Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Penerimaan Kendaraan Pengiriman Otonom dalam Last-Mile Delivery di Jerman: Tantangan, Faktor Penentu, dan Prospek Masa Depan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia logistik modern, last-mile delivery menjadi tantangan utama dalam distribusi barang. Meningkatnya permintaan e-commerce menuntut inovasi dalam pengiriman, terutama di segmen last-mile yang sering kali menjadi titik kritis dalam kepuasan pelanggan. Kendaraan pengiriman otonom (Autonomous Delivery Vehicles/ADVs), seperti drone dan robot, muncul sebagai solusi potensial.

Studi ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen di Jerman terhadap ADVs, dengan memperluas Technology Acceptance Model (TAM) menggunakan variabel tambahan seperti motivasi hedonis, sensitivitas harga, dan keamanan privasi.

Tantangan Last-Mile Delivery dan Peran ADVs

Last-mile delivery menyumbang 40%-50% dari total biaya logistik dan menjadi segmen yang paling rentan terhadap gangguan, seperti:

  • Kepadatan lalu lintas perkotaan, yang memperlambat pengiriman.
  • Tingginya ekspektasi konsumen terhadap kecepatan dan fleksibilitas pengiriman.
  • Dampak lingkungan akibat emisi kendaraan pengiriman.

Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan logistik mulai menguji kendaraan pengiriman otonom. ADVs menawarkan solusi berkelanjutan yang lebih efisien, dengan potensi untuk menurunkan biaya operasional hingga 40%.

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner yang dikumpulkan dari 508 responden di Jerman. Model analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM), yang menilai hubungan antara variabel seperti perceived usefulness, perceived ease of use, price sensitivity, dan security concerns.

Hasil Penelitian: Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan ADVs

1. Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use

  • Semakin tinggi persepsi kemudahan dan manfaat ADVs, semakin tinggi niat penggunaannya.
  • Responden percaya bahwa ADVs dapat mempercepat pengiriman dan mengurangi keterlambatan.

2. Sensitivitas Harga

  • 77,7% responden lebih memilih layanan pengiriman konvensional dibandingkan ADVs jika harganya lebih mahal.
  • Hanya 8,7% yang bersedia membayar lebih untuk layanan pengiriman yang lebih cepat.

3. Motivasi Hedonis

  • Kesenangan menggunakan teknologi baru meningkatkan niat adopsi ADVs.
  • Konsumen yang tertarik dengan teknologi canggih lebih mungkin menerima kendaraan pengiriman otonom.

4. Keamanan dan Privasi

  • Keamanan data tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan ADVs.
  • Banyak responden tidak menyadari sejauh mana data mereka dikumpulkan oleh ADVs.

5. Faktor Demografi

  • Responden muda (usia 25-34 tahun) lebih terbuka terhadap ADVs dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
  • Tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan gender dalam penerimaan ADVs.

Studi Kasus: Implementasi ADVs di Jerman

1. Pilot Project oleh Starship Technologies

  • Robot pengiriman telah diuji di beberapa kota besar di Jerman sejak 2019.
  • Hasilnya menunjukkan peningkatan efisiensi pengiriman hingga 30%.

2. Respons Konsumen terhadap Penggunaan ADVs

  • 85% konsumen lebih puas dengan pengiriman yang fleksibel dan lebih cepat.
  • Namun, masih ada kekhawatiran terkait keandalan dan potensi kegagalan teknis.

Rekomendasi untuk Penerapan ADVs di Masa Depan

  1. Meningkatkan Kesadaran Konsumen
    • Kampanye edukasi tentang keamanan, keandalan, dan keuntungan ADVs.
  2. Strategi Penetapan Harga yang Kompetitif
    • Opsi harga fleksibel untuk menarik lebih banyak pengguna.
  3. Pengembangan Infrastruktur yang Mendukung
    • Regulasi yang jelas terkait lalu lintas dan keselamatan ADVs.

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa penerimaan ADVs di Jerman dipengaruhi oleh perceived usefulness, ease of use, dan sensitivitas harga. Keamanan data tidak menjadi perhatian utama, tetapi ada perbedaan dalam penerimaan berdasarkan usia dan ketertarikan terhadap teknologi.

Jika ADVs terus dikembangkan dengan harga yang kompetitif dan layanan yang lebih andal, maka mereka memiliki potensi besar untuk merevolusi industri logistik last-mile di masa depan.

Sumber Artikel

Bogatzki, K., & Hinzmann, J. (2020). Acceptance of Autonomous Delivery Vehicles for Last Mile Delivery in Germany – Extending UTAUT2 with Risk Perceptions. Jönköping University.

