Pendidikan

Meningkatkan Akses Pendidikan di Pedesaan Papua Barat

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kondisi pendidikan antar daerah yang belum stabil. Dalam konteks ini, provinsi Papua Barat patut mendapat perhatian khusus. Rendahnya akses terhadap pendidikan juga ditandai dengan tingginya angka putus sekolah sebesar 1,44, tertinggi ke-5 di Indonesia.

Masalah pokok pendidikan Papua Barat

Banyak hal yang bisa menunjukkan permasalahan utama pendidikan di Papua Barat . Permasalahan tersebut terkait dengan terbatasnya akses dan relatif rendahnya kualitas pendidikan.

Persoalan akses menyangkut kemudahan setiap warga negara memperoleh layanan pendidikan. Pada saat yang sama, masalah mutu berkaitan dengan bagaimana proses pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif untuk menghasilkan keluaran yang kompetitif.

Kondisi geografis pulau juga mempengaruhi keduanya. Provinsi Papua Barat terdiri dari kabupaten-kabupaten di ratusan pulau. Secara umum, 70% penduduknya tinggal di pedesaan dengan topografi yang beragam.

Jika dicermati, kebanyakan dari mereka tinggal di pegunungan dan dataran rendah yang sulit diakses. Kondisi geografis dan topografis tersebut menjadi salah satu kendala penduduk dalam mengakses pendidikan. Di sisi lain, salah satu indikator sederhana yang biasa digunakan untuk mengukur mutu pendidikan adalah rasio jumlah guru dengan jumlah siswa. Selain itu, ketersediaan ruang kelas yang sesuai untuk kegiatan belajar mengajar juga menjadi kendala terhadap pendidikan yang berkualitas.

Pentingnya kebijakan peningkatan mutu pendidikan 

Tantangan utama pendidikan di Papua adalah tingginya kesenjangan pendidikan antara Papua Barat dengan provinsi lain di Indonesia , khususnya di wilayah barat. Hingga saat ini, Papua selalu menjadi contoh nyata buruknya akses terhadap layanan pendidikan, terutama di daerah terpencil.

  • Peningkatan kualifikasi guru

Kebijakan guru telah berkembang pesat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Beberapa prosedur telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia . Selain kualifikasi guru , anggaran peningkatan kualitas telah dibahas di tingkat pemerintah. Undang-undang tersebut kemudian memberikan landasan bagi guru untuk mengajar dengan minimal gelar sarjana dan program sertifikasi guru. Pemerintah pusat berupaya menetapkan standar bagi guru, meningkatkan keterampilan mereka, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan.

  • Program kesetaraan guru Papua Barat

Kesenjangan pemerataan guru antar satuan pendidikan, jenjang, jenis pendidikan, kabupaten/kota, dan provinsi masih tinggi. Kesenjangan ini menunjukkan betapa kompleksnya permasalahan penataan dan pemerataan guru di Indonesia. Di beberapa sekolah di Papua, banyak dijumpai sekolah yang memiliki 57 guru PNS dan satu kepala sekolah. Guru umumnya enggan ditempatkan di area tersebut dalam jangka waktu lama. Selain memberikan tunjangan khusus pada daerah khusus, Pemerintah juga mencanangkan program Guru Garis Depan dengan tujuan pemerataan guru di berbagai wilayah tanah air yang masih kekurangan tenaga pendidik.

  • Kebijakan pendidikan layanan khusus
Permasalahan geografis dan topografi di Papua menyebabkan beberapa keterbelakangan laju pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan. Minimnya ketersediaan layanan publik dan sosial menyebabkan masyarakat setempat tidak dapat mengakses layanan pendidikan dasar. Untuk itu, pemerintah telah mengambil kebijakan pemerataan pendidikan dan pemenuhan hak-hak dasar. Seluruh warga negara Indonesia berhak memperoleh layanan pendidikan dasar yang disebut Pendidikan Layanan Khusus. Program ini mendidik siswa di daerah terpencil atau tertinggal, masyarakat adat terpencil, serta mereka yang mengalami bencana alam dan sosial yang kurang beruntung secara ekonomi. 
  • Kebijakan terkait keterlibatan masyarakat
Seiring dengan kebijakan otonomi pendidikan di setiap daerah, pemerintah menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pendidikan melibatkan langsung partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan kelembagaan mulai dari provinsi, kabupaten, kota hingga kecamatan di Papua Barat. Lembaga ini berkewajiban membantu dan memfasilitasi pelaksanaan sekolah karena hasilnya meningkatkan sumber daya masyarakat. 
 
