Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Industri manufaktur di Kenya menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan performa bisnisnya. Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan industri ini adalah Supplier Relationship Management (SRM)—strategi dalam mengelola hubungan dengan pemasok untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Penelitian ini membahas pengaruh SRM terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Kenya, menggunakan data dari 160 responden dari 461 perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial dengan pengumpulan data melalui kuesioner yang dianalisis menggunakan SPSS. Korelasi Pearson dan regresi digunakan untuk mengukur dampak SRM terhadap performa industri manufaktur.

Temuan Utama

1. Supplier Relationship Management dan Kinerja Manufaktur

  • Hubungan positif antara SRM dan kinerja perusahaan dengan koefisien korelasi 0.464 (p=0.000).
  • Peningkatan 1 unit dalam SRM berkontribusi pada peningkatan 34.3% dalam performa manufaktur.
  • Meskipun hubungan ini signifikan, hanya 15.9% variabilitas dalam performa industri yang dapat dijelaskan oleh SRM, menunjukkan faktor lain juga berperan besar.

2. Elemen Kunci dalam SRM

Tiga aspek utama yang diteliti dalam manajemen hubungan dengan pemasok adalah:

  • Early Supplier Involvement (Keterlibatan Pemasok Sejak Awal)
    • Rata-rata skor: 3.39 (cukup baik tetapi perlu ditingkatkan).
    • Keterlibatan pemasok sejak tahap desain produk dapat meningkatkan kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan.
  • Supplier Development (Pengembangan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.92 menunjukkan kolaborasi cukup baik tetapi masih ada ruang perbaikan.
    • Perusahaan perlu lebih banyak memberikan pelatihan dan dukungan kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas produk.
  • Strategic Collaborations (Kolaborasi Strategis dengan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.97, menunjukkan sebagian besar perusahaan sudah menerapkan strategi ini.
    • Perusahaan yang aktif dalam kolaborasi strategis mengalami peningkatan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.

3. Kualitas dan Sertifikasi sebagai Faktor Moderasi

  • ISO, Six Sigma, dan Total Quality Management (TQM) memainkan peran penting dalam meningkatkan dampak SRM terhadap performa bisnis.
  • 44.9% perusahaan menilai sertifikasi kualitas mereka sangat efektif, sementara 40.9% menilai cukup efektif.
  • Namun, hasil regresi menunjukkan sertifikasi kualitas tidak memiliki dampak signifikan dalam memoderasi hubungan antara SRM dan kinerja manufaktur (p=0.816).

4. Tantangan yang Dihadapi Perusahaan Manufaktur

Meskipun SRM memiliki dampak positif, ada beberapa kendala yang masih menjadi tantangan bagi industri manufaktur di Kenya:

  • Kurangnya keterlibatan pemasok sejak awal dalam perencanaan produk.
  • Kurangnya komunikasi yang efektif antara perusahaan dan pemasok mengenai spesifikasi produk.
  • Perusahaan masih belum optimal dalam mengurangi biaya operasional dengan hanya rata-rata skor 2.61.
  • Adopsi teknologi dalam rantai pasokan masih perlu ditingkatkan (rata-rata skor 3.21).

Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan ini, ada beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk meningkatkan kinerja mereka melalui SRM:

  1. Meningkatkan Keterlibatan Pemasok Sejak Awal
    • Membangun sistem kolaborasi lebih baik dengan pemasok sejak tahap desain produk.
  2. Meningkatkan Pelatihan dan Pengembangan Pemasok
    • Memberikan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan pemasok.
  3. Memanfaatkan Teknologi untuk Optimasi SRM
    • Menerapkan sistem digital dalam pengelolaan rantai pasokan untuk meningkatkan efisiensi.
  4. Meningkatkan Transparansi dalam Komunikasi
    • Memastikan informasi spesifikasi produk dan permintaan pelanggan tersampaikan dengan baik kepada pemasok.
  5. Mengevaluasi dan Memperkuat Kebijakan Sertifikasi Kualitas
    • Menggunakan standar ISO, Six Sigma, dan TQM secara lebih strategis agar memiliki dampak signifikan terhadap performa perusahaan.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa Supplier Relationship Management memiliki dampak signifikan terhadap kinerja industri manufaktur di Kenya. Namun, untuk mendapatkan manfaat maksimal, perusahaan harus lebih aktif dalam kolaborasi strategis, pengembangan pemasok, serta penerapan teknologi dan transparansi dalam komunikasi. Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, industri manufaktur dapat meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnisnya.

