Green Supply Chain Management

Analisis Dampak Corporate Social Responsibility, Green Supply Chain Management, dan Inovasi Hijau terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Kasus Data PROPER 2015–2019

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini menyoroti hubungan antara CSR, GSCM, dan inovasi hijau dalam meningkatkan kinerja perusahaan berdasarkan data perusahaan PROPER di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015–2019. Dengan 211 laporan tahunan, penelitian ini mengidentifikasi hubungan langsung dan tidak langsung CSR terhadap kinerja perusahaan melalui mediator GSCM dan inovasi hijau.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data menggunakan perangkat lunak STATA. Pengukuran variabel dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

  1. CSR diukur berdasarkan standar pelaporan GRI (Global Reporting Initiative).
  2. GSCM dinilai melalui indikator seperti penggunaan ISO 14000, distribusi hijau, dan daur ulang.
  3. Inovasi Hijau melibatkan teknologi ramah lingkungan dan bahan daur ulang.
  4. Kinerja Perusahaan dinilai dari indikator ROA (Return on Assets) dan efisiensi operasional.

Temuan Utama

1. CSR dan GSCM
CSR memiliki hubungan signifikan dengan GSCM (t-value 3.61, p < 0.01). Perusahaan dengan praktik CSR kuat menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam mengintegrasikan praktik GSCM. Contoh, perusahaan manufaktur besar seperti yang terdaftar dalam PROPER mencatatkan peningkatan efisiensi logistik hingga 15% melalui integrasi rantai pasokan hijau.

2. CSR dan Kinerja Perusahaan melalui GSCM
Hasil analisis menunjukkan bahwa GSCM memediasi hubungan CSR dengan kinerja perusahaan (t-value 2.55, p < 0.05). GSCM terbukti meningkatkan kualitas produk dan efisiensi operasional, menghasilkan penghematan biaya produksi hingga 20%.

3. CSR dan Inovasi Hijau
CSR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap inovasi hijau (t-value 1.21, p > 0.10). Meskipun CSR sering mendorong inovasi hijau, kendala seperti investasi tinggi dan adopsi teknologi lambat menjadi hambatan utama.

4. Inovasi Hijau dan Kinerja Perusahaan
Tidak ditemukan hubungan signifikan antara inovasi hijau dan kinerja perusahaan (t-value -0.47, p > 0.10). Kesimpulan, implementasi inovasi hijau masih dipandang sebagai biaya tambahan daripada investasi strategis, terutama pada perusahaan yang baru mengadopsi teknologi hijau.

Studi Kasus: Perusahaan PROPER

Manufaktur A

  • CSR Praktik: Pelaporan keberlanjutan berbasis GRI.
  • Dampak: Meningkatkan reputasi dan daya tarik investor ramah lingkungan.

Manufaktur B

  • GSCM Praktik: Distribusi hijau melalui pengurangan emisi kendaraan.
  • Dampak: Penurunan emisi karbon hingga 30%.

Manufaktur C

  • Inovasi Hijau: Mengadopsi teknologi energi terbarukan.
  • Dampak: Pengurangan biaya energi sebesar 25% namun belum signifikan terhadap laba bersih.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Kolaborasi GSCM:
    Perusahaan dapat bekerja sama dengan pemasok untuk mempercepat adopsi standar hijau, termasuk implementasi ISO 14000.
  2. Dukungan Kebijakan Pemerintah:
    Memberikan insentif untuk perusahaan yang mengintegrasikan inovasi hijau.
  3. Pelatihan SDM Berkelanjutan:
    Melatih karyawan untuk memahami pentingnya inovasi hijau dan efisiensi operasional berbasis keberlanjutan.

Kesimpulan

Studi ini menegaskan pentingnya CSR dalam mendukung GSCM untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, inovasi hijau membutuhkan dukungan lebih besar untuk memberikan dampak signifikan pada laba perusahaan. Temuan ini relevan bagi perusahaan yang ingin mencapai keberlanjutan jangka panjang melalui pendekatan terpadu antara tanggung jawab sosial, inovasi hijau, dan efisiensi operasional.

Sumber:
Novitasari, M., & Agustia, D. (2022). The role of green supply chain management and green innovation in the effect of corporate social responsibility on firm performance. Gestão & Produção, 29, 117.

