Logistik Cerdas

Studi Model Bisnis Pengiriman Last Mile Berbasis Teknologi Drone

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Tesis Master berjudul "Business Analysis of the Drone’s Last Mile Delivery Environment" oleh Caio Ferreira da Rosa Pantarotto dari Politecnico di Torino (2018) membahas tentang potensi penggunaan teknologi drone dalam pengiriman last mile. Tesis ini menganalisis berbagai model bisnis yang melibatkan drone untuk pengiriman last mile, mengidentifikasi keuntungan dan hambatan, serta mengembangkan formulasi matematis untuk optimasi.

Latar Belakang

Pengiriman last mile merupakan bagian yang paling tidak efisien dalam rantai pengiriman, ditandai dengan biaya tinggi dan jarak yang relatif pendek. Tantangan utama meliputi peningkatan biaya tenaga kerja dan pemborosan yang melekat pada model pengiriman ke rumah konvensional. Konsumen juga semakin menuntut pengiriman yang cepat, tepat, dan murah. Teknologi drone muncul sebagai solusi potensial untuk mengatasi masalah ini.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari tesis ini adalah:

  1. Menganalisis potensi penggunaan teknologi drone dalam pengiriman last mile.
  2. Mengidentifikasi keuntungan dan hambatan penggunaan drone dalam pengiriman last mile.
  3. Mengembangkan model bisnis yang sesuai untuk pengiriman last mile dengan drone.
  4. Merumuskan model pemrograman linear bilangan bulat campuran (MILP) untuk analisis kuantitatif model bisnis yang diusulkan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran yang melibatkan:

  • Tinjauan literatur tentang pengiriman last mile, model bisnis, dan teknologi drone.
  • Pengembangan kerangka kerja untuk menganalisis model bisnis pengiriman last mile dengan drone.
  • Pengembangan empat model bisnis yang berbeda.
  • Perumusan model MILP untuk analisis kuantitatif.

Kerangka Teoretis

Tesis ini membahas beberapa konsep kunci, termasuk:

  • Last Mile Delivery: Tahap terakhir dari proses pengiriman, dari hub terakhir ke pelanggan akhir.
  • Business Model: Model yang menggambarkan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai.
  • Drone Technology: Penggunaan Unmanned Aerial Vehicles (UAV) untuk berbagai aplikasi, termasuk pengiriman.
  • Mixed-Integer Linear Programming (MILP): Teknik optimasi matematis yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan variabel keputusan bilangan bulat dan kontinu.

Hasil dan Diskusi

Temuan Utama

  • Teknologi drone memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi pengiriman last mile dengan meningkatkan pemanfaatan aset, mengurangi kebutuhan tenaga kerja, dan mempercepat waktu pengiriman.
  • Hambatan utama untuk penggunaan drone meliputi regulasi, penerimaan publik, jangkauan drone, dan interaksi dengan pelanggan.
  • Empat model bisnis yang layak adalah:
    • Pusat Distribusi Terpusat (Centralized Distribution Center): Drone beroperasi dari satu pusat distribusi.
    • Beberapa Pusat Keberangkatan (Multiple Departure Centers): Drone beroperasi dari beberapa lokasi yang berbeda.
    • Pusat Keberangkatan dengan Gudang Terpusat (Departure Centers with Centralized Warehouse): Drone beroperasi dari pusat keberangkatan yang memasok barang dari gudang terpusat.
    • Gudang Terpusat dengan Model Transshipment Bergerak (Centralized Warehouse with Mobile Transshipment Model): Drone diisi ulang dan diluncurkan dari kendaraan bergerak.
  • Model MILP yang dikembangkan dapat digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif model bisnis yang diusulkan.

Studi Kasus dan Angka

Tesis ini tidak menyajikan studi kasus empiris, tetapi merujuk pada:

  • Amazon Prime Air: Sebagai contoh inisiatif pengiriman drone.
  • Matternet: Perusahaan yang menggunakan drone untuk pengiriman medis di daerah terpencil.
  • Data tentang preferensi pelanggan untuk pilihan pengiriman yang berbeda (Gambar 2.1).
  • Data tentang pangsa pelanggan yang tidak membeli secara online karena waktu pengiriman yang lama (Gambar 2.2).

