Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Air sebagai Kunci Ekonomi Masa Depan
Air bukan lagi sekadar kebutuhan dasar manusia, melainkan telah menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan pembangunan di abad ke-21. Paper “Making Water a Part of Economic Development” yang disusun oleh Stockholm International Water Institute (SIWI) bersama WHO dan didukung pemerintah Norwegia serta Swedia, menghadirkan argumen kuat: investasi pada pengelolaan air dan sanitasi bukan hanya urusan sosial atau lingkungan, melainkan strategi bisnis yang cerdas dan sangat menguntungkan untuk negara-negara berkembang maupun maju.
Artikel ini meresensi dan menganalisis temuan utama paper tersebut, mengangkat studi kasus, data penting, serta membandingkan relevansinya dengan tren global saat ini. Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami dan struktur SEO-friendly, artikel ini bertujuan memberikan wawasan baru bagi pembaca umum, pebisnis, maupun pembuat kebijakan.
Mengapa Air Penting untuk Ekonomi?
Air, Sanitasi, dan Pertumbuhan Ekonomi
Studi SIWI menegaskan adanya hubungan kausal antara akses air bersih dan sanitasi dengan pertumbuhan ekonomi. Negara miskin yang berhasil meningkatkan akses air dan sanitasi mengalami pertumbuhan PDB rata-rata 3,7% per tahun. Sebaliknya, negara dengan tingkat pendapatan serupa namun akses air buruk hanya tumbuh 0,1% per tahun. Artinya, air bukan sekadar kebutuhan, tapi akselerator ekonomi yang nyata.
Wajah Nyata Masalah Air Global
Lima Pesan Penting: Investasi Air adalah Bisnis Cerdas
1. Air dan Sanitasi Mengentaskan Kemiskinan
Akses air dan sanitasi yang lebih baik terbukti mempercepat pengentasan kemiskinan. Studi kasus di Uganda, misalnya, menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya air darat bernilai hampir USD 300 juta per tahun melalui perlindungan hutan, pengendalian erosi, dan jasa pemurnian air.
2. Keuntungan Ekonomi Jauh Melebihi Biaya Investasi
3. Ketahanan Ekonomi melalui Infrastruktur Air
Kasus Kenya menjadi contoh nyata: banjir tahun 1997–98 menyebabkan kerugian USD 870 juta (11% PDB), sementara kekeringan 1999–2000 menimbulkan kerugian USD 1,4 miliar per tahun (16% PDB). Rata-rata, Kenya mengalami kerugian 2,4% PDB per tahun akibat variabilitas curah hujan. Dengan investasi pada infrastruktur air dan penyimpanan, ekonomi menjadi lebih tahan guncangan iklim.
4. Air sebagai Daya Saing Bisnis
5. Tantangan Investasi: Besar, Tapi Realistis
Studi Kasus dan Data Penting
Studi Kasus 1: Kenya – Ekonomi yang Bergantung pada Hujan
Kenya adalah contoh klasik negara yang sangat rentan terhadap variabilitas curah hujan. Banjir dan kekeringan berulang kali menyebabkan kerugian ekonomi besar, menurunkan pertumbuhan PDB, serta meningkatkan kemiskinan. Investasi pada infrastruktur air, seperti bendungan dan irigasi, terbukti mampu mengurangi dampak negatif ini.
Studi Kasus 2: India – Dampak Proyek Air Terhadap Kesejahteraan Perempuan
Di Karnataka, India, proyek air dan sanitasi senilai USD 200 juta memberikan manfaat langsung kepada 5,5 juta orang. Net Present Value (NPV) proyek ini mencapai USD 85 juta dengan tingkat pengembalian internal lebih dari 20%. Perempuan, yang mayoritas bertanggung jawab atas air rumah tangga, menjadi penerima manfaat utama.
Studi Kasus 3: Bangladesh – Teknologi Sederhana, Dampak Besar
Penggunaan teknologi irigasi sederhana seperti “treadle pump” (pompa injak) seharga USD 12–30 per unit mampu meningkatkan pendapatan petani hingga USD 210 per 1.000 m² lahan, dengan NPV USD 900–1.900 per petani. Jika diadopsi oleh 1,5 juta petani, potensi manfaat ekonomi mencapai USD 1,4–2,8 miliar.
Studi Kasus 4: China – Kerugian Industri Akibat Polusi Air
Pada 1992, industri Tiongkok kehilangan pendapatan sebesar USD 1,7 miliar akibat polusi air. Ini menegaskan bahwa kualitas air menjadi faktor risiko bisnis yang sangat nyata, dan perbaikan pengelolaan air dapat menjadi daya saing nasional.
