Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam era bisnis yang semakin kompetitif, Supply Chain Performance Measurement System (SCPMS) menjadi instrumen penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok. Studi yang dilakukan oleh Hamid Kazemkhanlou dan Hamid Reza Ahadi di Iran University of Science & Technology membahas berbagai model SCPMS dan penerapannya dalam dunia bisnis modern.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis literatur dengan mengevaluasi berbagai model SCPMS berdasarkan aspek strategis, taktis, dan operasional. Beberapa pendekatan utama yang dikaji meliputi:
Selain itu, studi ini mencakup studi kasus yang mendalam di sektor transportasi dan manufaktur untuk melihat bagaimana SCPMS meningkatkan efisiensi operasional.
Temuan Utama
1. Evolusi SCPMS dan Peranannya dalam Bisnis
2. Karakteristik SCPM yang Efektif
3. Model SCPM dan Keunggulannya
4. Studi Kasus: Implementasi SCPM dalam Industri Transportasi dan Manufaktur
Strategi Optimal untuk Implementasi SCPMS
Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah beberapa strategi implementasi SCPMS yang efektif:
1. Mengintegrasikan Pengukuran Kinerja dengan Teknologi Digital
2. Menerapkan Model Pengukuran yang Sesuai dengan Tujuan Bisnis
3. Meningkatkan Kolaborasi dan Transparansi dengan Mitra Bisnis
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa SCPMS yang efektif dapat meningkatkan daya saing perusahaan dengan memberikan wawasan berbasis data untuk pengambilan keputusan strategis. Implementasi sistem yang tepat akan membantu perusahaan dalam:
Dengan memilih model pengukuran yang sesuai dan mengadopsi teknologi digital, perusahaan dapat menciptakan rantai pasok yang lebih efisien, adaptif, dan inovatif.
Sumber : Hamid Kazemkhanlou, Hamid Reza Ahadi (2014). Study of Performance Measurement Practices in Supply Chain Management. Iran University of Science & Technology.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Supply Chain Management (SCM) memainkan peran penting dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan bisnis. Namun, krisis seperti pandemi COVID-19 telah mengungkapkan kelemahan banyak perusahaan dalam menghadapi gangguan rantai pasok. Studi ini mengevaluasi siklus hidup Supply Chain Performance Measurement System (SCPMS) selama krisis, dengan fokus pada industri manufaktur di Mesir.
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Studi ini menemukan bahwa ada empat tahap utama SCPMS yang berperan dalam mengelola rantai pasok saat krisis:
Temuan utama:
Studi Kasus: Industri Manufaktur di Mesir
Implikasi bagi Industri
Kesimpulan
SCPMS terbukti menjadi alat penting dalam meningkatkan ketahanan rantai pasok selama pandemi. Implementasi yang baik dapat mengurangi dampak gangguan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Sumber Asli: Evaluating Supply Chain Performance Measurement System (SCPMS) Lifecycle During Unexpected Events, Production & Manufacturing Research, 2024, Vol. 12, No. 1, 2345616.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam menghadapi pandemi global seperti COVID-19, rantai pasok (Supply Chain/SC) mengalami tantangan besar yang menguji ketahanan dan efisiensinya. Artikel ini menyoroti bagaimana Industry 4.0 Disruptive Technologies (IDTs) dapat membantu meningkatkan Supply Chain Performance Measurement Systems (SCPMSs) untuk menghadapi ketidakpastian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode mixed-method, mengombinasikan Systematic Literature Review (SLR) dengan pendekatan inovatif Interval-Valued-Intuitionistic-Hesitant-Fuzzy (IVIHF)-Delphi. Dengan pendekatan ini, studi menyeleksi sistem pengukuran kinerja SC yang paling relevan selama pandemi serta teknologi yang paling berkontribusi dalam implementasinya.
Temuan Utama
Implikasi Manajerial
Kesimpulan
Studi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana teknologi Industry 4.0 dapat membantu rantai pasok bertahan di tengah pandemi. Dengan pendekatan metodologi yang inovatif, penelitian ini menawarkan solusi strategis bagi bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan ketahanan mereka.
