Teknik Elektro dan Informatika
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Visi
Menjadi penyelenggara pendidikan tinggi yang unggul pada riset terapan dibidang Teknologi, Ekonomi dan Kebijakan energi serta ketenagalistrikan.
Misi
Konsentrasi S2 Teknik Elektro
Teknik Ketenagalistrikan
Konsentrasi ini menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
Ekonomi dan bisnis ketenagalistrikan
Konsentrasi ini menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
Energi terbarukan dan sistem jaringan cerdas
Konsentrasi ini menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
Syarat kelas pasca sarjana:
Sumber: https://infopmb.itpln.ac.id/
Teknik Elektro dan Informatika
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur beda potensial atau tegangan listrik dari dua titik potensial listrik. Pada peralatan elektronik, voltmeter digunakan sebagai pengawasan nilai tegangan kerja. Voltmeter tersusun atas beberapa bagian yaitu terminal positif dan negatif, batas ukur, setup pengatur fungsi, jarum penunjuk serta skala tinggi dan skala rendah.
Prinsip kerja
Pada rangkaian listrik, voltmeter merupakan suatu alat untuk mengukur besar tegangan listrik. Pergerakan jarum penunjuk pada voltmeter terjadi karena adanya gaya magnet yang timbul sebagai hasil interaksi antara medan magnet dan kuat arus listrik. Simpangan yang dihasilkan oleh pergerakan jarum sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalir. Arus listrik yang terukur merupakan arus listrik yang melalui kumparan yang diletakkan di antara medan magnet. Peningkatan arus berarti peningkatan simpangan pergerakan jarum sehingga akan menunjuk ke nilai pengukuran tegangan yang lebih besar. Voltmeter dipasang secara paralel dengan komponen yang akan diukur dalam rangkaian listrik.
Komponen
Voltmeter analog (dengan jarum)
Bagian-bagian penyusunnya terdiri dari tiga buah lempengen tembaga. Letak tembaga berada di dalam sebuah bakelit pada lempengan dalam yang dirangkai dalam tabung kaca atau plastik. Ukuran tabung kaca umumnya sekitar 15 cm dengan diameter 10 cm. Lempengen luar berfungsi sebagai anoda dan lempengen yang terletak di tengah berfungsi sebagai katoda. Voltmeter dibuat dengan memiliki galvanometer dan hambatan yang dirangkai seri sebagai faktor pengali. Hambatan seri meningkatkan batas ukur voltmeter hingga beberapa kali lipat.
Batas ukur
Voltmeter merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengukur besar tegangan listrik yang ada di suatu rangkaian listrik dalam besaran dan satuan tertentu. Batas ukur dalam voltmeter dinyatakan dalam milivolt (mV), voltmeter (V), mikrovolt, atau kilovolt (kV). Batas ukur merupakan nilai maksimum tegangan yang mampu diukur oleh sebuah voltmeter. Pengukuran tegangan listrik yang melebihi nilai maksimum dari batas ukur voltmeter akan mengakibatkan terjadinya kerusakan komponen voltmeter. Batas ukur dari voltmeter dapat diperbesar hingga beberapa kali lipat dengan menggunakan faktor pengali.
Voltmeter yang menggunakan prinsip kumparan putar memiliki koil yang terhubung secara seri dengan resistansi yang tinggi. Pada voltmeter arus searah, tahanan pengali dipasang secara seri dengan kumparan putar magnet permanen yang berfungsi sebagai faktor pengali. Tahanan pengali mengubah gerakan kumparan menjadi sebuah voltmeter arus searah. Pada tahanan pengali, arus dibatasi ke alat ukur agar tidak melebihi arus skala penuh. Pengukuran tegangan pada arus searah hanya dilakukan pada beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah. Voltmeter dihubungkan secara paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian. Penetapan polaritas membuat terminal-termianal pada voltmeter diberi tanda positif dan negatif. Perbesaran batas ukur dilakukan dengan menentukan nilai tahanan pengali melalui faktor tegangan rentang maksimum (V), arus defleksi (Im), tahanan dalam (Rm), dan tahanan pengali. (Rs), dengan rumus: V= Im (Rs+Rm).
Pada voltmeter dengan batas ukur sampai 500 Volt, tahanan pengali dipasang di bagian dalam voltmeter. Pada tegangan yang lebih tinggi, tahanan pengali dipasang pada sepasang probe kutub di bagian luar voltmeter. Tujuan pemasangan luar ialah untuk mencegah terjadinya panas berlebihan di bagian dalam voltmeter. Penambahan sejumlah pengali beserta sebuah sakelar pemilih, membuat voltmeter mampu digunakan pada sejumlah nilai tegangan.
Jenis
Voltmeter digital adalah voltmeter yang menunjukkan hasil pengukuran tegangan listrik secara digital. Prinsip kerjanya adalah mengubah tegangan masukan analog menjadi digital. Volmeter digital menggunakan pengubah analog-ke-digital. Representasi digital dilakukan dengan menggunakan kode-BCD. Pemakaian pengubah analog-ke-digital hanya dilakukan jika tegangan listrik yang akan diukur bernilai kecil. Pada tegangan tinggi, pengubah analog-ke-digital didahului oleh potensiometer. Setelah tegangan listrik dapat diperkecil, barulah diukur dengan pengubah analog-ke-digital. Cara lain yang digunakan adalah penggunaan resistor dalam pengukuran jatuh tegangan. Voltmeter digital umumnya memiliki tampilan empat digit. Pada voltmeter digital dengan jumlah digit lebih dari empat, ketepatan pengukuran menurun.