 

Selengkapnya
Analisis Dampak Corporate Social Responsibility, Green Supply Chain Management, dan Inovasi Hijau terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Kasus Data PROPER 2015–2019

Green Supply Chain Management

Implementasi Praktik Manajemen Rantai Pasok Hijau di Thailand: Mengidentifikasi Faktor Kunci untuk Keberhasilan GSCM di Sektor Manufaktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Implementing Green Supply Chain Management Practices in Organizations in Thailand: A Review in Search for Key Factors in GSCM Implementation" oleh Sayam Aroonsrimorakot dan Meena Laiphrakpam, yang diterbitkan di Journal of Thai Interdisciplinary Research pada tahun 2017, bertujuan untuk meninjau literatur GSCM di Thailand untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan implementasi GSCM di industri manufaktur Thailand, memberikan panduan untuk penelitian di masa depan.

Latar Belakang dan Motivasi

Ada peningkatan minat dalam penelitian Green Supply Chain Management (GSCM) karena bertujuan untuk inovasi lingkungan dan integrasi masalah lingkungan ke dalam manajemen rantai pasokan. Masalah lingkungan yang disebabkan oleh pemborosan dan emisi dari berbagai kegiatan rantai pasokan telah memaksa industri untuk menerapkan praktik GSCM yang bertanggung jawab.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengidentifikasi faktor-faktor kunci untuk mengadopsi dan mengimplementasikan praktik GSCM di industri manufaktur di Thailand.
  2. Memberikan pentingnya dan panduan untuk arah penelitian di masa depan di organisasi manufaktur Thailand.
  3. Menemukan keterbatasan dalam mengimplementasikan GSCM di organisasi di Thailand.
  4. Menyarankan atau merekomendasikan arah untuk penelitian dan implementasi GSCM lebih lanjut.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada sumber data sekunder yang tersedia dalam bentuk cetak, elektronik, atau sumber lain. Ini adalah metode deskriptif, menggambarkan fakta sebagaimana adanya dari tinjauan literatur yang tersedia.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Green Supply Chain Management (GSCM): Praktik meningkatkan kinerja lingkungan dengan mengintegrasikan ke dalam manajemen rantai pasokan, termasuk desain produk, sumber dan pemilihan material, proses manufaktur, pengiriman produk akhir ke konsumen, dan manajemen akhir masa pakai produk.
  • Green Manufacturing Technology Practice: Upaya sistematis untuk mengurangi produksi limbah atau memenuhi kemampuan tertinggi dengan langkah-langkah untuk menciptakan lingkungan yang bersahabat.
  • Green Logistics Practice: Praktik yang berfokus pada daur ulang yang tepat atau penggunaan kembali barang-barang yang dikembalikan dari pelanggan.
  • Green Sourcing Strategy: Strategi yang memastikan bahwa pemasok juga mengikuti praktik ramah lingkungan.

Hasil dan Diskusi

Faktor Kunci Implementasi GSCM

Hasil tinjauan mengidentifikasi tiga faktor kunci implementasi praktik GSCM:

  1. Praktik Teknologi Manufaktur Hijau: Faktor terpenting untuk implementasi yang berhasil di industri elektronik Thailand.
  2. Praktik Logistik Hijau: Fokus pada daur ulang yang tepat atau penggunaan kembali barang-barang yang dikembalikan dari pelanggan.
  3. Strategi Sumber Hijau: Memastikan bahwa pemasok juga mengikuti praktik ramah lingkungan.

Temuan Tambahan

  • Biaya dan kompleksitas tampaknya menjadi hambatan utama untuk implementasi GSCM yang sukses.
  • Praktik manufaktur hijau dan praktik logistik hijau sangat berkorelasi dengan kinerja keuangan.