Manfaat Langsung & Tidak Langsung Investasi Air
Manfaat Kesehatan
Manfaat Ekonomi
Manfaat Sosial
Tantangan dan Kritik: Mengapa Investasi Air Sering Terabaikan?
Persepsi “Biaya” vs “Investasi”
Banyak pembuat kebijakan masih menganggap investasi air dan sanitasi sebagai beban biaya, bukan investasi dengan pengembalian tinggi. Padahal, data menunjukkan bahwa manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan jauh melebihi biaya awal.
Korupsi dan Tata Kelola
Studi di India menunjukkan bahwa korupsi di sektor air dan sanitasi cukup tinggi, dengan 41% responden pernah melakukan pembayaran informal untuk mempercepat layanan. Korupsi mengurangi efektivitas investasi dan memperlambat pencapaian manfaat ekonomi.
Ketimpangan Akses
Meskipun investasi air dan sanitasi sangat menguntungkan, distribusinya masih timpang. Daerah pedesaan dan masyarakat miskin seringkali menjadi kelompok yang paling tertinggal.
Relevansi dengan Tren Global & Industri
SDGs dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan
Temuan paper ini sangat relevan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 6 (Clean Water and Sanitation) dan SDG 1 (No Poverty). Investasi pada air dan sanitasi terbukti menjadi fondasi bagi pencapaian target-target SDGs lainnya.
Adaptasi Perubahan Iklim
Dengan meningkatnya frekuensi bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim, investasi pada infrastruktur air dan pengelolaan sumber daya air menjadi semakin penting untuk ketahanan ekonomi dan sosial.
Industri dan Bisnis
Banyak perusahaan multinasional kini memasukkan risiko air dalam strategi bisnis mereka. Akses air yang andal menjadi daya tarik investasi, sementara polusi air dapat menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan industri.
Opini & Perbandingan dengan Studi Lain
Paper ini menegaskan bahwa air adalah katalisator ekonomi yang sering diabaikan. Dibandingkan dengan studi lain seperti laporan World Bank dan UNDP, hasil SIWI bahkan lebih menekankan pada pengembalian investasi yang sangat tinggi dan efek berantai pada sektor lain, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga produktivitas tenaga kerja.
Namun, tantangan implementasi tetap besar: tata kelola, pendanaan, dan perubahan perilaku masyarakat. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil untuk memastikan manfaat ekonomi air dapat dirasakan secara merata.
Rekomendasi dan Langkah Ke Depan
Air, Investasi yang Tak Ternilai
Paper “Making Water a Part of Economic Development” membuktikan bahwa air bukan sekadar kebutuhan dasar, melainkan investasi strategis dengan pengembalian ekonomi, sosial, dan lingkungan yang sangat besar. Negara-negara yang berani berinvestasi pada air dan sanitasi akan menuai manfaat berlipat, mulai dari pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, hingga ketahanan menghadapi perubahan iklim.
Saatnya para pembuat kebijakan, pelaku bisnis, dan masyarakat luas memandang air sebagai aset ekonomi utama, bukan sekadar komoditas murah. Investasi pada air adalah investasi pada masa depan bangsa.
Sumber Asli Artikel
MAKING WATER A PART OF ECONOMIC DEVELOPMENT: The Economic Benefits of Improved Water Management and Services. A report commissioned by the Governments of Norway and Sweden as input to the Commission on Sustainable Development (CSD) and its 2004–2005 focus on water, sanitation and related issues. Stockholm International Water Institute, 2005.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Krisis Air Global dan Peran Dunia Usaha
Air adalah fondasi kehidupan dan pilar utama ekonomi global. Namun, dunia kini menghadapi krisis air yang kian parah akibat perubahan iklim, urbanisasi, dan persaingan antarsektor. Laporan “Critical Business Actions for Achieving a Water Secure World” menyoroti peran strategis sektor bisnis dalam mendorong ketahanan air, mengupas tantangan, peluang, serta aksi nyata yang dapat diambil perusahaan demi masa depan yang berkelanjutan. Artikel ini akan membedah temuan utama, studi kasus, data kunci, serta analisis kritis dan relevansi tren global, dengan gaya populer dan SEO-friendly agar mudah dipahami dan ditemukan pembaca luas1.
Gambaran Umum: Mengapa Bisnis Harus Peduli Ketahanan Air?
Fakta dan Angka Kunci
Studi Kasus Global: Dampak Nyata Krisis Air
1. Madagascar: Bertahan di Tengah Kekeringan
Di kawasan kering Madagascar, perempuan terpaksa menggali lubang di dasar sungai yang mengering demi mendapatkan air. Fenomena ini bukan hanya mencerminkan kelangkaan air, tetapi juga memperlihatkan beban gender dan risiko kesehatan yang dihadapi masyarakat rentan1.
