Pendidikan

Perjuangan Teknis dalam Pembelajaran Jarak Jauh: Tantangan dan Solusi di Asia Pasifik

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, IAKARTA -- Dalam penelitian terbaru, perusahaan perangkat lunak Kaspersky mengidentifikasi tantangan teknologi yang dihadapi keluarga di kawasan Asia Pasifik (APAC) dalam periode pembelajaran jarak jauh berkelanjutan (PJJ).

Kaspersky melakukan uji coba Toluna Satu investigasi. institusi yang ditunjuk. Survei ini dilakukan antara bulan April dan Mei 2021. Responden dari kawasan Asia Pasifik mencakup 517 orang tua, guru, dan 64 anak yang belajar online.

Lebih dari separuh responden mengatakan mereka akan membantu anak-anak mereka menggunakan alat yang mereka perlukan untuk belajar on line. Keluarga di Asia Pasifik (49%) Perlu membeli atau menyewa peralatan untuk mendukung pembelajaran. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Afrika (62%). Senang rasanya melihat lebih dari separuh (59%) anak-anak di Asia Pasifik mengakses pembelajaran online melalui ponsel cerdas mereka.

Tiga dari lima (60%) anak-anak dalam domain yang terkait dengan pembelajaran online adalah teknisi masalah . Sebagian besar (79%) mendapat bantuan dari orang tuanya untuk mengoperasikan perangkat tersebut. Namun, 16 persen anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.

Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Chris Connell mengatakan di seluruh kawasan Asia Pasifik, pembelajaran virtual terus menjadi norma yang dibutuhkan. Kaspersky melihat ini masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Studi Kaspersky, kata Connell, membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis.

“Banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sekolah jika mereka menawarkan opsi ini, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet,” komentar Connell melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Senin (19/7).

“Ini terbukti menjadi salah satu kesulitan bagi orang tua dan anak-anak. Tapi saya berharap pengalaman yang diperoleh dari menjelajahi dunia online dapat membantu kita melihat secara lebih terbuka akan format pembelajaran offline tradisional dan kedepannya menjadi mahir menggunakan alat digital yang lebih efektif dengan aman,” tambah Connell.

Untuk dapat tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstall program tambahan di perangkat mereka. Misalnya, 38 persen mulai menggunakan layanan konferensi video baru dan 43 persen mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya. Beberapa orang tua (23 persen) juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.

Direktur Hubungan Univeristas di Mail.ru Group Sergey Mardanov mengatakan ketika pandemi Covid-19 memicu migrasi massal ke pembelajaran jarak jauh, banyak guru dan siswa menyambut pengalaman pertama mereka dalam bekerja dan belajar online.

Sumber: republika.co.id

 

 

Selengkapnya
Perjuangan Teknis dalam Pembelajaran Jarak Jauh: Tantangan dan Solusi di Asia Pasifik

Pendidikan

Pusdatin Kemendikbudristek Rilis Rencana Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikburistek) berencana kembali menerapkan pembelajaran tatap muka di seluruh sekolah mulai Juli 2021. Namun perkembangan pandemi Covid-19 belum menunjukkan penurunan yang signifikan. bahkan di beberapa daerah masih terus meningkat, dan beberapa daerah masuk dalam kategori zona merah. Variasi Praktik Pembatasan Kegiatan Masyarakat (CPP) di setiap daerah memang meresahkan, terutama bagi orang tua dan guru. Namun anak-anak semakin merindukan suasana sekolah sehingga meningkatkan keinginan mereka untuk kembali ke pendidikan reguler.

Strategi pembelajaran perubahan dan keterbatasan kemampuan siswa

Untuk mengatasi ancaman intrusi, beberapa sekolah menerapkan kebijakan pembelajaran dengan pertukaran siswa . (penularan). memasuki Misalnya, hanya sebagian kecil siswa yang bersekolah, selebihnya belajar di rumah. Jumlah siswanya juga dibatasi, misalnya hanya 25% dari jumlah kelas. Meski langkah ini dilakukan untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan, namun terdapat pertanyaan mengenai efektivitas kegiatan pembelajaran dalam kondisi tersebut.