Sumber Asli:
Kimwaki, B. M., Ngugi, P. K., & Odhiambo, R. (2022). Supplier Relationship Management and Performance of Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Recent Innovations in Academic Research, 6(3), 16-26.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi mengelola pemasok secara lebih efektif, meningkatkan transparansi, dan mempercepat pengadaan. Namun, dalam pemerintahan daerah, tantangan seperti kurangnya transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pengadaan sering kali menghambat efektivitas SRM.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak SRM dan etika pengadaan terhadap kinerja rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya, menggunakan studi empiris dari 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah di Nyanza, Kenya.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Pemerintahan Daerah

1. Kurangnya Transparansi dalam Hubungan dengan Pemasok

  • 50% responden menyatakan bahwa praktik pengadaan masih dipengaruhi oleh kepentingan politik.
  • Hanya 43% responden yang menilai hubungan pembeli-pemasok didasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan.

2. Minimnya Evaluasi Kinerja Pemasok

  • 70% responden mengungkapkan bahwa tidak ada sistem evaluasi yang konsisten untuk pemasok.
  • Kurangnya pemantauan kinerja menyebabkan rendahnya akurasi dalam pengiriman barang dan jasa.

3. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Inefisiensi dalam Pengadaan

  • Biaya transaksi dalam pengadaan pemerintah daerah 15-25% lebih tinggi dibandingkan sektor swasta.
  • 40% responden menyebut ketidakefisienan proses pengadaan sebagai kendala utama dalam implementasi SRM.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan survey terhadap 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah Kenya.

  • Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, dengan tingkat respons mencapai 86,4%.
  • Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial untuk mengukur dampak SRM terhadap kinerja rantai pasok.

Temuan Utama: Pengaruh SRM dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok

1. Hubungan Positif antara SRM dan Kinerja Rantai Pasok

  • SRM yang lebih baik meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Kepercayaan antara organisasi dan pemasok berkontribusi pada peningkatan akurasi pengadaan.

2. Etika Pengadaan sebagai Faktor Moderator

  • Setelah etika pengadaan diterapkan, efisiensi rantai pasok meningkat dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan terbukti meningkatkan kepuasan pemasok.

3. Pengelolaan Pemasok yang Lebih Baik Mengurangi Biaya Transaksi

  • Dengan evaluasi pemasok yang lebih baik, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi risiko rantai pasok.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pemerintahan Daerah di Kenya

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Publik

  • Sebelum penerapan SRM, keterlambatan pengiriman mencapai 30%.
  • Setelah implementasi SRM, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan menurun hingga 12% setelah sistem evaluasi berbasis kinerja diterapkan.
  • Negosiasi harga dengan pemasok lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang jelas.

3. Kepuasan Pemasok terhadap Proses Pengadaan yang Lebih Transparan

  • 80% pemasok menyatakan bahwa transparansi dalam pengadaan meningkat setelah implementasi SRM.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya sistem pemantauan yang lebih baik.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Etika Pengadaan

1. Meningkatkan Transparansi dalam Pengadaan Publik

  • Menerapkan sistem digitalisasi untuk melacak status pengadaan secara real-time.
  • Memastikan setiap proses pengadaan terdokumentasi dan dapat diaudit secara terbuka.

2. Menerapkan Evaluasi Pemasok secara Berkala

  • Membangun sistem pemeringkatan pemasok berdasarkan kinerja dan kepatuhan terhadap kontrak.
  • Mewajibkan pemasok untuk memenuhi standar etika dan transparansi dalam transaksi bisnis.