Cara pakai
Langkah awal dalam menggunakan voltmeter ialah merangkai komponen yang memiliki potensial berbeda secara paralel. Voltmeter memiliki kutub negatif dan kutub positif sehingga pemasangannya harus disesuaikan dengan arah arus listrik pada rangkaian listrik. Selain itu, adanya perbedaan potensial antara kutub positif dan negatif harus dipastikan sebelum pemakaian voltmeter. Kutub positif harus dipastikan memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kutub negatif. Voltmeter memiliki probe positif, negatif, dan probe tambahan. Jika terjadi penyimpangan ke kiri pada jarum penunjuk dari voltmeter, maka dipastikan bahwa pemasangan kabel terbalik. Pada rangkaian arus bolak-balik posisi kabel positif dan negatif tidak terlalu dipertimbangkan, sedangkan pada rangkaian arus searah, posisinya harus tepat.
Satuan pengukuran
Satuan pengukuran tegangan listrik yang digunakan secara internasional adalah Volt. Standar satuan ini pertama kali ditetapkan pada tahun 1893 bersama dengan satuan Ampere dan satuan Ohm. Hasil akhir dari pertemuan internasional tersebut adalah penetapan nilai dari satuan Volt internasional. Volt internasional dijelaskan sebagai sel Clark pada 15oC dengan gaya gerak listrik sebesar 1,434 Volt. Pada tanggal 1 Januari 1948 ditetapkan sebuah standar baru yang menjadi standar absolut hingga saat ini. Dalam standar absolut ditetapkan bahwa satu Volt internasional sama dengan nilai dari 1,000330 Volt absolut.
Kalibrasi
Kalibrasi voltmeter dilakukan dengan menggunakan jembatan Wheatstone yang dikembangkan oleh Charles Wheatstone. Proses kalibrasi melibatkan pengukuran nilai resistansi yang tidak diketahui sebagai alat untuk mengkalibrasi instrumen pengukuran. Penentuan tingkat kalibrasi dilakukan menggunakan kawat geser resistif yang panjang.
Kegunaan
Pengukuran potensial elektrostatik dilakukan dengan menggabungkan voltmeter, amperemeter dan elektrometer yang telah dikalibrasi. Ketiganya digunakan untuk mengetahui besarnya nilai potensial elektroslatik yang telah dikalibrasi. Selain itu, voltmeter juga dapat menggantikan peran galvanometer balistik dalam pengukuran elektrostatik. Penggunaan voltmeter menghasilkan simpangan yang senilai dengan penunjuk arus listrik pada galvanometer.
Voltmeter dapat digunakan untuk mengukur nilai induksi magnetik. Sebuah lilitan kawat dengan ukuran yang sangat kecil diletakkan di dalam ruang yang terdapat medan magnet dan dihubungkan dengan voltmeter. Ketika medan induksi terjadi, maka jarum penunjuk pada voltmeter akan bergerak dan menunjukkan nilai tegangan listrik yang teramati secara langsung. Harga medan induksi ditentukan melalui perkalian nilai antara medan magnet induksi, tegangan dan waktu serta pembagian ketiganya dengan luas permukaan lilitan.
Voltmeter dimanfaatkan dalam kegiatan praktikum kimia khususnya pada penelitian kimia unsur golongan utama jenis kedua. Di dalam laboratorium kimia, voltmeter disimpan dalam ruang alat ukur pada laci atau lemari khusus. Penyimpanannya dalam keadaan tertutup dan dapat dibuka secara mudah. Selain itu, ruang penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan kering serta tidak miring.
Sumber: https://id.wikipedia.org/
Teknik Elektro dan Informatika
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Transformator atau trafo (disebut juga pengubah arus) adalah peralatan listrik yang mengubah bentuk energi listrik menjadi suatu bentuk energi listrik yang lainnya. Nilai tegangan listrik yang dihasilkan oleh transformator ditentukan oleh kebutuhan energi listrik. Jenis transformator meliputi transformator penaik tegangan, transformator penurun tegangan, transformator pengukuran dan transformator elektronik. Transformator dapat dipasang dari satu rangkaian listrik ke yang lain, atau beberapa rangkaian. Arus yang bervariasi dalam setiap kumparan transformator menghasilkan fluks magnet yang bervariasi dalam inti transformator, yang menginduksi gaya gerak listrik yang bervariasi pada kumparan lain yang melilit pada inti yang sama. Energi listrik dapat ditransfer antara kumparan yang terpisah tanpa koneksi logam (konduktif) antara kedua sirkuit. Hukum induksi Faraday, ditemukan pada tahun 1831, menjelaskan efek tegangan yang diinduksi dalam setiap kumparan karena perubahan fluks magnet yang dikelilingi oleh kumparan.
Transformer paling umum digunakan untuk meningkatkan tegangan AC rendah pada arus tinggi (transformator step-up) atau mengurangi voltase AC tinggi pada arus rendah (transformator step-down) dalam aplikasi tenaga listrik, dan untuk menyambungkan tahapan sirkuit pemrosesan sinyal. Transformer juga dapat digunakan untuk isolasi, di mana tegangan sama dengan tegangan keluar, dengan kumparan terpisah tidak terikat secara elektrik satu sama lain.
Sejak penemuan transformator potensial konstan pertama pada tahun 1885, transformer telah menjadi penting untuk transmisi, distribusi, dan pemanfaatan dari alternatif tenaga arus listrik. Berbagai macam desain transformator ditemukan dalam aplikasi daya elektronik dan listrik. Ukuran transformator berkisar dari transformer RF dengan volume kurang dari satu sentimeter kubik, hingga unit dengan berat ratusan ton yang digunakan untuk menghubungkan jaringan listrik.
Prinsip
Transformator ideal
Transformator yang ideal adalah tranformator linier teoritis yang lossless dan digabungkan dengan sempurna. Kopling sempurna menyiratkan permeabilitas magnetik inti tak terhingga tinggi dan induktansi berliku dan gaya magnetomotive nol bersih (i.e. ipnp - isns = 0).[6][b]
Transformator ideal terhubung dengan sumber VP pada impedansi primer dan beban ZL di sekunder, di mana 0 < ZL < ∞.