2. Pakistan: Banjir dan Disrupsi Kehidupan
Pakistan dilanda banjir parah yang memaksa ribuan keluarga kehilangan rumah dan harus mencari sumber air baru. Bencana ini memperlihatkan bagaimana perubahan iklim memperparah ketidakpastian pasokan air dan memicu migrasi serta konflik sosial1.
3. South Sudan: Banjir dan Ketahanan Pangan
Di South Sudan, banjir ekstrem mengakibatkan panen gagal dan seluruh komunitas terendam air. Hal ini berdampak langsung pada ketahanan pangan, kesehatan, dan stabilitas sosial, memperkuat argumen bahwa air adalah kunci pembangunan berkelanjutan1.
4. Indonesia: Tantangan Air dan Ketahanan Pangan
Indonesia menghadapi tantangan air akibat perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu, dan serangan hama yang mengganggu produksi pangan. Krisis air di Indonesia juga memperlihatkan kerentanan sistem pangan nasional terhadap perubahan iklim dan tata kelola air yang belum efektif1.
5. Cameroon: Air dan Pendidikan
Di Cameroon, akses air bersih di sekolah menjadi faktor penting dalam mendukung pendidikan dan masa depan ekonomi generasi muda. Kurangnya air bersih menghambat proses belajar, kesehatan, dan kesejahteraan anak-anak1.
Analisis Bisnis: Mengapa Dunia Usaha Harus Bertindak?
Dampak Krisis Air pada Bisnis
Peluang Bisnis dalam Ketahanan Air
Tujuh Alasan Bisnis Harus Beraksi untuk Ketahanan Air
Strategi dan Aksi Nyata: Lima Pilar Bisnis untuk Dunia yang Aman Air
1. Integrasi Komitmen Tata Kelola Air dalam Kebijakan Korporasi
2. Dukungan untuk Komunitas dan Kelompok Rentan
3. Inovasi Teknologi dan Efisiensi
4. Advokasi Kebijakan dan Kolaborasi Pemerintah
5. Akselerasi Pembiayaan dan Peningkatan Kapasitas
Studi Kasus Bisnis: Praktik Baik dan Pembelajaran
1. Kolaborasi di Afrika: Water Fund Nairobi
Perusahaan air di Nairobi, Kenya, membayar petani di hulu Sungai Tana untuk menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan. Skema ini meningkatkan ketahanan air kota, memperbaiki ekosistem, dan meningkatkan pendapatan petani—menjadi model replikasi di Afrika dan Amerika Latin1.
2. Inovasi Energi Terbarukan di Asia
Di berbagai negara Asia, perusahaan mulai mengadopsi irigasi dan pengolahan air bertenaga surya untuk menekan biaya operasional dan mengurangi jejak karbon. Model ini memperluas akses air di daerah terpencil dan memperkuat ketahanan iklim1.
3. Industri Makanan dan Minuman: Efisiensi Rantai Pasok
Perusahaan makanan dan minuman multinasional menerapkan audit air di seluruh rantai pasok, mengurangi konsumsi air, dan mendaur ulang limbah cair. Hasilnya, biaya produksi turun, kualitas produk meningkat, dan risiko gangguan pasokan berkurang1.
Tantangan dan Kritik: Apa yang Masih Kurang?
1. Individualisme vs. Aksi Kolektif
Banyak perusahaan telah memulai inisiatif hemat air secara individual, namun laporan ini menegaskan bahwa solusi sistemik hanya bisa dicapai melalui aksi kolektif lintas sektor dan lintas negara. Kolaborasi menjadi kunci untuk mengatasi kompleksitas dan skala krisis air global1.
2. Kesenjangan Implementasi
Meskipun banyak rekomendasi dan komitmen, implementasi di lapangan masih sering terhambat oleh birokrasi, kurangnya insentif, dan minimnya data monitoring. Banyak program gagal memberikan dampak nyata karena lemahnya evaluasi dan pengawasan jangka panjang1.
3. Ketimpangan Akses dan Keadilan Sosial
Kelompok rentan, terutama perempuan dan anak-anak, masih menghadapi hambatan besar dalam mengakses air bersih. Perusahaan perlu lebih proaktif dalam memastikan keadilan sosial dan inklusi dalam setiap aksi ketahanan air1.
Perbandingan dengan Studi dan Tren Global
1. ESG dan Green Finance
Investor global kini menilai perusahaan tidak hanya dari profit, tetapi juga dari kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Perusahaan yang gagal mengelola risiko air berisiko kehilangan akses ke pembiayaan hijau dan pasar internasional1.
