai konsentrasi menggunakan metode wet granulation. Evaluasi menyeluruh mencakup uji pre-kompresi (alur serbuk, kepadatan), pasca-kompresi (kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi), serta uji aktivitas antidiabetik in vivo.

Desain Eksperimen dan Optimasi Statistik

Peneliti menerapkan pendekatan Design of Experiments (DoE) menggunakan Design Expert software versi 11.0 dengan model Simplex Lattice Design, menilai tiga bahan utama (ekstrak herbal) sebagai variabel bebas (X₁, X₂, X₃) terhadap respon kualitas (Y₁ hingga Y₄) seperti:

  • Kekerasan tablet

  • Waktu disintegrasi

  • Aktivitas hipoglikemik

  • Rendemen produksi

Hasil DoE menunjukkan model statistik yang signifikan dengan F-value tinggi dan p-value <0,05, membuktikan hubungan linear antara komposisi ekstrak dan atribut kualitas.

Hasil Penelitian dan Refleksi Teoretis

1. Evaluasi Pre-Kompresi

Serbuk menunjukkan properti alir baik dengan sudut istirahat (angle of repose) berkisar 28,13°–30,21°, rasio Hausner di bawah 1,25, dan indeks kompresibilitas dalam batas optimal.

🔍 Refleksi: Stabilitas alir serbuk yang baik sangat penting dalam formulasi berbasis granulat basah karena berdampak langsung pada homogenitas campuran dan pengisian cetakan secara seragam.

2. Evaluasi Post-Kompresi

Tablet memiliki kekerasan 4,1–4,7 kg/cm², waktu disintegrasi 3–6 menit, dan kerapuhan kurang dari 0,8%. Hasil ini mendekati standar optimal tablet oral.

🔍 Interpretasi: Nilai-nilai ini mencerminkan keberhasilan dalam mengoptimalkan parameter proses seperti ukuran granula, jumlah pengikat, dan tekanan kompresi. Dengan mempertahankan waktu disintegrasi di bawah 6 menit, tablet tetap efektif tanpa kehilangan kekuatan mekanik.

3. Aktivitas Antidiabetik In Vivo

Uji hipoglikemik pada tikus diabetes menunjukkan penurunan kadar glukosa darah signifikan dalam 6 jam setelah pemberian tablet. Formulasi terpilih menghasilkan penurunan 36–44% kadar glukosa, menyamai efek standar glibenklamid.

🔍 Makna teoritis: Hal ini menunjukkan bahwa sinergi bahan herbal dalam formulasi berhasil dipertahankan dalam bentuk tablet tanpa menurunkan bioaktivitas. Ini mendukung asumsi bahwa QbD mampu mempertahankan integritas farmakologi zat aktif herbal.

4. Optimasi Statistik dan Validasi Model

Model DoE menghasilkan formula optimal dengan proporsi bahan aktif sebagai berikut:

  • Momordica charantia – 0,2

  • Gymnema sylvestre – 0,3

  • Salacia reticulata – 0,5

Model menghasilkan prediksi kekerasan tablet 4,36 kg/cm², waktu disintegrasi 4,2 menit, dan aktivitas hipoglikemik 43,9%. Eksperimen aktual menunjukkan deviasi <5% dari prediksi.

✅ Refleksi teoretis: Ini membuktikan bahwa QbD tidak hanya bersifat teoritik, tetapi dapat memprediksi dengan akurat kinerja produk akhir dalam batas variasi yang sangat rendah.

Narasi Argumentatif Penulis: QbD sebagai Transformasi Praktik Formulasi Herbal

Penulis menyusun argumen bahwa formulasi herbal memerlukan validasi ilmiah yang setara dengan obat sintetik. QbD menyediakan jembatan antara kearifan tradisional dan teknologi modern dengan:

  • Menetapkan sistem kontrol kualitas sejak awal

  • Meningkatkan efisiensi eksperimental melalui desain statistik

  • Memastikan replikasi dan kestabilan produk di tingkat manufaktur

Dalam konteks ini, penulis menghapus batas antara produk “alami” dan “ilmiah,” mengusulkan bahwa semua formulasi—herbal sekalipun—harus tunduk pada prinsip validasi berbasis data.