Arus yang bervariasi dalam belitan primer transformator berupaya membuat fluks magnet yang bervariasi dalam inti transformator, yang juga dikelilingi oleh belitan sekunder. Fluks yang bervariasi ini pada belitan sekunder menginduksi gaya gerak listrik yang bervariasi (EMF, tegangan) pada belitan sekunder karena induksi elektromagnetik dan arus sekunder yang dihasilkan menghasilkan fluks yang sama dan berlawanan dengan yang dihasilkan oleh belitan primer, sesuai dengan hukum Lenz.
Gulungan dililit di sekitar inti permeabilitas magnetik yang sangat tinggi sehingga semua fluks magnet melewati baik gulungan primer dan sekunder. Dengan sumber tegangan yang terhubung ke belitan primer dan beban yang terhubung ke belitan sekunder, arus transformator mengalir ke arah yang ditunjukkan dan gaya magnetomotive inti dibatalkan ke nol.
Menurut hukum Faraday, karena fluks magnet yang sama melewati belitan primer dan sekunder pada transformator ideal, tegangan diinduksi pada setiap belitan sebanding dengan jumlah belitannya. Rasio tegangan belitan transformator berbanding lurus dengan rasio belitan belitan.
Identitas transformator ideal ditunjukkan dalam persamaan. Gambar 5 adalah perkiraan yang masuk akal untuk transformator komersial tipikal, dengan rasio tegangan dan rasio belitan berliku keduanya berbanding terbalik dengan rasio arus yang sesuai.
Impedansi beban yang dirujuk ke sirkuit primer sama dengan rasio belokan yang dikuadratkan dengan impedans beban sirkit sekunder.
Persamaan EMF transformator
Jika fluks pada inti murni sinusoidal, hubungan keduanya berliku di antara tegangan rms-nya Erms dari belitan, dan frekuensi suplai f, jumlah belokan N, luas penampang inti a dalam m2 dan puncak kepadatan fluks magnetik Bpeak dalam Wb/m2 atau T (tesla) diberikan oleh persamaan EMF universal:
𝐸rms=2𝜋𝑓𝑁𝑎𝐵peak2≈4.44𝑓𝑁𝑎𝐵peak
Polaritas
Suatu konvensi titik sering digunakan dalam diagram sirkuit transformator, nameplates atau marka terminal untuk menentukan polaritas relatif dari belitan transformator. Arus sesaat yang meningkat secara positif memasuki ujung ‘titik belitan primer menginduksi tegangan polaritas positif yang keluar dari ujung‘ titik inding belitan sekunder. Transformator tiga fase yang digunakan dalam sistem tenaga listrik akan memiliki papan nama yang menunjukkan hubungan fase antara terminal mereka. Ini mungkin dalam bentuk diagram fasor, atau menggunakan kode alfanumerik untuk menunjukkan jenis koneksi internal (wye atau delta) untuk setiap belitan.
Jenis
Transformator arus adalah jenis transformator yang digunakan untuk mengetahui besarnya kuat arus listrik pada tegangan tinggi. Bagian dalam transformator arus tersusun dari belitan primer dan belitan sekunder. Jumlah belitan primer sangat sedikit, sedangkan jumlah belitan sekunder sangat banyak. Bagian belitan sekunder terhubung ke alat ukur listrik yaitu amperemeter. Bagian sekunder juga terhubung ke rangkaian pengendali dan relai proteksi.
Transformator tegangan adalah jenis transformator yang digunakan untuk mengetahui besarnya tegangan listrik pada tegangan tinggi. Bagian dalam transformator tegangan tersusun dari belitan primer dan belitan sekunder. Jumlah belitan primer sangat banyak, sedangkan jumlah belitan sekunder sangat sedikit. Bagian belitan sekunder terhubung ke alat ukur listrik yaitu voltmeter. Bagian sekunder juga terhubung ke rangkaian pengendali dan relai proteksi.
Transformator penaik tegangan adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
Transformator penurun tegangan memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan juga kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubah-ubah.
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.
Transformator tiga fase (3-phase) sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan secara delta.
Hubungan primer-sekunder
Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah
𝛿𝜙=𝜖×𝛿𝑡
dan rumus untuk ggl. induksi yang terjadi di lilitan sekunder adalah
𝜖=𝑁𝛿𝜙:𝛿𝑡
Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka
𝛿𝜙:𝛿𝑡=𝑉𝑝:𝑁𝑝=𝑉𝑠:𝑁𝑠
Dengan menyusun ulang persamaan akan didapat
𝑉𝑝:𝑉𝑠=𝑁𝑝:𝑁𝑠 Dari rumus-rumus di atas, didapat pula:
𝑉𝑝𝐼𝑝=𝑉𝑠𝐼𝑠
Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Konstruksi
Inti
Transformator inti tertutup dibangun dalam 'bentuk inti' atau 'bentuk kerangka'. Ketika belitan mengelilingi inti, transformator adalah bentuk inti; ketika belitan dikelilingi oleh inti, transformator berbentuk pelindungnya. Desain bentuk pelindung mungkin lebih lazim daripada desain bentuk inti untuk aplikasi transformator distribusi karena relatif mudah dalam menumpuk inti di sekitar gulungan berliku.
Desain bentuk inti cenderung, sebagai aturan umum, lebih ekonomis, dan karena itu lebih lazim, daripada desain bentuk pelindung untuk penerapan transformator daya tegangan tinggi di ujung bawah rentang tegangan dan peringkat daya mereka (kurang dari atau sama dengan, nominal, 230 kV atau 75 MVA). Transformator berbentuk pelindung dicirikan memiliki rasio kVA terhadap berat yang lebih baik, karakteristik kekuatan hubung-pendek yang lebih baik, dan kekebalan yang lebih tinggi terhadap kerusakan transit.
Pendingin
Tampilan cutaway transformator terendam cairan. Konservator (penampung) di bagian atas menyediakan isolasi cair-ke-atmosfer saat level cairan pendingin dan perubahan suhu. Dinding dan sirip memberikan disipasi panas yang diperlukan.
Ini adalah aturan umum bahwa harapan hidup insulasi listrik dibelah dua untuk setiap kenaikan suhu operasi 7 °C hingga 10 °C (contoh penerapan persamaan Arrhenius).