Model Bisnis

  • Centralized Distribution Center: Model yang digunakan oleh Amazon Prime Air. Cocok untuk area padat penduduk dan jarak pengiriman yang pendek.
  • Multiple Departure Centers: Cocok untuk area dengan permintaan yang tersebar dan memungkinkan pengurangan jarak tempuh.
  • Departure Centers with Centralized Warehouse: Menggabungkan manfaat efisiensi inventaris terpusat dengan pengurangan jarak pengiriman.
  • Centralized Warehouse with Mobile Transshipment Model: Memungkinkan jangkauan pengiriman yang lebih luas dan fleksibilitas operasional.

Analisis MILP

  • Model MILP dirumuskan untuk meminimalkan biaya pengiriman, dengan mempertimbangkan batasan seperti kapasitas kendaraan, waktu tempuh, dan biaya operasional.
  • Model MILP dapat digunakan untuk mengoptimalkan alokasi paket ke drone dan rute drone.

Kesimpulan

Tesis ini menyimpulkan bahwa teknologi drone menawarkan potensi yang signifikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengiriman last mile. Namun, adopsi drone memerlukan mengatasi hambatan regulasi, sosial, dan teknologi. Model bisnis yang diusulkan dan formulasi MILP memberikan kerangka kerja yang berguna untuk analisis dan implementasi sistem pengiriman drone.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan logistik harus mempertimbangkan potensi penggunaan drone untuk pengiriman last mile.
  • Perusahaan perlu mengatasi hambatan regulasi dan sosial sebelum menggunakan drone.
  • Perusahaan harus mengembangkan model bisnis yang sesuai untuk pengiriman drone.
  • Perusahaan dapat menggunakan model MILP untuk mengoptimalkan operasi pengiriman drone mereka.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Studi kasus empiris untuk menguji kelayakan dan efektivitas model bisnis yang diusulkan.
  • Analisis lebih lanjut tentang dampak sosial dan lingkungan dari pengiriman drone.
  • Pengembangan model optimasi yang lebih canggih.

Sumber : Pantarotto, C. F. R. (2018). Business analysis of the drone’s last mile delivery environment. Master Thesis, Politecnico di Torino.

Selengkapnya
Studi Model Bisnis Pengiriman Last Mile Berbasis Teknologi Drone

Logistik Cerdas

Inovasi dan Tantangan Pengiriman Last-Mile Perkotaan: Studi Kasus Distribusi B2B di Stockholm

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Pengiriman last-mile dalam lingkungan perkotaan menjadi tantangan utama seiring meningkatnya permintaan layanan cepat dan ramah lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Martina Kylebäck Wennerlöf & Hannah Renhed dari Lund University berjudul "The Future of Urban Last Mile Deliveries – Not a Piece of Cake" mengkaji aspek inovasi, permintaan pelanggan, dan keberlanjutan dalam pengiriman bahan roti ke bisnis di Stockholm, Swedia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perusahaan dapat meningkatkan sistem distribusi mereka guna memenuhi ekspektasi pelanggan sekaligus meminimalkan dampak lingkungan dan biaya operasional.

Latar Belakang dan Metodologi

Seiring meningkatnya urbanisasi dan regulasi ketat terkait emisi karbon, perusahaan menghadapi tantangan untuk mengadaptasi sistem distribusi mereka. Penelitian ini berfokus pada pengiriman B2B (Business-to-Business), berbeda dari kebanyakan studi sebelumnya yang lebih banyak menyoroti pengiriman ke konsumen langsung (B2C).

Penulis menggunakan studi kasus tunggal dengan pendekatan berbasis wawancara, survei, dan observasi terhadap pelanggan dan penyedia jasa logistik di Stockholm. Mereka juga melakukan analisis kesenjangan antara ekspektasi pelanggan dan sistem distribusi saat ini.

Temuan Utama

1. Ekspektasi Pelanggan dalam Pengiriman Last-Mile

Melalui survei terhadap 100 pelanggan dan wawancara mendalam, ditemukan bahwa pelanggan bisnis menginginkan:

  • Frekuensi pengiriman yang tinggi dan waktu pengiriman yang andal.
  • Fleksibilitas tinggi, terutama dalam menyesuaikan jadwal dan volume pengiriman.
  • Transparansi dan digitalisasi dalam pelacakan pengiriman secara real-time.
  • Keberlanjutan, meskipun hanya sedikit yang bersedia membayar lebih untuk layanan ramah lingkungan.

