Hubungan antara Manajemen Rantai Pasok Hijau dan Kinerja Keberlanjutan: Tinjauan Dekade Terakhir (2014–2023)

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

20 Februari 2025, 09.22

unplash.com

Pendahuluan

Artikel ini mengulas hubungan antara Green Supply Chain Management (GSCM) dan kinerja keberlanjutan selama satu dekade terakhir (2014–2023). Berlandaskan Resource-Based View (RBV), penelitian ini menekankan pentingnya integrasi keberlanjutan dalam rantai pasokan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial. Menggunakan metode analisis bibliometrik, artikel ini mengeksplorasi tema-tema baru, tren topik, kolaborasi antar penulis dan negara, serta berbagai metodologi yang relevan.

Metodologi

Penelitian ini mengumpulkan 938 dokumen terkait GSCM dan kinerja bisnis dari basis data Scopus. Analisis dilakukan menggunakan Biblioshiny pada RStudio (versi 4.4.0) untuk mengidentifikasi kata kunci, hubungan sosial, dan struktur konseptual. Tema-tema utama dianalisis melalui analisis tematik, sedangkan dampak topik dievaluasi menggunakan analisis sentralitas dan kepadatan.

Temuan Utama

1. Tema dan Topik Utama dalam GSCM
Penelitian mengidentifikasi empat tema besar yang relevan:

  • Model Optimasi Rantai Pasokan untuk Keberlanjutan: Menggunakan model multi-objektif untuk menyeimbangkan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial.
  • Hubungan Antara Strategi Keberlanjutan dengan Kinerja TBL: Fokus pada manufaktur di negara berkembang.
  • Analisis Siklus Hidup Rantai Pasokan Berbasis Sumber Daya Alami: Menganalisis dampak lingkungan dari desain produk.
  • Faktor Pendorong dan Dampak GSCM: Menyoroti teknologi disruptif seperti blockchain, big data, dan IoT.

2. Tren Geografis dan Kolaborasi

  • China memimpin kontribusi global dengan 181 dokumen, diikuti oleh Inggris (90 dokumen) dan India (71 dokumen).
  • Kolaborasi internasional paling menonjol adalah antara China dan Inggris (43 kolaborasi).

3. Analisis Dampak GSCM terhadap Keberlanjutan

  • Kinerja Lingkungan: Pengurangan emisi karbon dan limbah hingga 40% melalui teknologi IoT dan optimasi logistik.
  • Kinerja Ekonomi: Penghematan biaya logistik hingga 20% melalui model rantai pasokan sirkular.
  • Kinerja Sosial: Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja hijau.

4. Inovasi dalam Metodologi Penelitian
Metode populer mencakup:

  • Model Multi-Objektif untuk optimasi rantai pasokan.
  • Analisis Siklus Hidup (LCA) untuk menilai dampak desain produk.
  • Model Game Theory untuk kolaborasi antar anggota rantai pasokan.

Studi Kasus: Implementasi GSCM

Manufaktur di India

  • Hasil: Pengurangan biaya produksi hingga 15% melalui integrasi blockchain dan big data.

Industri Transportasi di Tiongkok

  • Hasil: Optimasi rute logistik mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 30%, menghasilkan penghematan signifikan dalam emisi karbon.

Sektor Agribisnis di Brasil

  • Hasil: Penggunaan teknologi IoT untuk meningkatkan produktivitas, menghasilkan efisiensi waktu respons sebesar 25%.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi pada Teknologi Hijau: Perusahaan perlu mengadopsi IoT, blockchain, dan analitik big data untuk mendukung keberlanjutan.
  2. Fokus pada Pelatihan Karyawan: Pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi karyawan terhadap teknologi hijau.
  3. Peningkatan Kolaborasi Global: Memperluas kolaborasi internasional untuk berbagi praktik terbaik dan mengatasi hambatan adopsi teknologi.

Kesimpulan

Artikel ini menegaskan pentingnya GSCM sebagai pendorong utama keberlanjutan dalam bisnis. Dengan mengintegrasikan strategi hijau dalam operasi, perusahaan dapat meningkatkan daya saing sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan global.

Sumber:
Juhi Kamra, Ambica Prakash Mani, Manu Sharma, Sudhanshu Joshi (2024). The Nexus between Green Supply Chain Management and Sustainability Performance in the Past Decade. Sustainability.