Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategi Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok: Analisis Tinjauan Sistematis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis dan industri yang semakin kompleks, manajemen rantai pasok (SCM) yang mengadopsi prinsip Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) menjadi sangat penting. Paper ini membahas bagaimana penerapan keempat prinsip tersebut dalam bidang teknik, bisnis, dan manajemen dapat meningkatkan daya saing serta keberlanjutan operasional perusahaan. Studi ini dilakukan melalui tinjauan sistematis terhadap 32 publikasi yang membahas penerapan LARG dalam berbagai industri.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan PRISMA untuk mengumpulkan data dari database Scopus dan Google Scholar dengan kriteria tertentu, seperti rentang waktu 2000-2023, artikel yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta fokus pada industri teknik, bisnis, dan manajemen. Dari 65 artikel yang ditemukan, setelah melalui berbagai tahap seleksi, tersisa 32 artikel yang dianalisis secara mendalam.

Temuan Utama

  1. Distribusi Geografis
    Studi menunjukkan bahwa Portugal menjadi negara dengan jumlah publikasi tertinggi (8 artikel), disusul oleh India (7 artikel) dan Iran (6 artikel). Hal ini mencerminkan meningkatnya perhatian akademisi di negara-negara tersebut terhadap implementasi LARG dalam SCM.
  2. Tren Publikasi
    Sebagian besar penelitian mengenai LARG dalam SCM baru berkembang pesat setelah tahun 2018, menunjukkan bahwa topik ini masih dalam tahap awal namun memiliki potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
  3. Studi Kasus dan Angka-angka
    a. Industri Otomotif – Studi oleh Cabral et al. (2012) pada rantai pasok Volkswagen Autoeuropa menunjukkan bahwa penerapan prinsip Agile meningkatkan responsivitas pengiriman sebesar 30%. b. Industri Farmasi – Studi oleh Kamali Saraji et al. (2023) menemukan bahwa tantangan terbesar dalam mengadopsi prinsip Green dalam farmasi adalah desain kemasan yang ramah lingkungan. c. Industri Semen – Jamali et al. (2017) menunjukkan bahwa strategi agresif dalam SCM berbasis LARG dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 25%. d. Industri Maritim – Studi oleh Salleh et al. (2020) menemukan bahwa pelabuhan yang menerapkan strategi LARG mengalami peningkatan kinerja operasional sebesar 15% dibandingkan pelabuhan konvensional.
  4. Kendala dan Tantangan
    Beberapa tantangan utama dalam penerapan LARG meliputi kurangnya integrasi teknologi, biaya implementasi yang tinggi, serta kesulitan dalam mengukur dampak dari setiap paradigma secara kuantitatif.
  5. Implikasi bagi Industri
    Implementasi LARG dalam SCM dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Studi juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi Industry 4.0 untuk meningkatkan efektivitas strategi LARG.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa LARG merupakan konsep yang masih berkembang tetapi memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing rantai pasok di berbagai industri. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan model kuantitatif yang lebih presisi dalam mengukur dampak implementasi setiap prinsip LARG. Selain itu, kolaborasi antara akademisi dan praktisi bisnis diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada.

Sumber Artikel: Khanzadi, F., Radfar, R., & Pilevari, N. (2024). A review of lean, agile, resilient, and green (LARG) supply chain management in engineering, business and management areas. Decision Science Letters, 13, 287–306.

 

Selengkapnya
Strategi Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok: Analisis Tinjauan Sistematis

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Analisis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok: Tinjauan Sistematis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis dan industri yang semakin kompleks, manajemen rantai pasok (SCM) yang mengadopsi prinsip Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) menjadi sangat penting. Paper ini membahas bagaimana penerapan keempat prinsip tersebut dalam bidang teknik, bisnis, dan manajemen dapat meningkatkan daya saing serta keberlanjutan operasional perusahaan. Studi ini dilakukan melalui tinjauan sistematis terhadap 32 publikasi yang membahas penerapan LARG dalam berbagai industri.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan PRISMA untuk mengumpulkan data dari database Scopus dan Google Scholar dengan kriteria tertentu, seperti rentang waktu 2000-2023, artikel yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta fokus pada industri teknik, bisnis, dan manajemen. Dari 65 artikel yang ditemukan, setelah melalui berbagai tahap seleksi, tersisa 32 artikel yang dianalisis secara mendalam.