Studi Kasus dan Angka

  • Industri elektronik memainkan peran penting dalam ekonomi Thailand, dengan pendapatan dari ekspor suku cadang elektronik ke pasar internasional sebesar 8.143,97 juta USD pada Januari 2014.
  • Kementerian Perindustrian Thailand telah meluncurkan Industri Hijau untuk mempromosikan pertumbuhan dan pengembangan industri yang ramah lingkungan.
  • Perusahaan yang terdaftar dalam proyek Industri Hijau akan disertifikasi dan dievaluasi tentang pertimbangan hijau dalam organisasi mereka.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa implementasi GSCM dapat meningkatkan kinerja ekonomi dan lingkungan organisasi. Studi ini mengidentifikasi tiga faktor kunci keberhasilan implementasi GSCM di Thailand dan menyoroti pentingnya mengatasi biaya dan kompleksitas yang terkait dengan implementasi GSCM.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Organisasi harus fokus pada implementasi praktik teknologi manufaktur hijau, praktik logistik hijau, dan strategi sumber hijau untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan keuangan mereka.
  • Organisasi harus mengatasi biaya dan kompleksitas yang terkait dengan implementasi GSCM untuk memastikan implementasi yang berhasil.
  • Pemerintah harus mempromosikan proyek industri hijau untuk menciptakan peluang bisnis dengan meningkatkan orang, meningkatkan berbasis pengetahuan, teknologi, inovasi, dan kreativitas berdasarkan konsep industri manufaktur yang ramah lingkungan.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Analisis lebih mendalam tentang dampak faktor-faktor keberhasilan pada kinerja organisasi.
  • Pengembangan model untuk mengukur dan meningkatkan kinerja GSCM.
  • Studi komparatif tentang implementasi GSCM di berbagai industri dan negara.

Daftar Pustaka

  • Aroonsrimorakot, S., & Laiphrakpam, M. (2017). Implementing green supply chain management practices in organizations in Thailand: A review in search for key factors in GSCM implementation. Journal of Thai Interdisciplinary Research, 12(6), 9-13.

Sumber Asli Artikel:

Aroonsrimorakot, S., & Laiphrakpam, M. (2017). Implementing green supply chain management practices in organizations in Thailand: A review in search for key factors in GSCM implementation. Journal of Thai Interdisciplinary Research, 12(6), 9-13.

Selengkapnya
Implementasi Praktik Manajemen Rantai Pasok Hijau di Thailand: Mengidentifikasi Faktor Kunci untuk Keberhasilan GSCM di Sektor Manufaktur

Green Supply Chain Management

Menganalisis Dampak Green Supply Chain Management terhadap Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah Batik Alami di Yogyakarta: Strategi Hijau dan Kinerja Ekonomi, Lingkungan, serta Sosial

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas pengaruh penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) terhadap kinerja keberlanjutan (environmental, economic, dan social performance) pada UKM batik alami di Provinsi Yogyakarta. Studi ini menyoroti bagaimana praktik GSCM, seperti green purchasing, green manufacturing, dan environmental education, dapat mendorong keberlanjutan pada skala usaha kecil-menengah, dengan hasil yang dianalisis menggunakan metode Partial Least Square (PLS).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 39 UKM batik alami yang tersebar di Provinsi Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.2.8. Variabel penelitian meliputi tujuh dimensi GSCM, yaitu:

  1. Green Purchasing
  2. Green Manufacturing
  3. Green Marketing
  4. Green Distribution dan Packaging
  5. Internal Environmental Management
  6. Environmental Education
  7. Investment Recovery

Kinerja keberlanjutan diukur dalam tiga dimensi: lingkungan, ekonomi, dan sosial, menggunakan skala Likert sebagai indikator.

Temuan Utama

1. Pengaruh GSCM pada Kinerja Lingkungan
Lima dimensi GSCM terbukti memberikan dampak positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan UKM, yaitu:

  • Green Purchasing: Menggunakan pewarna alami seperti daun tom, kayu mahoni, dan jolawe, membantu mengurangi limbah berbahaya.
  • Green Manufacturing: Pengurangan bahan kimia dalam proses produksi menghasilkan penurunan limbah berbahaya hingga 30%.
  • Environmental Education: Memberikan pelatihan lingkungan kepada karyawan meningkatkan kesadaran tentang praktik ramah lingkungan, dengan dampak paling signifikan.

Namun, praktik Green Distribution dan Packaging serta Investment Recovery tidak memiliki dampak signifikan karena keterbatasan teknologi dan logistik.

2. Pengaruh GSCM pada Kinerja Ekonomi
Penerapan GSCM juga berdampak positif pada kinerja ekonomi, dengan environmental education sebagai dimensi yang paling signifikan.

  • Green Marketing: Promosi batik ramah lingkungan meningkatkan permintaan konsumen hingga 15%.
  • Green Manufacturing: Efisiensi proses produksi menurunkan biaya produksi hingga 20%, meningkatkan profitabilitas.

3. Pengaruh GSCM pada Kinerja Sosial
Dimensi Environmental Education memiliki dampak paling signifikan pada kinerja sosial melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk ramah lingkungan.

