Manajemen Pemasok

Dampak Supplier Relationship Management (SRM) terhadap Efisiensi Operasional: Studi Kasus Seahorse Oil Company

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri minyak, efisiensi operasional sangat bergantung pada efektivitas rantai pasokan. Supplier Relationship Management (SRM) menjadi kunci utama dalam meningkatkan ketepatan waktu pengiriman, kualitas produk, serta transparansi dalam hubungan bisnis. Studi ini meneliti implementasi SRM di Seahorse Oil Company Limited dan bagaimana dampaknya terhadap efisiensi operasional perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan analitis, dengan data yang dikumpulkan dari 60 responden yang bekerja di berbagai departemen di Seahorse Oil Company. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner tertutup, kemudian dianalisis menggunakan metode statistik untuk menilai hubungan antara SRM dan efisiensi operasional.

Temuan Utama

1. Implementasi Supplier Relationship Management di Seahorse Oil Company

  • Seahorse Oil memiliki kebijakan manajemen pemasok, dengan fokus pada kerja sama jangka panjang.
  • Pemasok terlibat dalam keputusan strategis perusahaan, seperti perencanaan produksi dan manajemen risiko.
  • Sistem jaminan kualitas diterapkan pada pemasok, untuk memastikan produk sesuai standar industri.
  • Dukungan finansial diberikan kepada pemasok, membantu mereka meningkatkan kapasitas produksi dan stabilitas bisnis.

2. Dampak SRM terhadap Efisiensi Operasional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SRM memiliki dampak positif terhadap efisiensi operasional, dengan beberapa indikator utama:

  • Kolaborasi dengan pemasok meningkatkan daya saing perusahaan, memungkinkan pengurangan waktu siklus produksi sebesar 25%.
  • Hubungan baik dengan pemasok meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan operasional, meminimalkan gangguan dalam rantai pasokan.
  • Kualitas barang yang dibeli meningkat, dengan tingkat kepatuhan terhadap spesifikasi produk naik hingga 30%.
  • Pengurangan risiko dan biaya manajemen bersama sebesar 20%, berkat koordinasi yang lebih baik dengan pemasok.

3. Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun SRM memberikan manfaat yang signifikan, terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya di Seahorse Oil Company:

  • Perbedaan budaya organisasi antara perusahaan dan pemasok memperlambat proses integrasi.
  • Informasi bisnis rahasia rentan bocor melalui hubungan dengan pemasok, menimbulkan risiko keamanan data.
  • Kurangnya komitmen dari pemasok tertentu menghambat keberlanjutan hubungan bisnis.
  • Tingkat kepercayaan yang rendah antara pemasok dan perusahaan dapat menghambat efektivitas kerja sama jangka panjang.

Analisis dan Implikasi

Temuan ini menunjukkan bahwa SRM tidak hanya memengaruhi efisiensi operasional, tetapi juga daya saing perusahaan di industri minyak. Beberapa implikasi utama dari studi ini meliputi:

  • Perusahaan dengan SRM yang kuat memiliki rantai pasokan yang lebih stabil dan efisien dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan SRM secara strategis.
  • Investasi dalam SRM dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan, yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan dan pertumbuhan bisnis.
  • Tantangan dalam implementasi SRM dapat diatasi dengan strategi yang lebih terstruktur, termasuk pelatihan pemasok dan peningkatan transparansi dalam komunikasi.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Efisiensi SRM

  1. Meningkatkan Keterlibatan Pemasok dalam Pengambilan Keputusan
    • Membangun mekanisme kolaborasi lebih baik untuk memastikan pemasok memahami kebutuhan perusahaan.
  2. Mengoptimalkan Sistem Evaluasi Pemasok
    • Menggunakan data berbasis kinerja untuk mengidentifikasi pemasok yang dapat diandalkan.
  3. Memperkuat Transparansi dan Keamanan Informasi
    • Menerapkan teknologi blockchain atau sistem digital lainnya untuk mengamankan data bisnis.
  4. Membangun Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok
    • Memberikan insentif bagi pemasok yang memenuhi standar tinggi, guna meningkatkan kepercayaan dan stabilitas pasokan.
  5. Memanfaatkan Teknologi Digital dalam SRM
    • Menggunakan platform digital untuk komunikasi dan pemantauan kinerja pemasok secara real-time.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi operasional di Seahorse Oil Company. Dengan strategi SRM yang lebih terstruktur, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasokan, meningkatkan daya saing, dan meminimalkan risiko operasional. Implementasi SRM yang lebih baik akan menjadi faktor penentu keberlanjutan bisnis di industri minyak.