Minyak transformator adalah minyak mineral yang sangat halus yang mendinginkan gulungan dan isolasi dengan beredar di dalam tangki transformator. Minyak mineral dan sistem isolasi kertas telah dipelajari dan digunakan secara luas selama lebih dari 100 tahun. Diperkirakan 50% transformator daya akan bertahan selama 50 tahun penggunaan, bahwa usia rata-rata kegagalan transformator daya adalah sekitar 10 hingga 15 tahun, dan sekitar 30% kegagalan transformator daya disebabkan oleh kegagalan isolasi dan kelebihan beban.
Isolasi
Isolasi harus disediakan antara belitan individu belitan, antara belitan, antara belitan dan inti, dan pada terminal belitan.
Isolasi inter-turn dari transformator kecil mungkin merupakan lapisan pernis insulasi pada kawat. Lapisan kertas atau film polimer dapat dimasukkan di antara lapisan gulungan, dan antara gulungan primer dan sekunder. Sebuah transformator dapat dilapisi atau dicelupkan ke dalam resin polimer untuk meningkatkan kekuatan belitan dan melindunginya dari kelembaban atau korosi. Resin dapat diimpregnasi ke belitan Isolasi menggunakan kombinasi vakum dan tekanan selama proses pelapisan, menghilangkan semua rongga udara dalam belitan. Dalam batas, seluruh gulungan dapat ditempatkan dalam cetakan, dan resin ditaburkan ke sekelilingnya sebagai blok padat, engkapsulasi gulungan.
Bushing
Transformator yang lebih besar dilengkapi dengan bushing berinsulasi tegangan tinggi yang terbuat dari polimer atau porselen. Bushing besar dapat menjadi struktur yang kompleks karena harus memerlukan pengendalian yang hati-hati terhadap gradien medan listrik tanpa membiarkan oli transformator bocor.
Parameter klasifikasi
Gardu listrik di Melbourne, Australia menunjukkan tiga dari lima transformator 220 kV - 66 kV, masing-masing dengan kapasitas 150 MVA
Transformer dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, seperti berikut ini:
Pengujian
Pengujian transformator bertujuan untuk mengetahui karakteristik operasi dari transformator. Paramater yang digunakan untuk mengetahuinya ada empat, yaitu resistansi ekuivalen, reaktansi bocor, konduktansi rugi inti, dan suseptibilitas magnetik. Pengukuran resistansi ekuivalen dan reaktansi bocor didasarkan kepada kumparan primer maupun kumparan sekunder di dalam transformator. Sedangkan pengukuran konduktansi rugi inti berkebalikan dengan resistansi ekuvalen, dan pengukuran suseptibiitas magnetik berkebalikan dengan reaktansi rugi inti. Jenis pengujian yang diberikan kepada empat paramater ini ada dua, yaitu pengujian beban nol dan pengujian hubung singkat.
Efisiensi
Efisiensi transformator dapat diketahui dengan rumus
𝜂=𝑃𝑜𝑃𝑖100% Sebagai akibat adanya kerugian pada transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
Penerapan
Berbagai desain aplikasi listrik spesifik memerlukan berbagai jenis transformator. Walaupun mereka semua berbagi prinsip-prinsip transformator karakteristik dasar, mereka dikustomisasi dalam konstruksi atau sifat listrik untuk persyaratan pemasangan atau kondisi sirkuit tertentu.
Dalam transmisi tenaga listrik, transformer memungkinkan transmisi daya listrik pada tegangan tinggi, yang mengurangi kerugian akibat pemanasan kabel. Hal ini memungkinkan pembangkit yang berlokasi secara ekonomis pada jarak dari konsumen listrik. Semua kecuali sebagian kecil dari kekuatan listrik dunia telah melewati serangkaian transformator pada saat mencapai konsumen.
Sumber: https://id.wikipedia.org/
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Anisa pada 03 Maret 2025
Di antara 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diumumkan oleh PBB pada bulan September 2015, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (juga dikenal sebagai Tujuan Global 4) berfokus pada pendidikan berkualitas tinggi. “Menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua” adalah judul lengkap dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4.
SDG 4 memiliki 10 tujuan yang dinilai menggunakan sebelas indikator. Pendidikan dasar dan menengah gratis; akses yang setara terhadap pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas tinggi; pendidikan teknik, kejuruan, dan tinggi yang terjangkau; semakin banyak individu yang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan finansial; penghapusan segala bentuk diskriminasi pendidikan; literasi dan numerasi universal; dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan kewarganegaraan global adalah tujuh target hasil. Tiga tujuan metode pelaksanaannya adalah: meningkatkan jumlah guru yang kompeten di negara-negara berkembang; memperluas beasiswa pendidikan tinggi untuk negara-negara berkembang; dan membangun serta memodernisasi sekolah yang inklusif dan aman.
SDG 4 berupaya memberikan anak-anak dan remaja akses mudah terhadap pendidikan berkualitas tinggi serta kesempatan belajar tambahan. Mencapai literasi dan numerasi universal adalah salah satu tujuannya. elemen penting dalam mempelajari keterampilan yang berguna dan memperoleh informasi dalam lingkungan pendidikan. Untuk menawarkan lingkungan belajar yang aman, ramah, dan produktif kepada setiap orang, fasilitas pendidikan baru harus dibangun selain merenovasi fasilitas yang sudah ada. Kemajuan signifikan telah dicapai dalam akses anak laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar. Dalam hal kemajuan, 224 juta orang di seluruh dunia mendaftar pada pendidikan pasca sekolah menengah pada tahun 2018, yang berarti rasio partisipasi kasar sebesar 38%.