3. Meningkatkan Kapasitas Pegawai Pengadaan

  • Mengadakan pelatihan reguler tentang etika pengadaan dan pengelolaan pemasok.
  • Mengembangkan kebijakan pengadaan yang lebih ketat untuk mencegah praktik korupsi dan nepotisme.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif, didukung dengan prinsip etika pengadaan yang kuat, dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya.

  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Penerapan etika pengadaan yang lebih baik meningkatkan efisiensi dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15%.

Dengan strategi yang tepat, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan efisiensi pengadaan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat hubungan dengan pemasok.

Sumber Artikel:

Otieno Kevin, Jackline Akoth Odero. (2023). Supplier Relationship Management Practices, Procurement Ethics and Supply Chain Performance in County Governments. Journal of Business and Social Review in Emerging Economies, 9(2), 63-72.

 

Selengkapnya
Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam era persaingan global yang semakin ketat, Supplier Relationship Management (SRM) menjadi aspek krusial dalam meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa, terutama di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemasok, meningkatkan transparansi, dan mengoptimalkan kinerja rantai pasok.

Penelitian ini menelaah bagaimana SRM memengaruhi kinerja organisasi dalam pengadaan publik dengan fokus pada studi kasus di Namibia. Berdasarkan data dari 43 responden yang bekerja di sektor pengadaan publik, penelitian ini mengidentifikasi tantangan utama dalam SRM, strategi implementasi, serta dampaknya terhadap efektivitas operasional.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Sektor Pengadaan Publik

1. Kurangnya Kepercayaan antara Organisasi dan Pemasok

  • Hanya 43% responden yang menyatakan adanya kepercayaan antara pembeli dan pemasok.
  • 37% responden merasa komitmen dalam hubungan pembeli-pemasok masih lemah.
  • Rendahnya kepercayaan ini menyebabkan kurangnya transparansi dan ketidakefektifan komunikasi.

2. Minimnya Integrasi Pemasok dalam Rantai Pasok

  • 70% responden menyatakan bahwa integrasi pemasok dalam rantai pasok masih kurang optimal.
  • Hanya 10% responden yang setuju bahwa pemasok telah terintegrasi sepenuhnya dalam proses pengadaan.
  • Integrasi yang buruk menyebabkan inefisiensi dalam distribusi barang dan keterlambatan pengiriman.

3. Ketiadaan Sistem Evaluasi dan Pelatihan Pemasok

  • 67% responden menyatakan bahwa tidak ada program pelatihan dan umpan balik untuk pemasok.
  • Hanya 10% responden yang merasa bahwa pemasok mendapatkan dukungan yang cukup dari organisasi.
  • Tanpa evaluasi berkala, kualitas pemasok sulit untuk ditingkatkan.

4. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Kurangnya Transparansi

  • 50% responden menyebut biaya transaksi yang tinggi sebagai hambatan utama dalam rantai pasok.
  • 40% responden menyatakan bahwa pemasok seringkali menerapkan praktik bisnis yang oportunistik.
  • Kurangnya transparansi menyebabkan pembengkakan biaya dan ketidakefisienan dalam pengadaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan sampel dari 50 pegawai sektor pengadaan publik, dan berhasil mengumpulkan data dari 43 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup untuk mengukur efektivitas SRM dalam pengadaan publik. Analisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk mengidentifikasi hubungan antara SRM dan kinerja organisasi.

Temuan Utama: Dampak SRM terhadap Kinerja Organisasi

1. SRM Berkontribusi pada Efisiensi Pengadaan Publik

✅ Penerapan SRM yang lebih baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
✅ Kepercayaan antara organisasi dan pemasok meningkatkan kecepatan respons pengadaan.
✅ SRM berbasis data memungkinkan evaluasi pemasok yang lebih akurat.

2. Pengelolaan Pemasok yang Baik Mengurangi Biaya Transaksi

✅ Melalui SRM, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
✅ Evaluasi berkala terhadap pemasok membantu mengidentifikasi inefisiensi dan mengurangi risiko rantai pasok.