Disadur dari: westpapuadiary.com
Selengkapnya
Meningkatkan Akses Pendidikan di Pedesaan Papua Barat

Pendidikan

Pendapat tentang Pendidikan Formal (Terkait di Indonesia)

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Bukan hal yang baru jika membicarakan permasalahan dalam perkembangan pendidikan khususnya di Indonesia. Sering dibicarakan, namun belum diketahui secara pasti di mana sekarang. Kita dapat dengan jelas memposisikan posisi perkembangan industri. Ya, industri berada pada titik 4.0 hingga tahun 2022. Pertanyaan besarnya, pada titik manakah kedudukan pendidikan?

Saat ini kita hanya bisa berspekulasi pada jenjang pendidikan apa. Sambil menebak-nebak juga terdapat berbagai permasalahan mengenai pendidikan khususnya di Indonesia. Mungkin akan lebih banyak permasalahan dibandingkan hal-hal positif yang membuat kita asal-asalan menempatkan pendidikan Indonesia di poin 2.0 atau bahkan masih 1.0.

Selama ini pendidikan Indonesia selalu terbentur pada pertanyaan: Sistem atau kurikulum manakah yang terbaik untuk diterapkan? Buang-buang waktu memikirkan hal ini jika tidak ada saluran yang jelas untuk mencapai sistem pendidikan yang ideal. Ibarat tujuan dalam strategi pemasaran adalah melakukan pembelian oleh pelanggan, maka ada tahapan yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu terkait dengan kesadaran, minat, keinginan, dan tindakan. Lalu, jika tujuan dalam pendidikan merupakan sistem yang ideal, maka tahapan apa yang harus dipenuhi terlebih dahulu? Dua di antaranya menurut saya adalah: tercapainya tujuan pendidikan dan sumber daya manusia yang kompeten!

Mengenai tujuan pendidikan, memiliki definisi yang murni adalah suatu keharusan! Tujuan pendidikan harus mampu melahirkan manusia yang mandiri, mempercepat kemajuan kesadaran manusia sehingga dapat berfungsi dalam masyarakat [1] [2]. Manusia yang otonom berarti mampu mengarungi kehidupan secara utuh. Namun yang terjadi saat ini adalah pendidikan hanya membekali individu untuk mengarungi dunia kerja. Ini seperti sekolah bukan belajar! Pendidikan yang telah kehilangan fungsi utamanya [3].

Bahkan pada titik pemahaman tujuan pendidikan yang paling mendasar, yaitu untuk memperoleh dan berbagi pengetahuan, terjadi praktik ketidakadilan yang mengakar. Lihat saja filter penerimaan guru, apakah guru atau dosen, khususnya lembaga swasta. Mereka hanya menerima guru yang seagama. Jika agamanya sama, maka mereka akan memilih guru yang ideologinya sama dan memahami gaya ideologi lembaganya.

Kedua, terkait sumber daya manusia. Pengawasan terhadap guru dalam mengajar perlu dilakukan, hal ini dapat meningkatkan kualitas guru. Juga tidak akan efektif jika supervisi hanya dilakukan dua kali dalam satu semester atau supervisi terjadwal. Lakukan pengawasan semaksimal mungkin, setiap hari jika diperlukan. Pembentukan tim pengawas di masing-masing lembaga mungkin bisa memberikan dampak positif.

Selain itu, kesejahteraan guru perlu menjadi perhatian lebih lanjut. Selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, label pahlawan tanpa tanda jasa telah melekat pada profesi guru. Label tersebut justru mereduksi fungsi pembangunan bangsa dan memberi kesan merendahkan profesi guru. Mereka tidak boleh menambah pekerjaan di luar mengajar untuk menafkahi keluarga atau menjadi pekerja sementara selama puluhan tahun dengan gaji yang hanya cukup untuk menutupi biaya perjalanan.

Guru hendaknya diberikan penghargaan agar generasi milenial terpelajar lebih termotivasi untuk menjadi guru yang mencerdaskan kehidupan bangsa dibandingkan memilih bekerja di perbankan agar komposisi guru diisi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kesejahteraan guru setidaknya menghindarkan kita dari kegagalan dalam pelayanan yang mereka berikan.

Disadur dari: suryajayaraka.medium.com

Selengkapnya
Pendapat tentang Pendidikan Formal (Terkait di Indonesia)

Pendidikan

Naik kelas tapi tidak belajar: penelitian mengungkap 3 capaian buruk pendidikan di Indonesia sejak tahun 2000

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Pencapaian pendidikan di Indonesia masih rendah dalam beberapa tahun terakhir—berdasarkan standar dunia dan nasional, meskipun faktanya setiap tahun pemerintah mengalokasikan 20% anggaran negara untuk pendidikan, sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang.

Indonesia berada di peringkat ke-7 dari hampir 80 negara terbawah dalam penilaian global Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, hanya 1 dari 3 anak Indonesia yang memenuhi tingkat kemampuan membaca minimal. Sedangkan laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 juga menunjukkan bahwa 27% anak Indonesia kelas 4 memiliki pengetahuan dasar matematika yang kurang memadai.