Kekuatan dan Kritik terhadap Pendekatan Metodologi

Kekuatan:

  • Aplikasi penuh dari framework QbD dalam formulasi herbal

  • Integrasi DoE dalam mendesain, menguji, dan mengoptimalkan variabel

  • Validasi in vivo yang memperkuat klaim bioaktivitas

Kelemahan:

  1. Variasi tanaman tidak dijelaskan secara mendalam — faktor geografis, musim, dan teknik ekstraksi bisa memengaruhi konsistensi bahan baku.

  2. Skalabilitas belum diuji secara industri — formula terbukti di laboratorium, tetapi tidak dibahas dalam konteks batch besar.

  3. Hanya tiga ekstrak utama dalam DoE — tidak melibatkan semua lima tanaman yang digunakan, sehingga potensi sinergi total belum sepenuhnya dieksplorasi.

📌 Saran: Studi lanjutan dapat fokus pada:

  • Standardisasi bahan baku (misal melalui marker compound)

  • Simulasi skala pilot

  • Penambahan variabel organoleptik atau stabilitas jangka panjang

Implikasi Ilmiah dan Potensi Pengembangan

Paper ini menunjukkan bahwa produk herbal dapat ditingkatkan secara ilmiah dengan:

  • Validasi statistik dalam desain dan evaluasi

  • Kemampuan prediktif terhadap atribut mutu

  • Standarisasi proses sebagai bagian dari compliance industri farmasi

Penelitian ini dapat menjadi model awal bagi pengembangan fitofarmaka yang tidak hanya efektif tetapi juga stabil, reproducible, dan memenuhi standar regulasi. Ini mempercepat adopsi terapi alami dalam sistem kesehatan arus utama.

Kesimpulan: Mengintegrasikan Tradisi dan Inovasi melalui QbD

Formulasi tablet antidiabetik herbal dalam studi ini menunjukkan bahwa ketika sains formulasi digabungkan dengan prinsip QbD, hasilnya bukan hanya produk yang efektif, tapi juga dapat diandalkan dan dikendalikan. Dengan mengutamakan prediksi, konsistensi, dan kontrol dari awal, penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis desain bukan hanya masa depan farmasi modern, tetapi juga jembatan antara ilmu tradisional dan teknologi kontemporer.

📎 Link resmi paper (jurnal):
https://www.ijper.org/article/2021/55/4/1207-1215

Selengkapnya
Inovasi Formulasi Tablet Antidiabetik Herbal Berbasis QbD: Integrasi Ilmu Tradisional dan Pendekatan Ilmiah Modern

Farmasi

Inovasi Pelapisan Kering dalam Formulasi Farmasi: Optimalisasi Proses melalui Pendekatan Quality by Design (QbD)

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Transformasi Pendekatan Kualitas dalam Sains Farmasi

Industri farmasi telah lama didominasi oleh paradigma Quality by Testing (QbT), di mana kualitas produk diuji pasca-produksi. Namun, pendekatan ini terbukti tidak efisien dalam menjamin kualitas secara konsisten. Paper ini menandai pergeseran penting menuju Quality by Design (QbD)—sebuah pendekatan sistematis berbasis risiko yang menekankan pentingnya membangun kualitas sejak awal tahap pengembangan.

Penelitian ini menawarkan sebuah studi mendalam mengenai pengembangan partikel fungsional (functionalised particles, FPs) menggunakan teknik pelapisan kering (dry coating), tanpa pelarut atau panas, yang menjadi solusi alternatif terhadap metode konvensional. Dengan mengadopsi kerangka kerja QbD, penulis menjelaskan bagaimana kualitas produk dapat diintegrasikan ke dalam proses itu sendiri, bukan hanya diuji pada akhir.