3. Transparansi dan Pelacakan Digital Meningkatkan Akurasi Pengadaan

✅ Penerapan sistem pelacakan berbasis AI memungkinkan pengadaan yang lebih akurat.
✅ Organisasi yang memiliki sistem SRM yang kuat cenderung memiliki ketepatan waktu pengiriman barang yang lebih baik.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pengadaan Publik di Namibia

1. Dampak SRM terhadap Ketersediaan Barang di Sektor Kesehatan

  • Sebelum implementasi SRM, keterlambatan pengiriman obat mencapai 30%.
  • Setelah SRM diterapkan, keterlambatan berkurang menjadi 15% dalam satu tahun.
  • Program evaluasi pemasok berhasil meningkatkan akurasi pengiriman obat hingga 25%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui SRM

  • Organisasi yang menerapkan SRM mencatat penghematan biaya pengadaan hingga 12%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja memungkinkan negosiasi harga yang lebih kompetitif.

3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dan Efisiensi Pengadaan

  • Setelah menerapkan SRM, 80% pemasok menyatakan kepuasan lebih tinggi terhadap sistem pengadaan.
  • Organisasi yang memiliki hubungan baik dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi distribusi sebesar 18%.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM di Pengadaan Publik

1. Meningkatkan Kepercayaan dan Komitmen antara Organisasi dan Pemasok

✅ Membangun sistem SRM berbasis transparansi dan komunikasi terbuka.
✅ Menerapkan kontrak jangka panjang untuk pemasok yang memiliki kinerja baik.

2. Meningkatkan Integrasi Digital dalam Rantai Pasok

✅ Menggunakan AI dan IoT untuk melacak status pengadaan barang secara real-time.
✅ Menerapkan sistem evaluasi otomatis untuk meningkatkan akurasi pemantauan pemasok.

3. Menerapkan Pelatihan dan Evaluasi Pemasok secara Berkala

✅ Memberikan insentif bagi pemasok yang meningkatkan kinerja mereka berdasarkan evaluasi SRM.
✅ Membangun sistem umpan balik dua arah antara organisasi dan pemasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Supplier Relationship Management (SRM) yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi dalam pengadaan publik.

  • Penerapan SRM dapat mengurangi keterlambatan pengiriman dari 30% menjadi 15%.
  • Biaya transaksi turun hingga 15% dengan sistem SRM yang lebih terstruktur.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja meningkatkan akurasi pengiriman barang hingga 25%.

Dengan strategi yang tepat, SRM dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperkuat hubungan dengan pemasok, dan memastikan kelancaran rantai pasok dalam sektor pengadaan publik.

Sumber Artikel: Asa Romeo Asa, Narikutuke Naruses, Johanna Pangeiko Nautwima, Diana Tsoy. (2023). Supplier Relationship Management and Organizational Performance: A Focus on Public Procurement. International Journal of Management Science and Business Administration, 9(6), 19-28.

 

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Implementasi Supplier Relationship Management (SRM) dalam Industri Teknik Global: Tantangan dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi strategi penting dalam mengelola rantai pasok. SRM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan integrasi pemasok, dan mengurangi risiko rantai pasok.

Penelitian ini membahas implementasi SRM dalam industri teknik global melalui studi kasus pada sebuah perusahaan teknik internasional di Denmark. Dengan menggunakan metode longitudinal case study, penelitian ini menganalisis strategi integrasi pemasok dari sistem lokal ke global, serta bagaimana perusahaan dapat menerapkan SRM untuk meningkatkan kinerja pemasok dan membangun hubungan bisnis yang lebih kuat.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Industri Teknik Global

1. Kompleksitas Integrasi Pemasok Global

  • Perusahaan teknik global sering kali memiliki ribuan pemasok dengan sistem yang terfragmentasi.
  • Integrasi pemasok memerlukan pendekatan sistematis untuk mengurangi redundansi dan meningkatkan visibilitas rantai pasok.

2. Ketidakseimbangan antara Globalisasi dan Kebutuhan Lokal

  • Pemasok lokal sering memiliki keunggulan dalam kecepatan respons dan fleksibilitas, tetapi sulit untuk diintegrasikan ke dalam sistem global.
  • Perbedaan kebijakan dan standar antara unit bisnis global dan lokal dapat menghambat harmonisasi rantai pasok.