 

Selengkapnya
Penerimaan Kendaraan Pengiriman Otonom dalam Last-Mile Delivery di Jerman: Tantangan, Faktor Penentu, dan Prospek Masa Depan

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam industri e-commerce, last-mile delivery (LMD) memainkan peran kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi rantai pasok. LMD menyumbang hingga 37% dari total biaya logistik, sehingga efektivitasnya sangat menentukan daya saing perusahaan.

Penelitian ini mengevaluasi bagaimana DHL eCommerce Vietnam mengadopsi strategi LMD untuk menghadapi tantangan logistik di pasar e-commerce yang berkembang pesat. Studi ini menyoroti tantangan utama, inovasi teknologi, serta peran DHL dalam menciptakan layanan pengiriman yang lebih cepat, murah, dan andal bagi pelanggan di Vietnam.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Pasar Vietnam

1. Biaya Operasional yang Tinggi

  • LMD menyumbang 13% hingga 37% dari total biaya rantai pasok.
  • Biaya tinggi disebabkan oleh kegagalan pengiriman pertama, biaya pengembalian barang, serta infrastruktur yang belum optimal.

2. Persaingan Ketat di Industri Logistik

  • Vietnam mengalami lonjakan bisnis e-commerce, mendorong peningkatan layanan pengiriman dari perusahaan lokal seperti Giaohangnhanh dan Viettel Post.
  • DHL bersaing dengan perusahaan besar seperti Grab Express dan Shopee Express yang menawarkan layanan pengiriman instan.

3. Kegagalan Pengiriman dan Ketergantungan pada Pembayaran COD

  • 30% dari pengiriman pertama gagal, mengakibatkan biaya tambahan dan keterlambatan.
  • 88% transaksi e-commerce di Vietnam masih menggunakan metode Cash on Delivery (COD), meningkatkan risiko gagal bayar dan retur barang.

4. Infrastruktur dan Kemacetan Lalu Lintas

  • Kemacetan di kota besar seperti Ho Chi Minh City dan Hanoi memperlambat pengiriman.
  • Minimnya sistem drop-box dan parcel lockers menghambat efisiensi pengiriman tanpa kontak langsung.

Strategi DHL eCommerce Vietnam dalam Last-Mile Delivery

DHL eCommerce Vietnam telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan efisiensi LMD:

1. Sistem Pelacakan Real-Time dan Transparansi Pengiriman

✅ Pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi ketidakpastian.
✅ Notifikasi otomatis dikirim ke pelanggan untuk memastikan kesiapan penerimaan barang.

2. Jaringan Service Points yang Luas

✅ DHL memiliki jaringan service points yang lebih luas dibandingkan pesaing lokal.
✅ Pelanggan dapat mengambil atau mengembalikan barang dengan lebih fleksibel.

3. Opsi Pengiriman Cepat dan Fleksibel

✅ DHL Parcel Metro menawarkan layanan same-day delivery untuk kota besar seperti Ho Chi Minh dan Hanoi.
✅ Tersedia pilihan waktu pengiriman yang lebih fleksibel untuk menekan angka gagal pengiriman pertama.

4. Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan

✅ DHL menguji penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi emisi karbon di perkotaan.
✅ Inisiatif ini sejalan dengan strategi global DHL untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.

Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL di Vietnam

1. Efektivitas Layanan DHL Parcel Metro

  • Layanan ini menjamin pengiriman dalam waktu 4 jam untuk pelanggan di wilayah kota besar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan meningkat 22% sejak peluncuran layanan ini.

2. Penurunan Tingkat Pengiriman Gagal

  • Dengan sistem notifikasi otomatis dan fleksibilitas jam pengiriman, DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18%.
  • Cash remittance dalam waktu 24 jam membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap pembayaran COD.

3. Persaingan dengan Perusahaan Logistik Lokal

  • Tiki Now menjamin pengiriman dalam 2 jam untuk 100.000 produk, memberikan tantangan besar bagi DHL.
  • DHL mengatasi tantangan ini dengan investasi dalam teknologi AI untuk optimasi rute dan efisiensi operasional.

Tantangan dan Rekomendasi untuk DHL eCommerce Vietnam

1. Mengatasi Kegagalan Pengiriman Pertama

✅ Solusi: Menyediakan lebih banyak opsi drop-box dan parcel lockers untuk memungkinkan pengambilan mandiri.

