Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Optimalisasi Rantai Pasok dengan Model Lean dan Agile: Integrasi Strategis untuk Efisiensi dan Fleksibilitas

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang terus berubah, manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) menjadi elemen penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Model Lean dan Agile kini banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam SCM. Paper ini mengkaji pengaruh penerapan model Lean dan Agile dalam rantai pasok serta bagaimana kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiliensi, kecepatan, dan adaptabilitas operasional.

Konsep Lean dan Agile dalam Supply Chain

  1. Lean Supply Chain
    • Berfokus pada pengurangan pemborosan dan peningkatan efisiensi operasional.
    • Menggunakan konsep Just-In-Time (JIT) untuk mengurangi persediaan berlebih.
    • Memastikan pengiriman tepat waktu dengan biaya rendah.
  2. Agile Supply Chain
    • Menyesuaikan produksi dan distribusi dengan permintaan pasar yang cepat berubah.
    • Meningkatkan fleksibilitas dan kecepatan respons terhadap gangguan rantai pasok.
    • Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan koordinasi dan transparansi.
  3. Leagility: Kombinasi Lean & Agile
    • Lean digunakan di bagian hulu rantai pasok untuk mengurangi pemborosan.
    • Agile diterapkan di bagian hilir untuk fleksibilitas dan adaptasi cepat terhadap permintaan pelanggan.
    • Memungkinkan efisiensi biaya sekaligus ketahanan terhadap perubahan pasar.

Metodologi Penelitian

Paper ini melakukan studi literatur terhadap berbagai penelitian mengenai implementasi Lean dan Agile dalam SCM. Penelitian ini mengidentifikasi studi kasus dari berbagai industri, mengukur keberhasilan implementasi, dan membahas tantangan serta peluang penerapannya.

Studi Kasus & Data Empiris

1. Industri Otomotif – Volkswagen Autoeuropa

  • Implementasi Lean & Agile dalam rantai pasok meningkatkan efisiensi produksi hingga 30%.
  • Penerapan Just-In-Time (JIT) dan digital twins membantu meminimalisir pemborosan dan meningkatkan ketahanan pasok.

2. Industri Makanan – Nestlé

  • Menggunakan Lean untuk mengurangi limbah produksi sebesar 20%.
  • Menerapkan Agile dalam distribusi untuk menyesuaikan pasokan dengan permintaan musiman.

3. Industri Farmasi – AstraZeneca

  • Penggunaan Lean dalam produksi vaksin mengurangi waktu produksi hingga 50% lebih cepat dibanding metode konvensional.
  • Agile Supply Chain memungkinkan distribusi cepat ke berbagai negara selama pandemi COVID-19.

Tantangan & Solusi Implementasi

  1. Kendala Integrasi Sistem
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem konvensional yang sulit diintegrasikan dengan model Lean & Agile.
    • Solusi: Investasi dalam teknologi digital seperti AI, IoT, dan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
  2. Tingginya Biaya Implementasi
    • Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar dalam teknologi dan pelatihan karyawan.
    • Solusi: Mengadopsi pendekatan bertahap dengan fokus pada quick wins untuk ROI lebih cepat.
  3. Kesulitan Mengubah Budaya Organisasi
    • Penerapan Lean & Agile memerlukan perubahan budaya kerja yang lebih kolaboratif dan adaptif.
    • Solusi: Pelatihan manajemen perubahan dan penggunaan metode Agile seperti Scrum atau Kanban.

Kesimpulan & Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa kombinasi Lean dan Agile dalam rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas secara signifikan. Untuk keberhasilan implementasi, perusahaan perlu:
Mengoptimalkan proses Lean di bagian produksi dan pengadaan.
Mengadopsi Agile dalam distribusi dan layanan pelanggan.
Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan visibilitas dan respons rantai pasok.

Sumber Artikel: Hassani, Youssef; Ceaușu, Ioana; Iordache, Adrian (2020). Lean and Agile Model Implementation for Managing the Supply Chain. Proceedings of the 14th International Conference on Business Excellence, Bucharest University of Economic Studies, pp. 847-858.