3. Tantangan dalam Pengurangan Jumlah Pemasok

  • Perusahaan sering melakukan pengurangan jumlah pemasok dengan metode “cutting the tail”, tetapi pendekatan ini dapat menyebabkan disrupsi operasional.
  • Pendekatan alternatif seperti pengelompokan pemasok berdasarkan prioritas lebih efektif dibandingkan pemangkasan drastis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus longitudinal yang dilakukan dari Maret 2019 hingga Juli 2022 di sebuah perusahaan teknik global. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan manajer rantai pasok, analisis dokumen internal, dan observasi langsung dalam implementasi SRM. Analisis menggunakan model kualitatif dengan metode grounded theory untuk memahami pola hubungan pemasok dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok.

Hasil Penelitian: Strategi Implementasi SRM yang Efektif

1. Integrasi Basis Pemasok dari Sistem Lokal ke Global

  • Perusahaan mengadopsi pendekatan bertahap dalam mengintegrasikan pemasok lokal ke dalam sistem global.
  • Jumlah pemasok berhasil dikurangi dari 50.000 menjadi 40.000 melalui strategi pengelompokan pemasok.
  • Pembentukan kelompok pemasok strategis (supplier prioritization) meningkatkan efisiensi negosiasi dan transparansi rantai pasok.

2. Peningkatan Kinerja Pemasok melalui SRM

  • Penerapan program SRM percontohan berhasil meningkatkan kinerja pengiriman pemasok tertentu hingga 20%.
  • Penggunaan dashboard performa pemasok memungkinkan pemantauan real-time dan evaluasi kinerja secara berkala.
  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok yang dipilih memungkinkan peningkatan kolaborasi dan efisiensi produksi.

3. Pengurangan Risiko Operasional dan Efisiensi Biaya

  • Reduksi jumlah pemasok membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan fleksibilitas pasokan.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan transparansi biaya dan mengurangi risiko gangguan pasokan.
  • Implementasi sistem SRM yang lebih terstruktur memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efektif.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Industri Teknik Global

1. Pengurangan Jumlah Pemasok secara Bertahap

  • Perusahaan awalnya menerapkan metode “cutting the tail” dengan memangkas pemasok yang memiliki transaksi kecil.
  • Pendekatan ini menyebabkan gangguan operasional, terutama dalam sektor layanan purna jual dan proyek-proyek spesifik.
  • Sebagai solusi, perusahaan menerapkan strategi “supplier prioritization” untuk fokus pada pemasok dengan nilai strategis tinggi.

2. Penggunaan Dashboard Performa untuk Evaluasi Pemasok

  • Sistem evaluasi berbasis data diterapkan untuk mengukur kinerja pemasok secara objektif.
  • Kategori pemasok dibagi menjadi lima tingkat: Globally Preferred, Regionally Preferred, Not-Preferred, To Be Avoided, dan Blacklisted.
  • Strategi ini meningkatkan transparansi hubungan dengan pemasok dan memungkinkan pengelolaan lebih efektif.

3. Peningkatan Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis

  • Pemasok yang menunjukkan kinerja tinggi mendapatkan manfaat dari hubungan bisnis yang lebih erat dan kontrak jangka panjang.
  • Pendekatan ini mengurangi fluktuasi biaya dan meningkatkan ketahanan rantai pasok secara keseluruhan.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Implementasi SRM

1. Optimalisasi Strategi Pengelolaan Pemasok

  • Gunakan metode supplier prioritization dibandingkan pemangkasan drastis untuk menghindari gangguan operasional.
  • Integrasikan pemasok ke dalam sistem global secara bertahap untuk memastikan transisi yang lebih mulus.

2. Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Transparansi

  • Implementasikan sistem digitalisasi rantai pasok untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi pengelolaan pemasok.
  • Gunakan dashboard performa pemasok untuk pemantauan real-time dan evaluasi berbasis data.