  • Green Purchasing: Mendorong kolaborasi dengan pemasok lokal bahan alami, menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
  • Internal Environmental Management: Mengintegrasikan kebijakan perlindungan lingkungan di seluruh operasional UKM, meningkatkan reputasi sosial.

Studi Kasus: UKM Batik Alami di Yogyakarta

UKM Batik Ramah Lingkungan

  • Praktik Hijau: Penggunaan pewarna alami dan pengemasan berbahan dasar kertas.
  • Hasil: Penurunan tingkat pencemaran air hingga 25%, dengan peningkatan kepuasan pelanggan.

Hambatan:

  • Teknologi: Penggunaan transportasi berbahan bakar fosil masih mendominasi.
  • Biaya: Pengemasan ramah lingkungan lebih mahal dibandingkan plastik.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa praktik GSCM, terutama melalui green purchasing, green manufacturing, dan environmental education, dapat meningkatkan keberlanjutan UKM secara signifikan. Namun, investasi pada logistik hijau dan teknologi daur ulang masih menjadi tantangan. Untuk mendorong penerapan GSCM secara optimal, diperlukan:

  1. Pelatihan karyawan secara berkala tentang pentingnya keberlanjutan.
  2. Dukungan pemerintah untuk teknologi hijau dan insentif UKM.
  3. Kolaborasi dengan mitra lokal untuk mempercepat adopsi praktik hijau.

Sumber:
Febry Anindya Hanumsari, Yuli Liestyana, Yekti Utami (2020). The Effect of Green Supply Chain Management Practices on Sustainability Performance. Jurnal REKOMEN, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

 

Selengkapnya
Menganalisis Dampak Green Supply Chain Management terhadap Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah Batik Alami di Yogyakarta: Strategi Hijau dan Kinerja Ekonomi, Lingkungan, serta Sosial

Green Supply Chain Management

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kolaborasi dalam Rantai Pasok Produk Segar

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "The Factors Influencing Modeling of Collaborative Performance Supply Chain: A Review on Fresh Produce" oleh Edi Susanto dan Norfaridatul Akmaliah Othman, yang diterbitkan di Uncertain Supply Chain Management pada tahun 2021, bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi faktor-faktor keberhasilan yang memengaruhi sistem kinerja kolaborasi rantai pasok (CPS) produk segar (FPSC) terhadap aliran informasi di antara mitra sepanjang rantai, serta hubungan rantai pasok dari semua mitra di dalamnya.

Latar Belakang dan Motivasi

Hubungan rantai pasok kolaboratif merupakan proses kemitraan di mana dua atau lebih perusahaan otonom bekerja sama untuk merencanakan dan melaksanakan operasi rantai pasok untuk tujuan bersama dan saling menguntungkan. Meningkatnya tekanan yang diciptakan oleh outsourcing, globalisasi, dan inovasi cepat dalam teknologi informasi meningkatkan ketergantungan antara para pelaku. Manfaat hubungan kerja sama rantai pasok juga meningkatkan saling ketergantungan yang terkadang menjadi tidak bebas dari pelaku ke dalam rantai dan dapat menghalangi mereka untuk mengeksplorasi peluang yang lebih baik untuk mengatasi perubahan yang terjadi di pasar.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengidentifikasi dan mengeksplorasi faktor-faktor keberhasilan yang memengaruhi CPS dalam FPSC.
  2. Mengidentifikasi peran yang dimainkan oleh struktur informasi pada tingkat perencanaan kolaborasi rantai pasok.
  3. Memberikan wawasan kebijakan kepada para pemangku kepentingan di berbagai negara untuk menganalisis implementasi yang berlaku.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dengan meninjau literatur sebelumnya yang dipilih secara sengaja selama 10 tahun terakhir; makalah jurnal, konferensi, makalah kerja, dan tesis Ph.D. Menggunakan tiga langkah, langkah pertama menemukan 189 artikel. Langkah kedua adalah mendapatkan 96 artikel yang sesuai dengan topik yang diangkat. Akhirnya, langkah ketiga, menentukan 39 artikel yang dipilih sebagai topik penting yang berfokus pada area produksi segar dan dikategorikan serta dianalisis.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Supply Chain Collaboration (SCC): Hubungan di mana dua atau lebih perusahaan otonom bekerja sama untuk merencanakan dan melaksanakan operasi rantai pasok untuk tujuan bersama dan saling menguntungkan.
  • Collaborative Performance System (CPS): Sistem untuk mengukur dan meningkatkan kinerja kolaborasi dalam rantai pasok.
  • Fresh Produce Supply Chain (FPSC): Rantai pasok yang berfokus pada produk-produk segar seperti buah-buahan dan sayuran.
  • Information Structure: Struktur informasi yang memfasilitasi aliran informasi antara anggota rantai pasok.