Temuan Utama

  1. Distribusi Geografis
    Studi menunjukkan bahwa Portugal menjadi negara dengan jumlah publikasi tertinggi (8 artikel), disusul oleh India (7 artikel) dan Iran (6 artikel). Hal ini mencerminkan meningkatnya perhatian akademisi di negara-negara tersebut terhadap implementasi LARG dalam SCM.
  2. Tren Publikasi
    Sebagian besar penelitian mengenai LARG dalam SCM baru berkembang pesat setelah tahun 2018, menunjukkan bahwa topik ini masih dalam tahap awal namun memiliki potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
  3. Studi Kasus dan Angka-angka
    a. Industri Otomotif – Studi oleh Cabral et al. (2012) pada rantai pasok Volkswagen Autoeuropa menunjukkan bahwa penerapan prinsip Agile meningkatkan responsivitas pengiriman sebesar 30%. b. Industri Farmasi – Studi oleh Kamali Saraji et al. (2023) menemukan bahwa tantangan terbesar dalam mengadopsi prinsip Green dalam farmasi adalah desain kemasan yang ramah lingkungan. c. Industri Semen – Jamali et al. (2017) menunjukkan bahwa strategi agresif dalam SCM berbasis LARG dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 25%. d. Industri Maritim – Studi oleh Salleh et al. (2020) menemukan bahwa pelabuhan yang menerapkan strategi LARG mengalami peningkatan kinerja operasional sebesar 15% dibandingkan pelabuhan konvensional.
  4. Kendala dan Tantangan
    Beberapa tantangan utama dalam penerapan LARG meliputi kurangnya integrasi teknologi, biaya implementasi yang tinggi, serta kesulitan dalam mengukur dampak dari setiap paradigma secara kuantitatif.
  5. Implikasi bagi Industri
    Implementasi LARG dalam SCM dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Studi juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi Industry 4.0 untuk meningkatkan efektivitas strategi LARG.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa LARG merupakan konsep yang masih berkembang tetapi memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing rantai pasok di berbagai industri. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan model kuantitatif yang lebih presisi dalam mengukur dampak implementasi setiap prinsip LARG. Selain itu, kolaborasi antara akademisi dan praktisi bisnis diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada.

Sumber Artikel: Khanzadi, F., Radfar, R., & Pilevari, N. (2024). A review of lean, agile, resilient, and green (LARG) supply chain management in engineering, business and management areas. Decision Science Letters, 13, 287–306.

 

Selengkapnya
Analisis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok: Tinjauan Sistematis

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Lean, Agility, dan Resilience dalam Rantai Pasok: Studi Kinerja Ritel Makanan di Arab Saudi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Abdullah Mohammed Alharbi, membahas dampak dari supply chain leanness (efisiensi), agility (kelincahan), dan resilience (ketahanan) terhadap kinerja ritel makanan di Arab Saudi. Studi ini mengkaji bagaimana ketiga elemen ini dapat diintegrasikan untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor ritel makanan.

Kerangka Konseptual dan Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan teori kapabilitas dinamis untuk mengembangkan model konseptual. Studi dilakukan melalui metode campuran (mixed-methods):

  • Studi kualitatif: Wawancara dengan 15 pengambil keputusan di sektor ritel makanan.
  • Studi kuantitatif: Survei terhadap 296 responden dari departemen rantai pasok dan logistik.
  • Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Squares (PLS) untuk menguji hubungan antara variabel.

Studi Kasus: Tantangan Rantai Pasok di Sektor Ritel Makanan

  • Pandemi COVID-19 – Menyebabkan gangguan distribusi makanan dan kenaikan harga hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Mengakibatkan penurunan produksi pangan sebesar 42,3%.
  • Ketergantungan ImporArab Saudi mengimpor lebih dari 80% kebutuhan pangannya, membuatnya rentan terhadap gangguan global.

Penelitian ini menunjukkan bahwa agility dan resilience berperan penting dalam menjaga stabilitas rantai pasok di tengah krisis.