3. Membangun Kemitraan Jangka Panjang dengan Pemasok

  • Fokus pada pemasok yang menunjukkan kinerja tinggi dan dapat memberikan nilai tambah jangka panjang.
  • Hindari hubungan yang bersifat transaksional dan dorong kolaborasi dalam pengembangan produk dan inovasi.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dalam industri teknik global. Strategi supplier prioritization lebih efektif dibandingkan metode pemangkasan pemasok secara langsung. Penggunaan sistem evaluasi berbasis data meningkatkan transparansi dan akurasi pengelolaan pemasok. Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis menghasilkan efisiensi biaya dan ketahanan rantai pasok yang lebih baik.

Dengan menerapkan SRM yang terstruktur dan berbasis teknologi, perusahaan teknik global dapat mengoptimalkan hubungan dengan pemasok dan menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh serta efisien.

Sumber Artikel: Andersen, Bjørn Skjønning. (2022). Implementing Supplier Relationship Management in the Global Engineering Industry. Technical University of Denmark.

 

Selengkapnya
Strategi Implementasi Supplier Relationship Management (SRM) dalam Industri Teknik Global: Tantangan dan Solusi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Manfaat Supplier Relationship Management (SRM) dalam Organisasi Big Science: Studi Perceived Value oleh Pemasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Organisasi Big Science (BSOs) seperti CERN dan Hubble Space Telescope memainkan peran penting dalam inovasi ilmiah dan teknologi. Namun, apakah pemasok yang bekerja dengan BSOs benar-benar mendapatkan keuntungan dari hubungan ini? Studi oleh Xin Weng (2021) dari Uppsala University mengeksplorasi nilai yang dirasakan pemasok (Supplier-Perceived Value/SPV) dalam hubungan mereka dengan BSOs.

Penelitian ini membahas manfaat inovasi, peluang pasar, serta tantangan yang dihadapi pemasok dalam memenuhi standar tinggi organisasi sains besar. Dengan analisis data dari 38 pemasok Big Science di Swedia, penelitian ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin terlibat dalam proyek-proyek ilmiah besar.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei dengan 38 pemasok Big Science di Swedia sebagai responden. Analisis dilakukan menggunakan multiple regression dan independent t-test, untuk mengevaluasi hubungan antara fungsi SRM dan nilai yang dirasakan oleh pemasok.

Temuan Utama

1. Hubungan dengan BSOs Meningkatkan Nilai Pasar dan Reputasi Pemasok

  • 68,4% pemasok melaporkan peningkatan reputasi setelah bekerja dengan BSOs.
  • BSOs berfungsi sebagai “referensi kredibel” yang membantu pemasok menarik pelanggan baru dari industri lain.
  • Efek ini lebih kuat pada pemasok dengan hubungan jangka panjang (≥5 tahun) dibanding pemasok jangka pendek (<5 tahun).

2. Manfaat Inovasi dan Pengembangan Produk

  • 52,6% pemasok mengembangkan produk baru untuk memenuhi spesifikasi ketat BSOs.
  • 55,2% pemasok meningkatkan teknologi produksi mereka, meskipun banyak yang merasa sulit untuk mengkomersialkan teknologi yang dikembangkan khusus untuk BSOs.
  • Inovasi yang terjadi sering kali berfokus pada pengujian prototipe dan peningkatan proses produksi.

3. Proses Produksi dan Manajemen Kualitas Pemasok Mengalami Perubahan Signifikan

  • 47% pemasok melaporkan peningkatan kualitas kontrol produksi mereka setelah bekerja dengan BSOs.
  • Supplier yang mengalami penyesuaian proses produksi cenderung lebih siap menghadapi permintaan teknologi tinggi dari industri lain.
  • Namun, tingginya biaya adaptasi menjadi tantangan utama, terutama bagi pemasok kecil dan menengah.

4. Tantangan dalam Hubungan Pemasok dengan BSOs

Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini menemukan beberapa tantangan utama:

  • Regulasi ketat dan sistem pengadaan berbasis harga terendah membuat banyak pemasok kesulitan memperoleh keuntungan finansial langsung.
  • Persyaratan teknis yang sangat spesifik sering kali menyulitkan pemasok untuk menjual produk yang sama ke pasar lain.
  • Kurangnya kesinambungan kontrak, karena kontrak dengan BSOs biasanya bersifat proyek jangka pendek.