2. Digitalisasi dan Industri 4.0
Transformasi digital di sektor air—mulai dari sensor, big data, hingga AI—membuka peluang efisiensi, transparansi, dan pemberdayaan komunitas lokal. Namun, adopsi teknologi masih menghadapi tantangan biaya dan kapasitas SDM1.
3. SDGs dan Paris Agreement
Aksi bisnis di sektor air sangat relevan untuk pencapaian SDG 6 (air bersih dan sanitasi), SDG 13 (aksi iklim), dan SDG 17 (kemitraan untuk tujuan). Kolaborasi lintas sektor menjadi syarat utama keberhasilan agenda global ini1.
Rekomendasi Strategis untuk Bisnis dan Pemerintah
Bisnis sebagai Motor Ketahanan Air Masa Depan
Laporan “Critical Business Actions for Achieving a Water Secure World” menegaskan bahwa krisis air adalah tantangan sistemik yang hanya bisa diatasi melalui aksi kolektif dan inovatif, dengan bisnis sebagai aktor kunci. Studi kasus dari berbagai negara membuktikan bahwa investasi pada ketahanan air tidak hanya menyelamatkan lingkungan dan masyarakat, tetapi juga menciptakan peluang bisnis, efisiensi biaya, dan keunggulan kompetitif. Dengan mengadopsi rekomendasi laporan ini, perusahaan dan pemerintah dapat bersama-sama membangun masa depan yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan—menuju dunia yang benar-benar aman air pada 20301.
Sumber Asli
Critical Business Actions for Achieving a Water Secure World. UNICEF, 2022.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Mengapa Investasi Air Pertanian Menjadi Sorotan Global?
Di tengah krisis pangan, perubahan iklim, dan tekanan populasi dunia yang terus meningkat, sektor air pertanian menjadi perhatian utama dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Laporan FAO berjudul Investing in Agricultural Water, Sustainably – Recent Trends in Financing Institutions (2022) mengupas tren, tantangan, dan inovasi dalam pembiayaan air pertanian selama dekade terakhir. Artikel ini merangkum temuan utama, studi kasus, angka-angka kunci, serta memberikan opini kritis dan relevansi terhadap tren global dan industri, dengan gaya populer dan SEO-friendly agar mudah dipahami serta ditemukan pembaca luas12.
Gambaran Umum: Peran Strategis Investasi Air Pertanian
Mengapa Air Pertanian Penting?
Peran Lembaga Keuangan Internasional (IFIs)
Lembaga seperti World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Islamic Development Bank (IsDB) berperan penting sebagai katalis investasi, meski kontribusi finansial mereka hanya sebagian kecil dibanding pemerintah dan sektor swasta. Namun, IFIs memiliki kekuatan dalam mendemonstrasikan investasi bertanggung jawab, mendorong tata kelola, dan mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan12.
Angka-Angka Kunci: Skala dan Pola Investasi
Studi Kasus Inspiratif: Inovasi dan Tantangan di Lapangan
1. Proyek Olmos, Peru: Inovasi Skema PPP Irigasi
Pemerintah Peru melelang 38.000 hektar lahan tidur kepada investor swasta untuk dikembangkan menjadi lahan irigasi produktif. Skema take-or-pay memungkinkan petani memperoleh hak atas lahan dan layanan irigasi dari investor swasta. Proyek ini menjadi contoh peralihan fungsi investasi dari pemerintah ke swasta dalam skala besar, dengan model kemitraan yang menyeimbangkan risiko dan keuntungan1.
2. Desalinasi Agadir, Maroko: Kolaborasi Multi-Pihak
Proyek desalinasi di Agadir melibatkan pemerintah, petani, dan investor swasta (Abengoa, Spanyol) untuk membangun pabrik desalinasi bertenaga energi terbarukan. Air hasil desalinasi digunakan untuk kebutuhan domestik dan irigasi 13.600 hektar lahan pertanian. Model Design-Build-Finance-Operate-Maintain (DBFOM) ini menunjukkan potensi kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi krisis air di kawasan kering1.
3. Zambia Irrigation Development Support Project: Integrasi Petani Kecil dan Komersial
Proyek ini menggabungkan petani subsisten, petani berkembang, dan petani komersial dalam satu skema irigasi bertingkat. Sistem manajemen irigasi dikelola oleh penyedia jasa profesional, bukan pemerintah, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Model ini masih dalam tahap awal, namun menawarkan pendekatan baru dalam pemberdayaan petani dan efisiensi layanan irigasi1.