Kerangka Konseptual: Quality by Design sebagai Dasar Ilmiah

QbD mendasarkan pengembangan produk pada prinsip bahwa kualitas harus dirancang dan tidak sekadar diuji. Dalam konteks ini, penulis memetakan Quality Target Product Profile (QTPP) untuk memastikan pelepasan obat yang terkendali, dan kemudian menetapkan Critical Quality Attributes (CQAs) yang mencerminkan parameter utama produk:

  • Homogenitas kandungan (RSD)

  • Laju disolusi ibuprofen

  • Distribusi ukuran partikel (X10)

  • Interaksi molekuler melalui spektrum FTIR

Proses produksi dikaji melalui empat Critical Process Parameters (CPPs):

  • Kecepatan pengaduk

  • Tekanan udara

  • Waktu pemrosesan

  • Ukuran batch

Dengan demikian, paper ini membangun struktur hubungan sebab-akibat antara variabel proses dan atribut mutu akhir.

Metodologi: Integrasi DoE dan Penilaian Risiko

Perancangan Eksperimen:

Desain eksperimen menggunakan pendekatan D-optimal, menghasilkan 26 kombinasi eksperimental (termasuk 4 replikasi) untuk mengevaluasi pengaruh CPP terhadap CQAs.

Penilaian Risiko Awal:

Analisis awal menunjukkan keempat CPP memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi terhadap keseluruhan CQAs, memperkuat urgensi optimasi sistematis.

Hasil Eksperimen dan Refleksi Konseptual

1. Kandungan Homogen (RSD)

Nilai RSD terbaik (2,08%) diperoleh pada kecepatan tinggi (≥1200 rpm), tekanan tinggi (40 psi), waktu singkat (15 menit), dan batch kecil (6 g).

Refleksi teoretis: Ini menunjukkan bahwa gaya mekanis yang optimal memungkinkan partikel ibuprofen terdistribusi merata di permukaan pembawa (MCC), menghindari aglomerasi atau segregasi.

2. Laju Disolusi Ibuprofen

Laju disolusi menurun pada kondisi pelapisan efektif. Campuran fisik menunjukkan 99% pelarutan dalam 60 menit, sedangkan partikel berpelapis hanya 84%—mengindikasikan keberhasilan pembentukan lapisan yang memperlambat pelepasan.

Makna teoritis: Keberhasilan pelapisan mencerminkan modifikasi permukaan yang membatasi kelarutan instan, selaras dengan QTPP pelepasan lambat.

3. Distribusi Ukuran Partikel (X10)

Nilai X10 lebih tinggi tercapai pada kecepatan rendah dan waktu proses panjang, mengindikasikan pembentukan aglomerat. Sebaliknya, batch kecil dan kecepatan tinggi menghasilkan distribusi lebih seragam.

Interpretasi konseptual: Hal ini menunjukkan bahwa kontrol kinetik dan mekanik mendukung pencapaian ukuran partikel target tanpa menciptakan gumpalan tidak diinginkan.

4. Validasi Interaksi Molekuler dengan FTIR

Spektrum FTIR menunjukkan penurunan intensitas pita C=O pada 1708 cm⁻¹ pada partikel berlapis dibandingkan campuran fisik, menandakan terbentuknya ikatan hidrogen antara ibuprofen dan MCC.

Refleksi konseptual: Penurunan ini bukan sekadar data analitik, melainkan representasi molekuler dari terbentuknya interaksi yang mengatur pelepasan obat. Ini memperluas definisi CQA menjadi sesuatu yang juga bersifat kimiawi, bukan hanya fisik.

Visualisasi Desain Ruang Proses (Design Space)

Peta desain mengidentifikasi zona proses optimal:

  • Kecepatan: 850–1500 rpm

  • Waktu: 15–60 menit

  • Tekanan: 40 psi

  • Ukuran batch: 6 g

Model prediktif menghasilkan R² ≥ 0,85 untuk semua CQAs, membuktikan kekuatan desain DoE dalam memodelkan hasil. Verifikasi kondisi optimal menunjukkan hasil aktual berada dalam deviasi <10% dari prediksi.

Argumentasi Penulis: Dari Eksperimen Menuju Sistem Mutu

Penulis membangun narasi bahwa teknik pelapisan kering, jika diintegrasikan dengan prinsip QbD, mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang tidak hanya terukur, tetapi juga terprediksi. Alih-alih memperbaiki kualitas di akhir, proses ini mengarahkan desain sejak awal agar sesuai dengan profil produk target.

