Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam rantai pasoknya. Pengukuran kinerja rantai pasok menjadi langkah penting dalam mengevaluasi efisiensi operasional serta menemukan titik-titik perbaikan. Paper berjudul Supply Chain Performance Measurement with Supply Chain Operation References Approach (A Case Study in a Batik Company) oleh Novie Susanto, Ratna Purwaningsih, Rani Rumita, dan Emanuela Septia membahas bagaimana model SCOR (Supply Chain Operations Reference) digunakan untuk mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok di industri batik.
Penelitian ini menyoroti permasalahan yang dihadapi oleh CV. PT, sebuah perusahaan batik di Solo, Jawa Tengah, dalam hal ketidaksesuaian bahan baku dan masalah dalam produksi yang menyebabkan penurunan produktivitas. Dengan menggunakan model SCOR, penelitian ini mengevaluasi lima proses utama dalam rantai pasok, yaitu plan, source, make, deliver, dan return, untuk mengidentifikasi titik-titik lemah serta menyusun strategi peningkatan kinerja.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model SCOR untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan indikator Key Performance Indicators (KPI). Model SCOR yang digunakan adalah versi 12.0, yang merupakan pengembangan dari versi sebelumnya dengan tambahan sub-atribut untuk evaluasi yang lebih mendalam.
Tiga tahap utama dalam penelitian ini meliputi:
Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Model SCOR
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa total kinerja rantai pasok CV. PT adalah 69,983, yang masuk dalam kategori rata-rata. Ini berarti perusahaan memiliki banyak ruang untuk perbaikan guna meningkatkan efisiensi operasionalnya.
Penelitian ini menemukan beberapa permasalahan utama yang menyebabkan kinerja rantai pasok CV. PT belum optimal:
Studi Kasus: Implementasi Model SCOR pada CV. PT
Penelitian ini mengevaluasi lima proses utama dalam rantai pasok CV. PT:
Strategi Perbaikan Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan hasil evaluasi, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok CV. PT:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa model SCOR dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam rantai pasok dan memberikan strategi perbaikan yang tepat. Evaluasi kinerja CV. PT menunjukkan bahwa perusahaan masih berada dalam kategori rata-rata dengan beberapa area yang perlu ditingkatkan, terutama dalam hal akurasi dokumentasi, efisiensi produksi, dan ketepatan waktu pengiriman.
Dengan menerapkan strategi yang direkomendasikan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi rantai pasoknya, mengurangi pemborosan, serta meningkatkan kepuasan pelanggan. Industri batik sebagai bagian dari ekonomi kreatif Indonesia dapat memperoleh manfaat besar dari optimasi rantai pasok berbasis model SCOR, sehingga lebih kompetitif di pasar global.
Sumber : Susanto, N., Purwaningsih, R., Rumita, R., & Septia, E. Supply Chain Performance Measurement with Supply Chain Operation References Approach (A Case Study in a Batik Company). Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, Sao Paulo, Brazil, 2021.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam persaingan bisnis global, kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance/SCP) menjadi faktor kunci bagi perusahaan untuk tetap kompetitif. Paper berjudul System Dynamics: An Approach to Modeling Supply Chain Performance Measurement oleh Peide Liu, Morteza Atifeh, Mohsen Khorshidnia, dan Seyed Ghiasuddin Taheri membahas bagaimana model System Dynamics (SD) dapat meningkatkan kinerja rantai pasok dengan fokus pada agilitas dan fleksibilitas.
Penelitian ini menyoroti keterkaitan antara SCP, biaya operasional, kepuasan pelanggan, dan efisiensi logistik dengan menggunakan simulasi berbasis System Dynamics untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan model System Dynamics (SD) berbasis hubungan sebab-akibat, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan agilitas dan fleksibilitas tidak selalu meningkatkan profitabilitas. Terdapat titik optimal di mana peningkatan agilitas dan fleksibilitas memberikan manfaat maksimal sebelum mengalami diminishing returns.
Konsep System Dynamics dalam Evaluasi Kinerja Rantai Pasok
Paper ini menyoroti bagaimana System Dynamics digunakan untuk mengukur SCP dengan mempertimbangkan tiga aspek utama:
1. Agilitas Rantai Pasok (Supply Chain Agility/SCA)
2. Fleksibilitas Rantai Pasok (Supply Chain Flexibility/SCF)
3. Profitabilitas dan Efisiensi Operasional
Temuan Utama dalam Penelitian
Paper ini mengidentifikasi beberapa temuan penting dalam evaluasi SCP menggunakan System Dynamics:
Studi Kasus: Implementasi System Dynamics dalam Industri
Paper ini menyajikan beberapa studi kasus terkait implementasi model System Dynamics dalam rantai pasok:
1. Industri Manufaktur Otomotif
2. Industri Retail
3. Industri Teknologi
Tantangan dalam Implementasi System Dynamics dalam SCM
Meskipun model System Dynamics menawarkan banyak manfaat, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model System Dynamics dalam evaluasi kinerja rantai pasok membantu mengidentifikasi variabel kunci yang berkontribusi pada efisiensi operasional dan profitabilitas.