Sejak tahun 1990, "Pendidikan untuk Semua" telah mendapatkan popularitas dan menjadi subjek dari banyak kursus pembangunan di seluruh dunia. Ketika Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pertama kali ditetapkan, tujuan tersebut dianggap penting dan diberi nomor 4. Masyarakat melihat pendidikan sebagai alat untuk mendorong perdamaian, pembangunan bangsa, dan pembangunan berkelanjutan. Belajar membaca, menulis, atau berhitung merupakan salah satu kemampuan yang membuat anak-anak dan remaja mempunyai peluang lebih besar untuk memiliki masa depan yang lebih cerah dibandingkan teman-temannya yang tidak.
Secara global, pendidikan mempunyai peran penting dalam menjamin pembangunan berkelanjutan, tidak hanya di negara-negara terbelakang. Menyediakan pendidikan yang mudah diakses dan berkualitas tinggi yang akan meningkatkan standar hidup peserta didik dan masa depan masyarakat adalah tujuan utama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDG 4).
Kemajuan signifikan telah dicapai dalam memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki akses terhadap pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar. Persentase lulusan sekolah dasar di negara-negara Afrika Sub-Sahara meningkat dari 49% pada tahun 2000 menjadi 60% pada tahun 2006. Namun, akses yang lebih luas tidak secara otomatis berarti hasil pendidikan atau tingkat kelulusan sekolah dasar yang lebih baik. Peningkatan partisipasi sekolah tidak memberikan hasil pendidikan yang lebih baik selama implementasi MDG. Akses internet yang terbatas juga berdampak negatif terhadap kapasitas siswa untuk berpartisipasi dalam kesempatan belajar di seluruh dunia.
Tujuan
Kontribusi yang mendukung kebijakan GCE telah dilakukan sejak tahun 2015 untuk memberikan pembagian yang akurat untuk SDG4.
SDG 4 memiliki dua belas indikator, tiga metode implementasi praktis, dan tujuh tujuan. Delapan diantaranya memiliki tenggat waktu pada tahun 2030, satu memiliki tenggat waktu pada tahun 2020, dan yang lainnya tidak memiliki tenggat waktu yang ditentukan. Untuk melacak kemajuan menuju setiap tujuan, tersedia satu atau lebih indikator. Sasarannya meliputi: menyediakan pendidikan dasar dan menengah gratis (4.1); menyediakan akses yang setara terhadap pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas tinggi (4.2); menyediakan akses yang setara terhadap pendidikan teknik, kejuruan, dan pendidikan tinggi yang terjangkau (4.3); meningkatkan jumlah individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan finansial (4.4); menghapuskan segala bentuk diskriminasi pendidikan (4.5); menyediakan literasi dan numerasi universal (4.6); mendidik siswa untuk pembangunan berkelanjutan dan kewarganegaraan global (4.7); membangun dan memodernisasi sekolah inklusif dan aman (4.8); meningkatkan jumlah guru yang berkualitas di negara-negara berkembang (4.c)
Tantangan pada masa pandemi Covid-19
Diperkirakan bahwa selama epidemi COVID-19 dan penutupan sekolah yang meluas, setidaknya sepertiga anak-anak di dunia tidak memiliki akses terhadap teknologi yang diperlukan untuk pembelajaran jarak jauh. Epidemi ini juga menyebabkan peningkatan kesenjangan pendidikan, dengan tingkat penyelesaian rumah-rumah kaya sebesar 79% dan rumah-rumah miskin sebesar 34%.
Seperti halnya SDG lainnya, epidemi COVID-19 mungkin akan menghalangi pencapaian SDG 4, yang menyerukan akses pendidikan yang inklusif dan setara. Pada tahun 2030, diperkirakan lebih dari 200 juta anak muda masih belum mengenyam pendidikan. Pentingnya literasi kesehatan dan ketidakmampuan sistem untuk memberikan akses pendidikan yang adil kepada semua orang terungkap melalui COVID-19. Kapasitas seseorang dalam menentukan pilihan berdasarkan nasehat ahli kesehatan disebut dengan literasi kesehatan. Direkomendasikan agar sistem kurikulum pendidikan dasar mencakup literasi kesehatan untuk mendorong masyarakat mendapatkan informasi yang dapat memperlambat perkembangan penyakit seperti COVID-19.
Sumber:
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Anisa pada 03 Maret 2025
Peneliti seperti Richard E. Mayer, John Sweller, dan Roxana Moreno mengembangkan seperangkat prinsip desain pembelajaran multimedia yang mendukung keberhasilan pembelajaran dalam literatur ilmiah, dimulai dengan teori beban kognitif sebagai pendorong asumsi ilmiah mereka. Banyak dari ide-ide ini juga telah "diuji di lapangan" di lingkungan kelas reguler dan terbukti berhasil di sana. Sebagian besar dari kumpulan pekerjaan ini dilakukan pada mahasiswa yang hanya menerima instruksi singkat tentang topik-topik teknis yang hanya sedikit mereka ketahui sebelumnya. Meskipun demikian, David Roberts telah menguji pendekatan ini pada sembilan mata kuliah ilmu sosial yang berbeda, seperti studi bisnis, politik, dan sosiologi. Program studi longitudinalnya selama tiga tahun menunjukkan bahwa siswa yang terpapar teks dan visual meningkat secara signifikan dalam hal tingkat keterlibatan dan pengembangan prinsip pembelajaran aktif dibandingkan dengan siswa yang hanya terpapar teks. Konsep-konsep ini bekerja dengan baik pada pelajar dari berbagai usia dan dengan topik pembelajaran non-teknis, menurut banyak penelitian tambahan.
Hasil dari penelitian dengan siswa yang telah mempelajari isi kursus secara lebih menyeluruh terkadang menentang prinsip-prinsip desain ini. Karena itu, beberapa sarjana telah mengusulkan "efek keahlian" sebagai teori desain pembelajaran yang berdiri sendiri.
Menurut prinsip teoritis dasar teori beban kognitif, ada tiga jenis upaya mental yang terkait dengan penyelesaian tugas: relevan, intrinsik, dan asing.