Hasil dan Diskusi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi CPS dalam FPSC

Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan yang memengaruhi CPS dalam FPSC, seperti:

  1. Pengetahuan tentang manfaat sistem kinerja kolaborasi.
  2. Keengganan untuk berubah.
  3. Budaya kolaborasi.
  4. Kepercayaan.
  5. Teknologi dan informasi.
  6. Hubungan sosial.
  7. Ramah lingkungan.
  8. Keamanan dan keselamatan keberlanjutan.

Peran Struktur Informasi

Studi ini menyoroti pentingnya struktur informasi dalam memfasilitasi kolaborasi di FPSC. Struktur informasi yang efektif memungkinkan aliran informasi yang akurat dan tepat waktu antara anggota rantai pasok, yang meningkatkan pengambilan keputusan dan kinerja kolaborasi.

Studi Kasus dan Angka

  • Menurut Kementerian Pertanian Indonesia, dari tahun 2015-2019, produksi komoditas sayuran meningkat dari 11.63 juta menjadi 12.78 juta ton atau naik sekitar 9.87%, dan buah-buahan dari 19.85 juta ton menjadi 24.39 juta ton atau naik sekitar 22.89%.
  • Sementara di rantai berikutnya, seperti di toko grosir, ada pertumbuhan jumlah gerai sebesar 13.5% dari tahun 2016 terhadap 2011 atau sekitar 17 ribu gerai (Global Agriculture Network, 2017).

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan kolaborasi rantai pasok produk segar dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengetahuan, budaya, kepercayaan, teknologi, hubungan sosial, ramah lingkungan, dan keamanan keberlanjutan. Struktur informasi memainkan peran penting dalam memfasilitasi kolaborasi yang efektif dalam rantai pasok.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan yang terlibat dalam FPSC perlu fokus pada pengembangan dan pemeliharaan faktor-faktor keberhasilan yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
  • Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi dan infrastruktur informasi yang memfasilitasi aliran informasi yang efektif antara anggota rantai pasok.
  • Kolaborasi dan kepercayaan antara anggota rantai pasok perlu dipromosikan untuk meningkatkan kinerja kolaborasi.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Analisis lebih mendalam tentang dampak faktor-faktor keberhasilan pada kinerja CPS dalam FPSC.
  • Pengembangan model untuk mengukur dan meningkatkan kinerja kolaborasi dalam FPSC.
  • Studi komparatif tentang CPS dalam FPSC di berbagai negara dan wilayah.

Daftar Pustaka

  • Susanto, E., & Othman, N. A. (2021). The factors influencing modeling of collaborative performance supply chain: A review on fresh produce. Uncertain Supply Chain Management, 9(2021), 373–392.

Sumber Asli Artikel:

Susanto, E., & Othman, N. A. (2021). The factors influencing modeling of collaborative performance supply chain: A review on fresh produce. Uncertain Supply Chain Management, 9(2021), 373–392.

Selengkapnya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kolaborasi dalam Rantai Pasok Produk Segar

Green Supply Chain Management

Hubungan antara Manajemen Rantai Pasok Hijau dan Kinerja Keberlanjutan: Tinjauan Dekade Terakhir (2014–2023)

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengulas hubungan antara Green Supply Chain Management (GSCM) dan kinerja keberlanjutan selama satu dekade terakhir (2014–2023). Berlandaskan Resource-Based View (RBV), penelitian ini menekankan pentingnya integrasi keberlanjutan dalam rantai pasokan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial. Menggunakan metode analisis bibliometrik, artikel ini mengeksplorasi tema-tema baru, tren topik, kolaborasi antar penulis dan negara, serta berbagai metodologi yang relevan.