2. Meningkatkan Efisiensi Operasional

✅ Solusi: Mengoptimalkan rute pengiriman menggunakan AI dan Machine Learning, serta memperluas penggunaan kendaraan listrik.

3. Mengurangi Ketergantungan pada COD

✅ Solusi: Mendorong penggunaan dompet digital dan pembayaran non-tunai melalui edukasi pelanggan dan promosi cashback.

4. Menyesuaikan dengan Tren Pasar

✅ Solusi: Mengembangkan sistem fulfillment lokal untuk mempercepat pengiriman tanpa perlu transportasi jarak jauh.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa DHL eCommerce Vietnam telah berhasil meningkatkan daya saing dalam layanan LMD dengan strategi inovatif seperti layanan same-day delivery, sistem pelacakan real-time, dan ekspansi service points.

✅ DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18% melalui fleksibilitas waktu dan sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan AI dalam optimasi rute dan kendaraan listrik membantu meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
✅ Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk persaingan ketat dengan layanan lokal seperti Tiki Now dan Shopee Express.

Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, DHL eCommerce Vietnam dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam layanan LMD yang kompetitif dan berkelanjutan di Vietnam.

Sumber Artikel:

Hiep Cong Pham, Dat Nguyen, Chau Doan, Quyen Thai, & Ngoc Nguyen. (2019). Last Mile Delivery as a Competitive Logistics Service – A Case Study. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam.

 

Selengkapnya
Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Konsep smart city semakin berkembang dengan tujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan smart city adalah last-mile logistics, yang mencakup distribusi barang dalam kota yang sering menghadapi kemacetan, biaya tinggi, dan dampak lingkungan yang signifikan.

Artikel ini membahas tantangan utama dalam last-mile logistics serta solusi yang diterapkan dalam smart cities, termasuk konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, dan mobile depots.

Tantangan dalam Last-Mile Logistics di Smart Cities

1. Peningkatan Urbanisasi dan Mobilitas Terbatas

Pertumbuhan populasi perkotaan mengarah pada pembatasan mobilitas dan akses logistik di beberapa wilayah kota. Infrastruktur perkotaan yang padat memperumit distribusi barang, meningkatkan waktu pengiriman, serta biaya operasional.

2. Ledakan E-Commerce dan Kapasitas Terbatas

Meningkatnya permintaan e-commerce mempercepat kebutuhan distribusi barang secara efisien. Namun, keterbatasan kapasitas dalam rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan infrastruktur logistik yang tersedia.

3. Ekspektasi Pelanggan yang Berubah

Konsumen saat ini menuntut pengiriman lebih cepat, biaya lebih rendah, dan fleksibilitas lebih besar. Permintaan terhadap layanan same-day delivery terus meningkat, mendorong perusahaan logistik untuk mencari solusi lebih efisien.

4. Masalah Lingkungan dan Kemacetan Lalu Lintas

Tingginya volume kendaraan logistik di perkotaan berkontribusi terhadap polusi udara, kebisingan, dan emisi karbon yang tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

5. Biaya Operasional yang Tinggi

Last-mile logistics sering kali memiliki biaya distribusi yang tinggi karena ketidakefisienan dalam rute pengiriman, kegagalan pengiriman pertama, dan kurangnya fasilitas konsolidasi yang memadai.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Logistics

1. Konsolidasi Pusat Distribusi di Perkotaan

Konsep urban consolidation centers (UCCs) memungkinkan penyimpanan dan distribusi barang di lokasi yang lebih dekat dengan konsumen. UCCs mengurangi kebutuhan kendaraan besar memasuki pusat kota, sehingga menekan biaya logistik dan mengurangi kemacetan.

Keunggulan:

  • Optimalisasi kapasitas kendaraan untuk mengurangi perjalanan kosong.
  • Reduksi emisi karbon melalui penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo.

2. Micro Logistics dan Micro Consolidation Centers

Micro logistics mengacu pada pengelolaan distribusi dalam skala kecil dengan pusat konsolidasi yang lebih dekat dengan penerima barang.

Keunggulan:

  • Efektif untuk pengiriman e-commerce dan last-mile delivery.
  • Dapat mengurangi kemacetan dengan menggunakan kendaraan kecil atau sepeda listrik.

3. Mobile Depots untuk Fleksibilitas Pengiriman

Konsep mobile depots memungkinkan kendaraan logistik berfungsi sebagai gudang sementara yang berpindah-pindah di dalam kota. Mobile depots telah diuji oleh TNT Express di Brussels, yang menghasilkan pengurangan waktu pengiriman dan peningkatan efisiensi logistik.