Mayer, Sweller, Moreno, dan lainnya mengusulkan banyak prinsip untuk desain pembelajaran multimedia, yang sebagian besar berpusat pada pengurangan beban kognitif yang tidak perlu dan menyesuaikan beban intrinsik dan relevan ke tingkat yang sesuai untuk pelajar. Contoh ide-ide yang digunakan dalam kehidupan nyata meliputi
Model memori kerja yang dikembangkan oleh Alan Baddeley dan Graham Hitch, yang mendalilkan bahwa memori kerja terdiri dari dua sub-komponen yang independen dan berkapasitas terbatas yang cenderung beroperasi secara paralel—satu visual dan satu verbal/akustik—merupakan fondasi beban kognitif teori dan, lebih jauh lagi, banyak prinsip desain pembelajaran multimedia. Hal ini menyebabkan berkembangnya teori dual-coding, yang kemudian diterapkan oleh Richard Mayer pada pembelajaran multimedia setelah Allan Paivio pertama kali menyarankannya. Mayer menyatakan bahwa selama pelajaran tertentu, saluran memori kerja yang berbeda menangani informasi visual dan aural. Akibatnya, mempelajari materi yang menggabungkan informasi verbal dari sumber pendengaran dengan grafik visual mungkin mengharuskan siswa untuk menggunakan lebih banyak kekuatan pemrosesan kognitif mereka dibandingkan mempelajari materi yang menggabungkan teks dari sumber cetak dengan grafik visual. Dengan kata lain, memori kerja memiliki beban kognitif yang lebih sedikit berkat konten multimodal.
Mayer dan rekannya menggunakan bahan ajar multimedia untuk menguji hipotesis pengkodean ganda Paivio dalam sejumlah penyelidikan. Telah diamati secara teratur bahwa siswa yang terpapar multimedia yang mencakup narasi dan animasi memiliki kinerja yang lebih baik dalam pertanyaan transfer dibandingkan siswa yang hanya terpapar materi berbasis teks dan animasi. Artinya, setelah mendapatkan pelatihan multimedia dibandingkan dengan pengajaran mono-media (hanya visual), kinerja mereka jauh lebih baik dalam menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Tim peneliti lain kemudian memverifikasi temuan ini.
Penelitian awal tentang pembelajaran multimedia dibatasi pada prosedur ilmiah rasional yang berfokus pada sistem sebab-akibat seperti pembentukan awan, pengoperasian pompa sepeda, dan sistem pengereman mobil. Namun demikian, penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa dampak modalitas tetap ada di berbagai domain perolehan pengetahuan.
berdasarkan bukti empiris
A) Saat mendengarkan narasi, siswa harus merasa seolah-olah ada yang berbicara kepadanya secara pribadi.
B) Ketika siswa Anda mendengar cerita Anda, mereka akan mendapat kesan bahwa Anda sedang berbicara kepada mereka secara pribadi.
Selain itu, penelitian mengungkapkan bahwa menggunakan nada suara yang sopan ("Anda mungkin ingin mencoba mengalikan kedua sisi persamaan dengan sepuluh"), dibandingkan dengan nada suara yang kurang sopan dan lebih direktif ("Kalikan kedua sisi persamaan dengan sepuluh"), mendorong pembelajaran yang lebih dalam bagi pelajar dengan pengetahuan awal yang rendah namun dapat menghambat pembelajaran yang lebih dalam bagi pelajar dengan pengetahuan awal yang tinggi. Terakhir, jika agen pendidikan—karakter komputer—digunakan untuk memperkuat pengetahuan yang signifikan, hal tersebut mungkin bermanfaat. Gunakan karakter tersebut untuk menjelaskan pelajaran, menyorot detail penting dalam gambar di layar, atau memberikan setan visual kepada siswa.
Ide-ide ini mungkin tidak berlaku di luar lingkungan laboratorium. Misalnya saja, Muller menemukan bahwa tidak ada perubahan nyata pada kinerja pelajar ketika sekitar 50% konten yang lebih menarik namun tidak diperlukan dimasukkan. Proses di balik prinsip-prinsip yang menguntungkan ini dan kondisi batas yang tepat masih menjadi perdebatan.
Sumber:
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Anisa pada 03 Maret 2025
Belajar adalah proses mengambil informasi, kemampuan, tindakan, sikap, nilai, dan preferensi baru. Manusia, hewan non-manusia, dan beberapa robot semuanya bisa belajar; bukti semacam pembelajaran bahkan telah ditemukan pada tumbuhan tertentu. Meskipun beberapa pembelajaran terjadi secara instan sebagai akibat dari satu kejadian (seperti terbakar oleh kompor panas), sebagian besar keterampilan dan pengetahuan diperoleh melalui pertemuan yang berulang-ulang. Pembelajaran sering kali menghasilkan perubahan seumur hidup, dan mungkin sulit untuk membedakan antara pengetahuan yang “hilang” dan pengetahuan yang tidak dapat diperoleh kembali. Pembelajaran manusia dimulai saat lahir (walaupun mungkin dimulai lebih awal karena keinginan embrio akan kebebasan dan kontak dengan lingkungan sekitar di dalam rahim). dan bertahan sampai mati sebagai akibat interaksi terus menerus antara individu dan lingkungannya.
Banyak bidang studi yang sudah mapan (seperti psikologi pendidikan, neuropsikologi, psikologi eksperimental, ilmu kognitif, dan pedagogi) serta bidang pengetahuan yang baru berkembang (seperti pembelajaran kolaboratif sistem kesehatan atau pembelajaran dari peristiwa keselamatan seperti insiden atau kecelakaan) adalah tertarik pada sifat dan proses pembelajaran. Beberapa jenis pembelajaran telah diidentifikasi sebagai hasil penelitian dalam disiplin ilmu tersebut. Misalnya, pembiasaan, pengkondisian klasik, pengondisian operan, atau perilaku yang lebih kompleks seperti bermain—yang jarang terlihat pada hewan yang sangat cerdas—semuanya dapat mengarah pada pembelajaran.