Metodologi

Penelitian ini mengumpulkan 938 dokumen terkait GSCM dan kinerja bisnis dari basis data Scopus. Analisis dilakukan menggunakan Biblioshiny pada RStudio (versi 4.4.0) untuk mengidentifikasi kata kunci, hubungan sosial, dan struktur konseptual. Tema-tema utama dianalisis melalui analisis tematik, sedangkan dampak topik dievaluasi menggunakan analisis sentralitas dan kepadatan.

Temuan Utama

1. Tema dan Topik Utama dalam GSCM
Penelitian mengidentifikasi empat tema besar yang relevan:

  • Model Optimasi Rantai Pasokan untuk Keberlanjutan: Menggunakan model multi-objektif untuk menyeimbangkan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial.
  • Hubungan Antara Strategi Keberlanjutan dengan Kinerja TBL: Fokus pada manufaktur di negara berkembang.
  • Analisis Siklus Hidup Rantai Pasokan Berbasis Sumber Daya Alami: Menganalisis dampak lingkungan dari desain produk.
  • Faktor Pendorong dan Dampak GSCM: Menyoroti teknologi disruptif seperti blockchain, big data, dan IoT.

2. Tren Geografis dan Kolaborasi

  • China memimpin kontribusi global dengan 181 dokumen, diikuti oleh Inggris (90 dokumen) dan India (71 dokumen).
  • Kolaborasi internasional paling menonjol adalah antara China dan Inggris (43 kolaborasi).

3. Analisis Dampak GSCM terhadap Keberlanjutan

  • Kinerja Lingkungan: Pengurangan emisi karbon dan limbah hingga 40% melalui teknologi IoT dan optimasi logistik.
  • Kinerja Ekonomi: Penghematan biaya logistik hingga 20% melalui model rantai pasokan sirkular.
  • Kinerja Sosial: Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja hijau.

4. Inovasi dalam Metodologi Penelitian
Metode populer mencakup:

  • Model Multi-Objektif untuk optimasi rantai pasokan.
  • Analisis Siklus Hidup (LCA) untuk menilai dampak desain produk.
  • Model Game Theory untuk kolaborasi antar anggota rantai pasokan.

Studi Kasus: Implementasi GSCM

Manufaktur di India

  • Hasil: Pengurangan biaya produksi hingga 15% melalui integrasi blockchain dan big data.

Industri Transportasi di Tiongkok

  • Hasil: Optimasi rute logistik mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 30%, menghasilkan penghematan signifikan dalam emisi karbon.

Sektor Agribisnis di Brasil

  • Hasil: Penggunaan teknologi IoT untuk meningkatkan produktivitas, menghasilkan efisiensi waktu respons sebesar 25%.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi pada Teknologi Hijau: Perusahaan perlu mengadopsi IoT, blockchain, dan analitik big data untuk mendukung keberlanjutan.
  2. Fokus pada Pelatihan Karyawan: Pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi karyawan terhadap teknologi hijau.
  3. Peningkatan Kolaborasi Global: Memperluas kolaborasi internasional untuk berbagi praktik terbaik dan mengatasi hambatan adopsi teknologi.

Kesimpulan

Artikel ini menegaskan pentingnya GSCM sebagai pendorong utama keberlanjutan dalam bisnis. Dengan mengintegrasikan strategi hijau dalam operasi, perusahaan dapat meningkatkan daya saing sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan global.

Sumber:
Juhi Kamra, Ambica Prakash Mani, Manu Sharma, Sudhanshu Joshi (2024). The Nexus between Green Supply Chain Management and Sustainability Performance in the Past Decade. Sustainability.

 

Selengkapnya
Hubungan antara Manajemen Rantai Pasok Hijau dan Kinerja Keberlanjutan: Tinjauan Dekade Terakhir (2014–2023)

Green Supply Chain Management

Implementasi Manajemen Rantai Pasok Hijau di India: Tantangan, Peluang, dan Dampak terhadap Keberlanjutan Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengeksplorasi implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di berbagai sektor industri di India. GSCM menjadi pendekatan strategis untuk menggabungkan kelestarian lingkungan dengan efisiensi operasional dalam rantai pasokan. Studi ini menggunakan pendekatan berbasis kasus yang mencakup analisis perusahaan seperti HCL Infosystem, Tata Consultancy Services (TCS), dan Larsen & Toubro (L&T). Penelitian ini juga menyoroti tantangan, peluang, dan dampak GSCM terhadap keberlanjutan bisnis dan lingkungan.