Daftar Poin: Kontribusi Ilmiah Utama Paper Ini

  • Inovasi teknik: Penggunaan pelapisan kering tanpa pelarut sebagai alternatif ramah lingkungan dan hemat energi.

  • Validasi molekuler: Integrasi FTIR sebagai CQA menambah dimensi kimia dalam pengendalian mutu.

  • Prediktivitas proses: Desain eksperimen memungkinkan pencapaian design space yang stabil dan direplikasi.

  • Penerapan penuh QbD: Dari QTPP hingga verifikasi eksperimental dilakukan secara menyeluruh.

Kritik dan Refleksi Metodologis

Kekuatan:

  • Pendekatan sistematis dan menyeluruh terhadap prinsip QbD.

  • Model statistik robust dengan validasi eksperimental aktual.

  • Integrasi pengukuran molekuler (FTIR) memperkaya dimensi evaluasi.

Kelemahan:

  1. Skalabilitas: Ukuran batch maksimum hanya 20 g, belum mencerminkan kondisi industri.

  2. Model API tunggal: Hanya menggunakan ibuprofen, sehingga generalisasi masih terbatas.

  3. Ketergantungan pada alat prototipe: Implementasi komersial bisa terhambat tanpa spesifikasi peralatan terbuka.

Saran:

Studi lanjutan sebaiknya mencakup skala pilot dan bahan aktif yang memiliki sifat kelarutan berbeda untuk menguji generalisasi metode ini secara lebih luas.

Implikasi dan Potensi Ilmiah

Penelitian ini membuka cakrawala baru dalam formulasi farmasi, terutama dalam:

  • Menyederhanakan proses manufaktur tanpa kehilangan kontrol mutu.

  • Mengurangi dampak lingkungan dengan menghilangkan pelarut.

  • Meningkatkan efisiensi validasi regulasi dengan model yang dapat dijustifikasi secara statistik dan molekuler.

Secara konseptual, studi ini memperlihatkan bagaimana QbD bukan hanya alat manajemen mutu, tetapi kerangka kerja ilmiah untuk memahami dan mengendalikan proses formulasi secara menyeluruh.

Kesimpulan: Memformulasikan Ulang Definisi Kualitas dalam Farmasi

Dengan menyandingkan teknik pelapisan kering dan kerangka kerja QbD, paper ini menunjukkan bahwa kualitas adalah hasil desain yang cermat, bukan sekadar hasil akhir yang diperiksa. Dengan memvalidasi seluruh proses melalui data dan pemahaman molekuler, pendekatan ini membuktikan bahwa masa depan formulasi farmasi terletak pada interseksi antara inovasi proses dan sains mutu.

📎 Link resmi paper (DOI):
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0206651

Selengkapnya
Inovasi Pelapisan Kering dalam Formulasi Farmasi: Optimalisasi Proses melalui Pendekatan Quality by Design (QbD)

Farmasi

Optimalisasi Partikel Fungsional Berbasis Quality by Design: Refleksi atas Inovasi Pelapisan Kering dalam Formulasi Farmasi

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Evolusi Pendekatan Kualitas dalam Pengembangan Obat

Di tengah kompleksitas formulasi farmasi, kontrol kualitas yang efektif bukan lagi cukup dilakukan di akhir proses. Paradigma baru yang ditawarkan oleh pendekatan Quality by Design (QbD) menuntut integrasi kualitas ke dalam seluruh siklus pengembangan produk, dimulai dari pemahaman mendalam terhadap bahan, proses, hingga karakteristik produk akhir.

Penelitian ini secara komprehensif mengimplementasikan prinsip QbD dalam rangka mengembangkan partikel fungsional (functionalised particles/FPs) menggunakan metode pelapisan kering yang inovatif. Tanpa menggunakan pelarut atau panas, teknik ini mengandalkan pengikatan partikel aktif ke permukaan pembawa menggunakan energi mekanik, menawarkan jalur baru dalam formulasi padat farmasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Konsep Inti dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan merancang dan mengoptimalkan proses pelapisan kering untuk membentuk FPs dengan memanfaatkan model sistem ibuprofen–MCC (microcrystalline cellulose), menggunakan pendekatan QbD secara menyeluruh. Dalam pendekatan ini, setiap variabel proses dikaitkan secara langsung dengan Critical Quality Attributes (CQAs) dari produk akhir, melalui penilaian risikoperancangan eksperimen (DoE), dan validasi statistik.