Pembelajaran secara sadar atau tidak sadar dapat terjadi. Gangguan yang dikenal sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari” dapat berkembang ketika seseorang menyadari bahwa kejadian yang tidak menyenangkan tidak dapat dicegah atau dihindari. Terdapat bukti pembelajaran perilaku manusia sebelum lahir, di mana pembiasaan telah diamati sejak usia kehamilan 32 minggu, menunjukkan bahwa sistem saraf pusat telah cukup berkembang dan siap untuk pembelajaran dan memori terjadi sejak awal perkembangan. Beberapa filsuf telah mengkaji bermain sebagai sarana pendidikan. Melalui bermain, anak-anak mengeksplorasi lingkungan sekitar, memperoleh keterampilan sosial, dan memperoleh pengetahuan tentang peraturan. Lev Vygotsky sependapat bahwa bermain sangat penting bagi perkembangan anak-anak karena membantu mereka memahami dunia di sekitar mereka melalui permainan edukatif. Namun menurut Vygotsky, bermain adalah tahap pertama perolehan bahasa dan komunikasi serta titik di mana seorang anak mulai memahami aturan dan simbol. Hal ini memunculkan teori bahwa pembelajaran terjadi pada organisme selalu berhubungan dengan semiosis dan sering dikaitkan dengan sistem atau aktivitas representasi.
Klasifikasi fungsional memori yang berbeda telah dibuat. Beberapa peneliti memori membuat perbedaan antara memori deklaratif dan implisit serta memori prosedural dan implisit bergantung pada hubungan antara rangsangan (asosiatif vs. non-asosiatif) atau apakah materi dapat ditransmisikan melalui bahasa. Sub-tipe mungkin berasal dari beberapa kategori ini. Memori semantik dan episodik, misalnya, keduanya termasuk dalam memori deklaratif.
Menurut definisi pembelajaran non-asosiatif, ini adalah "perubahan yang relatif permanen dalam kekuatan respons terhadap suatu stimulus karena paparan berulang terhadap stimulus tersebut." Perubahan yang disebabkan oleh kelelahan, cedera, atau adaptasi sensorik tidak termasuk dalam uraian ini. Dua kategori pembelajaran non-asosiatif adalah sensitisasi dan pembiasaan.
- Habituasi (pembiasaan)
Pembiasaan terjadi ketika suatu stimulus diulangi dan satu atau lebih aspek respons intrinsik (seperti kemungkinan respons atau waktu reaksi) menurun. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara proses asosiatif kepunahan dan pembiasaan. Misalnya, suatu reaksi berkurang dalam kepunahan operan ketika hadiah tidak lagi diberikan. Burung penyanyi kecil adalah ilustrasi pembiasaan yang bagus; ketika boneka burung hantu atau predator serupa lainnya ditempatkan di sangkarnya, burung-burung tersebut pertama-tama meresponsnya seolah-olah itu adalah predator sejati. Burung-burung tersebut segera menunjukkan reaksi yang berkurang, yang menunjukkan adanya pembiasaan. Burung-burung merespons boneka burung hantu seolah-olah ia adalah pemangsa jika burung hantu lain dibawa (atau burung hantu yang sama dipindahkan dan diperkenalkan kembali), yang menunjukkan bahwa burung hantu adalah satu-satunya stimulus yang sangat spesifik yang biasa mereka terima (satu burung hantu spesifik yang diam di dalam satu lokasi). Baik rangsangan yang lemah maupun kuat, serta yang terjadi dengan kecepatan tinggi dan yang terjadi dengan kecepatan rendah, menyebabkan proses pembiasaan semakin cepat. Hampir semua spesies mamalia, serta protozoa raksasa Stentor coeruleus dan tumbuhan sensitif Mimosa pudica, telah terbukti menunjukkan adaptasi. Sensitisasi secara langsung ditentang oleh gagasan ini.
- Sensitisasi
Sensitisasi adalah sejenis pembelajaran non-asosiatif di mana stimulus diberikan berulang kali dan respons diperkuat secara bertahap. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa paparan terhadap rangsangan tertentu yang merusak atau menakutkan memperkuat reaksi protektif terhadap rangsangan tersebut, seperti penarikan diri atau pelarian. Stimulasi tonik berulang pada saraf tepi yang terjadi ketika seseorang berulang kali menyentuh lengannya adalah ilustrasi umum dari proses ini. Stimulasi ini pada akhirnya menghasilkan perasaan hangat yang mungkin menjadi tidak nyaman. Reaksi sinaptik saraf tepi yang semakin meningkat inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan ini. Ini menandakan bahwa rangsangan tersebut berbahaya. Proses pembelajaran maladaptif dan adaptif dalam organisme diyakini didorong oleh sensitisasi.
Ketika seseorang mengambil alih proses belajarnya, pembelajaran aktif terjadi. Karena komponen mendasar pembelajaran adalah pemahaman materi, penting bagi siswa untuk mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui. Mereka mungkin mengawasi kemahiran materi pelajaran mereka sendiri dengan cara ini. Siswa yang melakukan pembelajaran aktif didorong untuk mengungkapkan pemahamannya secara lisan melalui dialog internal. Seorang anak muda mungkin diajari teknik ini dan teknik metakognitif lainnya seiring berjalannya waktu. Penelitian tentang metakognisi telah menunjukkan manfaat pembelajaran aktif, dengan kesimpulan bahwa pembelajaran biasanya berada pada tingkat yang lebih tinggi sebagai konsekuensinya. Selain itu, ketika siswa bertanggung jawab atas proses dan isi pendidikannya, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Salah satu komponen penting dari pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran aktif. Di sisi lain, pembelajaran yang berpusat pada guru mencakup pengajaran langsung dan pembelajaran pasif.