Keunggulan:

  • Meningkatkan fleksibilitas pengiriman dengan menyesuaikan lokasi gudang sesuai permintaan.
  • Mengurangi kepadatan lalu lintas dengan menempatkan stok barang lebih dekat ke pelanggan.

4. Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengiriman

Integrasi teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam last-mile logistics. Teknologi ini memungkinkan optimasi rute otomatis, pelacakan paket secara real-time, serta pembayaran dan verifikasi pengiriman yang lebih aman.

Keunggulan:

  • Mengurangi kegagalan pengiriman pertama dengan memberikan notifikasi otomatis ke pelanggan.
  • Meningkatkan efisiensi operasional dengan pemantauan kondisi lalu lintas secara real-time.

Studi Kasus: Implementasi Solusi Smart Logistics

1. Urban Consolidation Centers di Eropa

Beberapa kota di Eropa telah menerapkan UCCs sebagai bagian dari strategi smart logistics. Misalnya, London dan Paris telah mengembangkan pusat konsolidasi logistik untuk mengurangi jumlah kendaraan pengiriman di pusat kota.

Hasil:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30%.
  • Jumlah kendaraan logistik di jalanan berkurang hingga 25%.

2. TNT Express Mobile Depot di Brussels

TNT Express menguji konsep mobile depot sebagai bagian dari proyek STRAIGHTSOL di Brussels.

Hasil:

  • Waktu pengiriman berkurang sebesar 20%.
  • Efisiensi operasional meningkat dengan penempatan depot sementara di lokasi strategis.

3. Penggunaan Micro Logistics di Jerman

Di Jerman, beberapa perusahaan logistik telah beralih ke micro logistics untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi pengiriman.

Hasil:

  • Kapasitas pengiriman meningkat hingga 35%.
  • Biaya operasional berkurang sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Pengembangan Smart Logistics

  1. Investasi dalam Infrastruktur Konsolidasi
    • Pemerintah kota perlu mendukung pengembangan urban consolidation centers dan micro consolidation centers untuk meningkatkan efisiensi logistik.
  2. Pemanfaatan Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Mendorong penggunaan sepeda kargo, kendaraan listrik, dan drone untuk mengurangi emisi karbon.
  3. Peningkatan Teknologi Digital
    • Memanfaatkan AI dan machine learning untuk optimasi rute pengiriman dan prediksi permintaan.
  4. Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta
    • Meningkatkan kerja sama antara penyedia layanan logistik dan pemerintah kota untuk menciptakan kebijakan logistik yang lebih berkelanjutan.

Kesimpulan

Last-mile logistics merupakan tantangan utama dalam pengelolaan smart cities. Namun, dengan penerapan strategi inovatif seperti konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, mobile depots, dan teknologi digital, efisiensi logistik dapat ditingkatkan secara signifikan.

Beberapa pencapaian dari implementasi solusi smart logistics:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30% dengan urban consolidation centers.
  • Waktu pengiriman berkurang 20% melalui konsep mobile depots.
  • Efisiensi pengiriman meningkat hingga 35% dengan penggunaan micro logistics.

Dengan inovasi yang terus berkembang dan dukungan regulasi yang tepat, masa depan last-mile logistics akan semakin efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi ekspektasi pelanggan di era smart city.

Sumber Artikel

Özbekler, T. M., & Karaman Akgül, A. (2020). Last Mile Logistics in the Framework of Smart Cities: A Typology of City Logistics Schemes. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XLIV-4/W3-2020, 335-337.

Selengkapnya
Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Inovasi Last-Mile Delivery: Solusi Cerdas untuk Efisiensi Logistik dan Keberlanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, last-mile delivery (LMD) menjadi tantangan utama dalam rantai pasok modern. Pengiriman tahap akhir ini sering kali menyumbang 40%-50% dari total biaya logistik dan berdampak besar terhadap kepuasan pelanggan serta keberlanjutan lingkungan.

Artikel ini mengulas inovasi dalam last-mile delivery, seperti drone, robot pengiriman, smart parcel lockers, dan crowdsourcing, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasi teknologi ini.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery

1. Peningkatan Volume Pengiriman

  • Jumlah paket yang dikirim meningkat pesat akibat urbanisasi dan e-commerce.
  • Di Jerman, jumlah pengiriman paket tahunan diprediksi naik dari 1,69 miliar (2000) menjadi 4,4 miliar (2023).