Berbagai analisis di tingkat nasional juga menyebutkan bagaimana lemahnya kompetensi guru dan kebijakan pendidikan di daerah menyebabkan prestasi belajar siswa Indonesia masih rendah.

Untuk memahami lebih dalam pencapaian pendidikan yang stagnan ini, penelitian terbaru kami untuk program Research on Improving Systems of Education (RISE) berupaya menganalisis profil pembelajaran anak-anak di Indonesia.

Kami memetakan kemampuan berhitung siswa menggunakan data Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS) periode 2000–2014.

Sayangnya, kami menemukan beberapa tren buruk dalam pencapaian pendidikan nasional. Faktanya, penelitian kami mengungkapkan bahwa hasil belajar anak Indonesia pada tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2000.

Naik kelas tapi tidak belajar

Dalam melakukan analisis, tim kami hanya menggunakan data IFLS yang tersedia hingga tahun 2014. Data survei berikutnya yang dijadwalkan pada tahun 2020 terpaksa tertunda karena pandemi.

Meski demikian, penelitian kami mengungkapkan setidaknya ada tiga tren mengkhawatirkan terkait hasil belajar anak-anak Indonesia.

Pertama, analisis kami terhadap IFLS 2014 menunjukkan bahwa banyak anak sekolah tidak mampu menyelesaikan soal matematika yang seharusnya mereka kuasai di tingkat kelas bawah. Hanya dua pertiga anak kelas 3 yang mampu menyelesaikan soal pengurangan “49-23” dengan benar. Ini sebenarnya setara dengan kemampuan berhitung anak kelas 1 SD.

Rendahnya prestasi belajar anak semakin terlihat pada soal-soal yang lebih sulit. Misalnya, hanya sekitar 35% siswa di Kelas 12 yang mampu menjawab pertanyaan Kelas 5 tentang penghitungan bunga dengan benar—tujuh nilai di bawah level mereka.

Kemampuan siswa pada setiap level dalam menjawab pertanyaan. Sumbu horizontal menunjukkan tingkat pendidikan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan persentase siswa yang mampu menjawab soal. G1-G5 adalah jenis pertanyaan yang harus dapat dijawab oleh siswa di Kelas 1–5.

Sumber: rise.smeru.or.id

Kedua, kami juga mengamati bahwa peningkatan kemampuan anak menurun seiring dengan naiknya mereka ke jenjang kelas yang lebih tinggi. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kemampuan anak-anak tersebut tidak mengalami peningkatan yang berarti ketika mereka beranjak dewasa dan belajar di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Peningkatan kemampuan berhitung anak seiring naik kelas.

Sumber: rise.smeru.or.id

Ketiga, ketika membandingkan data IFLS tahun 2014 dengan data tahun 2000, ditemukan bahwa kemampuan berhitung anak pada tahun 2000 relatif lebih tinggi dibandingkan anak pada level yang sama 14 tahun kemudian. Kesimpulan ini berlaku ketika kami hanya menganalisis kelompok anak-anak yang bersekolah, dan ketika kami juga memasukkan anak-anak pada usia tersebut yang tidak bersekolah. Artinya setidaknya pada tahun 2000 hingga tahun 2014, capaian pendidikan anak Indonesia justru mengalami penurunan.

Perbandingan pencapaian pendidikan siswa tiap jenjang antara tahun 2000 (garis kuning) dan tahun 2014 (garis biru).

Sumber: rise.smeru.or.id

Analisis kami dengan menggunakan data yang tersedia belum memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tren negatif dalam pembelajaran anak-anak di Indonesia.

Namun, kami mempunyai hipotesis mengenai faktor-faktor yang mendorong penurunan prestasi belajar ini—setidaknya dalam keterampilan berhitung.

Salah satunya adalah modifikasi muatan numerasi sejak Kurikulum 2004.

Modifikasi ini telah mengurangi jam pembelajaran berhitung dari 8–10 jam (Kurikulum 1994) menjadi 5 jam per minggu, sehingga mempengaruhi kemampuan berhitung dan pemecahan masalah berbasis numerasi siswa.

Selain itu, kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang sejak tahun 2003 terus mengurangi beban ujian sekolah pada saat kelulusan, dan lebih mementingkan Ujian Nasional, juga mendorong siswa untuk belajar hanya demi kepentingan sekolah. lulus daripada mempertajam pengetahuan dan kemampuan berpikirnya.

Selain itu, di Indonesia juga ada kecenderungan siswa [terus naik kelas] padahal kemampuannya kurang.

Di sini penilaian dan evaluasi hasil belajar yang kurang tepat menyebabkan siswa kehilangan kesempatan untuk memperkuat pemahaman terhadap materi yang belum dikuasainya pada jenjang sebelumnya.

Daruratnya prestasi belajar anak bangsa

Hasil penelitian ini hendaknya menjadi lampu kuning bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk segera melakukan perbaikan.