Tantangan pembelajaran tatap muka terbatas

Pembelajaran tatap muka terbatas memiliki beberapa pertanyaan dan tantangan, seperti bagaimana guru dapat secara efektif melayani semua siswa dengan keterbatasan ini.  Ditambah lagi, bagaimana anak-anak homeschooling dapat tetap terhubung dan mendapatkan pengalaman belajar serupa dengan teman-temannya di sekolah. Guru juga menghadapi tantangan untuk mengembangkan kurikulum yang tetap dapat diakses bahkan ketika siswa berganti nilai. Semua ini menjadi tantangan besar bagi guru dan pengembang teknologi pembelajaran.

Konsep flipped class sebagai solusi

Dengan kondisi seperti ini, konsep pembelajaran flipped class merupakan salah satu solusi yang diusulkan. Flipped Classroom merupakan model pembelajaran yang mengubah tradisi pembelajaran konvensional. Siswa mempelajari materi inti melalui bahan pembelajaran yang disediakan di rumah dan kemudian menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan tatap muka di kelas. Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar mandiri di rumah, sedangkan waktu kelas digunakan untuk kegiatan yang memerlukan pemahaman tingkat lanjut.

Implementasi flipped class dan tiga fase pembelajaran

Flipped class memiliki model dasar dengan dua fase utama: latihan di rumah sebelum kelas dan belajar di kelas. Model ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan sekolah, ada pula yang berkembang menjadi tiga dan empat tahap. Beberapa langkah tersebut antara lain pembelajaran mandiri siswa di rumah, pembelajaran tatap muka di sekolah, penilaian dan monitoring. Model pembelajaran ini menawarkan alternatif yang dapat menjawab tantangan pembelajaran pandemi dan pascapandemi.

Sumber: kemdikbud.go.id

Selengkapnya
Pusdatin Kemendikbudristek Rilis Rencana Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi

Pendidikan

Puan Maharani Minta Kemendikbud Ristek Perhatikan Putus Sekolah dan Perbaiki Infrastruktur PJJ

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mencermati angka putus sekolah akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi juga dinilai mengharuskan pemerintah membenahi infrastruktur agar pembelajaran di seluruh daerah bisa merata.

Hal itu dikatakan Puan Maharani dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2021.

Puan berharap, Kemendikbud Ristek mencari penyebab mengapa anak bisa putus sekolah pada masa pandemi.

"Apakah karena terkendala pembelajaran jarak jauh (infrastruktur), atau anak berhenti sekolah karena persoalan ekonomi keluarga akibat pandemi," kata Puan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (2/5/2021).

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2021 yang mengusung tema "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar", menurut Puan, merupakan momentum tepat untuk memetakan persoalan dan menghadirkan solusinya.

Selain itu, mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung dan pembelajaran jarak jauh masih mungkin diterapkan di sekolah-sekolah, Puan juga meminta Kemendikbud Ristek melakukan pembenahan insfrastruktur kegiatan belajar mengajar.

Puan menegaskan, pemerataan infrastruktur pembelajaran jarak jauh adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi pemerintah.

“Agar merata dan tidak terjadi kesenjangan infrastrukur PPJ atau online antar daerah dan wilayah,” ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut.

Selain kesiapan dan pemerataan infrastruktur pembelajaran jarak jauh, Puan juga meminta Kemendikbud Ristek menguji efektivitas serta kualitas tenaga pendidik, peserta didik, dan materi pembelajarannya.

Menurut Puan, hal itu harus dilakukan untuk mencegah semakin lebarnya kesenjangan pendidikan, terutama pada masa pembelajaran jarak jauh yang mensyaratkan infrastruktur digital, akses internet, serta perangkat pendukung lainnya.

"Perlu menguji efektivitas belajar online selama ini. Bila tidak ada tindakan maka kesenjangan pendidikan bisa semakin lebar," ujar Puan.