2. Dampak Lingkungan dan Keberlanjutan

  • Kendaraan pengiriman berkontribusi terhadap 15%-20% kemacetan lalu lintas dan 60% emisi karbon di kota-kota besar seperti Paris.
  • Alternatif hijau, seperti sepeda kargo dan kendaraan listrik, menjadi solusi potensial.

3. Biaya Operasional Tinggi

  • Biaya pengiriman berkisar €2-€6 per paket di Finlandia, tergantung kepadatan wilayah.
  • Kegagalan pengiriman pertama bisa mencapai 12%-60%, meningkatkan biaya operasional.

4. Tekanan Waktu Pengiriman

  • Pengiriman same-day dan next-day semakin menjadi standar industri.
  • Lonjakan pesanan pada hari Senin serta musim liburan menambah beban operasional.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Delivery

1. Drone Pengiriman

  • Amazon Prime Air dan Google Wing sudah mengadopsi drone untuk pengiriman cepat.
  • DHL di China memangkas waktu pengiriman dari 40 menit menjadi 8 menit dengan drone, serta mengurangi biaya per pengiriman hingga 80%.
  • Tantangan utama: regulasi ketat dan keterbatasan baterai.

2. Robot Pengiriman

  • Starship Technologies dan Amazon Scout telah mengembangkan robot otonom untuk pengiriman jarak pendek.
  • Keunggulan: Lebih aman dibandingkan drone, tidak terpengaruh kondisi cuaca.
  • Hambatan utama: Kecepatan rendah (hanya 6 km/jam) dan kapasitas muatan terbatas (maksimum 10 kg).

3. Parcel Lockers dan Micro-Hubs

  • DHL dan InPost telah menerapkan parcel lockers, memungkinkan pelanggan mengambil paket kapan saja.
  • Parcel lockers dapat mengurangi emisi karbon hingga 193 ton per tahun.
  • Tantangan utama: Pemilihan lokasi yang strategis agar mudah diakses pelanggan.

4. Crowdsourced Delivery

  • Model Uber-style delivery, seperti yang digunakan oleh Amazon Flex, mengandalkan kurir independen.
  • Keunggulan: Fleksibilitas tinggi dan biaya lebih rendah dibandingkan layanan tradisional.
  • Tantangan utama: Kontrol kualitas dan keandalan layanan.

Studi Kasus: Implementasi Inovasi Last-Mile Delivery

1. Amazon Prime Air (Amerika Serikat)

  • Uji coba drone di beberapa kota dengan target pengiriman di bawah 30 menit.
  • Tantangan: Persetujuan regulasi FAA dan masalah keamanan udara.

2. Starship Technologies (Eropa)

  • Robot pengiriman diuji di Jerman, Inggris, dan Belanda dengan peningkatan efisiensi pengiriman hingga 30%.
  • Kendala utama: Interaksi dengan pejalan kaki di trotoar.

3. JD Logistics (China)

  • Menggunakan drone di daerah terpencil, memotong waktu pengiriman hingga 50%.
  • Keunggulan: Drone lebih cepat menjangkau area yang sulit diakses kendaraan darat.

Rekomendasi untuk Masa Depan

  1. Regulasi yang Mendukung Inovasi
    • Pemerintah perlu menyesuaikan regulasi untuk mendukung penggunaan drone dan robot pengiriman.
  2. Investasi dalam Teknologi AI dan Machine Learning
    • Optimasi rute pengiriman menggunakan AI dapat mengurangi waktu dan biaya operasional.
  3. Ekspansi Infrastruktur Parcel Lockers dan Micro-Hubs
    • Memperluas jangkauan parcel lockers untuk mengurangi pengiriman gagal.
  4. Integrasi Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi jejak karbon industri logistik.

Kesimpulan

Industri last-mile delivery menghadapi tantangan besar, namun inovasi seperti drone, robot, dan parcel lockers dapat meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan lingkungan.

  • DHL di China berhasil memangkas waktu pengiriman dari 40 menit menjadi 8 menit dengan drone.
  • Parcel lockers terbukti mampu mengurangi emisi karbon hingga 193 ton per tahun.
  • Robot pengiriman meningkatkan efisiensi pengiriman hingga 30% di Eropa.

Dengan dukungan regulasi dan investasi teknologi, masa depan last-mile delivery akan lebih efisien, ramah lingkungan, dan dapat diandalkan.

Sumber Artikel : Wassen AM Mohammad, Yousef Nazih Diab, Adel Elomri & Chefi Triki (2023). Innovative solutions in last mile delivery: concepts, practices, challenges, and future directions. Supply Chain Forum: An International Journal, 24:2, 151-169.