Kerangka Teoretis: Quality by Design sebagai Fondasi Strategis

QbD dilandaskan pada pemahaman bahwa kualitas tidak bisa "diperiksa masuk", melainkan harus "dirancang sejak awal." Pendekatan ini dimulai dari penentuan Quality Target Product Profile (QTPP), penetapan Critical Material Attributes (CMAs) dan Critical Process Parameters (CPPs), serta penyusunan Design Space.

Dalam penelitian ini, QTPP difokuskan pada pelepasan terkendali ibuprofen dari sistem padat. Untuk mencapai ini, beberapa CQAs ditentukan:

  • Keseragaman kandungan (RSD)

  • Laju disolusi obat

  • Ukuran partikel

  • Interaksi molekuler (melalui FTIR)

Metodologi Eksperimental dan Pemetaan Risiko

Desain Eksperimen:

Penelitian menggunakan desain D-optimal untuk menguji efek dari 4 CPP:

  • Kecepatan pengaduk (300–1500 rpm)

  • Tekanan udara (0–40 psi)

  • Waktu proses (15–60 menit)

  • Ukuran batch (6–20 gram)

Sebanyak 26 run dilakukan, termasuk 4 replikasi untuk menilai variabilitas.

Pemetaan Risiko:

Dari hasil penilaian awal, ditemukan bahwa keempat parameter proses memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi terhadap seluruh CQAs. Oleh karena itu, keempatnya dimasukkan dalam perancangan eksperimen untuk evaluasi lebih lanjut.

Temuan dan Interpretasi Konseptual

1. Kandungan Homogen (RSD)

Hasil menunjukkan RSD terendah (2,08%) diperoleh pada kecepatan tinggi (1200–1500 rpm), tekanan tinggi (40 psi), waktu pendek (15–30 menit), dan batch kecil (6–10 g).

🔍 Refleksi Teoretis: RSD sebagai indikator homogenitas distribusi partikel aktif menegaskan bahwa gaya mekanik optimal dibutuhkan agar partikel ibuprofen terdistribusi merata tanpa aglomerasi atau segregasi.

2. Laju Disolusi Ibuprofen

Laju disolusi menurun signifikan pada kecepatan tinggi dan batch kecil. Pada kondisi optimal, hanya 84% ibuprofen larut dalam 60 menit, dibandingkan dengan >99% pada campuran fisik.

🔍 Makna Teoritis: Penurunan ini mengindikasikan keberhasilan pelapisan fungsional, di mana partikel ibuprofen tidak langsung tersedia, melainkan dilepaskan secara bertahap dari permukaan MCC.

3. Ukuran Partikel (X10)

Nilai X10 meningkat seiring dengan penurunan kecepatan dan peningkatan waktu proses, mengindikasikan pertumbuhan agregat. Pada kondisi optimal, distribusi partikel menjadi lebih seragam dan tidak menunjukkan aglomerasi besar.

🔍 Interpretasi: Hasil ini mencerminkan keberhasilan dalam menciptakan FPs yang stabil secara morfologis, serta mendukung hipotesis bahwa parameter proses mekanik menentukan karakteristik fisik akhir.

4. Spektrum FTIR: Validasi Interaksi Molekuler

Pengamatan melalui FTIR menunjukkan penurunan intensitas puncak C=O (1708 cm⁻¹) pada campuran pelapisan kering dibandingkan campuran fisik. Ini menandakan terbentuknya ikatan hidrogen antara ibuprofen dan MCC.

🔍 Refleksi: Validasi kimia ini menegaskan bahwa efek pelapisan tidak sekadar mekanis, tetapi mencakup perubahan tingkat molekuler yang berkontribusi terhadap profil pelepasan obat.

Visualisasi Ruang Desain (Design Space) dan Validasi Statistik

Model statistik yang dihasilkan menunjukkan koefisien determinasi tinggi untuk semua respon (R² > 0,85), menunjukkan kecocokan antara prediksi dan hasil aktual.