Analisis Tren dan Tantangan Investasi
1. Dominasi Investasi Swasta dan Pemerintah
2. Inovasi Instrumen Pembiayaan
3. Tantangan Implementasi
Inovasi Teknologi dan Tata Kelola: Masa Depan Investasi Air Pertanian
1. Teknologi Digital dan Data
2. Irigasi Modern dan Energi Terbarukan
3. Tata Kelola Partisipatif dan Inklusif
Studi Kasus Tambahan: Pembelajaran dari Berbagai Kawasan
1. Upper Tana-Nairobi Water Fund, Kenya
Perusahaan air di Nairobi membayar petani di hulu Sungai Tana untuk menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan. Skema ini meningkatkan ketahanan air kota, memperbaiki ekosistem, dan meningkatkan pendapatan petani. Model ini kini direplikasi di berbagai negara Afrika dan Amerika Latin1.
2. Vietnam: Adaptasi Iklim di Sektor Pertanian
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa adopsi teknologi adaptasi iklim di sektor pertanian Vietnam dapat meningkatkan nilai tambah pertanian hingga 10%. Langkah yang diambil meliputi penyesuaian jadwal tanam, varietas tahan kekeringan/banjir, dan peningkatan layanan penyuluhan1.
3. Serbia: Modernisasi Irigasi Berbasis Data
EBRD mendukung modernisasi irigasi di Serbia dengan melibatkan petani, perusahaan internasional, dan UKM. Proyek ini fokus pada rehabilitasi infrastruktur lama dan adopsi teknologi hemat air di tingkat petani, membuktikan pentingnya kolaborasi multi-aktor1.
Opini, Kritik, dan Perbandingan dengan Studi Lain
Kekuatan Laporan FAO
Kritik dan Tantangan
Perbandingan dengan Studi Lain
Jika dibandingkan dengan riset internasional lain (misal OECD, World Bank), laporan FAO menonjol dalam menekankan pentingnya integrasi antara inovasi teknologi, tata kelola, dan partisipasi lokal. Namun, tantangan klasik seperti siklus build-neglect-rehabilitate pada infrastruktur irigasi masih menjadi masalah global yang belum tuntas124.
Kaitan dengan Tren Industri dan Agenda Global
Rekomendasi Strategis untuk Masa Depan
Investasi Air Pertanian sebagai Pilar Masa Depan Berkelanjutan
Investasi berkelanjutan di sektor air pertanian bukan hanya soal membangun infrastruktur, tetapi juga membangun ekosistem inovasi, tata kelola, dan pemberdayaan petani. Studi kasus dari Peru, Maroko, Zambia, Kenya, Vietnam, dan Serbia membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor, adopsi teknologi, dan model pembiayaan baru mampu meningkatkan produktivitas, ketahanan pangan, dan kesejahteraan petani. Namun, tantangan ketimpangan, monitoring, dan keberlanjutan pembiayaan masih perlu diatasi dengan strategi adaptif dan partisipatif.
Dengan mengadopsi rekomendasi FAO, negara berkembang seperti Indonesia dapat mempercepat transformasi sektor pertanian menuju masa depan yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan—menjadi pelopor dalam investasi air pertanian yang ramah iklim dan pro-petani.
Sumber Asli
Ghosh, E., Kemp-Benedict, E., Huber-Lee, A., Nazareth, A. and Oudra, I. 2022. Investing in agricultural water, sustainably – Recent trends in financing institutions. FAO Investment Centre – Directions in Investment, No. 7. Rome, FAO.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Keamanan air kini menjadi isu strategis di kawasan Asia Pasifik, wilayah yang menampung sekitar 60% populasi dunia dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi global. Namun, di balik kemajuan ekonomi, kawasan ini menghadapi tantangan serius terkait akses air bersih, sanitasi, polusi, serta risiko bencana terkait air. Laporan Asian Water Development Outlook (AWDO) 2020 yang diterbitkan oleh Asian Development Bank (ADB) hadir sebagai referensi utama yang menawarkan analisis berbasis data, studi kasus nyata, dan rekomendasi kebijakan untuk mendorong transformasi sektor air di Asia Pasifik.
Artikel ini akan mengulas temuan utama AWDO 2020, menyoroti angka-angka kunci, studi kasus inspiratif, serta memberikan opini kritis dan relevansi terhadap tren global. Disusun dengan gaya yang mudah dipahami dan SEO-friendly, artikel ini diharapkan menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan, pelaku industri, dan masyarakat luas.
Kerangka Penilaian AWDO 2020
AWDO 2020 menilai 49 negara di Asia dan Pasifik menggunakan kerangka lima dimensi keamanan air yang saling terkait, yakni:
Setiap dimensi diukur dengan indikator terukur, menghasilkan skor komposit yang menggambarkan tingkat keamanan air nasional. Menariknya, tidak ada satu pun negara yang mencapai status “model” (skor tertinggi), menandakan masih banyak ruang untuk perbaikan di seluruh kawasan.