Bermain sering kali menunjukkan tindakan yang tidak memiliki tujuan yang jelas, namun justru membantu orang untuk tampil lebih baik dalam keadaan serupa di kemudian hari. Selain manusia, hal ini juga terlihat pada berbagai hewan, namun sebagian besar terbatas pada mamalia dan burung. Saat masih kecil, kucing diketahui suka bermain dengan tali, yang memungkinkan mereka berlatih menangkap mangsa. makhluk dapat bermain dengan makhluk lain atau anggota spesiesnya sendiri selain dengan benda mati; misalnya, orca bisa bermain dengan anjing laut yang mereka tangkap. Hewan yang bermain menimbulkan kerugian besar, termasuk meningkatnya kerentanan terhadap predator, potensi cedera, dan risiko infeksi. Permainan harus memberikan keuntungan yang besar agar dapat berkembang, karena juga menggunakan energi. Hewan yang lebih muda sering kali terlibat dalam permainan, yang mungkin menunjukkan adanya hubungan dengan pembelajaran. Namun, hal ini juga dapat memberikan keuntungan yang tidak terkait dengan pendidikan, misalnya meningkatkan kebugaran fisik. Bermain sangat penting untuk pembelajaran dan perkembangan anak karena berkaitan dengan manusia sebagai salah satu jenis pembelajaran. Anak-anak memperoleh keterampilan sosial seperti kerja sama dan berbagi melalui permainan. Melalui kegiatan bermain, anak memperoleh keterampilan emosional termasuk cara mengendalikan emosinya. Bermain adalah alat pembelajaran yang membantu anak-anak meningkatkan kemampuan bahasa dan kognitif mereka.
Proses dimana individu mengambil moral dan perilaku yang sesuai atau dibutuhkan dalam masyarakat tempat mereka tinggal dikenal sebagai enkulturasi. Persepsi individu terhadap nilai-nilai ini dibentuk oleh teman sekelas, orang tua, dan orang dewasa lainnya. Enkulturasi dapat mengarah pada kemahiran dalam bahasa, nilai, dan ritual suatu budaya jika dilakukan dengan sukses. Hal ini tidak sama dengan akulturasi, yaitu proses dimana seseorang menyerap norma-norma dan nilai-nilai masyarakat selain masyarakatnya. Ada banyak contoh enkulturasi lintas budaya. Praktik kolaboratif masyarakat Mazahua telah menunjukkan bagaimana keterlibatan dalam interaksi sehari-hari dan upaya pendidikan selanjutnya memfasilitasi enkulturasi yang didasarkan pada pengalaman sosial nonverbal. Anak-anak menemukan relevansi budaya dari pertukaran ini ketika mereka terlibat dalam aktivitas sehari-hari. "Acomedido" adalah istilah budaya untuk tindakan kooperatif dan membantu yang ditunjukkan oleh anak-anak dari keluarga keturunan Meksiko dan keturunan Meksiko. Gadis-gadis Chillihuani di Peru mencirikan diri mereka sebagai orang yang terus menenun, meniru tingkah laku orang dewasa.
Pergeseran perilaku yang disebabkan oleh suatu peristiwa dikenal sebagai pembelajaran episodik. Salah satu contoh pembelajaran episodik adalah ketakutan terhadap anjing yang berkembang setelah gigitan anjing. Alasan mengapa pembelajaran episodik mendapatkan namanya adalah karena pengalaman disimpan dalam memori episodik, salah satu dari tiga jenis pembelajaran dan pengambilan eksplisit (bersama dengan memori semantik dan persepsi). Memori semantik bertujuan untuk mengisolasi fakta dari konteks pengalamannya atau, seperti yang dicirikan oleh orang lain, struktur informasi yang tak lekang oleh waktu. Sebaliknya, memori episodik menyimpan peristiwa dan sejarah yang melekat dalam pengalaman. Contoh memori episodik mungkin adalah seseorang yang mengingat Grand Canyon dari perjalanannya baru-baru ini. Dia akan menjawab pertanyaan seperti lokasi Grand Canyon dengan menggunakan ingatan semantiknya. Menurut sebuah penelitian, orang dapat mengenali memori episodik dengan baik bahkan ketika mereka tidak sengaja mencoba mengingatnya. Hal ini diduga menunjukkan bahwa otak mempunyai kapasitas yang sangat besar dalam menyimpan informasi tentang apa saja yang menjadi perhatian individu.
Pembelajaran yang ditingkatkan dengan komputer dikenal sebagai pembelajaran elektronik, atau e-learning. Pembelajaran seluler, atau m-learning, adalah jenis e-learning tertentu yang selalu lebih luas dan memanfaatkan berbagai perangkat telekomunikasi seluler, seperti telepon seluler. Pembelajaran tambahan adalah proses interaksi siswa dengan lingkungan belajar online. Pelatihan berbasis konteks dapat disesuaikan secara dinamis dengan lingkungan alami pelajar dengan mengakomodasi tuntutan individu. Audio (suara dan musik), teks, foto, dan video semuanya dapat dimasukkan dalam materi digital tambahan. Telah terbukti bahwa pembelajaran tambahan meningkatkan kinerja pembelajaran seumur hidup dengan menyesuaikan pelatihan. Lihat juga pendidikan dengan sedikit gangguan.
Pembelajaran formal adalah perolehan informasi yang disengaja dalam lingkungan guru dan siswa, seperti sistem sekolah atau tempat kerja. Pembelajaran formal mengacu pada metode pembelajaran yang terstruktur dan terarah, bukan pada formalitas pembelajaran itu sendiri. Dalam pendidikan formal, tujuan pembelajaran diuraikan oleh departemen pendidikan atau pelatihan, dan siswa sering kali diberikan ijazah atau bentuk pengakuan resmi lainnya.
Bagi pembelajar, pembelajaran informal sering kali merupakan peristiwa yang tidak direncanakan dan bukan sesuatu yang direncanakan dengan sengaja. Oleh karena itu, tidak perlu mendaftar di kelas apa pun untuk ini. Pembelajaran informal biasanya tidak menghasilkan akreditasi, berbeda dengan pembelajaran formal. Pelajar mulai memikirkan keadaannya dan memperoleh pengetahuan informal. Tidak diperlukan dosen dalam bentuk apa pun untuk pembelajaran seperti ini, dan hasil dari proses pembelajaran tidak terduga.
Sumber: