Pendahuluan
Artikel ini menyoroti hubungan antara CSR, GSCM, dan inovasi hijau dalam meningkatkan kinerja perusahaan berdasarkan data perusahaan PROPER di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015–2019. Dengan 211 laporan tahunan, penelitian ini mengidentifikasi hubungan langsung dan tidak langsung CSR terhadap kinerja perusahaan melalui mediator GSCM dan inovasi hijau.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data menggunakan perangkat lunak STATA. Pengukuran variabel dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
- CSR diukur berdasarkan standar pelaporan GRI (Global Reporting Initiative).
- GSCM dinilai melalui indikator seperti penggunaan ISO 14000, distribusi hijau, dan daur ulang.
- Inovasi Hijau melibatkan teknologi ramah lingkungan dan bahan daur ulang.
- Kinerja Perusahaan dinilai dari indikator ROA (Return on Assets) dan efisiensi operasional.
Temuan Utama
1. CSR dan GSCM
CSR memiliki hubungan signifikan dengan GSCM (t-value 3.61, p < 0.01). Perusahaan dengan praktik CSR kuat menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam mengintegrasikan praktik GSCM. Contoh, perusahaan manufaktur besar seperti yang terdaftar dalam PROPER mencatatkan peningkatan efisiensi logistik hingga 15% melalui integrasi rantai pasokan hijau.
2. CSR dan Kinerja Perusahaan melalui GSCM
Hasil analisis menunjukkan bahwa GSCM memediasi hubungan CSR dengan kinerja perusahaan (t-value 2.55, p < 0.05). GSCM terbukti meningkatkan kualitas produk dan efisiensi operasional, menghasilkan penghematan biaya produksi hingga 20%.
3. CSR dan Inovasi Hijau
CSR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap inovasi hijau (t-value 1.21, p > 0.10). Meskipun CSR sering mendorong inovasi hijau, kendala seperti investasi tinggi dan adopsi teknologi lambat menjadi hambatan utama.
4. Inovasi Hijau dan Kinerja Perusahaan
Tidak ditemukan hubungan signifikan antara inovasi hijau dan kinerja perusahaan (t-value -0.47, p > 0.10). Kesimpulan, implementasi inovasi hijau masih dipandang sebagai biaya tambahan daripada investasi strategis, terutama pada perusahaan yang baru mengadopsi teknologi hijau.
Studi Kasus: Perusahaan PROPER
Manufaktur A
- CSR Praktik: Pelaporan keberlanjutan berbasis GRI.
- Dampak: Meningkatkan reputasi dan daya tarik investor ramah lingkungan.
Manufaktur B
- GSCM Praktik: Distribusi hijau melalui pengurangan emisi kendaraan.
- Dampak: Penurunan emisi karbon hingga 30%.
Manufaktur C
- Inovasi Hijau: Mengadopsi teknologi energi terbarukan.
- Dampak: Pengurangan biaya energi sebesar 25% namun belum signifikan terhadap laba bersih.
Rekomendasi Strategis
- Peningkatan Kolaborasi GSCM:
Perusahaan dapat bekerja sama dengan pemasok untuk mempercepat adopsi standar hijau, termasuk implementasi ISO 14000. - Dukungan Kebijakan Pemerintah:
Memberikan insentif untuk perusahaan yang mengintegrasikan inovasi hijau. - Pelatihan SDM Berkelanjutan:
Melatih karyawan untuk memahami pentingnya inovasi hijau dan efisiensi operasional berbasis keberlanjutan.
Kesimpulan
Studi ini menegaskan pentingnya CSR dalam mendukung GSCM untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, inovasi hijau membutuhkan dukungan lebih besar untuk memberikan dampak signifikan pada laba perusahaan. Temuan ini relevan bagi perusahaan yang ingin mencapai keberlanjutan jangka panjang melalui pendekatan terpadu antara tanggung jawab sosial, inovasi hijau, dan efisiensi operasional.
Sumber:
Novitasari, M., & Agustia, D. (2022). The role of green supply chain management and green innovation in the effect of corporate social responsibility on firm performance. Gestão & Produção, 29, 117.