Fakta dan Angka Kunci
AWDO 2020 mengungkapkan sejumlah data yang cukup mencengangkan. Sekitar 1,5 miliar penduduk pedesaan di Asia Pasifik masih belum memiliki akses ke air bersih dan sanitasi layak. Di kawasan perkotaan, 600 juta orang masih menghadapi masalah serupa. Sebanyak 27 negara di kawasan ini menghadapi keterbatasan air serius yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, 18 negara belum mampu melindungi penduduknya dari bencana air seperti banjir, kekeringan, dan badai.
Skor keamanan air nasional bervariasi tajam. Negara-negara dengan ekonomi maju rata-rata mencatat skor 86,5, jauh di atas skor rata-rata kawasan Pasifik (45,4) dan Asia Selatan (47,7). Negara-negara Asia Timur mencatat skor rata-rata 72,8. Skor terendah yang dicatat dalam laporan ini adalah 39,5, sedangkan yang tertinggi mencapai 89,1. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meski ada kemajuan, tantangan mendasar masih sangat besar, terutama di negara-negara berkembang dan kawasan kepulauan Pasifik.
Studi Kasus Inspiratif
Karnataka, India
Karnataka adalah contoh nyata bagaimana metodologi AWDO dapat diadaptasi di tingkat subnasional. Dengan 58% wilayah rawan kekeringan dan permintaan air yang terus meningkat, pemerintah negara bagian mengadopsi pendekatan AWDO untuk perencanaan kebijakan air berbasis data. Tantangan utama yang diidentifikasi meliputi fragmentasi institusi, kurangnya data, dan minimnya partisipasi pemangku kepentingan. Hasilnya, kebijakan air di Karnataka kini lebih terintegrasi dan responsif terhadap kebutuhan lokal.
Timor-Leste
Sebagai negara muda dengan pertumbuhan penduduk tinggi, Timor-Leste menghadapi ketimpangan akses air dan sanitasi antarwilayah. AWDO digunakan untuk pemetaan keamanan air di tingkat kabupaten, mengungkap keterbatasan data, perlunya investasi besar infrastruktur, dan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Studi kasus ini menegaskan bahwa adaptasi metodologi AWDO dapat membantu negara berkembang merumuskan prioritas investasi dan kebijakan berbasis bukti.
Thailand
Thailand mengadopsi kerangka AWDO dalam strategi nasionalnya untuk mengelola air secara lintas sektor. Fokus utamanya adalah mengatasi fragmentasi institusi, meningkatkan ketahanan terhadap banjir dan kekeringan, serta memastikan integrasi kebijakan lintas kementerian. Langkah ini terbukti efektif dalam memperkuat tata kelola dan respons terhadap bencana air yang semakin intens akibat perubahan iklim.
Yellow River, Tiongkok
Basin Sungai Kuning (Yellow River) di Tiongkok menghadapi tantangan kompleks: risiko banjir, kelangkaan air, sedimentasi berat, dan polusi industri. AWDO digunakan sebagai alat penilaian dan desain intervensi lintas provinsi, menyoroti pentingnya kerjasama antarwilayah dan pengelolaan berbasis data untuk mengatasi masalah air secara sistemik.
Analisis Dimensi Kunci Keamanan Air
1. Keamanan Air Rumah Tangga Pedesaan
Hampir 1,5 miliar penduduk pedesaan di Asia Pasifik masih belum memiliki akses ke air bersih dan sanitasi layak. Hal ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, produktivitas ekonomi, dan ketimpangan sosial. Investasi pada WASH (water, sanitation, hygiene) terbukti memberikan return tinggi, menurunkan angka penyakit, serta meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas perempuan dan anak-anak.
2. Keamanan Air Ekonomi
Sebanyak 27 negara menghadapi keterbatasan air serius yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian, industri, dan energi sangat bergantung pada ketersediaan air yang andal dan berkelanjutan. AWDO menekankan pentingnya data, efisiensi penggunaan air, dan investasi pada infrastruktur modern untuk memastikan air tetap menjadi pendorong utama ekonomi kawasan.
3. Keamanan Air Perkotaan
Urbanisasi pesat menyebabkan 600 juta penduduk perkotaan belum mendapatkan layanan air dan sanitasi memadai. Kota-kota besar menghadapi tantangan baru: banjir, polusi, keterjangkauan tarif, dan ketimpangan layanan di kawasan kumuh. Solusi inovatif seperti circular economy, pemanfaatan air limbah, dan teknologi smart city menjadi semakin relevan untuk mengatasi masalah ini.
4. Keamanan Air Lingkungan
Degradasi lingkungan air—baik sungai, danau, maupun air tanah—semakin mengkhawatirkan akibat polusi, eksploitasi, dan perubahan tata guna lahan. Perlindungan ekosistem dan tata kelola lingkungan yang kuat menjadi prasyarat untuk memastikan keberlanjutan sumber daya air bagi generasi mendatang.