 

Selengkapnya
Optimalisasi Rantai Pasok dengan Model Lean dan Agile: Integrasi Strategis untuk Efisiensi dan Fleksibilitas

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Visualisasi Interaktif: Analisis Skenario dan Optimasi Keputusan Berbasis Data

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam era globalisasi, rantai pasok menghadapi tantangan besar akibat disrupsi seperti pandemi, bencana alam, dan konflik geopolitik. Gangguan ini menyebabkan keterlambatan pengiriman, peningkatan biaya, dan bahkan kegagalan operasional. Paper ini mengusulkan solusi berbasis visualisasi interaktif untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok, membantu manajemen mengambil keputusan berbasis data secara cepat dan akurat.

Konsep Visualisasi Interaktif dalam Rantai Pasok

Penelitian ini berfokus pada penggunaan visualisasi interaktif dalam pengambilan keputusan rantai pasok. Model yang dikembangkan terdiri dari:

  1. Model Optimasi Backend – Menggunakan Mixed-Integer Linear Programming (MILP) untuk mencari solusi dengan biaya minimal.
  2. Antarmuka Pengguna (UI) – Memungkinkan manajer membuat skenario gangguan, seperti perubahan permintaan, penutupan jalur transportasi, atau pergantian pemasok.
  3. Konektivitas Data – Sistem berbasis JSON yang menghubungkan model optimasi dengan UI, memungkinkan analisis skenario secara real-time.

Metodologi & Studi Kasus

Paper ini menguji efektivitas visualisasi interaktif dalam dua skenario utama menggunakan data dari perusahaan manufaktur multinasional:

1. Skenario Gangguan Jaringan Transportasi

  • Studi kasus: Penutupan Bandara Atlanta
    • Model menunjukkan bahwa jika bandara utama ditutup, perusahaan harus mengalihkan rute melalui Chicago.
    • Dampak finansial: Biaya transportasi meningkat 5% (dari $4,43 juta menjadi $4,66 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Keberadaan alternatif jalur transportasi dapat mengurangi dampak gangguan dan menekan biaya tambahan.
  • Skenario terburuk: Penutupan beberapa bandara utama
    • Jika seluruh bandara di wilayah pusat logistik ditutup, maka pengiriman harus dialihkan ke Seattle.
    • Dampak finansial: Biaya transportasi melonjak 26% (dari $4,43 juta menjadi $5,60 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Ketergantungan pada satu jalur transportasi bisa menyebabkan lonjakan biaya operasional yang signifikan.

2. Skenario Penggunaan Mode Transportasi Alternatif

  • Studi kasus: Menambahkan jalur transportasi laut ke Shanghai & Taipei
    • Sebelumnya, perusahaan hanya menggunakan pengiriman udara untuk distribusi produk.
    • Dengan menambahkan pengiriman laut, biaya transportasi turun 76% (dari $4,12 juta menjadi $0,99 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Diversifikasi moda transportasi dapat menghemat biaya operasional secara drastis.

Tantangan Implementasi Visualisasi Rantai Pasok

  1. Kompleksitas Data – Perusahaan harus mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk mendapatkan visualisasi yang akurat.
  2. Adopsi Teknologi76% eksekutif menyatakan bahwa kurangnya investasi dalam digitalisasi menghambat resiliensi rantai pasok (Deloitte, 2020).
  3. Keputusan Berbasis DataHanya 30% perusahaan yang menerapkan analisis berbasis data dalam pengelolaan rantai pasok.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa visualisasi interaktif dapat meningkatkan resiliensi rantai pasok dengan memungkinkan analisis skenario secara cepat dan akurat. Tiga rekomendasi utama bagi perusahaan adalah:
Diversifikasi jalur transportasi untuk menghindari ketergantungan pada satu mode.
Gunakan model visualisasi interaktif untuk memetakan gangguan potensial sebelum terjadi.
Optimalkan pengambilan keputusan berbasis data dengan mengadopsi AI dan machine learning dalam perencanaan rantai pasok.

Sumber Artikel:

Tripathi, Prabhakar (2021). Building Resilient Supply Chain using Interactive Visualization. Massachusetts Institute of Technology, Master of Science in Engineering & Management Thesis.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Visualisasi Interaktif: Analisis Skenario dan Optimasi Keputusan Berbasis Data

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Rantai pasok manufaktur menghadapi tantangan besar akibat disrupsi global, seperti pandemi, krisis ekonomi, dan konflik geopolitik. Untuk menghadapi ini, strategic sourcing menjadi faktor penting dalam membangun resiliensi rantai pasok. Paper ini meneliti pengaruh strategic sourcing terhadap resiliensi rantai pasok di Kenya, dengan fokus pada kolaborasi, seleksi pemasok, dan diversifikasi sumber daya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional survey dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel terdiri dari 62 perusahaan manufaktur di Kenya yang tergabung dalam Kenya Association of Manufacturers (KAM). Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24.

Temuan Utama

1. Kolaborasi dalam Rantai Pasok

  • 77% perusahaan berbagi informasi dengan pemasok untuk meningkatkan ketahanan pasok.
  • 64% melakukan sinkronisasi keputusan dalam perencanaan dan operasi.
  • 84% perusahaan mengadopsi komunikasi kolaboratif dengan pemasok.

Implikasi:
Kolaborasi meningkatkan kecepatan respons terhadap gangguan rantai pasok dan memastikan pemulihan lebih cepat dari krisis.

2. Diversifikasi Basis Pemasok

  • 52% perusahaan lebih memilih basis pemasok kecil agar lebih mudah dikelola.
  • 84% menerapkan multipel sourcing untuk meningkatkan keandalan pengiriman.

Implikasi:
Multipel sourcing mengurangi risiko ketergantungan pada satu pemasok, yang dapat menyebabkan gangguan besar saat terjadi krisis.

3. Kriteria Seleksi Pemasok

  • 98% perusahaan memilih pemasok berdasarkan kualitas produk.
  • 83% mempertimbangkan kinerja masa lalu pemasok.
  • 84% mengevaluasi kapasitas produksi pemasok.
  • 73% memilih pemasok berdasarkan teknologi yang digunakan.

Implikasi:
Seleksi pemasok berbasis kualitas dan kapasitas meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan kinerja yang konsisten.

Analisis Statistik

Analisis regresi menunjukkan bahwa strategic sourcing berkontribusi sebesar 9,9% terhadap peningkatan resiliensi rantai pasok. Model ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 unit dalam strategic sourcing meningkatkan resiliensi rantai pasok sebesar 0,338 unit.

Kesimpulan & Rekomendasi

Strategic sourcing memiliki pengaruh signifikan terhadap resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan kolaborasi, multipel sourcing, dan seleksi pemasok berbasis kualitas, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan rantai pasok.

Rekomendasi untuk Manajer:
✅ Terapkan strategi kolaboratif dengan pemasok untuk meningkatkan transparansi pasok.
✅ Gunakan multipel sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
✅ Seleksi pemasok berdasarkan kapasitas produksi dan kualitas produk.

Sumber Artikel:

Arani, Wycliffe, Mukulu, Elegwa, Waiganjo, Esther, & Wambua, Julius (2016). Strategic Sourcing an Antecedent of Supply Chain Resilience in Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 6, No. 10.

Selengkapnya
Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia yang terus berubah, rantai pasok (supply chain/SC) perlu beradaptasi dengan tantangan global seperti pandemi dan disrupsi ekonomi. Paper ini memperkenalkan Viable Supply Chain (VSC), model rantai pasok yang menggabungkan agility, resilience, dan sustainability agar dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Studi ini memberikan wawasan bagaimana bisnis dapat membangun rantai pasok yang lebih tangguh untuk menghadapi masa depan.

Konsep Viable Supply Chain (VSC)

Viability dalam supply chain didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dalam lingkungan yang berubah melalui redesign struktur dan replanning performa jangka panjang. VSC menggabungkan tiga elemen utama:

  1. Agility – Kemampuan rantai pasok untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
  2. Resilience – Kapasitas untuk menyerap gangguan, pulih, dan tetap beroperasi.
  3. Sustainability – Memastikan kelangsungan rantai pasok dengan dampak minimal terhadap lingkungan dan masyarakat.