Meskipun penelitian ini hanya mengulas hasil pembelajaran antara tahun 2000 dan 2014, saya yakin tren negatif di atas kemungkinan akan terus berlanjut dari tahun 2015 hingga saat ini. Pandemi COVID-19 dapat semakin memperburuk ketertinggalan belajar siswa Indonesia.

Baik pemerintah pusat maupun daerah perlu mengubah kebijakan pendidikan yang selama ini cenderung didorong oleh faktor politik, mulai dari kebiasaan pamer prestasi nasional dalam akses anak terhadap sekolah hingga terjebak dalam politik peningkatan kesejahteraan guru pada pemilu. periode.

Sudah saatnya pemerintah serius memikirkan kebijakan yang benar-benar berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran anak di sekolah.

Misalnya, sistem rekrutmen guru, khususnya di sekolah negeri, harus didasarkan pada indikator yang mengukur kemampuan mereka dalam mengajar siswa, bukan memenuhi kuota Aparatur Sipil Negara (ASN).

Selain itu, evaluasi pembelajaran oleh sekolah, baik melalui penilaian oleh guru maupun melalui ujian, hendaknya dilakukan dengan fokus pada pemetaan prestasi siswa dan sebagai landasan bagi guru untuk menyusun strategi pembelajarannya, bukan sekedar alat pemeringkatan. Dalam beberapa tahun terakhir, misalnya, rata-rata nilai UN seringkali hanya digunakan untuk menentukan peringkat sekolah atau menentukan besaran Dana Insentif Daerah dari pemerintah pusat.

Orang tua dan guru juga harus mengubah cara pandang lama bahwa anak bersekolah untuk mendapatkan nilai ujian yang tinggi. Proses pembelajaran yang baik hendaknya memahami konsep secara utuh tanpa harus berkompetisi.

Disadur dari: rise.smeru.or.id

Selengkapnya
Naik kelas tapi tidak belajar: penelitian mengungkap 3 capaian buruk pendidikan di Indonesia sejak tahun 2000

Pendidikan

Indonesia: Perbatasan Berikutnya

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, perekonomian terbesar ke -16 , dan salah satu pasar pelajar yang tumbuh paling pesat untuk pendidikan di Inggris. Meningkatnya standar hidup telah membuka peluang pendidikan internasional bagi lebih banyak rumah tangga di Indonesia dibandingkan sebelumnya, dan pasar pendidikan yang relatif belum dimanfaatkan ini kemudian mulai menarik perhatian semakin banyak institusi di Inggris.

Namun Indonesia menghadirkan sejumlah tantangan bagi Inggris. Sistem pendidikan lokal kurang memiliki kapasitas-mulai dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi-dan pengetahuan dasar yang ditawarkan Inggris masih rendah di antara banyak pemangku kepentingan pendidikan lokal. Meskipun terdapat peluang di Indonesia untuk mendorong rekrutmen pelajar ke Inggris dan membangun kemitraan kelembagaan, sektor Inggris sebaiknya mempertimbangkan konteks politik, sosial, dan ekonomi yang unik di Indonesia.

Membandingkan Indonesia

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia menyaksikan peralihan kekuasaan dari satu pejabat yang dipilih secara populer ke pejabat lainnya pada bulan Oktober 2014. Presiden baru, Joko Widodo (dikenal sebagai Jokowi), adalah orang luar dalam politik, sehingga meningkatkan ekspektasi terhadap agenda reformasinya. dan potensi hambatan dari kepentingan yang sudah mengakar dalam kelas penguasa di negara tersebut.

Meskipun ia meraih kemenangan penting, partai-partai yang setia kepada Jokowi hanya memperoleh 37 persen kursi di badan legislatif (dan 41 persen suara), yang menunjukkan bahwa reformasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia mungkin sulit didapat. Namun, pada bulan-bulan pertama pemerintahannya, beberapa perubahan signifikan telah terjadi dan memberikan gambaran mengenai apa yang mungkin terjadi di bidang pendidikan.

Dalam reformasi paling signifikan di awal pemerintahannya, Jokowi telah mengambil tindakan untuk menghilangkan subsidi bahan bakar yang boros. Reformasi ini dapat menghemat pendapatan tahunan pemerintah sebesar $8-10 miliar yang kini dapat diinvestasikan pada layanan.

Kesehatan dan pendidikan, namun hal ini berisiko menimbulkan kemarahan masyarakat, terutama jika harga minyak global naik. Sistem subsidi bahan bakar yang telah berlangsung selama beberapa dekade diperkirakan mencapai 13 persen dari total pengeluaran pemerintah pada tahun 2015, namun kini telah dikurangi menjadi satu persen. Reformasi ini akan membantu mendorong investasi asing dan memberi sinyal bahwa pemerintahan Jokowi mampu melakukan reformasi yang sulit secara politik meskipun ada banyak penentangan.