Dengan memahami hubungan antara agilitas, fleksibilitas, dan profitabilitas, perusahaan dapat menemukan titik optimal dalam strategi rantai pasok mereka.
Bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan kinerja rantai pasok, investasi dalam teknologi, integrasi informasi, dan strategi berbasis data akan menjadi faktor utama dalam mencapai keunggulan kompetitif.
Sumber Referensi :
Liu, P., Atifeh, M., Khorshidnia, M., & Taheri, S. G. System Dynamics: An Approach to Modeling Supply Chain Performance Measurement. Technological and Economic Development of Economy, Vol. 29, Issue 4, 2023, pp. 1291–1317.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) merupakan aspek krusial dalam bisnis modern, melibatkan koordinasi pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan untuk meningkatkan efisiensi serta menekan biaya.
Paper berjudul A Supply Chain Management Study: A Review of Theoretical Models from 2014 to 2019 oleh Shu-Hsien Liao dan Retno Widowati, yang diterbitkan dalam Operations and Supply Chain Management (Vol. 14, No. 2, 2021, pp. 173-188), membahas perkembangan teori dalam SCM. Penelitian ini meninjau 97 artikel dari 48 jurnal yang membahas berbagai model teoritis dalam SCM.
Artikel ini mengkaji model teoritis SCM, termasuk SCOR (Supply Chain Operations Reference), Balanced Scorecard (BSC), model berbasis teknologi, dan pendekatan keberlanjutan, serta implikasinya terhadap industri.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literature review sistematis dengan menganalisis artikel dari 2014 hingga 2019 yang diperoleh dari database akademik, seperti ScienceDirect, Wiley, Sage, Taylor & Francis, Springer Link, dan Emerald Insight.
Analisis dilakukan terhadap variabel independen, variabel dependen, moderator, mediator, serta model yang mengombinasikan beberapa variabel ini untuk memahami tren dan pergeseran dalam penelitian SCM.
Model Teoritis dalam Manajemen Rantai Pasok
Paper ini mengelompokkan model teoritis SCM ke dalam beberapa pendekatan utama:
1. Model SCOR (Supply Chain Operations Reference Model)
SCOR adalah model referensi yang mengkategorikan rantai pasok dalam lima proses utama:
SCOR sering digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengevaluasi kinerja rantai pasok berdasarkan keandalan, fleksibilitas, dan biaya.
2. Balanced Scorecard (BSC) dalam SCM
Pendekatan BSC digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan empat perspektif utama:
Studi menemukan bahwa penerapan BSC dapat meningkatkan koordinasi antara pemasok dan perusahaan serta memperbaiki pengambilan keputusan strategis.
3. Model Berbasis Teknologi
SCM semakin berkembang dengan integrasi AI, Big Data, dan IoT.
Perusahaan yang mengadopsi teknologi ini melaporkan peningkatan efisiensi operasional hingga 30%.
4. Model Berbasis Keberlanjutan (Green SCM)
Peningkatan kesadaran terhadap keberlanjutan mendorong banyak perusahaan untuk menerapkan Green Supply Chain Management (GSCM), yang berfokus pada:
Perusahaan yang menerapkan GSCM mampu menghemat biaya operasional hingga 15% serta meningkatkan citra merek mereka.
Temuan Utama dalam Penelitian SCM
Dari tinjauan literatur yang dilakukan, terdapat beberapa temuan utama:
Studi Kasus Implementasi Model SCM di Industri
Paper ini memberikan beberapa contoh implementasi model SCM di berbagai industri:
1. Industri Manufaktur
2. Industri Retail
3. Industri Logistik
Tantangan dalam Implementasi SCM
Meskipun SCM membawa banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan utama:
Kesimpulan
Paper ini menyoroti perkembangan model teoritis SCM dari 2014-2019, dengan fokus pada SCOR, BSC, model berbasis teknologi, dan keberlanjutan.
Dengan mengadopsi teknologi digital, strategi berbasis data, dan pendekatan ramah lingkungan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing dalam rantai pasok global.