Kerangka Konseptual GSCM

GSCM mencakup proses 4R1D: Reduce, Reuse, Recycle, Reclaim, dan Degradable, yang terintegrasi dalam seluruh siklus hidup produk, mulai dari bahan baku hingga limbah. Selain itu, pendekatan ini memanfaatkan teknologi seperti e-logistics, reverse logistics, dan green manufacturing untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi ekonomi.

Teori Pendukung:

  • Transaction Cost Theory: Mengoptimalkan biaya transaksi melalui efisiensi rantai pasokan.
  • Resource-Based View (RBV): Menekankan pentingnya sumber daya organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Temuan Utama

1. Efektivitas GSCM di India

  • HCL Infosystem: Implementasi e-logistics dan kebijakan daur ulang e-waste telah membantu perusahaan mengurangi limbah elektronik hingga 30%.
  • TCS: Kebijakan pengadaan hijau dan rantai pasokan melingkar (circular supply chain) meningkatkan profitabilitas sebesar 15% sambil memenuhi target keberlanjutan.
  • L&T: Investasi sebesar USD 2.5 miliar untuk energi hijau, dengan target netralitas karbon dan air pada 2035–2040.

2. Tantangan dalam Implementasi GSCM

  • Kendala Teknologi: Banyak perusahaan kekurangan infrastruktur digital yang memadai untuk mendukung otomatisasi proses hijau.
  • Resistensi terhadap Perubahan: Kurangnya pelatihan dan kesadaran membuat adopsi GSCM menjadi lambat, terutama di sektor UKM.
  • Biaya Awal: Implementasi teknologi hijau membutuhkan investasi besar, yang seringkali sulit diakses oleh perusahaan kecil.

3. Dampak Positif GSCM

  • Lingkungan: Pengurangan emisi karbon sebesar 40% melalui penggunaan e-vehicles dalam logistik.
  • Ekonomi: Optimalisasi biaya produksi dan logistik mencatat peningkatan efisiensi hingga 20%.
  • Sosial: Pelatihan bagi karyawan menciptakan tenaga kerja yang lebih sadar lingkungan, meningkatkan kepuasan pelanggan.

Studi Kasus: Perusahaan Terkemuka di India

HCL Infosystem Limited

  • Kebijakan Hijau: Memperkenalkan kebijakan daur ulang limbah elektronik (e-waste) untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional.
  • Hasil: Pengurangan dampak limbah elektronik terhadap lingkungan sebesar 30%, dengan peningkatan kepercayaan pelanggan.

Tata Consultancy Services (TCS)

  • Circular Supply Chain: Menekankan penggunaan kembali bahan baku dalam proses manufaktur untuk mengurangi limbah.
  • Dampak: Profitabilitas meningkat sebesar 15%, sambil menciptakan rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.

Larsen & Toubro (L&T)

  • Investasi Hijau: Mengalokasikan USD 2.5 miliar untuk proyek energi bersih, termasuk hidrogen hijau dan sel bahan bakar.
  • Target: Netralitas karbon dan air pada 2035–2040, dengan pengurangan konsumsi kayu hingga 60% dalam krematorium hijau.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Pelatihan Karyawan:
    Karyawan harus mendapatkan pelatihan keterampilan hijau untuk mendukung otomatisasi dan inovasi dalam GSCM.
  2. Investasi pada Teknologi Digital:
    Penggunaan IoT dan blockchain dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi logistik, terutama dalam manajemen limbah dan pelacakan produk.
  3. Kemitraan untuk Proyek Hijau:
    Kolaborasi antara perusahaan besar dan UKM dapat mempercepat adopsi teknologi hijau sambil berbagi biaya dan pengetahuan.

Kesimpulan

Implementasi GSCM di India menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan, efisiensi operasional, dan daya saing bisnis. Studi ini menekankan pentingnya kolaborasi, pelatihan, dan investasi strategis untuk menghadapi tantangan GSCM. Dengan langkah yang tepat, perusahaan di India dapat memimpin dalam keberlanjutan global melalui rantai pasokan hijau.

Sumber:
Pradeep Singh (2023). Implementation of Green Supply Chain Management Practices: Examples from India. Metropolia University of Applied Sciences.

Selengkapnya
Implementasi Manajemen Rantai Pasok Hijau di India: Tantangan, Peluang, dan Dampak terhadap Keberlanjutan Bisnis
« First Previous page 6 of 7 Next Last »