Di bidang pendidikan, pemerintahan Jokowi juga telah melakukan perubahan struktur pengawasan kementerian. Pendidikan dasar dan menengah masih berada di bawah kendali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan pendidikan tinggi dipindahkan ke Kementerian Riset, Teknologi.

Pendidikan Tinggi. Reformasi ini menandakan keinginan pemerintah untuk meningkatkan hubungan antara pendidikan tinggi dan industri, dan hal ini meningkatkan harapan bahwa institusi pendidikan tinggi lokal akan meningkatkan hasil penelitian, dimana Indonesia saat ini menempati peringkat terakhir di antara 50 negara yang dinilai dalam Peringkat Sistem Pendidikan Tinggi Nasional U21. pada tahun 2014. Hubungan yang lebih erat dengan industri juga dapat mendorong perguruan tinggi lokal untuk meningkatkan hasil pembelajaran guna meningkatkan kemampuan kerja lulusan, yang merupakan prioritas pemerintah lainnya. 

Reformasi terhadap pendidikan tinggi ini tidak terjadi dalam waktu yang terlalu cepat bagi Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah menutupi ketergantungan yang berlebihan pada ekstraksi sumber daya alam 3 . Dengan turunnya harga global pada sebagian besar produk ekspor utama Indonesia, yang sebagian disebabkan oleh turunnya harga minyak dan melambatnya permintaan dari Tiongkok, Indonesia perlu mencari sumber pertumbuhan baru lebih dari sebelumnya.

Dengan semua potensinya demografi yang menguntungkan, sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis dalam rantai pasokan global negara ini perlu melakukan reformasi besar-besaran guna mempersiapkan angkatan kerjanya untuk pekerjaan terampil di masa depan yang akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Selama dua dekade terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam menurunkan angka kemiskinan, sekaligus meningkatkan tingkat pendidikan. Meskipun masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan standar hidup dan meningkatkan akses terhadap pendidikan khususnya di daerah-daerah terpencil fase pembangunan Indonesia berikutnya akan bergantung pada peningkatan kualitas pendidikan yang diterima siswa Indonesia saat mereka memasuki kelas.

Kemiskinan menurun, pencapaian pendidikan meningkat

Sumber: opportunities-insight.britishcouncil.org

Indonesia dibedakan berdasarkan ukurannya, dengan populasi terbesar keempat di dunia, yang tersebar di negara yang memiliki sekitar 18.000 pulau hampir seribu di antaranya berpenghuni secara permanen. Mengingat luasnya negara ini, serta penyebaran geografisnya, tidak mengherankan jika standar hidup dan hasil pendidikan masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara maju.

Meskipun terdapat kemajuan baru-baru ini dalam menutup kesenjangan pembangunan, negara ini masih menghadapi sejumlah tantangan berat salah satunya adalah pasar tenaga kerja yang kaku, kurangnya teknologi, serta lemahnya infrastruktur dan institusi. Mungkin kendala yang paling penting dalam meningkatkan daya saing jangka panjang adalah persediaan sumber daya manusia di negara ini, yang tidak hanya tertinggal dari negara-negara maju tetapi juga di sebagian besar wilayah Asia Timur. Meningkatkan produktivitas pekerja memerlukan investasi yang lebih besar di bidang pendidikan di semua tingkatan, dimana Indonesia terus mengalami buruknya kinerja pada sejumlah metrik internasional.

Posisi Indonesia yang kinerjanya melebihi/dibawah kinerjanya dalam peringkat daya saing global secara keseluruhan.

Sumber: opportunities-insight.britishcouncil.org

Sistem pendidikan tinggi agregat di Indonesia berada di peringkat terbawah dari 50 negara dalam peringkat U21, hanya mengungguli India dan Iran dalam skor keseluruhannya. Dalam hal belanja pendidikan dan hasil penelitian, institusi pendidikan tinggi di negara ini menempati peringkat terakhir. Peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia merupakan kebijakan eksplisit pemerintah.

Di tingkat menengah, kinerja Indonesia tidak jauh lebih baik, dengan nilai anak usia 15 tahun yang jauh di bawah rekan-rekan mereka di negara tetangga pada ujian PISA tahun 2012. Memang benar bahwa negara-negara di kawasan ini sulit untuk bersaing, karena negara-negara di Asia Timur mempunyai nilai enam teratas pada tes berstandar internasional dan hanya tiga dari 11 negara peserta di kawasan ini yang mendapat nilai di bawah rata-rata OECD.

Namun, siswa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam ketiga mata pelajaran di Asia Timur, tertinggal jauh di belakang negara-negara seperti Vietnam, yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi serupa namun memiliki hasil ujian yang jauh lebih baik. Namun, setidaknya dalam satu hal, Indonesia adalah bintang di Asia Timur mobilitas pelajar keluar ke Inggris meningkat pesat, sementara sebagian besar wilayah lainnya akan melambat di tahun-tahun mendatang.