"Karena pendidikan adalah hak, kebutuhan dasar, dan harus mampu mewujudkan national and character building," kata dia.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Puan Maharani Minta Kemendikbud Ristek Perhatikan Putus Sekolah dan Perbaiki Infrastruktur PJJ

Pendidikan

Mendikbudristek Nadiem Makarim: Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Turun, Tantangan dan Kendala di Seluruh Dunia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi mengalami penurunan. Nadiem mengatakan, tidak hanya di Indonesia, efektivitas PJJ pun mengalami penurunan di seluruh dunia. Hal itu ia peroleh dari berbagai pemberitaan mengenai kendala metode PJJ yang diterapkan selama pandemi. “Kita sudah mengetahui dari data yang dikumpulkan dari seluruh dunia bahwa efektivitas pembelajaran jarak jauh telah menurun secara global akibat pandemi ini. Kita mengetahui hal ini karena terdapat laporan yang berbeda-beda mengenai persepsi hambatan yang berbeda-beda,” kata Nadiem dalam pidato PDI Perjuangan. memperlihatkan akan merayakan Hari Pendidikan Nasional 2021 pada Rabu (5 Mei 2021).

Ia mengatakan efektivitas PJJ di Indonesia mengalami penurunan karena beberapa permasalahan seperti konektivitas yang belum memadai. Lebih lanjut dia mengakui, masih banyak masyarakat yang belum memiliki peralatan penunjang PJJ. Menurut Nadiem, kedua kendala tersebut merupakan permasalahan mendasar yang belum terselesaikan. “Ini persoalan mendasar yang menyulitkan pelaksanaan PJJ di berbagai daerah,” ujarnya. Faktor lain yang menurunkan efektivitas PJJ adalah rasa bosan siswa setelah berada di rumah selama lebih dari setahun.

Menurut Nadiem, ada rasa bosan siswa yang melakukan PJJ di masa pandemi. Selain itu, ia mendapat laporan siswa merasa kesepian saat melakukan PJJ di rumah. “Bahkan ada juga yang mengalami depresi karena tidak bertemu dengan teman atau gurunya. Dan berbagai permasalahan di rumah, seperti stres karena masyarakat terlalu banyak berada di rumah dibandingkan keluar rumah,” ujarnya. Nadiem menambahkan, pihaknya juga menerima laporan berbagai jenis kekerasan dalam rumah tangga yang mengganggu psikologi anak selama belajar di rumah. Menurutnya, permasalahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan seluruh dunia. Selain itu, pihaknya juga mendapat laporan dari para orang tua yang stres dengan meningkatnya beban homeschooling pada anaknya. “Tingkat stres semakin meningkat bagi para orang tua yang karena kesibukannya juga harus membimbing anaknya dalam pembelajaran jarak jauh ini,” kata Nadiem.

Program PJJ sudah dikenal luas. Sudah lebih dari setahun di Indonesia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran pada Minggu (3 September 2020) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) di bidang pendidikan. . institusi Surat tersebut ditujukan kepada kepala dinas pendidikan provinsi, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, kepala perguruan tinggi, kepala universitas, dan kepala sekolah di seluruh Indonesia. Nadiem mengajak berbagai pihak di dunia pendidikan untuk bergerak bersama menghadapi virus corona yang telah resmi ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO, dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di institusi pendidikan.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Mendikbudristek Nadiem Makarim: Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Turun, Tantangan dan Kendala di Seluruh Dunia

Pendidikan

Dampak PJJ: Nadiem Ungkap Anak Putus Sekolah hingga Kesenjangan, Soroti Perlunya Tatap Muka

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan beberapa dampak negatif pandemi Covid-19 yang memaksa pembelajaran beralih ke pembelajaran jarak jauh. Nadiem mengungkapkan, salah satu dampak pandemi adalah banyak anak yang putus sekolah karena harus menghidupi keluarga secara finansial di tengah krisis pandemi Covid-19. “Kita sudah setahun pandemi Covid-19, sudah setahun, terlalu lama anak-anak kita tidak bersekolah,” kata Nadiem saat rapat kerja dengan Panitia X DPR, Kamis (18 Maret 2021). . "Dampaknya apa? Ada dampak nyata dan bertahan lama yang bisa terjadi ketika anak putus sekolah karena harus bekerja, itu nyata terjadi di lapangan," kata Nadiem.