 

Selengkapnya
Inovasi Last-Mile Delivery: Solusi Cerdas untuk Efisiensi Logistik dan Keberlanjutan

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Automasi dalam Last-Mile Delivery: Solusi Inovatif untuk Efisiensi dan Keberlanjutan Logistik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Last-mile delivery (LMD) merupakan tahap akhir dalam rantai pasok, di mana paket dikirim dari pusat distribusi ke pelanggan. Segmen ini menyumbang 41% dari total biaya rantai pasok dan menjadi tantangan besar bagi perusahaan logistik. Dengan meningkatnya e-commerce, solusi otomatis seperti drone, autonomous guided vehicles (AGVs), dan droids mulai diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.

Artikel ini membahas peran solusi otomatis dalam LMD, mencakup tantangan, teknologi yang digunakan, serta dampaknya terhadap industri logistik dan e-commerce.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery

1. Biaya Operasional Tinggi

  • LMD menyumbang hingga 53% dari total biaya pengiriman karena inefisiensi dan kegagalan pengiriman pertama.
  • Pengiriman makanan memerlukan standar kualitas yang tinggi agar tetap segar seperti di toko fisik.

2. Keterlambatan dan Ketidakefisienan

  • Kepadatan lalu lintas meningkatkan waktu pengiriman di area perkotaan.
  • Kurangnya transparansi dalam pelacakan pengiriman menyebabkan ketidakpuasan pelanggan.

3. Keamanan dan Keandalan Teknologi

  • Drone dan robot pengiriman menghadapi kendala regulasi dan keamanan.
  • Pelanggan masih ragu terhadap keandalan pengiriman otomatis, terutama terkait kehilangan atau kerusakan paket.

Solusi Automasi dalam Last-Mile Delivery

1. Drone Pengiriman

  • DHL dan Amazon Prime Air telah menguji drone untuk pengiriman cepat.
  • Keunggulan: Mengurangi waktu pengiriman hingga 80% dan lebih hemat energi dibanding kendaraan konvensional.
  • Kendala: Baterai terbatas, regulasi ketat, dan ketidakmampuan membawa barang berat.

2. Autonomous Guided Vehicles (AGVs)

  • AGVs seperti Starship Technologies dan Amazon Scout digunakan untuk pengiriman jarak pendek.
  • Keunggulan: Fleksibilitas tinggi, dapat beroperasi tanpa intervensi manusia, serta ramah lingkungan.
  • Kendala: Kecepatan terbatas (hanya 6 km/jam) dan memerlukan infrastruktur yang memadai.

3. Robot Pengiriman (Droids)

  • Droids digunakan oleh DHL dan Hermes di Jerman untuk pengiriman paket kecil.
  • Keunggulan: Efektif untuk pengiriman di lingkungan perkotaan dengan sistem penguncian otomatis yang hanya bisa dibuka oleh penerima.
  • Kendala: Memerlukan infrastruktur trotoar yang mendukung dan pengawasan manusia dalam pengoperasiannya.

4. In-Car dan In-Fridge Delivery

  • In-Car Delivery: Pelanggan dapat menerima paket langsung di bagasi mobil menggunakan akses digital.
  • In-Fridge Delivery: Kurir dapat mengantarkan bahan makanan langsung ke dalam kulkas pelanggan dengan izin akses sementara.
  • Keunggulan: Meminimalkan kegagalan pengiriman dan meningkatkan kenyamanan pelanggan.
  • Kendala: Keamanan data dan privasi masih menjadi perhatian utama bagi pelanggan.

Studi Kasus: Implementasi Automasi dalam Last-Mile Delivery

1. Amazon Prime Air (Amerika Serikat)

  • Drone Amazon diuji di beberapa kota untuk pengiriman di bawah 30 menit.
  • Tantangan utama: Regulasi FAA dan masalah keamanan udara.

2. Starship Technologies (Eropa)

  • Robot pengiriman diuji di Jerman dan Inggris dengan peningkatan efisiensi hingga 30%.
  • Kendala utama: Interaksi dengan pejalan kaki dan keterbatasan kecepatan.

3. JD Logistics (China)

  • Menggunakan drone untuk pengiriman ke daerah terpencil, memotong waktu pengiriman hingga 50%.
  • Keunggulan: Drone lebih cepat dibandingkan kendaraan darat di area sulit dijangkau.