Mobilitas mahasiswa

Australia dan AS selama ini merupakan penerima manfaat dari pelajar Indonesia yang belajar di negara-negara tujuan utama, namun pendaftaran di kedua negara tersebut sebagian besar masih stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Pangsa pasar Australia yang besar khususnya telah mulai menyusut dalam beberapa tahun terakhir, dengan penurunan pendaftaran baru pada pendidikan tinggi setiap tahunnya pada tahun 2009 

Sebaliknya, jumlah pelajar Indonesia yang memilih untuk mendaftar ke pendidikan tinggi di Inggris telah meningkat pesat sejak tahun 2007/08, lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2013/14, meskipun dalam jumlah yang kecil. Yang lebih menggembirakan, indikasi awal adalah bahwa pangsa pasar Inggris terus tumbuh hingga tahun 2014/15 berdasarkan data visa belajar Inggris terbaru yang dirilis oleh Home Office. Faktanya, jumlah visa belajar jangka panjang Inggris yang dikeluarkan untuk pelajar di Indonesia telah meningkat lebih dari 28 persen pada tahun lalu, menjadikannya salah satu pasar internasional dengan pertumbuhan tercepat untuk pendidikan Inggris di luar Brasil. 

Mobilitas dari Indonesia ke pendidikan di Inggris sedang meningkat

Sumber: opportunities-insight.britishcouncil.org

Meskipun pangsa pasar di Inggris masih relatif kecil, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pendidikan tinggi terkuat di Inggris. Hal ini terutama terjadi karena kawasan Asia Timur yang lebih luas sedang menghadapi perlambatan pertumbuhan mobilitas masuk ke Inggris. Pada tahun 2013/14, lebih dari 12 persen pendaftaran pendidikan tinggi dari Indonesia di empat negara tujuan utama berada di Inggris, naik dari kurang dari 10 persen pada tahun sebelumnya.

Terus bertumbuhnya pangsa pasar di Inggris akan mengharuskan Inggris untuk lebih proaktif memasarkan produknya di Indonesia. Berdasarkan wawancara British Council baru-baru ini dengan agen pendidikan dan konselor karir sekolah menengah atas, salah satu tantangan besar yang dihadapi Inggris adalah persepsi keterpencilan fisik dan budaya.

Hal ini menempatkan Inggris pada posisi yang sangat dirugikan tidak hanya dibandingkan dengan negara tetangganya, Australia, tetapi juga dengan pasar tujuan tuan rumah lainnya di kawasan seperti Singapura dan Malaysia. Meskipun Inggris dikenal menawarkan kualitas unggul, destinasi-destinasi di negara tetangga ini menawarkan keakraban budaya, jaringan imigran yang kuat, dan kemudahan yang lebih besar bagi orang tua yang berkunjung.

Disadur dari: opportunities-insight.britishcouncil.org

 

 

Selengkapnya
Indonesia: Perbatasan Berikutnya

Pendidikan

Perbedaan Pendidikan di China dan Indonesia

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan. Ini mencakup pendidikan formal, pembelajaran informal dan pengalaman yang berkontribusi pada perkembangan intelektual, sosial, emosional dan moral individu. Pelatihan mempunyai banyak bentuk, seperti pengajaran, pembinaan, pengalaman praktis dan pembelajaran mandiri. 

Tujuannya adalah untuk mempersiapkan masyarakat memahami dunia di sekitar mereka, membuat keputusan yang tepat, berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Indonesia memiliki banyak masalah dengan sistem tersebut. Akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi perhatian, terutama di daerah terpencil dimana infrastruktur dan sumber daya terbatas. 

Masih terdapat perbedaan standar pendidikan, kualitas guru dan kurikulum antara daerah perkotaan dan pedesaan. Tantangan-tantangan ini sering kali menimbulkan peluang yang berbeda bagi siswa di seluruh nusantara. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menerapkan reformasi pendidikan besar-besaran. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperkuat program pelatihan guru, mengubah kurikulum agar lebih mampu memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat, dan meningkatkan infrastruktur dan sumber daya sekolah.

Inisiatif ini juga berfokus pada peningkatan kehadiran di sekolah dan penurunan angka putus sekolah. Selain itu, institusi pendidikan tinggi di Indonesia berupaya untuk meningkatkan standar dan meningkatkan pengakuan internasional. Universitas mendiversifikasi program mereka, berkolaborasi dengan institusi global dan menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring kemajuan Indonesia, sistem pendidikannya adalah landasan dalam membina generasi masa depan. 