Nadiem bercerita kepada PJJ tahun lalu. juga menyadarkan para orang tua bahwa sekolah tidak mempunyai peran dalam proses belajar mengajar jika tidak dilakukan secara tatap muka. Hal ini membuat tidak sedikit orang tua yang merasa tidak ada gunanya membayar biaya sekolah karena pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka dan dianggap tidak ada gunanya. Dampaknya, banyak anak yang putus sekolah. Nadiem mengatakan, PJJ juga menyebabkan penurunan hasil pembelajaran, dengan kesenjangan yang semakin lebar akibat perbedaan akses dan kualitas pembelajaran. “Kesenjangan dalam cakupan dan kualitas layanan kesehatan dapat menyebabkan kesenjangan ini semakin lebar dan kerugian pembelajaran permanen akan meningkat jika kita tidak mulai membuat janji temu tatap muka secara terbatas,” katanya. Guru tidak mendeteksi kekerasan terhadap anak dan praktik pernikahan dini. Selain itu, kelompok perempuan dinilai mempunyai beban lebih besar dalam pelaksanaan PJJ. “Karena bagi mereka yang sebelumnya bekerja dan harus bekerja di luar, semuanya menjadi lebih sulit karena mereka juga harus menjaga anak-anaknya di rumah, sehingga dampaknya nyata,” kata Nadiem.

katanya. juga menegaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya sudah mengaktifkan KBM tatap muka sekolah mulai Januari 2021 dengan syarat mendapat persetujuan pemerintah daerah. “Kalau ada masyarakat yang masih bingung kenapa sekolahnya tidak dibuka padahal di pelosok, padahal internet sulit dan sebagainya, itu hak prerogratif pemerintah daerah sejak Januari,” kata Nadiem. \N.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Dampak PJJ: Nadiem Ungkap Anak Putus Sekolah hingga Kesenjangan, Soroti Perlunya Tatap Muka

Pendidikan

Dedikasi Luar Biasa: Siswa Ini Manfaatkan WiFi Sekolah demi Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


ROSWELL, KOMPAS.com - Jonathan Endecott, 9, harus kembali bersekolah meski guru menerapkan pembelajaran jarak jauh karena pandemi virus corona. Sebuah sekolah di Roswell, New Mexico, Amerika Serikat (AS) menerapkan pembelajaran jarak jauh, seperti dilansir New York Post, Sabtu (24 Oktober 2020). Namun, ibunya, Angel Endecott, tidak mampu lagi membayar tagihan internetnya setelah kehilangan kedua pekerjaannya. Namun Angel mengatakan putranya tidak merasa terbebani meski harus kembali ke sekolah untuk memanfaatkan internet gratis dan mengikuti kelas online.

"Dia berkata, 'Ya, saya akan kembali ke sekolah dan jadilah anak normal lagi,'" kata Angel kepada CNN. Angel mengaku tak segan-segan mengantar anaknya ke sekolah sendirian dan memanfaatkan layanan internet gratis sekolah. Pasalnya, tahun lalu Jonathan harus berjalan kaki beberapa blok untuk sampai ke sekolahnya setiap hari. Sesampainya di sekolah, Jonathan terkadang berbaring di luar pintu depan sekolah.

Tekad Jonathan untuk terus mengikuti pembelajaran jarak jauh menggunakan internet gratis sekolah mengetuk pintu hati banyak orang. Salah satu guru Jonathan, Sabrina Talbott Harbour, mengambil foto Jonathan dan membagikannya secara online. “Anak laki-laki ini tidak memiliki internet di rumah. Dia sudah bangun dan berjalan ke sekolah setiap hari untuk menyambung ke Wi-Fi di luar sekolah. Dia duduk di sana dari jam 8 pagi. sampai 02:45 setiap hari,” tulis Harbour. Ia melanjutkan, hal itu tidak baik bagi Jonatan. Menurutnya, anak-anak sekolah saat ini mengalami tekanan sosial, akademik, mental, dan fisik.

Foto Jonathan yang diunggah Harbour menjadi viral di internet. Salah satu donatur kemudian setuju untuk membayar tagihan online Angel dan membuat penggalangan dana online melalui GoFundMe.

Uang yang terkumpul di halaman tersebut akan digunakan untuk membayar beberapa tagihan lainnya, termasuk tagihan pipa ledeng dan perbaikan lantai. Kini Jonathan bisa kembali belajar online dari rumah tanpa harus berjalan kaki ke sekolah seperti teman-temannya yang lain.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Dedikasi Luar Biasa: Siswa Ini Manfaatkan WiFi Sekolah demi Pembelajaran Online
« First Previous page 19 of 48 Next Last »