Sumber Asli: The role of Industry 4.0 Technologies on Performance Measurement Systems of Supply chains during Global Pandemics: An Interval-Valued-Intuitionistic-Hesitant-Fuzzy Approach, International Journal of Quality & Reliability Management
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Vendor Managed Inventory (VMI) adalah strategi kolaboratif dalam rantai pasok di mana pemasok bertanggung jawab mengelola inventori pelanggan. PT XYZ telah mengadopsi VMI dalam penyediaan bahan bakar minyak (BBM), memberikan keuntungan berupa ketersediaan bahan bakar yang terjamin dan pengurangan biaya inventori. Namun, untuk memperluas implementasi ke produk lain, diperlukan alat evaluasi kesiapan yang lebih komprehensif.
Studi ini mengembangkan model penilaian kesiapan VMI menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model ini bertujuan menilai kesiapan implementasi VMI dari perspektif perusahaan pembeli maupun pemasok.
Manfaat dan Tantangan Implementasi VMI
Manfaat VMI dalam Rantai Pasok
Tantangan Implementasi VMI
Model Penilaian Kesiapan VMI
Penelitian ini mengembangkan model penilaian kesiapan VMI yang terdiri dari dua instrumen utama:
Setiap instrumen mencakup dimensi, elemen, dan indikator kesiapan untuk mengevaluasi apakah suatu produk dapat dikelola dengan sistem VMI. Model ini didasarkan pada penelitian Niranjan et al. (2012) dan disempurnakan dengan elemen baru seperti biaya, manfaat, dan komitmen dalam kolaborasi.
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan PLS-SEM dan CFA untuk mengembangkan dan menguji model penilaian kesiapan VMI. Beberapa tahapan utama dalam penelitian ini meliputi:
Studi Kasus Implementasi VMI di PT XYZ
1. Vendor Managed Inventory untuk Bahan Bakar Minyak (BBM)
2. Evaluasi Kesiapan VMI untuk Pelumas Mesin Diesel
3. Evaluasi Kesiapan VMI untuk Rem Blok
Strategi untuk Meningkatkan Kesiapan VMI
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa strategi utama yang disarankan untuk meningkatkan kesiapan implementasi VMI adalah:
✅ Peningkatan sistem informasi dan integrasi data antara perusahaan dan pemasok untuk meningkatkan transparansi.
✅ Meningkatkan tingkat kepercayaan dalam kolaborasi dengan kontrak jangka panjang dan strategi komunikasi yang lebih baik.
✅ Menggunakan teknologi digital (IoT dan AI) dalam manajemen inventori untuk mengoptimalkan peramalan permintaan.
✅ Melakukan uji coba VMI secara bertahap pada produk tertentu sebelum implementasi penuh.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa Vendor Managed Inventory (VMI) adalah strategi efektif dalam rantai pasok, tetapi memerlukan kesiapan dari perusahaan dan pemasok untuk sukses diimplementasikan.
Studi ini menghasilkan dua instrumen penilaian kesiapan VMI yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu produk siap dikelola dengan sistem VMI atau tidak. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kesiapan implementasi VMI bervariasi tergantung pada tingkat kesiapan sistem informasi, kepercayaan dalam hubungan bisnis, dan fleksibilitas pemasok.
Dengan menerapkan model penilaian kesiapan VMI yang komprehensif, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam mengadopsi strategi VMI dan meningkatkan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan.
Sumber Artikel
Undariyanto, W., & Bahagia, S. N. (2023). Rancangan Model Penilaian Kesiapan Implementasi Vendor Managed Inventory di PT XYZ. Jurnal Rekayasa Industri dan Manajemen, Vol. 1, No. 2, Institut Teknologi Bandung.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Supply Chain Management (SCM) telah menjadi bidang penelitian yang berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Oliver dan Webber pada 1982. Studi ini mengkaji tren publikasi di bidang SCM dari 1998 hingga 2017 menggunakan analisis scientometric untuk mengidentifikasi evolusi penelitian, penulis paling produktif, jurnal terkemuka, dan tema utama yang berkembang.