Meskipun tantangan masih ada, negara ini dan komitmennya terhadap reformasi dan inovasi mencerminkan visi sistem pendidikan yang inklusif, adil dan berkualitas yang memberdayakan siswa untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan negara. Sementara itu, di Tiongkok, universitas-universitas Tiongkok diakui secara global atas disiplin akademis dan daya saingnya. Mereka menarik mahasiswa internasional dan secara signifikan mempromosikan penelitian dan inovasi. 

Komitmen negara ini terhadap pendidikan tinggi tercermin dalam upaya berkelanjutan untuk memodernisasi institusi, mempromosikan penelitian interdisipliner, dan membina kemitraan global. Meskipun sukses, Tiongkok dan sistem pendidikannya juga menghadapi kritik dan tantangan.

Tekanan kuat yang diberikan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan akademis, ditambah dengan lingkungan yang sangat kompetitif, telah menimbulkan kekhawatiran mengenai masalah kesehatan mental dan fokus yang sempit pada hasil penelitian dibandingkan pengembangan holistik. mengenai pendidikan. Dalam bahasa Indonesia ada pepatah “kejarlah ilmu sampai ke Negeri china”. Jadi betapa berbedanya filosofi ini.

Mulailah dengan Filsafat Filsafat pendidikan Tiongkok telah berkembang selama berabad-abad, menggunakan berbagai pengaruh tradisional dan modern. Salah satunya adalah Nilai-Nilai Konfusianisme:

Konfusianisme secara signifikan membentuk filosofi pendidikan Tiongkok. Penekanannya pada penghormatan terhadap kewibawaan, pembinaan akhlak, pentingnya pendidikan dalam membangun budi pekerti dan nilai hierarki dalam masyarakat. Sedangkan falsafah pendidikan Indonesia berlandaskan pada landasan Pancasila yang terdiri dari lima sila (keyakinan). 

1. Struktur:

  • Indonesia menganut sistem 6–3–3 (pendidikan dasar 6 tahun, 3 tahun). tahun di sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah tahun sekolah menengah.
  • Tiongkok menganut sistem 6–3–3–4 (6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, 3 tahun sekolah menengah atas, dan 4 tahun pendidikan tinggi di universitas atau sekolah kejuruan).

2. Kurikulum:

  • Kurikulum Bahasa Indonesia menekankan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Ilmu Agama, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Pendidikan Jasmani.
  • Kurikulum bahasa Mandarin menekankan mata pelajaran inti seperti bahasa dan sastra Tiongkok, matematika, bahasa Inggris, dan pendidikan moral, dengan fokus pada mata pelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

3. Metode pengajaran:

  • Indonesia biasanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru, sementara Tiongkok sering kali menggunakan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa yang mendorong pembelajaran aktif dan berpikir kritis.

4. Bahasa pengantar:

  • Di Indonesia, bahasa pengantar utama adalah bahasa Indonesia dan bahasa kedua adalah bahasa Inggris.
  • Bahasa Mandarin adalah bahasa pengantar utama di Tiongkok, dan bahasa Inggris juga diajarkan sebagai mata pelajaran wajib di sebagian besar sekolah.

5. Penilaian dan Ujian:

  • Ujian nasional terstandar diselenggarakan pada akhir pendidikan dasar, menengah, dan menengah di Indonesia.
  • Siswa di Tiongkok mengikuti Gaokao, ujian masuk universitas dengan risiko tinggi yang berdampak besar pada penerimaan universitas.

6. Pendidikan Tinggi:

  • Universitas-universitas Tiongkok terkenal secara global dan sangat kompetitif, menawarkan beragam program dan menarik mahasiswa internasional.
  • Pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan terkait pendanaan, infrastruktur, dan pengakuan internasional, meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan kualitas

Kesimpulannya, menerima pendidikan di Tiongkok dan Indonesia menghadirkan beragam pengalaman yang dibentuk oleh perbedaan budaya, struktural, dan filosofis yang unik dalam sistem pendidikan masing-masing.

Disadur dari: medium.com

Selengkapnya
Perbedaan Pendidikan di China dan Indonesia

Pendidikan

Pendidikan di Indonesia: Apakah Sudah Baik atau Masih Perlu Ditingkatkan?

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 26 April 2024


Memiliki sistem pendidikan yang baik merupakan status yang diperjuangkan setiap negara. Dengan pendidikan yang baik maka suatu negara akan menghasilkan banyak individu yang cerdas untuk membantu pembangunan negaranya. Indonesia adalah negara yang melakukan perjuangan itu, maka inilah pendidikan di Indonesia.

Sistem pendidikan saat ini di Indonesia

12 tahun merupakan durasi minimal ideal bagi siswa untuk menimba ilmu sesuai sistem pendidikan di Indonesia. 12 tahun tersebut terbagi dalam enam tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah menengah pertama atau sekolah menengah pertama, dan tiga tahun sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan.