Metodologi & Studi Kasus

Paper ini mengacu pada berbagai penelitian terdahulu dan memberikan analisis tentang bagaimana perusahaan di berbagai industri menerapkan strategi VSC. Beberapa contoh kasus yang diangkat:

  • Industri Otomotif
    Studi kasus: Volkswagen Autoeuropa
    • Menerapkan strategi Agile dalam rantai pasoknya, meningkatkan fleksibilitas produksi hingga 30%.
    • Menggunakan teknologi digital twins untuk simulasi dan prediksi risiko rantai pasok.
  • Industri Farmasi
    Studi kasus: Pfizer & AstraZeneca
    • Memanfaatkan AI dan big data untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok selama pandemi.
    • Kecepatan produksi vaksin meningkat 50% berkat optimasi distribusi berbasis data.
  • Industri Makanan
    Studi kasus: Nestlé
    • Implementasi rantai pasok hijau (green supply chain) mengurangi emisi karbon hingga 20% dalam 5 tahun terakhir.
    • Beralih ke supplier lokal untuk meningkatkan ketahanan pasokan bahan baku.

Tantangan dan Solusi Implementasi VSC

  1. Kurangnya integrasi digital – Banyak perusahaan masih mengandalkan sistem manual, sehingga sulit merespons perubahan dengan cepat. Solusi: Penerapan IoT, AI, dan blockchain untuk transparansi dan efisiensi.
  2. Biaya investasi tinggi – Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar. Solusi: Model collaborative supply chain yang memungkinkan berbagi sumber daya antar perusahaan.
  3. Perubahan kebijakan global – Regulasi lingkungan dan perdagangan internasional yang berubah cepat mempersulit prediksi pasar. Solusi: Penerapan predictive analytics untuk strategi adaptasi proaktif.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa Viable Supply Chain (VSC) adalah masa depan rantai pasok global. Dengan kombinasi agility, resilience, dan sustainability, perusahaan dapat menghadapi disrupsi besar seperti pandemi, perubahan iklim, dan krisis ekonomi. Rekomendasi utama bagi bisnis adalah:

  • Mengadopsi digital supply chain berbasis AI dan big data.
  • Menerapkan strategi kolaborasi dengan mitra rantai pasok.
  • Fokus pada keberlanjutan lingkungan dan efisiensi energi.

Sumber Artikel:
Ivanov, Dmitry (2020). Viable supply chain model: integrating agility, resilience and sustainability perspectives—lessons from and thinking beyond the COVID-19 pandemic. Annals of Operations Research, Vol. 319, Iss. 1, pp. 1411-1431.

Selengkapnya
Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Angwi Rose Samba, membahas gangguan rantai pasok (SCD), manajemen risiko rantai pasok (SCRM), dan ketahanan rantai pasok (SCRES) dengan studi kasus Polycom Inc.. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan industri selama pandemi COVID-19 dan merancang strategi proaktif untuk mengatasi gangguan di masa depan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran (hybrid research method):

  • Kuesioner – Dijawab oleh staf Polycom Inc.
  • Wawancara mendalam – Dengan dua manajer rantai pasok.
  • Analisis data – Menggunakan tinjauan literatur dan studi empiris.

Studi Kasus: Dampak COVID-19 pada Polycom Inc.

Polycom Inc. mengalami berbagai gangguan akibat pandemi, meliputi:

  • Risiko permintaan – Penurunan pesanan akibat ketidakstabilan pasar.
  • Risiko logistik – Keterlambatan pengiriman hingga 40% karena pembatasan global.
  • Risiko keuangan – Penurunan margin keuntungan hingga 15% akibat kenaikan biaya operasional.

Strategi Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok

1. Peningkatan Visibilitas dan Responsivitas

  • Implementasi teknologi digital untuk meningkatkan pemantauan rantai pasok secara real-time.
  • Optimasi manajemen persediaan menggunakan AI dan big data.

2. Diversifikasi dan Redundansi Rantai Pasok

  • Multi-sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
  • Penggunaan gudang desentralisasi guna meningkatkan fleksibilitas distribusi.

3. Transformasi Digital dalam Rantai Pasok

  • Blockchain untuk meningkatkan transparansi transaksi.
  • Automasi proses logistik guna mengurangi risiko keterlambatan.

Temuan Utama dan Implikasi Manajemen

  • SCRES memiliki dampak signifikan dalam menjaga kontinuitas operasional.
  • Teknologi digital berperan besar dalam meningkatkan efisiensi dan daya tahan rantai pasok.
  • Investasi dalam digitalisasi dan strategi multi-sourcing dapat mempercepat pemulihan dari gangguan.