Sumber Referensi : Liao, S.-H., & Widowati, R. A Supply Chain Management Study: A Review of Theoretical Models from 2014 to 2019. Operations and Supply Chain Management, Vol. 14, No. 2, 2021, pp. 173-188.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pengukuran kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance Measurement – SCPM) menjadi faktor utama untuk memastikan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Paper berjudul Performance Measurement for Supply Chain Management: A Systematic Literature Review oleh Amanda O. Voltolini, Edson Pinheiro de Lima, dan Sérgio E. Gouvea da Costa, membahas berbagai model evaluasi kinerja rantai pasok serta tren penelitian terbaru dalam bidang ini.
Artikel ini mengulas pendekatan sistematis dalam pengukuran kinerja rantai pasok dengan fokus pada model SCOR (Supply Chain Operations Reference Model), Balanced Scorecard (BSC), serta indikator kuantitatif dan kualitatif lainnya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur sistematis (SLR) dengan menganalisis 1.252 artikel dari berbagai database akademik, termasuk Web of Science, Scopus, Science Direct, Emerald, Taylor & Francis, dan Wiley.
Setelah proses seleksi, sebanyak 816 artikel relevan dianalisis lebih lanjut melalui pendekatan bibliometrik untuk memetakan tren penelitian dalam bidang SCPM.
Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Paper ini mengidentifikasi beberapa model utama yang digunakan untuk menilai kinerja rantai pasok, yaitu:
1. SCOR (Supply Chain Operations Reference Model)
SCOR adalah model yang mengkategorikan rantai pasok dalam lima proses utama:
SCOR digunakan oleh banyak perusahaan untuk menganalisis kinerja berdasarkan keandalan, fleksibilitas, dan efisiensi biaya.
2. Balanced Scorecard (BSC)
BSC digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan empat perspektif utama:
Beberapa penelitian menemukan bahwa penerapan BSC dalam rantai pasok meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan serta membantu perusahaan dalam menyesuaikan strategi bisnis mereka.
3. Model Lain dalam SCPM
Selain SCOR dan BSC, paper ini juga mengidentifikasi model lain yang sering digunakan:
Temuan Utama dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Dari analisis literatur yang dilakukan, terdapat beberapa tren utama dalam penelitian SCPM:
Studi Kasus: Penerapan Model SCPM dalam Industri
Beberapa contoh penerapan model SCPM dalam industri mencakup:
1. Manufaktur Otomotif
2. Industri Retail
3. Industri Teknologi
Tantangan dalam Implementasi SCPM
Meskipun pengukuran kinerja rantai pasok membawa banyak manfaat, ada beberapa tantangan utama:
Kesimpulan
Paper ini menyoroti perkembangan model pengukuran kinerja rantai pasok, dengan menekankan pada SCOR, Balanced Scorecard, dan model berbasis AI. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan data dan teknologi yang lebih canggih dapat meningkatkan efektivitas SCPM dan membantu perusahaan dalam meningkatkan daya saing mereka.
Bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan rantai pasoknya, mengadopsi pendekatan berbasis teknologi dan keberlanjutan akan menjadi langkah strategis untuk masa depan.
Sumber : Voltolini, A. O., de Lima, E. P., & Gouvea da Costa, S. E. Performance Measurement for Supply Chain Management: A Systematic Literature Review. Pontifical Catholic University of Parana, Federal University of Technology - Parana, Brazil, 2016.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam lingkungan bisnis global yang semakin kompleks, manajemen inventaris yang efisien menjadi kunci keberhasilan perusahaan manufaktur. Alfa Laval, sebagai perusahaan dengan jaringan produksi global, menghadapi tantangan dalam mengelola inventaris dan menyeimbangkan pasokan serta permintaan. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka mengembangkan ATHENA, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan inventaris melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan terintegrasi.
Artikel ini membahas studi kasus implementasi ATHENA di Alfa Laval, menguraikan tantangan utama, strategi yang diterapkan, serta dampaknya terhadap performa rantai pasok.
Tantangan dalam Manajemen Inventaris Global
Alfa Laval menghadapi beberapa tantangan utama dalam manajemen inventarisnya, termasuk:
Seperti banyak perusahaan lain yang menerapkan sistem Make-to-Order (MTO), Alfa Laval harus memproyeksikan kebutuhan inventaris berdasarkan permintaan pelanggan, bukan sekadar tren historis.
Inisiatif ATHENA dan Strategi Optimalisasi Inventaris
ATHENA dirancang untuk mengatasi tantangan tersebut dengan beberapa pendekatan utama:
1. Klasifikasi Inventaris yang Lebih Terstruktur
ATHENA mengklasifikasikan inventaris menjadi enam kategori utama:
Pendekatan ini membantu Alfa Laval mengoptimalkan persediaan dan menghindari pemborosan modal pada inventaris yang tidak diperlukan.