Strategi Meningkatkan Efisiensi, Kelincahan, dan Ketahanan Rantai Pasok

1. Lean Supply Chain untuk Efisiensi

  • Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi pemborosan stok.
  • Optimasi transportasi dan distribusi guna menekan biaya operasional.

2. Agile Supply Chain untuk Respons Cepat

  • Penggunaan teknologi AI dalam analisis permintaan pelanggan.
  • Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada satu sumber.

3. Resilient Supply Chain untuk Ketahanan Jangka Panjang

  • Investasi dalam penyimpanan dan distribusi berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi.
  • Strategi multi-sourcing guna memastikan ketersediaan bahan baku.

Temuan Utama dan Implikasi bagi Manajemen Rantai Pasok

  • Leanness dan agility berkontribusi signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya dalam industri ritel makanan.
  • Agility menjadi faktor mediasi utama dalam hubungan antara leanness dan resilience.
  • Resilience memiliki dampak langsung terbesar terhadap kinerja ritel, menunjukkan bahwa kemampuan bertahan dan pulih dari gangguan lebih krusial dibandingkan hanya efisiensi.

Kritik dan Evaluasi

Beberapa keterbatasan dari penelitian ini:

  • Kurangnya eksplorasi mengenai digitalisasi rantai pasok – Peran IoT dan big data belum dianalisis secara mendalam.
  • Fokus hanya pada sektor ritel makanan – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor lain seperti farmasi dan manufaktur.
  • Tidak mempertimbangkan kebijakan pemerintah sebagai faktor eksternal – Kebijakan impor dan tarif dapat memengaruhi efisiensi rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi lean, agility, dan resilience sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor ritel makanan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan stabilitas rantai pasok dalam jangka panjang.

Sumber Artikel:

  • Alharbi, A. M. (2022). Effects of Lean, Agile and Resilient Supply Chain on Retail Performance – The Case of Food Sector in Saudi Arabia. Curtin University.

 

Selengkapnya
Integrasi Lean, Agility, dan Resilience dalam Rantai Pasok: Studi Kinerja Ritel Makanan di Arab Saudi

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Peran Teknologi Digital dalam Meningkatkan Resiliensi dan Kinerja Operasional Rantai Pasok di Sektor Manufaktur Yordania

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Saleh Fahed Alkhatib dan Rahma Asem Momani, membahas hubungan antara resiliensi rantai pasok (SCR) dan kinerja operasional, dengan fokus pada peran teknologi digital dalam sektor manufaktur di Yordania. Studi ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana agility (kelincahan), flexibility (fleksibilitas), dan collaboration (kolaborasi) dalam rantai pasok memengaruhi kinerja operasional, serta bagaimana teknologi digital memperkuat hubungan tersebut.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga dimensi utama dari resiliensi rantai pasok:

  • Supply Chain Agility (SCA) – Kemampuan rantai pasok merespons perubahan pasar dengan cepat.
  • Supply Chain Flexibility (SCF) – Kemampuan rantai pasok untuk menyesuaikan operasi dengan kondisi yang berubah.
  • Supply Chain Collaboration (SCC) – Kolaborasi antara mitra rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis dan menganalisis 372 kuesioner dari 71 perusahaan manufaktur di Yordania.

Studi Kasus: Gangguan Global dan Dampaknya pada Rantai Pasok

Paper ini menyoroti dampak beberapa gangguan besar terhadap rantai pasok manufaktur:

  • Pandemi COVID-19 – Mengganggu produksi dan meningkatkan biaya logistik hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Gangguan Geopolitik di Timur Tengah – Menghambat perdagangan lintas negara dan memperlambat distribusi bahan baku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SCR berkontribusi positif terhadap kinerja operasional, dan penggunaan teknologi digital semakin memperkuat hubungan ini.

Strategi Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Teknologi Digital

1. Supply Chain Agility (SCA) untuk Respons Cepat

  • Penggunaan sistem berbasis AI untuk mempercepat pengambilan keputusan.
  • Automasi gudang dan transportasi untuk meningkatkan kecepatan distribusi.

2. Supply Chain Flexibility (SCF) untuk Adaptasi Cepat

  • Diversifikasi pemasok guna mengurangi risiko keterlambatan pasokan.
  • Penerapan teknologi cloud computing untuk meningkatkan fleksibilitas operasional.