Dengan menganalisis 13.477 publikasi, penelitian ini mengungkap bagaimana perkembangan SCM mencerminkan perubahan dalam industri global. Selain itu, studi ini memberikan wawasan tentang tren masa depan dalam SCM, termasuk peran teknologi digital dan keberlanjutan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan scientometric analysis dengan data dari Web of Science (WoS). Analisis dilakukan melalui:
Tren dan Evolusi Penelitian SCM
1. Tahap Awal (1998–2005): Konsep Dasar SCM
Pada periode ini, penelitian fokus pada manajemen inventaris, pengurangan biaya, dan efisiensi rantai pasok. Beberapa topik utama meliputi:
✅ Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi stok dan meningkatkan efisiensi produksi.
✅ Integrasi pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan koordinasi rantai pasok.
✅ Fokus pada performa perusahaan melalui optimalisasi aliran material dan informasi.
2. Periode Integrasi dan Risiko (2006–2013)
SCM berkembang menjadi bidang yang lebih strategis dengan fokus pada koordinasi rantai pasok, kontrak pemasok, dan manajemen risiko.
✅ Integrasi rantai pasok → Model SCM yang lebih terstruktur untuk mengurangi inefisiensi.
✅ Manajemen risiko rantai pasok → Mengantisipasi gangguan produksi dan distribusi.
✅ Peran teknologi dalam SCM → Munculnya Big Data dan otomatisasi dalam manajemen logistik.
3. Era Digitalisasi dan Keberlanjutan (2014–2017)
SCM mulai berfokus pada inovasi berbasis teknologi dan keberlanjutan lingkungan.
✅ Blockchain dan IoT → Meningkatkan transparansi dan kecepatan pengiriman.
✅ SCM hijau (Green SCM) → Fokus pada pengurangan limbah dan efisiensi energi.
✅ Keberlanjutan dan tanggung jawab sosial → SCM berbasis ESG (Environmental, Social, Governance).
Hasil dan Temuan Utama
1. Jurnal dan Institusi Paling Berpengaruh dalam SCM
Analisis scientometric menemukan bahwa jurnal dan institusi berikut memiliki dampak signifikan dalam penelitian SCM:
✅ Jurnal utama dalam SCM (berdasarkan jumlah publikasi & kutipan):
✅ Negara paling produktif dalam penelitian SCM:
✅ Universitas dengan kontribusi terbesar dalam SCM:
2. Kata Kunci dan Topik yang Paling Banyak Diteliti
Studi ini mengidentifikasi tema penelitian utama dalam SCM berdasarkan analisis kata kunci:
✅ 1998–2005: Manajemen inventaris, performa perusahaan, dan Just-in-Time.
✅ 2006–2013: Integrasi rantai pasok, manajemen risiko, dan koordinasi pemasok.
✅ 2014–2017: Digitalisasi, keberlanjutan, green supply chain, dan blockchain.
Studi Kasus dalam Tren SCM
Implikasi dan Rekomendasi untuk Penelitian SCM Selanjutnya
Berdasarkan temuan ini, beberapa rekomendasi untuk penelitian SCM di masa depan meliputi:
✅ Meningkatkan adopsi teknologi digital seperti AI, IoT, dan Blockchain untuk mempercepat pengambilan keputusan SCM.
✅ Mempromosikan SCM berkelanjutan dengan fokus pada keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
✅ Mengembangkan model hybrid dalam SCM yang menggabungkan strategi tradisional dengan pendekatan digital.
✅ Mengeksplorasi manajemen risiko yang lebih canggih untuk menghadapi tantangan rantai pasok global.
Kesimpulan
Analisis scientometric dalam penelitian SCM menunjukkan bahwa bidang ini terus berkembang dengan tren yang semakin kompleks dan berbasis teknologi. Sejak 1998, penelitian SCM telah beralih dari konsep dasar ke fokus pada keberlanjutan, teknologi digital, dan manajemen risiko rantai pasok.
Temuan ini menyoroti pentingnya adopsi inovasi digital dan pengelolaan rantai pasok yang lebih efisien untuk mendukung pertumbuhan industri global. Dengan integrasi teknologi yang lebih dalam, SCM akan semakin memainkan peran strategis dalam ekonomi global yang dinamis.
Sumber Artikel
Yalcin, H., Shi, W., & Rahman, Z. (2020). A Review and Scientometric Analysis of Supply Chain Management (SCM). Operations and Supply Chain Management, Vol. 13, No. 2, pp. 123-133.