Rekomendasi untuk Masa Depan

  1. Meningkatkan Infrastruktur dan Regulasi
    • Pemerintah harus mengembangkan aturan yang mendukung penggunaan drone dan robot pengiriman.
  2. Pengembangan Teknologi AI dan Machine Learning
    • Optimasi rute pengiriman menggunakan AI dapat mengurangi waktu dan biaya operasional.
  3. Ekspansi Jaringan Parcel Lockers dan Micro-Hubs
    • Mengurangi ketergantungan pada pengiriman langsung ke rumah untuk meningkatkan efisiensi.
  4. Peningkatan Kesadaran Konsumen terhadap Automasi
    • Kampanye edukasi untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap teknologi LMD.

Kesimpulan

Solusi otomatis dalam last-mile delivery menawarkan berbagai keunggulan, mulai dari efisiensi operasional, pengurangan biaya, hingga keberlanjutan lingkungan.

  • DHL dan Amazon menggunakan drone untuk memangkas waktu pengiriman hingga 80%.
  • AGVs meningkatkan efisiensi logistik hingga 40% dengan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia.
  • Droids dan robot pengiriman terbukti mampu mengurangi emisi karbon serta mempercepat pengiriman di area perkotaan.

Dengan perkembangan teknologi dan regulasi yang mendukung, masa depan last-mile delivery akan lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan.

Sumber Artikel

Karunakaran Kannan & Ranjithkumar Ponnusamy Rajakumar (2021). A Study on Automated Solutions for Last Mile Delivery. Politecnico di Milano.

 

Selengkapnya
Automasi dalam Last-Mile Delivery: Solusi Inovatif untuk Efisiensi dan Keberlanjutan Logistik

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

E-Commerce dan Logistik Last-Mile: Peran Touchpoints Pelanggan dalam Keberlanjutan Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dengan meningkatnya aktivitas e-commerce global, jumlah pengiriman paket meningkat pesat. Namun, last-mile logistics menjadi tantangan utama dalam rantai pasok karena menyumbang emisi karbon yang signifikan, menyebabkan kemacetan lalu lintas, dan meningkatkan konsumsi sumber daya. Studi ini menyoroti bagaimana touchpoints pelanggan dalam perjalanan belanja e-commerce dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk memilih opsi pengiriman yang lebih berkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis dan analisis empiris berbasis wawancara dengan para ahli industri untuk mengidentifikasi titik-titik interaksi pelanggan yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dalam last-mile logistics.

Tantangan Keberlanjutan dalam Logistik Last-Mile

1. Dampak Lingkungan dari Last-Mile Logistics

  • Rantai pasok menyumbang 90% dari total emisi karbon perusahaan, dengan bagian terbesar berasal dari pengiriman last-mile (Lawton, 2021).
  • 20–30% emisi CO₂ perkotaan berasal dari aktivitas last-mile logistics (European Commission, 2020).
  • Lonjakan 27% dalam volume pengiriman global pada 2020, dengan proyeksi peningkatan tahunan 11% hingga 2026 (Pitney Bowes, 2021).

2. Preferensi Pelanggan yang Bertentangan

  • Studi menemukan bahwa 50% pelanggan lebih memilih pengiriman rendah karbon, tetapi kebanyakan tetap memilih opsi tercepat dan termurah.
  • 65% pelanggan merasa tidak mendapatkan informasi cukup tentang dampak lingkungan dari pengiriman (Nogueira et al., 2021).

3. Peran E-Commerce dalam Keberlanjutan

  • Retailer online beralih ke strategi omnichannel untuk mengintegrasikan penjualan fisik dan digital.
  • Peningkatan transparansi informasi keberlanjutan dapat mengubah kebiasaan belanja pelanggan.

Solusi: Mengoptimalkan Customer Touchpoints untuk Keberlanjutan

Penelitian ini mengidentifikasi bahwa pelanggan dapat dipengaruhi melalui touchpoints di sepanjang perjalanan belanja mereka, termasuk:

1. Komunikasi dan Iklan Berbasis Keberlanjutan

  • Menyediakan informasi eksplisit tentang jejak karbon opsi pengiriman.
  • Menggunakan sosial media dan platform digital untuk meningkatkan kesadaran pelanggan tentang dampak lingkungan.
  • Menampilkan opsi pengiriman hijau lebih awal dalam proses checkout untuk meningkatkan adopsi.

2. Teknologi dan Data-Driven Decision Making

  • AI dan machine learning untuk menawarkan rekomendasi produk dan opsi pengiriman berdasarkan riwayat pelanggan.
  • Blockchain untuk transparansi rantai pasok, memastikan pelanggan memahami asal dan metode distribusi produk.
  • Virtual reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk meningkatkan pengalaman pelanggan tanpa perlu pengiriman sampel fisik.