Untuk masuk sekolah dasar, siswa harus berusia minimal tujuh tahun, meskipun beberapa sekolah juga mengizinkan anak berusia enam tahun. Sebelumnya, anak tidak perlu menjalani prasekolah atau taman kanak-kanak selama beberapa tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia pendidikan.

Setelah menyelesaikan sekolah dasar, siswa akan mempelajari lebih banyak mata pelajaran di sekolah menengah pertama untuk menambah pengetahuan. Selama masa pendidikan di Indonesia tersebut , siswa juga diperkenalkan dengan kegiatan organisasi dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan keterampilan dan semangat yang lebih.

Terakhir, siswa dapat mengejar apa yang ingin mereka pelajari lebih lanjut baik di sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan. Mereka dapat memilih antara ilmu alam, ilmu sosial, atau kursus bahasa di sekolah menengah atas. Di sisi lain, sekolah menengah kejuruan memberikan keterampilan siap kerja seperti perhotelan, teknik, dan lain-lain.

Selain itu, siswa dapat melanjutkan studinya di universitas untuk mendapatkan gelar. Namun, mereka juga dapat segera melanjutkan karirnya jika mereka mau.

Hal baik dan buruk tentang pendidikan di Indonesia

Sumber: flip.id

​​​​​Ada hal-hal yang patut dibanggakan oleh siswa dan semua orang mengenai pendidikan di Indonesia . Namun tetap saja, ada juga beberapa hal yang perlu diubah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal-hal baik

Biaya pendidikan terjangkau

Berkat pemerintah Indonesia, biaya sekolah tidak mahal atau bahkan gratis bagi sebagian siswa, setidaknya untuk sekolah negeri. Sebab, hingga 20% total APBN digunakan hanya untuk kepentingan pendidikan. Pemerintah memberikan ratusan triliun rupiah kepada pelajar di Indonesia.

Sistem transparan

Sistem pendidikan di Indonesia transparan, artinya orang tua siswa dapat dengan mudah mengawasi kinerja anaknya di kelas. Dengan itu, siswa dapat belajar di sekolah dan di rumah bersama orang tuanya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya secara keseluruhan.

Kurikulum yang dibuat secara berpengalaman

Demi mutu, kurikulum pendidikan harus dikembangkan oleh para ahli. Namun tak ada salahnya juga melibatkan beberapa profesional berpengalaman yang mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan pendidikan tersebut. Oleh karena itu, baik para ahli maupun guru telah bekerja sama untuk menciptakan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak tahun 2013.

Penerimaan siswa lebih sederhana

Sebelumnya, beberapa sekolah sempat menjadi favorit di kalangan pelajar. Banyak siswa yang berebut tempat di sekolah favorit meski jauh dari alamatnya. Sayangnya, hal tersebut membuat siswa yang hanya bisa belajar di sekolah tersebut karena lokasinya mungkin tidak akan mendapatkan tempat duduk jika nilainya tidak dapat diterima.

Untungnya, dalam beberapa tahun terakhir, sistem penerimaan baru telah diterapkan untuk pendidikan di Indonesia , yang memungkinkan siswa untuk belajar berdasarkan usia dan domisili. Hasilnya, setiap siswa dapat memperoleh ilmu yang layak mereka dapatkan dengan mudah.

Hal buruk

Penyebaran guru dan sarana pendidikan yang tidak merata

Indonesia adalah negara besar dengan banyak daerah terpencil. Salah satu hal yang paling disayangkan di daerah tersebut adalah kurangnya fasilitas pendidikan. Sulit bagi daerah-daerah tersebut untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak seperti perlengkapan sekolah dan gedung sekolah yang dimiliki kota-kota besar.

Tak hanya itu, guru di Indonesia juga belum tersebar dengan baik. Guru yang berkualitas hanya bekerja di sekolah-sekolah di perkotaan, sehingga tidak cukup menangani sekolah di daerah lain. Sulit juga bagi guru di wilayah tersebut untuk meningkatkan kualitas mereka karena sebagian besar mereka dibayar rendah.

Terlalu banyak teori

Meski dikembangkan dan diciptakan oleh para ahli dan profesional berpengalaman, kurikulum pendidikan Indonesia sebagian besar masih memberikan teori. Jarang sekali sekolah mendorong siswanya untuk mengembangkan soft skill dan hard skill, sehingga banyak dari mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan impian.

Dengan pendidikan di Indonesia saat ini , beberapa hal sudah baik bagi semua orang, namun beberapa aspek masih memiliki ruang untuk perbaikan. Sudah menjadi tugas masyarakat, khususnya pemerintah, untuk menjadikan Indonesia negara pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya.

Disadur dari: flip.id

Selengkapnya
Pendidikan di Indonesia: Apakah Sudah Baik atau Masih Perlu Ditingkatkan?
« First Previous page 19 of 46 Next Last »