Kritik dan Evaluasi

Beberapa kelemahan dalam penelitian ini:

  • Fokus utama pada Polycom Inc. – Studi lebih luas diperlukan untuk validasi temuan.
  • Minimnya analisis dampak regulasi pemerintah terhadap strategi ketahanan rantai pasok.
  • Kurangnya pembahasan tentang peran keberlanjutan (sustainability) dalam SCRES.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa kombinasi strategi ketahanan rantai pasok dan transformasi digital sangat penting untuk menghadapi gangguan global. Dengan menerapkan solusi berbasis teknologi, perusahaan dapat meminimalkan risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Sumber Artikel:

  • Samba, A. R. (2022). Supply Chain Disruption, Resilience and Technology – Case: Polycom Inc. Lappeenranta University of Technology.

 

Selengkapnya
Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Tinjauan Sistematis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis dan industri yang semakin kompleks, manajemen rantai pasok (SCM) yang mengadopsi prinsip Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) menjadi sangat penting. Paper ini membahas bagaimana penerapan keempat prinsip tersebut dalam bidang teknik, bisnis, dan manajemen dapat meningkatkan daya saing serta keberlanjutan operasional perusahaan. Studi ini dilakukan melalui tinjauan sistematis terhadap 32 publikasi yang membahas penerapan LARG dalam berbagai industri.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan PRISMA untuk mengumpulkan data dari database Scopus dan Google Scholar dengan kriteria tertentu, seperti rentang waktu 2000-2023, artikel yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta fokus pada industri teknik, bisnis, dan manajemen. Dari 65 artikel yang ditemukan, setelah melalui berbagai tahap seleksi, tersisa 32 artikel yang dianalisis secara mendalam.

Temuan Utama

  1. Distribusi Geografis
    Studi menunjukkan bahwa Portugal menjadi negara dengan jumlah publikasi tertinggi (8 artikel), disusul oleh India (7 artikel) dan Iran (6 artikel). Hal ini mencerminkan meningkatnya perhatian akademisi di negara-negara tersebut terhadap implementasi LARG dalam SCM.
  2. Tren Publikasi
    Sebagian besar penelitian mengenai LARG dalam SCM baru berkembang pesat setelah tahun 2018, menunjukkan bahwa topik ini masih dalam tahap awal namun memiliki potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
  3. Studi Kasus dan Angka-angka
    a. Industri Otomotif – Studi oleh Cabral et al. (2012) pada rantai pasok Volkswagen Autoeuropa menunjukkan bahwa penerapan prinsip Agile meningkatkan responsivitas pengiriman sebesar 30%. b. Industri Farmasi – Studi oleh Kamali Saraji et al. (2023) menemukan bahwa tantangan terbesar dalam mengadopsi prinsip Green dalam farmasi adalah desain kemasan yang ramah lingkungan. c. Industri Semen – Jamali et al. (2017) menunjukkan bahwa strategi agresif dalam SCM berbasis LARG dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 25%. d. Industri Maritim – Studi oleh Salleh et al. (2020) menemukan bahwa pelabuhan yang menerapkan strategi LARG mengalami peningkatan kinerja operasional sebesar 15% dibandingkan pelabuhan konvensional.
  4. Kendala dan Tantangan
    Beberapa tantangan utama dalam penerapan LARG meliputi kurangnya integrasi teknologi, biaya implementasi yang tinggi, serta kesulitan dalam mengukur dampak dari setiap paradigma secara kuantitatif.
  5. Implikasi bagi Industri
    Implementasi LARG dalam SCM dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Studi juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi Industry 4.0 untuk meningkatkan efektivitas strategi LARG.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa LARG merupakan konsep yang masih berkembang tetapi memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing rantai pasok di berbagai industri. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan model kuantitatif yang lebih presisi dalam mengukur dampak implementasi setiap prinsip LARG. Selain itu, kolaborasi antara akademisi dan praktisi bisnis diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada.

Sumber Artikel:
Khanzadi, F., Radfar, R., & Pilevari, N. (2024). A review of lean, agile, resilient, and green (LARG) supply chain management in engineering, business and management areas. Decision Science Letters, 13, 287–306.

 

Selengkapnya
Tinjauan Sistematis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok
page 1 of 5 Next Last »