3. Supply Chain Collaboration (SCC) untuk Efisiensi yang Lebih Baik

  • Integrasi sistem informasi antar perusahaan untuk mempercepat pertukaran data.
  • Penggunaan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan rantai pasok.

Metrik Keberhasilan Integrasi Teknologi Digital dalam SCR

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam menilai efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Reduction – Waktu yang dibutuhkan untuk memproses pesanan dan pengiriman.
  • Operational Cost Efficiency – Penurunan biaya operasional setelah implementasi teknologi digital.
  • Customer Satisfaction Index – Tingkat kepuasan pelanggan terhadap keandalan rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan berharga, ada beberapa aspek yang bisa diperbaiki:

  • Minimnya eksplorasi dampak jangka panjang teknologi digital – Studi ini lebih banyak menyoroti efek jangka pendek.
  • Kurangnya analisis sektor non-manufaktur – Studi ini hanya fokus pada industri manufaktur.
  • Belum membahas tantangan adopsi teknologi digital – Perlu eksplorasi lebih lanjut mengenai kendala implementasi digitalisasi.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa resiliensi rantai pasok memiliki dampak signifikan terhadap kinerja operasional, dan teknologi digital memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan ini. Dengan mengadopsi strategi yang berbasis digital, perusahaan manufaktur di Yordania dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan mempercepat pemulihan dari gangguan.

Sumber Artikel:

  • Alkhatib, S. F., & Momani, R. A. (2023). Supply Chain Resilience and Operational Performance: The Role of Digital Technologies in Jordanian Manufacturing Firms. Administrative Sciences, 13(40).

 

Selengkapnya
Peran Teknologi Digital dalam Meningkatkan Resiliensi dan Kinerja Operasional Rantai Pasok di Sektor Manufaktur Yordania

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Menyeimbangkan Lean, Agile, dan Resilience dalam Rantai Pasok untuk Ketahanan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Maryam Lotfi, ManMohan Sodhi, dan Canan Kocabasoglu-Hillmer, membahas bagaimana usaha untuk mencapai resiliensi dapat selaras atau bertentangan dengan praktik lean dan agile dalam rantai pasok. Studi ini penting karena perusahaan sering menghadapi dilema antara efisiensi, fleksibilitas, dan ketahanan.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga elemen utama dalam manajemen rantai pasok:

  • Leanness (Keringkasan) – Fokus pada efisiensi dan pengurangan pemborosan.
  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan merespons cepat terhadap perubahan pasar.
  • Resilience (Ketahanan) – Kapasitas untuk bertahan dan pulih dari gangguan besar.

Penelitian ini menyoroti potensi konflik antara lean dan resilience, di mana strategi lean yang terlalu ekstrem dapat membuat rantai pasok lebih rentan terhadap guncangan eksternal.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menunjukkan pentingnya keseimbangan antara lean, agile, dan resilience:

  • Pandemi COVID-19 – Mengungkap kelemahan rantai pasok yang terlalu lean, menyebabkan keterlambatan pasokan hingga 252% di beberapa sektor.
  • Gempa Jepang 2011 – Menghentikan produksi Toyota global hingga 30%, menunjukkan risiko dari rantai pasok yang terlalu ramping.
  • Krisis Keuangan 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.

Studi ini menemukan bahwa kombinasi lean, agile, dan resilience dapat menciptakan rantai pasok yang lebih seimbang dan tangguh.

Strategi Meningkatkan Integrasi Lean, Agile, dan Resilience

1. Menghindari Lean yang Berlebihan

  • Menjaga buffer stock minimal untuk menghadapi lonjakan permintaan mendadak.
  • Memperkuat hubungan dengan pemasok alternatif guna mengurangi risiko keterlambatan pasokan.

2. Mengadopsi Agility untuk Fleksibilitas

  • Peningkatan sistem digitalisasi untuk mempercepat pengambilan keputusan berbasis data real-time.
  • Diversifikasi jaringan pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

3. Membangun Resilience untuk Stabilitas Jangka Panjang

  • Investasi dalam teknologi pemantauan risiko untuk mengidentifikasi potensi gangguan lebih awal.
  • Strategi dual sourcing guna memastikan ketersediaan bahan baku dari berbagai lokasi.