 Studi Kasus:
Dalam 5-10 tahun ke depan, permintaan akan pengiriman berkelanjutan di Stockholm diperkirakan meningkat signifikan, tetapi hanya 20% pelanggan bersedia membayar lebih untuk opsi ramah lingkungan.

2. Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Pengiriman Berkelanjutan

Studi ini menyoroti beberapa tantangan utama dalam implementasi pengiriman ramah lingkungan, yaitu:

  • Tingginya biaya investasi untuk kendaraan listrik dan infrastruktur pengisian daya.
  • Regulasi yang ketat, seperti kebijakan lingkungan di Stockholm yang akan membatasi kendaraan berbahan bakar fosil di beberapa area pada tahun 2024.
  • Ketidakpastian politik, yang dapat menghambat investasi jangka panjang perusahaan dalam solusi hijau.

Namun, peluang besar juga terbuka dengan adanya:

  • Dukungan kebijakan pemerintah, seperti insentif pajak dan subsidi kendaraan listrik.
  • Peningkatan reputasi merek, di mana pelanggan lebih memilih perusahaan dengan komitmen keberlanjutan.
  • Teknologi transportasi inovatif, seperti pusat konsolidasi mikro (Urban Micro-Consolidation Centers) dan kendaraan listrik otonom.

  Studi Kasus:

  • Perusahaan A mengalami peningkatan efisiensi rute sebesar 30% setelah mengadopsi kendaraan listrik dan sistem lelang real-time dalam alokasi paket.
  • Perusahaan B berhasil menurunkan emisi karbon hingga 40% dengan menggunakan sistem pengiriman berbasis data AI yang mengoptimalkan rute.

3. Outsourcing vs. Pengelolaan Internal dalam Pengiriman Last-Mile

Salah satu keputusan strategis yang diteliti dalam studi ini adalah apakah perusahaan sebaiknya mengelola pengiriman sendiri atau mengalihdayakan (outsourcing) ke penyedia logistik pihak ketiga (3PL).

 Keuntungan outsourcing ke 3PL:

  • Akses ke teknologi dan infrastruktur canggih tanpa perlu investasi besar.
  • Fleksibilitas tinggi dalam menyesuaikan kapasitas dengan permintaan pasar.
  • Efisiensi biaya melalui skala ekonomi yang lebih besar.

 Kekurangan outsourcing:

  • Ketergantungan pada pihak ketiga, yang dapat membatasi kendali atas kualitas layanan.
  • Potensi masalah integrasi sistem IT antara perusahaan dan penyedia logistik.

Studi ini merekomendasikan outsourcing sebagai solusi terbaik, terutama bagi perusahaan menengah yang ingin meningkatkan efisiensi pengiriman tanpa mengalokasikan sumber daya besar untuk pengelolaan internal.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini memberikan wawasan bahwa pengiriman last-mile yang optimal memerlukan keseimbangan antara efisiensi, keberlanjutan, dan fleksibilitas.

 Rekomendasi utama:

  1. Mengadopsi teknologi pengiriman cerdas seperti sistem lelang real-time dan AI untuk optimasi rute.
  2. Beralih ke kendaraan listrik atau bahan bakar alternatif, meskipun investasi awal tinggi.
  3. Memanfaatkan pusat konsolidasi mikro untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi logistik.
  4. Mengadopsi model outsourcing untuk memanfaatkan keahlian dan infrastruktur 3PL yang lebih matang.
  5. Meningkatkan transparansi digital, dengan integrasi sistem pelacakan real-time bagi pelanggan.

Dengan implementasi strategi-strategi ini, perusahaan dapat tidak hanya mengurangi biaya dan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya saing di pasar urban last-mile delivery.

Sumber : Martina Kylebäck Wennerlöf & Hannah Renhed (2023). The Future of Urban Last Mile Deliveries – Not a Piece of Cake. Lund University, Department of Mechanical Engineering Sciences.