5. Keamanan Bencana Terkait Air
Sebanyak 18 negara belum mampu melindungi penduduknya dari bencana air seperti banjir, kekeringan, dan badai. Investasi pada infrastruktur hijau, sistem peringatan dini, dan penguatan kapasitas masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan dan mengurangi kerugian ekonomi maupun korban jiwa.
Rekomendasi Kebijakan AWDO 2020
Berikut adalah ringkasan rekomendasi kebijakan utama dari AWDO 2020 yang relevan untuk seluruh negara Asia Pasifik:
Opini & Perbandingan
AWDO 2020 menandai lompatan besar dibanding edisi sebelumnya dengan memperluas cakupan ke aspek tata kelola dan pembiayaan. Jika dibandingkan dengan laporan UN SDG 6, AWDO memberikan detail lebih kaya pada konteks Asia-Pasifik, termasuk studi kasus dan analisis berbasis data lokal. Namun, tantangan implementasi tetap besar: political will, kapasitas institusi, serta keberlanjutan pendanaan sering kali menjadi hambatan utama.
Dari sisi inovasi, AWDO mendorong adopsi solusi berbasis alam (nature-based solutions) dan circular economy sebagai tren masa depan. Hal ini sejalan dengan perkembangan industri air global, di mana startup teknologi lingkungan, perusahaan air, dan pemerintah daerah berlomba mengembangkan solusi efisien, inklusif, dan berkelanjutan.
Kaitan dengan Tren Global & Industri
Kesimpulan
AWDO 2020 adalah referensi utama untuk memahami dan meningkatkan keamanan air di Asia Pasifik. Data, tata kelola, dan investasi menjadi pilar utama. Studi kasus dari India, Timor-Leste, Thailand, dan Tiongkok membuktikan pentingnya adaptasi lokal dan inovasi kebijakan. Dengan mengadopsi rekomendasi AWDO, negara-negara di Asia Pasifik berpeluang besar untuk mencapai masa depan yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
Sumber Asli
Asian Development Bank. Asian Water Development Outlook 2020: Advancing Water Security across Asia and the Pacific.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Mengapa Tata Kelola Air yang Baik Itu Penting?
Tata kelola air yang efektif menjadi fondasi utama dalam menjawab tantangan perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “tata kelola air yang baik”? Bagaimana cara menilainya secara objektif dan sistematis? Paper “Assessing the Soundness of Water Governance: Lessons Learned from Applying the 10 Building Blocks Approach” karya Liping Dai, Carel Dieperink, Susanne Wuijts, dan Marleen van Rijswick (2022) menawarkan jawaban melalui kajian mendalam atas pengalaman penerapan pendekatan 10 Building Blocks di berbagai negara dan konteks isu air. Artikel ini akan membedah konsep, studi kasus, angka-angka penting, serta memberikan analisis kritis dan relevansi dengan tren industri dan kebijakan tata kelola air global.
Mengenal 10 Building Blocks Approach: Pilar Penilaian Tata Kelola Air
Apa Itu 10 Building Blocks Approach?
10 Building Blocks Approach adalah kerangka penilaian interdisipliner yang dikembangkan untuk menganalisis tata kelola air secara holistik. Kerangka ini membagi penilaian menjadi tiga dimensi utama—Konten, Organisasi, dan Implementasi—yang dijabarkan dalam 10 blok penilaian (building blocks) berikut:
Pendekatan ini telah diterapkan di berbagai konteks—mulai dari pengelolaan banjir di Belanda, kualitas air di China dan Nigeria, hingga program sanitasi di Ghana—dan terbukti mampu mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan tata kelola air di berbagai skala dan budaya1.
Studi Kasus dan Angka-Angka Kunci: Penerapan 10 Building Blocks di Dunia Nyata
1. Skala dan Ragam Aplikasi
2. Contoh Studi Kasus
Analisis Setiap Building Block: Temuan, Tantangan, dan Praktik Terbaik
1. Water System Knowledge
2. Values, Principles, and Policy Discourses
3. Stakeholder Involvement
4. Trade-offs Between Social Objectives
5. Responsibility, Authority, and Means
6. Regulations and Agreements
7. Financing Water Management
8. Engineering and Monitoring
9. Compliance and Enforcement
10. Conflict Prevention and Resolution
Pembaruan: Building Blocks 2.0 dan Inovasi Penilaian
Paper ini memperkenalkan versi baru, “Building Blocks 2.0”, dengan kriteria yang lebih spesifik dan visualisasi diagram sirkular untuk menekankan keterkaitan antarblok. Penilaian dapat menggunakan sistem traffic light (hijau-kuning-merah), skor 1–5, atau analisis SWOT, sehingga hasilnya lebih komunikatif dan mudah dibandingkan lintas kasus atau negara.