Sumber : Lord Emmanuel Yamoah, Isaac Yornu, & Eric Boafo Dadzie (2022). The Effect of Supplier Relationship Management on the Operational Efficiency of an Organization: A Case Study of Seahorse Oil Company Limited. African Journal of Procurement, Logistics & Supply Chain Management, Vol. 4, Issue 2, pp. 46-61.

Selengkapnya
Dampak Supplier Relationship Management (SRM) terhadap Efisiensi Operasional: Studi Kasus Seahorse Oil Company

Manajemen Pemasok

Dampak Supplier Relationship Management (SRM) terhadap Kinerja Industri Plastik di Harare

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) adalah elemen penting dalam rantai pasokan yang memungkinkan organisasi berkolaborasi secara efektif dengan pemasok untuk meningkatkan efisiensi operasional. Studi ini menganalisis dampak SRM terhadap kinerja organisasi di industri plastik di Harare dengan melihat manfaat, tantangan, serta strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan hubungan dengan pemasok.

Industri plastik di Zimbabwe menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya akses ke mata uang asing, ketidakstabilan ekonomi, serta keterbatasan dalam rantai pasokan bahan baku. Oleh karena itu, implementasi SRM yang efektif dapat menjadi solusi utama untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi operasional perusahaan plastik di Harare.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretivisme dengan metode kuesioner terbuka dan wawancara telepon. Sebanyak 20 peserta dari perusahaan plastik di Harare dipilih melalui teknik purposive sampling, dengan data yang dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif.

Temuan Utama

1. Manfaat Supplier Relationship Management dalam Industri Plastik

Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan SRM mengalami beberapa keuntungan utama:

  • Berbagi Informasi
    • Perusahaan yang membangun komunikasi terbuka dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi operasional sebesar 30%.
    • Informasi yang dibagikan mencakup perkiraan permintaan pasar, spesifikasi produk, serta tren harga bahan baku.
  • Keterlibatan Pemasok dalam Pengembangan Produk Baru
    • Pemasok yang terlibat sejak tahap awal pengembangan produk mampu menurunkan tingkat cacat produk hingga 25%.
    • Perusahaan yang melibatkan pemasok dalam inovasi produk melaporkan waktu peluncuran produk lebih cepat hingga 40%.
  • Segmentasi Pemasok
    • Perusahaan yang menerapkan strategi klasifikasi pemasok berdasarkan tingkat kepentingan mengalami peningkatan produktivitas sebesar 20%.
    • Segmen pemasok utama meliputi pemasok bahan baku, pemasok komponen pendukung, serta penyedia layanan logistik.
  • Program Pengembangan Pemasok
    • Investasi dalam pelatihan pemasok dan sertifikasi kualitas meningkatkan standar produksi dan kepatuhan terhadap regulasi.
    • 75% perusahaan yang menerapkan program pengembangan pemasok mengalami peningkatan kualitas produk akhir.
  • Pengurangan Risiko dan Biaya Operasional
    • SRM memungkinkan penerapan strategi Just-in-Time (JIT), yang menurunkan biaya inventaris hingga 35%.
    • Perusahaan yang menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok mengalami pengurangan risiko keterlambatan bahan baku sebesar 28%.

2. Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun memberikan manfaat signifikan, implementasi SRM di industri plastik Harare juga menghadapi beberapa tantangan:

  • Ketidakmampuan Memenuhi Kewajiban Finansial terhadap Pemasok
    • 60% perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar pemasok tepat waktu, menyebabkan pemasok menangguhkan pengiriman bahan baku.
    • Kurangnya mata uang asing memaksa pemasok untuk meminta pembayaran di muka, mengurangi fleksibilitas keuangan perusahaan.
  • Kurangnya Transparansi dan Kepercayaan dalam Hubungan dengan Pemasok
    • Beberapa pemasok menahan informasi penting terkait harga dan pasokan bahan baku, yang berdampak negatif pada perencanaan produksi perusahaan.
    • 50% perusahaan melaporkan bahwa pemasok kadang-kadang menaikkan harga secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  • Perbedaan Budaya dan Sistem Manajemen
    • Pemasok yang berbasis di luar negeri sering kali memiliki standar operasional yang berbeda, menyebabkan miskomunikasi dalam spesifikasi produk.
    • 30% perusahaan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan praktik bisnis dengan pemasok internasional.