Metrik Keberhasilan Integrasi Lean, Agile, dan Resilience

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Business Continuity Readiness – Kesiapan perusahaan dalam menghadapi gangguan besar.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun paper ini memberikan wawasan mendalam, terdapat beberapa aspek yang dapat diperbaiki:

  • Kurangnya studi empiris berbasis data kuantitatif – Sebagian besar temuan berasal dari tinjauan literatur.
  • Minimnya eksplorasi teknologi AI dan blockchain – Teknologi ini dapat meningkatkan ketahanan rantai pasok secara signifikan.
  • Fokus utama pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor lain seperti e-commerce dan jasa.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa usaha untuk mencapai resiliensi harus selaras dengan strategi lean dan agile agar tidak menciptakan ketidakseimbangan dalam rantai pasok. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel:

  • Lotfi, M., Sodhi, M., & Kocabasoglu-Hillmer, C. (2024). How Efforts to Achieve Resiliency Fit with Lean and Agile Practices. Cass Business School, London.

 

Selengkapnya
Menyeimbangkan Lean, Agile, dan Resilience dalam Rantai Pasok untuk Ketahanan

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Melalui Agility, Digitalization, dan Localization

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Ramadas Thekkoote, membahas bagaimana agility (kelincahan), digitalization (digitalisasi), dan localization (lokalisasi) berkontribusi terhadap resiliensi rantai pasok. Studi ini menyoroti bahwa pandemi COVID-19 memperlihatkan kelemahan rantai pasok global dan menekankan pentingnya strategi adaptasi yang lebih tangguh.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi resiliensi rantai pasok:

  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan pasar.
  • Digitalization (Digitalisasi) – Penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.
  • Localization (Lokalisasi) – Mengurangi ketergantungan pada pemasok global dengan memperkuat ekosistem rantai pasok lokal.

Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor tersebut dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menguji ketahanan rantai pasok:

  • Pandemi COVID-19 – Mengganggu rantai pasok global, menyebabkan keterlambatan produksi dan peningkatan biaya logistik hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Mengakibatkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Gangguan Pasokan China-Korea – Hyundai terpaksa menghentikan produksi akibat kesulitan memperoleh suku cadang dari pemasok di Tiongkok.

Perusahaan yang mengadopsi strategi agility, digitalization, dan localization mampu mengurangi dampak gangguan dan mempercepat pemulihan.

Strategi Meningkatkan Agility, Digitalization, dan Localization dalam SCM

1. Agility untuk Respons Cepat

  • Penerapan sistem prediksi permintaan berbasis AI untuk mengoptimalkan perencanaan produksi.
  • Kemitraan strategis dengan pemasok lokal untuk mempercepat respons terhadap perubahan pasar.

2. Digitalization untuk Efisiensi dan Transparansi

  • Implementasi teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran produk.
  • Penggunaan Internet of Things (IoT) guna memantau kondisi logistik secara real-time.

3. Localization untuk Mengurangi Ketergantungan Global

  • Relokasi fasilitas produksi lebih dekat ke pasar utama untuk meningkatkan kecepatan distribusi.
  • Optimalisasi penggunaan sumber daya lokal guna mengurangi ketergantungan pada pemasok asing.

Metrik Keberhasilan Integrasi Agility, Digitalization, dan Localization

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Digital Integration Score – Tingkat adopsi teknologi digital dalam rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Walaupun penelitian ini memberikan wawasan yang kaya, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki:

  • Minimnya studi kasus kuantitatif – Sebagian besar temuan didasarkan pada konsep teoretis.
  • Kurangnya eksplorasi teknologi AI dalam mitigasi risiko – AI dapat memainkan peran lebih besar dalam meningkatkan prediksi dan pengelolaan risiko rantai pasok.
  • Fokus terbatas pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor jasa dan e-commerce.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa strategi agility, digitalization, dan localization berperan penting dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan pendekatan ini, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel: Thekkoote, R. (2022). Agility, Digitalization, and Localization: A Framework for Supply Chain Resilience. KTU.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Melalui Agility, Digitalization, dan Localization
« First Previous page 2 of 5 Next Last »