Kritik, Opini, dan Perbandingan dengan Kerangka Lain
Kritik terhadap 10 Building Blocks Approach
Perbandingan dengan Framework Lain
Opini Penulis dan Relevansi Industri
Rekomendasi Strategis untuk Praktik dan Kebijakan
Menata Masa Depan Tata Kelola Air yang Adaptif dan Inklusif
Paper ini menegaskan bahwa tidak ada satu pendekatan penilaian tata kelola air yang sempurna, namun 10 Building Blocks Approach menawarkan kerangka kerja yang komprehensif, fleksibel, dan mudah diadaptasi untuk berbagai konteks. Kunci keberhasilan terletak pada kejelasan tujuan, keterlibatan stakeholder, transparansi data, serta keberanian untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Dengan demikian, tata kelola air dapat menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kesejahteraan masyarakat lintas generasi.
Sumber artikel :
Liping Dai, Carel Dieperink, Susanne Wuijts & Marleen van Rijswick. “Assessing the soundness of water governance: lessons learned from applying the 10 Building Blocks Approach.” Water International, 47:4, 610-631, DOI: 10.1080/02508060.2022.2048487
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Juni 2025
Hak Air Bersih di Tengah Krisis Global
Pandemi COVID-19 bukan sekadar ujian kesehatan, tetapi juga ujian tata kelola sumber daya dasar—terutama air bersih. Di Indonesia, negara dengan sumber air tawar melimpah, ironi besar terjadi: jutaan rumah tangga masih kesulitan mengakses air layak, terutama saat kebutuhan melonjak akibat pandemi. Studi Nadia Astriani dkk. (2021) membedah secara kritis bagaimana negara memenuhi (atau justru gagal memenuhi) hak atas air bersih selama krisis, menyoroti kebijakan, implementasi, hingga studi kasus nyata seperti Kendeng. Resensi ini mengajak pembaca memahami akar masalah, menelaah data dan studi kasus, serta merefleksikan solusi dan kritik yang relevan dengan tren global tata kelola air1.
1. Hak Atas Air: Fondasi Konstitusi dan Hak Asasi
Air sebagai Hak Asasi dan Mandat Konstitusi
Regulasi Kunci Tata Kelola Air
2. Realitas di Lapangan: Data, Ketimpangan, dan Tantangan Selama Pandemi
Akses Air Bersih: Angka-angka Penting
Dampak Pandemi: Kebutuhan Meningkat, Akses Tertinggal
3. Studi Kasus: Kendeng dan Perjuangan Hak Air Komunitas Lokal
Kendeng: Karst, Air, dan Perlawanan Warga
Refleksi Kasus Kendeng
4. Kebijakan dan Implementasi: Antara Ambisi dan Realitas
Kebijakan Nasional dan Target SDGs
Respons Pemerintah Selama Pandemi
5. Perbandingan Global: Belajar dari Afrika Selatan dan Ethiopia
Afrika Selatan: Respons Proaktif dan Koordinasi Nasional
Ethiopia: Teknologi dan Partisipasi Komunitas
Pelajaran untuk Indonesia
6. Analisis Kritis dan Opini: Di Mana Letak Masalah Utama?
Kelemahan Tata Kelola dan Implementasi
Perbandingan dengan Studi Lain
7. Rekomendasi Strategis: Jalan Menuju Tata Kelola Air yang Adil dan Tangguh
Hak Air, Pandemi, dan Masa Depan Tata Kelola di Indonesia
Pandemi COVID-19 membuka tabir rapuhnya tata kelola air di Indonesia: regulasi sudah memadai, tetapi implementasi, inovasi, dan keberpihakan pada kelompok rentan masih jauh dari ideal. Studi kasus Kendeng dan data nasional menunjukkan bahwa hak atas air bukan sekadar janji konstitusi, tetapi ujian nyata bagi keberpihakan negara pada rakyat. Belajar dari negara lain, Indonesia harus berani berinovasi, memperkuat kolaborasi, dan memastikan setiap warga, tanpa kecuali, mendapatkan hak dasarnya atas air bersih—bukan hanya di atas kertas, tapi nyata di kehidupan sehari-hari1.
Sumber artikel :
Nadia Astriani, Betty Rubiati, Yulinda Adharani, Siti Sarah Afifah, Rewita Salsabila, Rizkia Diffa. "The Responsibility of the Indonesian Government to Fulfill the Rights to Water During the COVID-19 Pandemic: Some Legal Issues." Environmental Policy and Law 51 (2021): 327–341.