3. Strategi Optimal dalam Supplier Relationship Management

Agar SRM dapat berjalan lebih efektif, perusahaan di industri plastik di Harare menerapkan beberapa strategi utama:

  1. Membangun Komunikasi yang Lebih Terbuka dan Terstruktur
    • Menggunakan platform digital untuk berbagi informasi secara real-time dengan pemasok.
    • Menerapkan kontrak jangka panjang dengan klausul transparansi harga dan pasokan.
  2. Mengintegrasikan Sistem Manajemen Pemasok dengan Teknologi Digital
    • Menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memantau kinerja pemasok.
    • Mengadopsi Supplier Portals guna mempermudah pertukaran informasi dan evaluasi kinerja pemasok.
  3. Mengembangkan Program Insentif untuk Pemasok Berkinerja Tinggi
    • Memberikan bonus atau kontrak eksklusif kepada pemasok yang memenuhi standar kualitas dan ketepatan waktu.
    • Menawarkan dukungan keuangan atau teknis bagi pemasok lokal agar mereka dapat memenuhi standar internasional.
  4. Menerapkan Sistem Evaluasi dan Sertifikasi Pemasok
    • Memastikan bahwa semua pemasok memiliki sertifikasi ISO 9001 atau standar industri lainnya.
    • Menggunakan penilaian berkala berbasis Key Performance Indicators (KPIs) untuk menentukan kelayakan pemasok.
  5. Menjalin Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
    • Berinvestasi dalam hubungan jangka panjang dengan pemasok yang memiliki kapabilitas produksi yang stabil dan fleksibel.
    • Menghindari terlalu sering mengganti pemasok untuk menjaga stabilitas operasional dan kualitas produk.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi operasional dan daya saing industri plastik di Harare. Berbagi informasi, segmentasi pemasok, dan pengembangan pemasok merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan kinerja organisasi.

Namun, tantangan seperti ketidakmampuan memenuhi kewajiban finansial, kurangnya transparansi, dan perbedaan budaya bisnis dengan pemasok internasional masih menjadi hambatan dalam implementasi SRM yang optimal.

Untuk meningkatkan efektivitas SRM, perusahaan harus mengadopsi teknologi digital, membangun komunikasi lebih terbuka, serta menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis. Dengan pendekatan ini, industri plastik di Harare dapat meningkatkan daya saing mereka dan mengurangi risiko operasional yang berkaitan dengan manajemen pemasok.

Sumber : Denhere, E. T., & Choga, F. (2022). Effect of Supplier Relationship Management on Organizational Performance: A Case Study of the Plastic Manufacturing Industry in Harare Between 2015-2019. Open Journal for Information Technology, 5(1), 17-32.

Selengkapnya
Dampak Supplier Relationship Management (SRM) terhadap Kinerja Industri Plastik di Harare

Manajemen Pemasok

Strategi Optimal dalam Supplier Relationship Management (SRM) di Industri Minyak dan Gas UAE: Studi Kasus ADNOC

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan

Industri minyak dan gas di Uni Emirat Arab (UAE) memiliki rantai pasokan kompleks yang membutuhkan manajemen pemasok yang efektif. Procurement bukan hanya proses pembelian tetapi juga strategi bisnis yang berdampak pada efisiensi operasional dan keberlanjutan rantai pasokan.

Penelitian ini mengeksplorasi strategi untuk meningkatkan hubungan pemasok dalam sektor minyak dan gas UAE, dengan fokus pada Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC). Studi ini mengevaluasi praktik SRM, faktor yang mempengaruhi hubungan pemasok, serta model strategi terbaik yang dapat diterapkan.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode literature review, survei online, dan analisis data menggunakan SPSS. Sebanyak 312 responden dari berbagai unit ADNOC berpartisipasi dalam survei untuk mengevaluasi strategi procurement dan hubungan pemasok yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Dominasi Pemasok dalam Hubungan Bisnis ADNOC

  • ADNOC mengadopsi dua jenis hubungan pemasok utama:
    • Supplier Dominance untuk barang konsumsi dan peralatan minor.
    • Buyer Dominance untuk peralatan utama dengan spesifikasi tinggi.
  • Tidak ada strategi pemasok yang sepenuhnya efektif untuk pengadaan peralatan utama, menunjukkan perlunya model SRM yang lebih strategis.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Pemasok di ADNOC

  • Pengalaman karyawan berpengaruh signifikan terhadap klasifikasi pembelian dan strategi SRM.
  • Faktor eksternal seperti volatilitas harga minyak dan regulasi pemerintah berdampak langsung pada hubungan pemasok.
  • Kurangnya digitalisasi dalam manajemen pemasok, menyebabkan proses evaluasi yang panjang dan birokratis.

3. Strategi SRM yang Efektif dalam Industri Minyak dan Gas

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan SRM di ADNOC:

  • Penerapan Kraljic Portfolio Model (KPM) untuk mengklasifikasikan pemasok berdasarkan dampaknya pada operasi perusahaan.
  • Peningkatan transparansi dalam kontrak pemasok guna menghindari ketergantungan berlebihan pada pemasok tertentu.
  • Digitalisasi sistem procurement untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi birokrasi dalam manajemen pemasok.
  • Pelatihan dan pengembangan pemasok, memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas ADNOC.

4. Dampak Implementasi SRM terhadap Efisiensi ADNOC

  • Penerapan SRM yang lebih strategis memungkinkan efisiensi biaya hingga 20%.
  • Pengurangan waktu pemrosesan procurement hingga 30% dengan digitalisasi dan integrasi sistem pemasok.
  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis meningkatkan keandalan pasokan dan kualitas barang.

Analisis dan Implikasi

Studi ini menegaskan bahwa manajemen hubungan pemasok yang efektif bukan hanya berdampak pada efisiensi procurement, tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan minyak dan gas di UAE harus beradaptasi dengan model SRM yang lebih fleksibel dan berbasis teknologi untuk menghadapi tantangan rantai pasokan global.

Beberapa implikasi utama dari penelitian ini meliputi:

  • Perusahaan yang mengadopsi strategi SRM berbasis data lebih mampu mengelola risiko pemasok dan fluktuasi pasar.
  • Digitalisasi dalam procurement dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi birokrasi dalam hubungan pemasok.
  • Model Supplier Dominance dan Buyer Dominance perlu diadaptasi sesuai dengan jenis barang dan tingkat risiko pengadaan.

Rekomendasi untuk Optimalisasi SRM di ADNOC

  1. Mengembangkan Model Evaluasi Pemasok yang Lebih Fleksibel
    • Menggunakan metode Key Performance Indicators (KPIs) untuk menilai pemasok berdasarkan kualitas, ketepatan waktu, dan kepatuhan terhadap standar ADNOC.
  2. Meningkatkan Digitalisasi dalam Manajemen Pemasok
    • Mengimplementasikan Supplier Portals dan integrasi dengan ERP untuk meningkatkan transparansi dan akurasi data pemasok.
  3. Memperkuat Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
    • Menggunakan kontrak jangka panjang dengan insentif bagi pemasok yang menunjukkan kinerja tinggi dan inovasi dalam produksi.
  4. Menerapkan Strategi Diversifikasi Pemasok
    • Mengurangi ketergantungan pada satu pemasok utama untuk barang-barang kritis guna menghindari gangguan pasokan.
  5. Meningkatkan Kolaborasi antara ADNOC dan Pemasok
    • Melibatkan pemasok sejak tahap perencanaan untuk memastikan kesesuaian produk dengan kebutuhan ADNOC.

Kesimpulan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran krusial dalam efisiensi rantai pasokan di sektor minyak dan gas UAE. Studi ini membuktikan bahwa implementasi SRM yang lebih strategis dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya procurement, dan memperkuat daya saing perusahaan.

Dengan menerapkan strategi SRM berbasis teknologi dan data, ADNOC dapat mengoptimalkan hubungan pemasok, meningkatkan efisiensi pengadaan, serta meminimalkan risiko dalam rantai pasokan.

Sumber Asli:
Ali Hassan Alhammadi (2019). Strategies for Enhancing Supplier Relationships in UAE Oil and Gas Sector. PhD Thesis.

 

Selengkapnya
Strategi Optimal dalam Supplier Relationship Management (SRM) di Industri Minyak dan Gas UAE: Studi Kasus ADNOC

Manajemen Pemasok

Meningkatkan Kualitas dengan Supplier Relationship Management (SRM): Studi Kasus Intelbras

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri elektronik yang kompetitif, kualitas, kinerja pengiriman, dan responsivitas pemasok menjadi faktor krusial bagi keberhasilan bisnis. Intelbras, produsen elektronik asal Brasil, menghadapi tantangan dalam menjaga standar kualitas produk mereka, terutama karena sebagian besar produksinya dialihdayakan ke pemasok eksternal.

Penelitian ini mengeksplorasi Supplier Relationship Management (SRM) di Intelbras, termasuk segmentasi pemasok, perjanjian kualitas, dan strategi kolaborasi antara pembeli dan pemasok. Fokus utama adalah bagaimana Intelbras meningkatkan kontrol kualitas dan menurunkan total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership/TCO) melalui strategi SRM.

Metodologi Penelitian

Studi ini dilakukan melalui pendekatan empiris di Intelbras, São José, Brasil, dengan data yang dikumpulkan dari berbagai departemen pengadaan dan kualitas pemasok. Pendekatan ini dikombinasikan dengan analisis teori rantai pasokan dan manajemen pemasok untuk memberikan rekomendasi peningkatan SRM.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok: Strategi Intelbras dalam SRM

Intelbras mengadopsi dua segmentasi utama pemasok:

  • Pemasok komoditas: Pemasok produk standar yang tidak memiliki dampak signifikan pada kualitas akhir.
  • Pemasok barang kritis: Pemasok produk yang memiliki dampak langsung pada kualitas dan membutuhkan kontrol lebih ketat.

Intelbras sebelumnya menerapkan strategi pemilihan pemasok berbasis harga, tetapi belakangan mengadopsi pendekatan berbasis Total Cost of Ownership (TCO), yang mempertimbangkan biaya tersembunyi seperti pengelolaan kualitas, pengiriman, dan stabilitas rantai pasokan.

2. Implementasi Perjanjian Kualitas (Quality Agreement)

  • 100 dari 3000 item produk diidentifikasi sebagai barang kritis, yang membutuhkan perjanjian kualitas dengan pemasok.
  • 35 pemasok utama masuk dalam program ini, dengan persyaratan seperti pengujian kualitas yang lebih ketat, pembagian data kinerja pemasok, dan prosedur inspeksi yang diperkuat.
  • Pengurangan tingkat kecacatan produk hingga 25% dengan penerapan perjanjian ini.

3. Evaluasi dan Pengembangan Pemasok

  • Intelbras menerapkan evaluasi pemasok dua kali setahun berdasarkan kualitas, ketepatan waktu, dan kepatuhan standar ISO 9001.
  • Audit pemasok dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar produksi dan pengiriman.
  • Pemanfaatan diagram Ishikawa dan metode 8D Problem Solving dalam menangani masalah kualitas pemasok.

4. Dampak SRM terhadap Efisiensi Operasional

Implementasi SRM di Intelbras telah menghasilkan peningkatan signifikan dalam berbagai aspek operasional, antara lain:

  • Peningkatan akurasi pengiriman pemasok hingga 30%, mengurangi risiko keterlambatan produksi.
  • Penurunan biaya produksi sebesar 20% melalui pengurangan cacat produk dan optimasi proses inspeksi.
  • Peningkatan daya saing produk dengan memastikan kualitas yang lebih baik dan stabilitas pasokan yang lebih tinggi.

Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun SRM memberikan banyak manfaat, Intelbras menghadapi beberapa tantangan utama:

  • Kesulitan dalam mengubah budaya pemasok untuk beradaptasi dengan standar kualitas yang lebih ketat.
  • Kurangnya transparansi dalam berbagi informasi, terutama dalam sistem pemasok yang kurang terdigitalisasi.
  • Fluktuasi harga bahan baku yang memengaruhi stabilitas kontrak jangka panjang dengan pemasok.

Rekomendasi untuk Optimalisasi SRM

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa rekomendasi dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas SRM di Intelbras:

  1. Menggunakan Teknologi Digital untuk Manajemen Pemasok
    • Implementasi Supplier Portals untuk berbagi informasi dan evaluasi kinerja pemasok secara real-time.
  2. Meningkatkan Program Pengembangan Pemasok
    • Menyediakan pelatihan rutin dan dukungan teknis bagi pemasok untuk memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas.
  3. Menerapkan Model Insentif bagi Pemasok Berkinerja Tinggi
    • Memberikan bonus atau kontrak eksklusif bagi pemasok yang memenuhi standar kualitas dan pengiriman.
  4. Meningkatkan Transparansi dan Kolaborasi dengan Pemasok
    • Mengembangkan strategi komunikasi yang lebih terbuka untuk meningkatkan kepercayaan dan koordinasi rantai pasokan.

Kesimpulan

Supplier Relationship Management (SRM) di Intelbras telah terbukti meningkatkan kualitas produk, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Segmentasi pemasok dan perjanjian kualitas memainkan peran penting dalam memastikan stabilitas dan kepatuhan pemasok terhadap standar yang lebih tinggi.

Namun, untuk memaksimalkan manfaat SRM, Intelbras perlu mengoptimalkan teknologi digital, meningkatkan transparansi, serta memperkuat hubungan jangka panjang dengan pemasok utama. Dengan strategi yang tepat, Intelbras dapat lebih kompetitif dalam industri elektronik global.

Sumber Asli:
Fredrik Stålbrand (2013). Supplier Relationship Management in Intelbras: Improving Quality through Buyer-Supplier Cooperation. University of Borås, School of Engineering.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Kualitas dengan Supplier Relationship Management (SRM): Studi Kasus Intelbras

Kebijakan Infrastruktur Air

Investasi Hijau Dorong Tata Kelola Air Berkelanjutan di Eropa

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan: Transisi Hijau Pasca Pandemi

Pandemi COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan, tetapi juga momentum untuk reformasi struktural sektor air di Uni Eropa. Melalui skema Recovery and Resilience Facility (RRF) senilai €648 miliar, UE menyelaraskan pemulihan ekonomi dengan agenda transisi hijau, termasuk penguatan manajemen air berkelanjutan yang mendukung SDG 6 dan mitigasi perubahan iklim. Dokumen yang diterbitkan oleh European Parliamentary Research Service (2024) ini membahas bagaimana 15 negara anggota UE mengalokasikan dana pemulihan mereka untuk reformasi dan investasi air senilai lebih dari €12,9 miliar.

Latar Belakang: Tantangan Ketimpangan Akses dan Krisis Iklim

Walaupun sebagian besar penduduk UE memiliki akses air bersih, laporan mencatat masih ada ketimpangan regional dan musiman, serta 61 kasus pelanggaran lingkungan aktif terkait air di seluruh Eropa pada Juli 2024. Krisis iklim memperparah tekanan air, dengan kekeringan bahkan terjadi di wilayah lembab seperti Jerman dan Belgia. Indeks Eksploitasi Air (WEI+) menunjukkan stress parah di Siprus (113%) dan Malta (29,6%), di mana nilai di atas 40% mengindikasikan kelangkaan serius.

Struktur Dana: Dari Reformasi hingga Proyek Infrastruktur

Dana pemulihan terbagi ke dalam beberapa kategori intervensi:

  • 72,3% untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya air (termasuk dam dan cadangan air strategis)
  • 19,6% untuk air minum sesuai efisiensi energi
  • 8,1% untuk pengumpulan dan pengolahan air limbah efisien energi

Setiap negara wajib mengikuti prinsip Do No Significant Harm (DNSH) dan menyertakan reformasi yang berkontribusi pada 37% pengurangan emisi karbon, serta mematuhi standar kualitas air dan konservasi laut.

Studi Kasus 1: Italia dan Jaringan Distribusi Air

Italia mengalokasikan €1,924 miliar untuk memperbaiki kebocoran air, terutama di selatan di mana kerugian air melebihi 50%. Proyek mencakup digitalisasi sistem, kontrol cerdas, dan pembangunan 45.000 km jaringan air baru. Reformasi pendukung mencakup konsolidasi operator air menjadi satu entitas per wilayah guna efisiensi investasi.

Studi Kasus 2: Yunani dan Akses Air Minum

Yunani menjalankan proyek €200 juta untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan air, termasuk pembangunan tiga pabrik desalinasi, telemetri jaringan air, dan pengadaan 10.000 meter air digital. Targetnya adalah menghemat air di 45.000 rumah dan 10.000 bisnis pada akhir 2025.

Studi Kasus 3: Portugal dan Efisiensi di Pulau

Portugal menyasar pulau Madeira dan Porto Santo dengan proyek €82 juta untuk membangun dan memodernisasi jaringan irigasi, membuat 53 km pipa, serta menambah 4 hm³ cadangan air. Proyek ini bertujuan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim dan meningkatkan efisiensi distribusi.

Studi Kasus 4: Slovenia dan Air Limbah Ramah Iklim

Slovenia membiayai 25 proyek pengolahan air limbah kota berenergi nol dan efisiensi tinggi, senilai €54 juta, khusus untuk wilayah Natura 2000 dan area perlindungan air. Semua proyek harus selesai pada Juni 2026 dan menghasilkan sistem yang sesuai dengan Urban Waste Water Treatment Directive.

Progres Pelaksanaan: Revisi dan Tantangan Lapangan

Hingga Juli 2024, hanya 17% target dan milestone proyek air yang tercapai, dengan reformasi mencapai 41%, sementara investasi baru 11%. Hal ini disebabkan banyak proyek infrastruktur masih dalam tahap desain atau tender.

  • Spanyol dan Italia mendominasi alokasi, menyumbang €10,3 miliar (79,5%)
  • Negara seperti Hungaria dan Bulgaria menurunkan alokasi air akibat inflasi tinggi
  • Hanya Finlandia dan Irlandia yang tidak mengubah rencana awal
  • Rata-rata alokasi air dari NRRP: 2%, tertinggi di Kroasia (3,8%)

Dampak Reformasi: Hasil Nyata di Beberapa Negara

  • Polandia mengadopsi peraturan baru untuk kontrol air limbah pedesaan dan penguatan air pertanian
  • Slovakia menuntaskan reformasi legislasi air, membuka jalan untuk revitalisasi sungai dan proteksi banjir
  • Ceko melampaui rata-rata dengan menyelesaikan 55% investasi, termasuk 900 proyek pengendalian banjir

Analisis Tambahan: Peluang untuk Indonesia dan Global South

Pendekatan yang berbasis pada reformasi dan investasi simultan seperti UE dapat menjadi inspirasi untuk negara berkembang. Indonesia bisa meniru:

  • Penggabungan operator air untuk efisiensi investasi
  • Skema desentralisasi air minum dan sanitasi berbasis komunitas
  • Digitalisasi sistem distribusi untuk mengatasi kebocoran yang mencapai 30–40% di beberapa kota

Namun, keberhasilan Eropa juga bergantung pada dukungan regulasi kuat, tata kelola transparan, dan evaluasi berkala, yang masih menjadi tantangan di banyak negara Global South.

Kesimpulan: Air sebagai Prioritas Strategis Pemulihan Hijau

Laporan ini menunjukkan bahwa air bukan sekadar isu lingkungan, melainkan infrastruktur dasar pemulihan ekonomi dan sosial. Pendekatan UE membuktikan bahwa pengelolaan air yang efisien, adil, dan tahan iklim bisa dicapai melalui kombinasi investasi hijau, reformasi kelembagaan, dan dukungan kebijakan fiskal.

Tantangan terbesar ke depan adalah menjamin eksekusi proyek tepat waktu sebelum tenggat Agustus 2026, serta menutup kesenjangan investasi air yang kini mencapai €25,6 miliar per tahun.

Sumber : D'Alfonso, A. (2024). Sustainable water management in recovery and resilience plans. European Parliamentary Research Service. PE 762.375 – July 2024.

Selengkapnya
Investasi Hijau Dorong Tata Kelola Air Berkelanjutan di Eropa

Manajemen Pemasok

Strategi Pembelian untuk Optimalisasi Pengadaan Tidak Langsung: Studi Kasus Perusahaan di Italia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, efisiensi dalam proses pembelian menjadi faktor penting dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas. Pembelian tidak langsung (indirect purchasing)—yang mencakup pengadaan barang dan jasa yang tidak langsung terkait dengan produksi—sering kali diabaikan, padahal dapat menyumbang hingga 60% dari total pengeluaran perusahaan.

Studi ini, yang dilakukan oleh Donald Ulrich Guimfack (2019) di Università Politecnica delle Marche, Italia, menganalisis bagaimana strategi pembelian dapat mengoptimalkan pembelian tidak langsung melalui pengurangan basis pemasok, pengelolaan hubungan pemasok, dan komunikasi organisasi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berbasis survei terhadap 30 profesional dari 40 perusahaan manufaktur di wilayah Marche, Italia. Analisis dilakukan dengan regresi berganda untuk mengevaluasi dampak strategi pembelian terhadap peningkatan efisiensi pembelian tidak langsung.

Temuan Utama

1. Pengurangan Basis Pemasok Meningkatkan Efisiensi Pengadaan

  • Pengurangan jumlah pemasok meningkatkan efisiensi operasional dengan koefisien jalur sebesar 0,46, menunjukkan dampak positif terhadap pembelian tidak langsung.
  • Perusahaan yang mengurangi jumlah pemasok mengalami pengurangan biaya logistik dan peningkatan keandalan pasokan.
  • 40% responden setuju bahwa pengurangan basis pemasok membantu meningkatkan efisiensi operasional mereka.

2. Pengelolaan Hubungan Pemasok Meningkatkan Keandalan Pasokan

  • Hubungan yang kuat dengan pemasok meningkatkan stabilitas pasokan, dengan koefisien jalur sebesar 0,50.
  • 44% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan strategi hubungan pemasok untuk meningkatkan efisiensi pengadaan.
  • Strategi ini mencakup penilaian kinerja pemasok secara berkala dan kerja sama dalam inovasi produk.

3. Komunikasi Organisasi sebagai Faktor Kunci dalam Efisiensi Pembelian

  • Komunikasi yang baik dalam perusahaan berdampak positif terhadap pembelian tidak langsung, dengan koefisien jalur tertinggi sebesar 0,51.
  • 48% responden mengakui bahwa komunikasi yang efektif meningkatkan koordinasi antara tim pembelian dan pemasok.
  • Digitalisasi komunikasi melalui platform ERP dan sistem manajemen pemasok meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam proses pembelian.

Analisis dan Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelian yang terencana dapat meningkatkan efisiensi pembelian tidak langsung dan mengurangi biaya operasional.

Beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk mengoptimalkan pembelian tidak langsung:

  1. Mengurangi Jumlah Pemasok yang Tidak Efisien
    • Fokus pada pemasok berkinerja tinggi untuk meningkatkan keandalan dan fleksibilitas rantai pasokan.
  2. Membangun Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
    • Menjalin kontrak jangka panjang berbasis kinerja untuk memastikan stabilitas harga dan pasokan.
  3. Menggunakan Teknologi Digital dalam Proses Pengadaan
    • Implementasi ERP dan sistem manajemen pemasok untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
  4. Meningkatkan Komunikasi Internal dan Eksternal
    • Menerapkan forum diskusi dan pertemuan berkala dengan pemasok untuk membangun hubungan yang lebih baik.

Kesimpulan

Strategi pembelian yang efektif memainkan peran kunci dalam optimalisasi pengadaan tidak langsung. Pengurangan basis pemasok, pengelolaan hubungan pemasok, dan komunikasi organisasi yang baik dapat meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas perusahaan.

Dengan mengadopsi strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi biaya pengadaan, meningkatkan stabilitas pasokan, dan membangun hubungan bisnis jangka panjang yang lebih produktif.

Sumber : Donald Ulrich Guimfack (2019). The Impact of Strategic Purchasing on Indirect Purchasing Improvement. Università Politecnica delle Marche.

Selengkapnya
Strategi Pembelian untuk Optimalisasi Pengadaan Tidak Langsung: Studi Kasus Perusahaan di Italia
« First Previous page 49 of 1.113 Next Last »