3. Program Loyalitas dan Insentif untuk Pengiriman Berkelanjutan

  • Poin reward atau diskon bagi pelanggan yang memilih opsi pengiriman ramah lingkungan.
  • Menampilkan dampak positif dari setiap keputusan pelanggan, seperti jumlah emisi karbon yang berhasil dikurangi.

4. Penggunaan Label Hijau dan Sertifikasi Keberlanjutan

  • Label hijau yang menunjukkan opsi pengiriman dengan jejak karbon lebih rendah.
  • Integrasi skema kompensasi karbon otomatis untuk pelanggan yang ingin mengurangi dampak lingkungan.

5. Penggunaan Infrastruktur Logistik Berkelanjutan

  • Integrasi pusat distribusi lokal dan sistem pengiriman berbasis EV (Electric Vehicles).
  • Meningkatkan penggunaan parcel lockers dan pick-up points untuk mengurangi perjalanan pengiriman individu.
  • Menjalin kemitraan dengan layanan logistik ramah lingkungan, seperti penggunaan kendaraan listrik atau sepeda untuk pengiriman di area perkotaan.

Studi Kasus Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics

  1. Amazon – Penggunaan Parcel Lockers
    • Meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 97% dan mengurangi pengiriman gagal.
    • Mengurangi lalu lintas kendaraan pengiriman di area perkotaan.
  2. DHL Packstations di Jerman
    • Mengintegrasikan lokasi pick-up di stasiun transportasi umum untuk memudahkan pelanggan.
    • Mengurangi 30% lalu lintas kendaraan pengiriman, mengoptimalkan rute logistik.
  3. Walmart – Strategi Hybrid Pengiriman dan Pengambilan Mandiri
    • Meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 85% dengan opsi pengambilan fleksibel.
    • Mengurangi biaya pengiriman last-mile dengan mendorong pengambilan di toko.

Tren Masa Depan dalam E-Commerce dan Logistik Berkelanjutan

  1. Hyper-Personalized Delivery
    • Opsi pengiriman berbasis kebiasaan pelanggan dengan mempertimbangkan pola perjalanan mereka.
    • Model berbasis langganan untuk layanan premium yang ramah lingkungan.
  2. Green Logistics dengan Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Kendaraan listrik dan autonomous delivery bots untuk mengurangi emisi CO₂.
    • Rute pengiriman berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi energi.
  3. Edukasi Konsumen dan Perubahan Perilaku
    • Platform e-commerce harus lebih transparan tentang dampak lingkungan pengiriman.
    • Pelanggan didorong untuk memilih opsi yang lebih hijau dengan informasi yang jelas dan menarik.

Tantangan Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics

  1. Biaya Implementasi Teknologi Hijau
    • Perusahaan harus berinvestasi dalam EV, parcel lockers, dan pusat distribusi lokal.
    • Solusi: Insentif pemerintah untuk transisi ke logistik ramah lingkungan.
  2. Kesadaran Konsumen yang Masih Rendah
    • Tidak semua pelanggan memahami pentingnya keberlanjutan dalam pengiriman.
    • Solusi: Edukasi melalui iklan interaktif dan kampanye kesadaran di e-commerce.
  3. Kompleksitas Integrasi Teknologi
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem lama yang sulit diadaptasi.
    • Solusi: Penerapan bertahap dengan pendekatan hybrid digital dan manual.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa mengoptimalkan customer touchpoints dalam e-commerce dapat meningkatkan keberlanjutan logistik last-mile secara signifikan. Dengan langkah-langkah berikut, perusahaan dapat mengurangi emisi karbon, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menghemat biaya operasional:
✅ Gunakan AI dan big data untuk menampilkan opsi pengiriman hijau secara otomatis.
✅ Terapkan parcel lockers dan pick-up points untuk mengurangi pengiriman individu.
✅ Berikan insentif bagi pelanggan yang memilih opsi pengiriman berkelanjutan.
✅ Gunakan teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi rantai pasok.

Dengan strategi ini, e-commerce dapat berkembang dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, mencapai keseimbangan antara efisiensi bisnis dan kepedulian lingkungan.

Sumber Artikel

Hasler, Jannik Alfred (2023). E-Commerce and Last Mile Logistics: Customer Touchpoints Impacting Sustainability. Johannes Kepler University Linz.

 

Selengkapnya
E-Commerce dan Logistik Last-Mile: Peran Touchpoints Pelanggan dalam Keberlanjutan Rantai Pasok
« First Previous page 4 of 6 Next Last »