Peta Design Space menampilkan area proses optimal pada:

  • Kecepatan: 850–1500 rpm

  • Waktu: 15–60 menit

  • Batch size: 6 g

  • Tekanan: 40 psi

✅ Validasi model dilakukan dengan menjalankan formulasi pada kondisi optimal dan membandingkan hasil aktual dengan prediksi. Perbedaan relatifnya <10%, membuktikan kekuatan prediktif model DoE.

Narasi Argumentatif Penulis: Integrasi QbD sebagai Strategi Efisiensi

Penulis menyusun argumen bahwa metode pelapisan kering dapat menggantikan pendekatan konvensional (wet coating) dengan menggabungkan efisiensi proses dan kontrol kualitas berbasis data. Mereka memperlihatkan bagaimana QbD bukan hanya kerangka teoritis, tetapi instrumen praktis untuk desain formulasi yang robust, repeatable, dan terukur.

Kritik terhadap Pendekatan dan Logika Penelitian

Kelebihan:

  • Penerapan QbD dilakukan secara utuh, mencakup QTPP hingga verifikasi ruang desain.

  • Integrasi data kualitatif (FTIR) dan kuantitatif (disolusi, RSD, PSA) memperkuat narasi ilmiah.

  • Pendekatan eksperimental dirancang dengan validasi statistik yang memadai.

Keterbatasan:

  1. Generalisasi: Hanya menggunakan satu model bahan aktif (ibuprofen), membatasi aplikasi ke formulasi lain.

  2. Rentang parameter sempit: Tidak menguji kondisi ekstrem, membuat model kurang robust terhadap deviasi luar biasa.

  3. Ketergantungan pada alat internal (prototype): Menantang untuk replikasi di skala industri tanpa spesifikasi peralatan terbuka.

📌 Saran perbaikan: Studi lanjutan bisa menilai validitas model dengan bahan aktif berbeda dan pada skala manufaktur yang lebih besar untuk mendekati kondisi komersial.

Potensi Ilmiah dan Implikasi Jangka Panjang

Penelitian ini membuka ruang baru dalam pengembangan formulasi padat farmasi dengan beberapa implikasi penting:

  • Efisiensi produksi: Mengurangi kebutuhan pelarut dan waktu proses.

  • Ramah lingkungan: Menghilangkan penggunaan bahan kimia pelapis.

  • Presisi formulasi: Mengandalkan desain berbasis data untuk menghasilkan produk yang dapat direplikasi.

Secara teoretis, riset ini memperluas cakupan CQAs tidak hanya sebagai indikator fisik, tetapi juga kimia dan fungsional. Dengan pendekatan QbD, pengembangan formulasi menjadi lebih terstruktur, memungkinkan proses validasi dan perizinan yang lebih cepat dan terpercaya.

Kesimpulan: Mendorong Transformasi Formulasi Farmasi Berbasis Sains

Paper ini bukan hanya sebuah studi teknis, melainkan manifestasi filosofi QbD sebagai strategi ilmiah yang dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan dalam pengembangan produk farmasi. Melalui penggabungan eksplorasi eksperimental, validasi statistik, dan pemahaman konseptual, penulis memberikan contoh nyata bagaimana ilmu dapat menginformasikan teknologi dalam dunia nyata.

📎 Link resmi paper:
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0206651

Selengkapnya
Optimalisasi Partikel Fungsional Berbasis Quality by Design: Refleksi atas Inovasi Pelapisan Kering dalam Formulasi Farmasi

Teknik Kimia

Optimalisasi Proses Berbasis Quality by Design (QbD) dalam Pengembangan Partikel Fungsional dengan Teknik Pelapisan Kering: Pendekatan Konseptual dan Reflektif

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Transformasi Paradigma Mutu di Industri Farmasi

Dalam lanskap industri farmasi yang terus berkembang, pendekatan tradisional Quality by Testing (QbT) mulai kehilangan relevansi akibat ketergantungannya pada kontrol kualitas pasca-produksi yang mahal dan tidak efisien. Artikel ini menggagas pendekatan alternatif yang lebih proaktif, yakni Quality by Design (QbD), yang tidak hanya menjamin kualitas, tetapi menanamkannya sejak tahap desain produk.