2. Penggunaan Data dan Teknologi dalam Forecasting
Alfa Laval mengimplementasikan model forecasting berbasis data, termasuk:
Pendekatan ini membantu Alfa Laval mengurangi dampak efek bullwhip, yang sering terjadi ketika setiap tahap rantai pasok membuat perkiraan yang berbeda.
3. Peningkatan Kolaborasi dalam Rantai Pasok
Kolaborasi antara berbagai unit bisnis dan pemasok menjadi fokus utama ATHENA. Beberapa langkah yang diterapkan termasuk:
Dampak dari pendekatan ini adalah peningkatan akurasi forecasting dan pengurangan ketidakpastian dalam perencanaan produksi.
Dampak ATHENA terhadap Performa Alfa Laval
Implementasi ATHENA telah membawa beberapa perbaikan signifikan bagi Alfa Laval:
Studi Kasus: Implementasi ATHENA di Alfa Laval
Dalam salah satu kasus spesifik, penerapan ATHENA di fasilitas produksi gasketed plate heat exchanger (GPHE) menunjukkan hasil yang positif:
Hasil ini menunjukkan bahwa ATHENA berhasil menciptakan sistem manajemen inventaris yang lebih responsif dan efisien, meskipun masih ada tantangan dalam standarisasi sistem di seluruh unit bisnis.
Kesimpulan: ATHENA sebagai Model Manajemen Inventaris Masa Depan
Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa ATHENA merupakan langkah strategis yang membantu Alfa Laval meningkatkan efisiensi rantai pasoknya. Dengan klasifikasi inventaris yang lebih baik, pemanfaatan teknologi forecasting, dan peningkatan kolaborasi dengan pemasok, Alfa Laval berhasil mengurangi biaya dan meningkatkan efektivitas operasional.
Namun, masih ada beberapa area yang dapat diperbaiki:
Bagi perusahaan lain yang menghadapi tantangan serupa dalam manajemen inventaris, pendekatan ATHENA dapat menjadi model yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengoptimalkan modal kerja.
Sumber Referensi : Schiro, D., & Librelotto Rubin, L. (2023). Inventory Management: A High-Level Analysis of Selected Process Elements, and Factors Impacting Plan Performance – A Case Study at Alfa Laval. Lund University, Department of Mechanical Engineering Sciences, Division of Engineering Logistics.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan. Paper berjudul Concept Paper on Supply Chain Management oleh Md. Maksudul Haque dan Marzina Akhter, yang diterbitkan di IOSR Journal of Economics and Finance (2022, Vol. 13, Issue 3, pp. 31-35), membahas konsep dasar SCM, perbedaannya dengan logistik, serta tren terbaru seperti green supply chain.
SCM mencakup koordinasi berbagai aspek bisnis seperti produksi, persediaan, lokasi, dan transportasi. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kepuasan pelanggan sekaligus mengurangi biaya operasional dan inventaris.
Konsep Dasar Manajemen Rantai Pasok
SCM terdiri dari serangkaian proses yang memastikan barang dan jasa mengalir dengan lancar dari pemasok ke pelanggan akhir. Beberapa komponen utama SCM yang dibahas dalam paper ini meliputi:
1. Perbedaan Supply Chain Management dan Logistik
2. Elemen Utama dalam Supply Chain
SCM terdiri dari beberapa elemen yang saling terhubung:
Strategi Efisiensi dalam SCM
Paper ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara efisiensi biaya dan responsivitas terhadap permintaan pasar. Beberapa strategi utama yang dapat diterapkan perusahaan meliputi:
1. Manajemen Produksi dan Persediaan
2. Optimalisasi Lokasi dan Transportasi
3. Penggunaan Teknologi dan Informasi
Green Supply Chain: Tren Masa Depan SCM
Paper ini juga membahas konsep Green Supply Chain Management (GSCM), yaitu strategi untuk mengurangi dampak lingkungan dalam rantai pasok. Beberapa aspek penting GSCM meliputi:
Menurut penelitian, perusahaan yang menerapkan GSCM dapat mengurangi biaya operasional hingga 20% serta meningkatkan kepuasan pelanggan yang peduli lingkungan.
Kesimpulan
Manajemen rantai pasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi operasional sekaligus menekan biaya. Paper ini menyoroti perbedaan SCM dengan logistik, strategi optimalisasi, serta pentingnya transisi ke Green Supply Chain.
Dengan mengadopsi teknologi canggih, strategi persediaan yang efisien, dan pendekatan ramah lingkungan, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Sumber: Md. Maksudul Haque, Marzina Akhter. Concept Paper on Supply Chain Management. IOSR Journal of Economics and Finance, 13(3), 2022, pp. 31-35.