Selengkapnya
Inovasi dan Tantangan Pengiriman Last-Mile Perkotaan: Studi Kasus Distribusi B2B di Stockholm

Logistik Cerdas

Pendekatan Cerdas untuk Pengorganisasian Mandiri dalam Pengiriman Last-Mile

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Artikel "Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery" oleh J.H.R. van Duin dkk. yang diterbitkan di Transportation Research Record (2020) membahas metode baru untuk mengalokasikan paket ke kendaraan pengiriman dan menyusun rute kendaraan secara real-time melalui sistem lelang. Metode ini bertujuan meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman last-mile.

Latar Belakang

Pertumbuhan pesat e-commerce telah meningkatkan permintaan layanan pengiriman paket. Namun, operator pengiriman menghadapi tekanan untuk memenuhi permintaan ini sambil menjaga kelayakan huni kota dan meminimalkan dampak lingkungan. Pengiriman last-mile menjadi tantangan utama karena merupakan bagian yang paling tidak efisien, mahal, dan tidak ramah lingkungan dari proses pengiriman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengembangkan metode self-organizing untuk alokasi paket dan penyusunan rute kendaraan secara real-time.
  2. Memungkinkan pengiriman kolaboratif dan intermodal.
  3. Meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman last-mile.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan:

  • Pengembangan metode baru berbasis sistem lelang
  • Simulasi berbasis agen untuk menguji kinerja metode baru
  • Perbandingan dengan teknik yang digunakan saat ini

Hasil Utama

  1. Metode baru berhasil meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman secara signifikan.
  2. Sistem lelang memungkinkan alokasi paket dan penyusunan rute secara real-time.
  3. Pendekatan self-organizing memungkinkan pengiriman kolaboratif dan intermodal.

Analisis Mendalam

Konsep Self-Organizing Logistics

Metode ini menerapkan konsep self-organizing logistics, di mana:

  • Sistem berfungsi berdasarkan interaksi lokal antar aktor
  • Tidak memerlukan entitas pusat untuk panduan
  • Meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas sistem logistik

Sistem Lelang Real-Time

Fitur utama metode ini adalah sistem lelang real-time:

  • Paket dan kendaraan berperan sebagai agen otonom
  • Kendaraan menawar untuk mengangkut paket
  • Paket memilih kendaraan berdasarkan kriteria tertentu
  • Memungkinkan penyesuaian cepat terhadap perubahan kondisi

Pengiriman Kolaboratif dan Intermodal

Metode ini mendukung:

  • Kolaborasi antar operator pengiriman
  • Penggunaan berbagai moda transportasi
  • Optimalisasi kapasitas kendaraan
  • Pengurangan duplikasi area layanan

Implikasi Praktis

  1. Peningkatan Efisiensi: Mengurangi jarak tempuh kendaraan dan biaya operasional.
  2. Fleksibilitas Tinggi: Mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan atau gangguan.
  3. Kolaborasi Antar Operator: Memungkinkan penggunaan sumber daya bersama secara optimal.
  4. Pengurangan Dampak Lingkungan: Menurunkan emisi melalui optimalisasi rute dan kapasitas.

Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan

  • Perlu pengujian lebih lanjut dalam skenario dunia nyata
  • Tantangan implementasi terkait privasi data dan keamanan informasi
  • Potensi pengembangan untuk integrasi dengan teknologi lain seperti kendaraan otonom

Kesimpulan

Metode self-organizing untuk pengiriman paket last-mile yang diusulkan dalam penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman. Pendekatan inovatif ini dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan pertumbuhan e-commerce dan tuntutan keberlanjutan dalam industri logistik.

Sumber Asli Artikel:  Van Duin, J.H.R., Vlot, T.S., Tavasszy, L.A., Duinkerken, M.B., & van Dijk, B. (2020). Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery. Transportation Research Record, 1-11. DOI: 10.1177/0361198120976062

Selengkapnya
Pendekatan Cerdas untuk Pengorganisasian Mandiri dalam Pengiriman Last-Mile

Logistik Cerdas

Solusi Pengiriman Last Mile dalam E-Commerce: Mengatasi Masalah 'Tidak di Rumah' di Swedia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Tesis master berjudul "E-commerce Last Mile Delivery (Solutions for not at home problem)" oleh Jinto Lal Das dan Victor Dogbeda Fianu dari Linnaeus University (2018) membahas tentang solusi untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile (last mile delivery) di Swedia. Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile di era e-commerce serta mengetahui preferensi pelanggan terhadap solusi-solusi tersebut.