Penelitian oleh Dahmash et al. memperlihatkan aplikasi sistematis prinsip QbD dalam mengoptimalkan proses pelapisan partikel kering (dry particle coating) guna menghasilkan partikel fungsional (functionalised particles/FP) dengan karakteristik pelepasan terkontrol. Penelitian ini menyuguhkan kerangka konseptual yang kuat, menyandingkan risiko, eksperimen terkontrol, dan validasi statistik dalam satu narasi logis.

Kerangka Teori: Integrasi QbD dalam Teknik Pelapisan Kering

QbD merupakan pendekatan berbasis risiko yang mengharuskan identifikasi dan kontrol atas Critical Process Parameters (CPPs) yang memengaruhi Critical Quality Attributes (CQAs). Penelitian ini menyelaraskan seluruh tahapan QbD—mulai dari penetapan Quality Target Product Profile (QTPP), penilaian risiko, hingga perancangan eksperimen (Design of Experiments/DOE)—dengan proses pelapisan kering untuk meningkatkan efektivitas sistem pengembangan farmasi.

Teknik pelapisan kering sendiri mengandalkan adhesi partikel tamu (ibuprofen) ke partikel pembawa (MCC) melalui gaya van der Waals, elektrostatik, dan ikatan hidrogen—tanpa melibatkan pelarut atau panas. Ketelitian dalam mengendalikan parameter seperti kecepatan, tekanan udara, waktu proses, dan ukuran batch menjadi krusial dalam menjamin keberhasilan pembentukan FP.

Desain Eksperimen dan Refleksi Statistik

Peneliti menerapkan D-optimal design melalui perangkat lunak MODDE untuk menyusun 26 run eksperimental, termasuk 4 run replikasi untuk menilai kesalahan murni. Parameter bebas yang diuji meliputi:

  • Kecepatan (300–1500 rpm)

  • Waktu proses (15–60 menit)

  • Tekanan udara (0–40 psi)

  • Ukuran batch (6–20 g)

Empat CQA utama digunakan sebagai indikator performa sistem:

  1. Kandungan homogen (Content Uniformity/RSD)

  2. Laju disolusi ibuprofen

  3. Ukuran partikel pada rentang X10 (PSA)

  4. Intensitas spektrum FTIR pada pita C=O (1708 cm⁻¹)

Penilaian risiko menunjukkan bahwa keempat parameter proses tersebut berisiko menengah hingga tinggi terhadap CQAs, sehingga layak untuk dioptimalkan.

Temuan Eksperimental dan Interpretasi Konseptual

1. Pengaruh Ukuran Batch terhadap CQAs

Hasil menunjukkan bahwa batch size merupakan faktor paling signifikan dalam mempengaruhi laju disolusi, ukuran partikel, dan intensitas FTIR. Semakin besar batch, semakin cepat disolusi terjadi, semakin kecil ukuran partikel (menandakan kurangnya pelapisan), dan semakin tinggi intensitas FTIR (mengindikasikan lemahnya pembentukan ikatan hidrogen).

Interpretasi teoritis: Ukuran batch yang besar mengurangi efisiensi gaya gesek dalam sistem, menghambat de-aglomerasi partikel tamu dan distribusi yang seragam di atas partikel pembawa. Fenomena ini mendukung premis QbD bahwa pemahaman mekanisme proses sangat vital untuk mencapai atribut kualitas yang diinginkan.

2. Peran Kecepatan dan Interaksinya

Kecepatan (rpm) memiliki dampak negatif terhadap disolusi. Semakin tinggi kecepatannya, laju pelepasan ibuprofen justru menurun—indikator keberhasilan pembentukan FP. Namun, efek ini hanya optimal ketika ukuran batch rendah. Efek kuadratik dari kecepatan menunjukkan pola kurva cembung: peningkatan awal bermanfaat, tetapi setelah titik tertentu, terjadi efek attrition (pengelupasan partikel) akibat tumbukan berlebih.

Refleksi: Ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan non-linearitas dalam model prediktif farmasi dan kekuatan QbD dalam menavigasi hubungan kompleks semacam ini.