Analisis dan Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan dengan BSOs dapat memberikan keuntungan dalam hal reputasi, inovasi, dan peningkatan kualitas produk, tetapi pemasok perlu memahami bahwa keuntungan finansial langsung sering kali terbatas.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemasok untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs meliputi:

  1. Mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam manajemen pemasok.
  2. Menjalin hubungan jangka panjang dengan BSOs untuk mendapatkan manfaat inovasi yang lebih besar.
  3. Mengembangkan strategi diversifikasi produk agar teknologi yang dikembangkan untuk BSOs dapat digunakan di industri lain.
  4. Meningkatkan internalisasi pengetahuan dan pelatihan tenaga kerja agar teknologi dan proses produksi yang dikembangkan tetap relevan setelah kontrak dengan BSOs berakhir.

Kesimpulan

Supplier Relationship Management (SRM) dalam organisasi Big Science dapat meningkatkan reputasi pemasok, mendorong inovasi, serta meningkatkan kualitas produksi. Namun, pemasok harus menghadapi tantangan seperti biaya adaptasi tinggi dan kurangnya kesinambungan kontrak. Oleh karena itu, pemasok perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs dan mendiversifikasi produk mereka untuk pasar lain.

Sumber Asli:
Xin Weng (2021). Supplier-Perceived Value in Big-Science-Supplier Relationships – What Can Suppliers Gain from Delivering to Big-Science Organizations?. Uppsala University.

 

Selengkapnya
Manfaat Supplier Relationship Management (SRM) dalam Organisasi Big Science: Studi Perceived Value oleh Pemasok

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Menganalisis Praktik Supplier Relationship Management (SRM) di Industri Finlandia: Perbandingan Lintas Sektor

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, efektivitas rantai pasokan menjadi faktor utama keberhasilan perusahaan. Supplier Relationship Management (SRM) telah terbukti meningkatkan keandalan pengiriman, mengurangi biaya, mendukung inovasi, dan mengelola risiko. Namun, implementasi SRM tidak selalu seragam di semua industri. Studi ini membandingkan bagaimana berbagai perusahaan industri di Finlandia menerapkan SRM, menyoroti perbedaan praktik, nilai yang diciptakan, serta tantangan yang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan data dari empat perusahaan lintas sektor melalui wawancara semi-terstruktur. Analisis ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin meningkatkan strategi manajemen pemasok mereka.

Metodologi Penelitian

Studi ini mengumpulkan data melalui wawancara dengan delapan karyawan dari empat perusahaan industri yang berbeda di Finlandia. Sektor yang diteliti meliputi industri logam, elektronik, dan makanan. Data dianalisis menggunakan pendekatan content analysis untuk mengidentifikasi pola dalam praktik SRM, faktor penciptaan nilai, serta hambatan yang dihadapi perusahaan.

Temuan Utama

1. Perbedaan Praktik SRM di Berbagai Sektor

Setiap industri memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengelola pemasok:

  • Industri logam lebih fokus pada stabilitas dan keandalan pemasok, karena bahan baku yang digunakan bersifat strategis dan berdampak langsung pada produksi.
  • Industri elektronik menekankan pada kecepatan inovasi dan fleksibilitas pemasok, dengan integrasi pemasok dalam pengembangan produk baru.
  • Industri makanan mengutamakan kualitas bahan baku dan kepatuhan terhadap regulasi keamanan pangan, dengan hubungan jangka panjang yang lebih erat dengan pemasok.

2. Faktor-Faktor Penciptaan Nilai dalam SRM

Penelitian mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menciptakan nilai dalam hubungan dengan pemasok:

  • Kolaborasi dan Berbagi Informasi
    • Perusahaan yang berbagi data dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi operasional hingga 30%.
    • Informasi mengenai perkiraan permintaan, tren pasar, dan standar kualitas membantu pemasok memenuhi ekspektasi perusahaan dengan lebih baik.
  • Evaluasi dan Pengembangan Pemasok
    • Audit pemasok dilakukan secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas dan ketepatan waktu pengiriman.
    • Program pelatihan pemasok diadopsi oleh industri makanan dan elektronik untuk meningkatkan standar produksi.
  • Strategi Kontrak dan Negosiasi
    • Industri logam dan elektronik menggunakan kontrak jangka panjang untuk menjamin stabilitas harga bahan baku.
    • Industri makanan menerapkan insentif bagi pemasok yang memenuhi target kualitas, meningkatkan kepatuhan terhadap standar keamanan pangan.

3. Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun SRM membawa manfaat besar, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi perusahaan:

  • Ketidakpastian Pasokan dan Krisis Global
    • Konflik geopolitik dan pandemi menyebabkan fluktuasi harga bahan baku, meningkatkan risiko rantai pasokan.
    • 90% perusahaan melaporkan gangguan dalam pengiriman akibat gangguan logistik global.
  • Kurangnya Digitalisasi dalam Manajemen Pemasok
    • Beberapa perusahaan masih mengandalkan sistem manual, menghambat transparansi dan efisiensi dalam evaluasi pemasok.
    • Hanya 50% perusahaan yang menggunakan sistem berbasis digital untuk pemantauan kinerja pemasok.
  • Perbedaan Budaya dan Standar Pemasok
    • Pemasok dari negara yang berbeda memiliki standar kualitas dan praktik bisnis yang bervariasi, menyebabkan tantangan dalam harmonisasi proses.

Analisis dan Implikasi

Temuan studi ini menunjukkan bahwa SRM bukan sekadar proses administratif, tetapi strategi bisnis yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan yang menerapkan pendekatan berbasis data, membangun hubungan jangka panjang, dan mengadopsi teknologi digital mampu mengoptimalkan rantai pasokan mereka dengan lebih efektif.

Bagi industri yang masih menghadapi tantangan dalam implementasi SRM, berinvestasi dalam digitalisasi, meningkatkan transparansi komunikasi, dan mengadopsi strategi segmentasi pemasok dapat membantu mengatasi hambatan yang ada.

Rekomendasi untuk Optimalisasi SRM

  1. Meningkatkan Digitalisasi dalam Manajemen Pemasok
    • Menggunakan Supplier Portals untuk berbagi informasi real-time dan melakukan evaluasi pemasok otomatis.
    • Mengintegrasikan Enterprise Resource Planning (ERP) dengan sistem SRM untuk meningkatkan efisiensi.
  2. Menerapkan Strategi Evaluasi Pemasok yang Lebih Ketat
    • Menggunakan metode berbasis Key Performance Indicators (KPI) untuk menilai ketepatan waktu pengiriman, kualitas produk, dan kepatuhan regulasi.
  3. Membangun Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
    • Menawarkan insentif berbasis performa untuk meningkatkan keandalan dan kualitas pemasok.
    • Memastikan pemasok utama memiliki kapabilitas untuk memenuhi permintaan dalam kondisi krisis.
  4. Meningkatkan Pelatihan dan Pengembangan Pemasok
    • Mengadakan workshop bersama pemasok untuk meningkatkan pemahaman mengenai standar kualitas dan inovasi.
    • Mendorong pemasok untuk berinvestasi dalam teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Kesimpulan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran krusial dalam meningkatkan efisiensi, inovasi, dan stabilitas rantai pasokan di berbagai sektor industri di Finlandia. Studi ini menunjukkan bahwa setiap industri memiliki pendekatan unik dalam SRM, tergantung pada kebutuhan dan tantangan spesifiknya.

Untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan perlu mengoptimalkan strategi SRM mereka melalui digitalisasi, evaluasi pemasok yang lebih efektif, dan penguatan hubungan jangka panjang dengan mitra strategis. Dengan menerapkan rekomendasi dari studi ini, industri di Finlandia dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

Sumber Asli: Siiri Leppänen (2023). Examining and Comparing Supplier Relationship Management Practices in Industrial Companies Across Sectors in Finland. Lappeenranta–Lahti University of Technology LUT.

 

Selengkapnya
Menganalisis Praktik Supplier Relationship Management (SRM) di Industri Finlandia: Perbandingan Lintas Sektor
« First Previous page 3 of 6 Next Last »