Latar Belakang dan Motivasi

Pertumbuhan e-commerce di Swedia telah berkontribusi pada perekonomian dan membentuk gaya hidup masyarakat, terutama dengan adanya layanan pengiriman ke rumah (home delivery). Namun, masalah 'tidak di rumah' dan pengiriman berulang telah menyebabkan masalah bagi konsumen dan penyedia layanan logistik, yang menyebabkan peningkatan biaya pengiriman. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan inovasi untuk menghasilkan solusi yang nyaman bagi pelanggan dan penyedia 3PL (third-party logistics).

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari tesis ini adalah:

  1. Mengevaluasi solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile di e-commerce.
  2. Mengetahui solusi mana yang disukai oleh pelanggan dan dampak solusi tersebut pada pelanggan.
  3. Menentukan solusi potensial untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah'.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan sembilan wawancara yang berfokus pada pelanggan profesional dan non-profesional di Swedia.

Kerangka Teoretis

Tesis ini membahas beberapa konsep kunci, termasuk:

  • E-commerce: Perdagangan elektronik.
  • Last Mile Delivery: Tahap terakhir dari proses pengiriman, dari pusat distribusi ke tangan pelanggan.
  • Third Party Logistics (3PL): Penyedia layanan logistik pihak ketiga.
  • Collection Points: Titik pengambilan barang.
  • Locker Banks: Loker otomatis untuk pengambilan barang.
  • Controlled Home Access: Akses terkontrol ke rumah pelanggan untuk pengiriman barang.

Hasil dan Diskusi

Temuan Utama

  • Selain pengiriman ke rumah, pelanggan di Swedia umumnya menggunakan collection points dalam berbelanja online.
  • Metode pengiriman lain seperti loker otomatis (automated locker banks) dan akses rumah terkontrol (controlled home access) masih dalam tahap awal.
  • Tiga solusi potensial untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' adalah: lokasi aman di gedung tempat tinggal untuk menaruh paket (secured room at residential building to drop parcel), loker otomatis (automated locker bank), dan collection points yang lebih dekat dengan area perumahan.

Detail Temuan

  • Collection Points: Pelanggan merasa ini adalah solusi yang nyaman, tetapi ada kekhawatiran tentang jam buka dan lokasi.
  • Locker Banks: Pelanggan melihat loker sebagai solusi yang potensial, tetapi lokasinya harus strategis.
  • Reception Box: Pelanggan memiliki kekhawatiran tentang keamanan dan privasi.
  • Controlled Home Access: Pelanggan memiliki kekhawatiran tentang keamanan dan kepercayaan.

Studi Kasus dan Angka

  • Penelitian ini menyebutkan bahwa PostNord (2017) melaporkan preferensi pengiriman di wilayah Nordic, di mana collection points menjadi metode yang disukai.
  • Terdapat gambar DHL Locker Banks di Willys Store di Teleborg, Vaxjo, yang menunjukkan implementasi solusi loker di Swedia.

Kesimpulan

Tesis ini menyimpulkan bahwa masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile dapat diatasi dengan beberapa solusi, di mana collection points, loker otomatis, dan lokasi aman di gedung tempat tinggal merupakan solusi yang menjanjikan.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Penyedia layanan logistik harus mempertimbangkan preferensi pelanggan dalam memilih solusi pengiriman last mile.
  • Lokasi strategis dan jam buka yang fleksibel adalah faktor penting dalam keberhasilan collection points dan loker otomatis.
  • Keamanan dan privasi adalah pertimbangan utama dalam implementasi reception box dan controlled home access.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Analisis biaya dan manfaat dari berbagai solusi pengiriman last mile.
  • Pengembangan model untuk memprediksi preferensi pelanggan terhadap solusi pengiriman last mile.
  • Studi komparatif tentang solusi pengiriman last mile di berbagai negara.

Sumber : Das, J. L., & Fianu, V. D. (2018). E-commerce Last Mile Delivery (Solutions for not at home problem). Master Thesis, Linnaeus University.