3. Validasi Ikatan Melalui FTIR

Penggunaan FTIR menjadi bukti tidak langsung keberhasilan pelapisan melalui deteksi ikatan hidrogen antara gugus karbonil (C=O) ibuprofen dan gugus hidroksil (OH) dari MCC. Intensitas pita 1708 cm⁻¹ menurun pada campuran yang dilapisi kering dibandingkan dengan campuran fisik.

Makna teoritis: Pendekatan ini memperluas konsep CQAs dari sekadar parameter fisik menjadi indikasi interaksi molekuler yang bersifat fungsional.

4. Homogenitas Campuran dan RSD

Variabilitas kandungan ibuprofen (RSD) dipengaruhi oleh berbagai interaksi: antara kecepatan dan batch size, waktu proses, serta tekanan udara. RSD optimal (<2%) tercapai saat kecepatan tinggi (≥800 rpm), batch kecil (≤10 g), dan waktu proses tidak terlalu lama.

Refleksi kritis: Ketepatan dalam mengidentifikasi RSD sebagai indikator keseragaman distribusi partikel aktif memperkuat posisi paper ini dalam menjembatani aspek desain formulasi dan pengendalian proses.

Visualisasi Desain Ruang Operasional (Design Space)

Penelitian ini secara cermat menyajikan peta “sweet spot” parameter proses (speed vs time) yang menghasilkan CQAs optimal: disolusi <85% dalam 60 menit dan RSD <5%. Dengan tekanan udara 40 psi dan batch size 6 g, diperoleh zona operasional dari 850–1500 rpm dan 15–60 menit proses.

Implikasi ilmiah: Ini mencerminkan penerapan prinsip QbD yang sesungguhnya—mengubah ruang kemungkinan menjadi ruang kendali (design space) yang dapat diprediksi dan direplikasi.

Kritik Terhadap Pendekatan Metodologis

1. Kelebihan

  • Penerapan QbD yang utuh dan sistematis

  • Validasi statistik ketat (R² ≥ 0.85 untuk semua respon)

  • Korelasi kuat antara data kuantitatif dan interpretasi molekuler (FTIR)

2. Keterbatasan

  • Rentang parameter tidak mencakup nilai ekstrem, sehingga desain ruang mungkin belum sepenuhnya generalisable.

  • Penggunaan satu model API (ibuprofen) membatasi generalisasi hasil ke sistem lain.

  • Penekanan pada peralatan prototipe yang dikembangkan internal, membuat replikasi eksternal menantang.

Usulan: Studi lanjutan dapat mencakup uji validasi pada batch produksi skala pilot, serta menggunakan bahan aktif dengan polaritas atau sifat kelarutan yang berbeda.

Kontribusi Ilmiah dan Potensi Aplikasi

Artikel ini memberikan kontribusi penting terhadap ilmu formulasi farmasi dengan:

  • Mendemonstrasikan efektivitas QbD sebagai pendekatan holistik dalam pengembangan proses.

  • Menunjukkan bahwa indikator non-tradisional seperti spektrum FTIR dapat menjadi metrik kualitas yang relevan.

  • Menyediakan model regresi prediktif yang mampu diadopsi dalam pengembangan produk sejenis.

Potensi aplikasi mencakup formulasi obat lepas lambat, pengurangan penggunaan pelarut (eco-friendly), dan peningkatan efisiensi produksi berbiaya rendah.

Kesimpulan

Penelitian ini tidak hanya menyajikan optimalisasi parameter, tetapi mengekspresikan filosofi QbD sebagai pendekatan epistemologis dalam pengembangan farmasi modern. Dengan memahami hubungan antara variabel proses dan atribut kualitas secara konseptual dan statistik, kita tidak hanya mengoptimalkan sistem, tetapi juga memperluas batas pengetahuan farmasi yang berbasis data dan kendali mutu.

📎 DOI Resmi Paper:
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0206651

Jika Anda ingin versi Word atau PDF dari resensi ini, saya bisa bantu menyusunnya.

Selengkapnya
Optimalisasi Proses Berbasis Quality by Design (QbD) dalam Pengembangan Partikel Fungsional dengan Teknik Pelapisan Kering: Pendekatan Konseptual dan Reflektif
« First Previous page 51 of 1.167 Next Last »