Selengkapnya
Solusi Pengiriman Last Mile dalam E-Commerce: Mengatasi Masalah 'Tidak di Rumah' di Swedia

Logistik Cerdas

Persepsi Pelanggan terhadap Kualitas Layanan Logistik Last-Mile: Implikasi untuk Kepuasan dan Loyalitas

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Tesis master berjudul "Last-Mile Delivery: Logistics Service Quality, Perceived Value, Satisfaction, and Loyalty" oleh Trinh Ngoc Anh dari Lund University (2019) membahas tentang persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan logistik last-mile dan dampaknya pada perceived value, kepuasan pelanggan, dan loyalitas. Tesis ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kualitas layanan logistik, perceived value, kepuasan pelanggan, dan loyalitas dalam konteks pengiriman last-mile, yang semakin penting dalam era e-commerce.

Latar Belakang dan Motivasi

Pertumbuhan e-commerce telah meningkatkan jumlah pengiriman langsung ke pelanggan, membuat last-mile delivery menjadi bagian yang paling mahal, tidak efisien, dan mencemari dari rantai pasok. Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami perspektif pelanggan dalam mengevaluasi kinerja layanan last-mile. Kualitas layanan telah lama menjadi isu penting untuk kesuksesan bisnis, terutama dengan munculnya e-commerce. Berbagai model kualitas layanan telah dikembangkan, dan industri ritel global telah mengalami revolusi dalam rantai pasok, dari order fulfillment hingga last-mile, untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari tesis ini adalah:

  1. Menguji pengaruh kualitas layanan logistik terhadap perceived value dalam konteks last-mile delivery.
  2. Menganalisis pengaruh monetary dan non-monetary sacrifices terhadap perceived value.
  3. Menyelidiki peran kepuasan pelanggan sebagai mediator antara perceived value dan loyalitas pelanggan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan survei online dan mengumpulkan 210 respons valid dari dua platform online yang berbeda. Data dianalisis menggunakan teknik Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM).

Kerangka Teoretis

Tesis ini membahas beberapa konsep kunci, termasuk:

  • Last-Mile Delivery: Tahap terakhir dari proses pengiriman, dari pusat distribusi ke tangan pelanggan.
  • Logistics Service Quality (LSQ): Kualitas layanan logistik yang mencakup dimensi seperti ketepatan waktu (timeliness), kondisi barang (condition), dan kemudahan (convenience).
  • Perceived Value: Persepsi pelanggan tentang nilai yang mereka terima dari suatu layanan, diukur sebagai trade-off antara manfaat (benefits) dan pengorbanan (sacrifices).
  • Customer Satisfaction: Tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan yang mereka terima.
  • Customer Loyalty: Kecenderungan pelanggan untuk terus menggunakan layanan tersebut di masa depan.

Hasil dan Diskusi

Temuan Utama

  • Kualitas layanan logistik terbukti menjadi pendorong utama bagi perceived value, dengan ketepatan waktu (timeliness) memiliki pengaruh terkuat.
  • Sacrifices (monetary dan non-monetary) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perceived value dalam konteks layanan last-mile delivery.
  • Kepuasan pelanggan berperan sebagai mediator parsial komplementer dalam hubungan antara perceived value dan loyalitas.

Studi Kasus dan Angka

Meskipun tesis ini tidak menyajikan studi kasus spesifik, ia merujuk pada penelitian sebelumnya yang menyoroti pentingnya kualitas layanan dalam e-commerce. Misalnya, pangsa pasar e-commerce terus berkembang di seluruh dunia, dan pengecer bersaing semakin ketat dengan menerapkan berbagai strategi operasional untuk melayani permintaan pelanggan yang meningkat.

Implikasi Praktis

  • Manajer logistik dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memahami aspek mana yang paling dihargai pelanggan dalam layanan mereka.
  • Tidak hanya atribut layanan yang perlu ditingkatkan, tetapi kepuasan pelanggan juga harus dipertimbangkan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.

Kesimpulan

Tesis ini menyimpulkan bahwa kualitas layanan logistik, terutama ketepatan waktu, adalah faktor kunci dalam membentuk perceived value dalam konteks last-mile delivery. Kepuasan pelanggan memainkan peran penting dalam memediasi hubungan antara perceived value dan loyalitas.

Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan

Tesis ini mengakui beberapa keterbatasan, termasuk fokus pada persepsi pelanggan dan kurangnya data empiris tentang biaya dan efisiensi operasional. Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Membandingkan dampak dari berbagai strategi last-mile delivery (misalnya, pengiriman ke rumah vs. collection point) pada perceived value dan loyalitas.
  • Menyelidiki peran faktor situasional (misalnya, jenis produk, urgensi pengiriman) dalam memoderasi hubungan antara kualitas layanan logistik dan perceived value.
  • Mengkaji dampak keberlanjutan (sustainability) dari praktik last-mile delivery pada perceived value dan loyalitas pelanggan.

Sumber : Trinh Ngoc Anh. (2019). Last-Mile Delivery: Logistics Service Quality, Perceived Value, Satisfaction, and Loyalty. Master’s Thesis, Lund University.

 

Selengkapnya
Persepsi Pelanggan terhadap Kualitas Layanan Logistik Last-Mile: Implikasi untuk Kepuasan dan Loyalitas

Logistik Cerdas

Transformasi Last-Mile Logistics di Polandia: Peran Teknologi Cerdas dan Keberlanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam era digital, last-mile logistics menjadi fokus utama dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan rantai pasok. E-commerce yang berkembang pesat menuntut solusi inovatif dalam pengiriman, terutama yang ramah lingkungan dan efisien. Studi ini mengeksplorasi penerapan teknologi cerdas dalam last-mile logistics di Polandia, membahas tantangan, peluang, serta dampak keberlanjutannya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis eksploratif terhadap sumber sekunder (buku, artikel, laporan industri) serta studi CAWI (Computer-Assisted Web Interview) mengenai kebiasaan belanja online konsumen Polandia.

Temuan Utama

1. Pentingnya Teknologi Cerdas dalam Last-Mile Logistics

  • 70% perusahaan logistik Polandia mulai mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.
  • IoT dan AI digunakan dalam optimasi rute dan pengelolaan inventaris, meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 35%.
  • Robotika dan otomatisasi gudang mengurangi waktu pemrosesan pesanan hingga 40%.

2. Model Pengiriman Berkelanjutan dan Teknologi Hijau

  • Parcel Lockers & Pick-Up Points
    • Polandia memiliki lebih dari 15.000 parcel lockers, menjadikannya negara dengan jaringan terbesar di Eropa.
    • Penggunaan locker system mengurangi emisi CO₂ hingga 30% dibanding pengiriman door-to-door.
  • Crowdshipping
    • Model pengiriman berbasis komunitas mengurangi biaya logistik hingga 25% dan meningkatkan fleksibilitas layanan.
    • 85% pelanggan muda lebih memilih crowdshipping sebagai opsi ramah lingkungan.
  • Kendaraan Listrik dan Otonom
    • Perusahaan seperti InPost di Polandia mulai menguji kendaraan listrik untuk last-mile delivery.
    • Dampak: Pengurangan konsumsi bahan bakar hingga 60% dan emisi karbon 50% lebih rendah dibandingkan kendaraan konvensional.

3. Hambatan Implementasi Teknologi Smart Logistics

  • Kurangnya investasi dalam infrastruktur digital memperlambat adopsi teknologi cerdas.
  • Regulasi belum mendukung penuh penggunaan kendaraan otonom dalam layanan logistik.
  • Kendala biaya awal dalam penerapan IoT dan AI masih menjadi tantangan bagi bisnis kecil-menengah.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penerapan teknologi cerdas dalam last-mile logistics berpotensi meningkatkan efisiensi layanan pelanggan serta mendukung transisi ke sistem logistik yang lebih hijau dan berkelanjutan. Tiga rekomendasi utama:

  • Perluasan infrastruktur locker & pick-up points untuk mengurangi ketergantungan pada pengiriman konvensional
  • Dukungan regulasi untuk kendaraan listrik & otonom guna meningkatkan efisiensi logistik.
  • Adopsi AI dan IoT dalam optimasi rantai pasok untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan pengiriman.

Sumber : Kolasińska-Morawska, K., Sułkowski, Ł., Buła, P., Brzozowska, M., & Morawski, P. (2022). Smart Logistics—Sustainable Technological Innovations in Customer Service at the Last-Mile Stage: The Polish Perspective. Energies, 15, 6395.

Selengkapnya
Transformasi Last-Mile Logistics di Polandia: Peran Teknologi Cerdas dan Keberlanjutan
« First Previous page 4 of 5 Next Last »