Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Politeknik Pekerjaan Umum Menyelenggarakan Bedah Buku “Manajemen Keselamatan Konstruksi” untuk Meningkatkan Literasi Masyarakat

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 21 Juni 2024


Dalam rangka meningkatkan literasi informasi kepada masyarakat, Politeknik Pekerjaan Umum menyelenggarakan program rutin Bedah Buku yang diselenggarakan pada  Maret 2024 bertempat di Auditorium Politeknik Pekerjaan Umum. Acara dihadiri oleh Balai Kementerian PUPR, dan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, dosen dari Perguruan Tinggi, antara lain Politeknik Negeri Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Semarang. Selain itu dihadiri pula oleh beberapa Guru SMK 7 Semarang dan SMAN 3 Semarang, serta 500 peserta dari masyarakat umum, anggota FPPTI, praktisi dan akademisi yang mengikuti secara daring melalui Zoom dan Youtube Live.

Bedah Buku ini membahas tentang “ Manajemen Keselamatan Konstruksi “ yang merupakan Karya Ilmiah Ir. Brawijaya, S.E., M.Eng.I.E, MSCE, Ph.D. selaku Direktur Politeknik Pekerjaan Umum, berdasarkan pengalaman beliau di bidang konstruksi selama lebih dari 30 tahun di Kementerian PUPR. Dalam Bukunya, beliau menyampaikan Latar Belakang Keselamatan Konstruksi dan Sejarahnya; Kebijakan Pemerintah tentang Keselamatan Konstruksi; Peraturan Perundangan terkait Keselamatan Konstruksi; PP Nomor 14 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021; Tata Cara Penjaminan Muta dan Pengandalian Mutu; dan Pengadaan Jasa Konstruksi sesuai Peraturan Kepala LKPP.

“Dalam dunia konstruksi, Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi ( SMKK ) penting diterapkan pada berbagai proyek konstruksi, terutama mengingat berbagai kecelakaan konstruksi yang terjadi antara tahun 2016 – 2018. Untuk itu ada 5 ( lima ) elemen SMKK yang harus dipenuhi oleh pelaku konstruksi yaitu : kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja, perencanaan, dukungan, operasi, dan evaluasi kinerja” ujar Wakil Direktur III Politeknik Pekerjaan Umum dalam sambutannya.

Pada acara menghadirkan 5 orang penanggap sekaligus narasumber yaitu Ir. Harsono Wuryanto, M.Sc, selaku Ketua Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia Jawa Tengah; Ir. Kusumo Drajad Sutjahjo, ST.,Msi, CSP., IPU., ASEAN Eng, selaku Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ahli Keselamatan Konstruksi Indonesia; Dr. Harya Muldianto S.T., M.T, selaku Ketua Himpunan Ahli Teknik Hidrolika Indonesia Jawa Tengah; Dr. Ar Resza Riskiyanto, S.T, M.T, selaku Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah; Suwondo, S.Hum., M.Kom, selaku Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia serta sebagai moderator DR.Raditya Hari Murti, ST.M.SC, selaku Dosen dan Ketua Unit Perpustakaan Politeknik Pekerjaan Umum. Bedah Buku yang akan diisi oleh pemaparan Penulis juga akan ada sesi diskusi interaktif dengan moderator dan peserta.

Acara Bedah Buku di Politeknik Pekerjaan Umum diharapkan diselenggarakan secara rutin, sehingga dapat menambah literasi buku khususnya untuk para mahasiswa dan tenaga pendidik sebagai bahan pembelajaran.

Sumber: politeknikpu.ac.id

Selengkapnya
Politeknik Pekerjaan Umum Menyelenggarakan Bedah Buku “Manajemen Keselamatan Konstruksi” untuk Meningkatkan Literasi Masyarakat

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

K3 Konstruksi: 3 Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian dan Panduan Aman Menggunakannya

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 21 Juni 2024


Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko tinggi dan menyumbang kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan proyek konstruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah besar dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah kecelakaan kerja di ketinggian.

Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja baik di sektor konstruksi atau operasional struktur, kkmasih memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian menempati urutan nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan kerja pada ketinggian di sektor konstruksi ini banyak terjadi pada saat pembangunan gedung atau pekerjaan konstruksi layang.

Sebetulnya ada beberapa bahaya bekerja di ketinggian, yakni terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan material dari atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor terbesar penyebab cedera serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari ketinggian.

Dilansir okezone.com, BPJS Ketenagakerjaan mencatat jumlah kecelakaan kerja yang dialami pekerja konstruksi relatif tinggi sepanjang tahun 2023, yaitu 32% dari total kecelakaan kerja dari keseluruhan sektor di Indonesia. Jenis kecelakaan kerja yang paling sering terjadi, yakni jatuh dari ketinggian. Sementara secara global, data International Labour Organization (ILO) menyebutkan, dari 142 kematian akibat kecelakaan kerja, penyebab utamanya adalah jatuh dari ketinggian sebesar 45%.

Kasus umum yang banyak terjadi di antaranya jatuh dari tangga, jatuh akibat tidak menggunakan alat pelindung jatuh/tidak menggunakannya dengan benar, ataupun jatuh akibat melakukan pekerjaan di atas perancah.

Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang sama sekali tanpa pengalaman, mengabaikan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi prosedur keselamatan, dan kurang peduli pada keamanan.

3 Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian, Bagaimana Cara Menggunakannya dengan Benar?

Pekerjaan konstruksi membutuhkan serangkaian peralatan khusus untuk bekerja di ketinggian dan itu membutuhkan pemeriksaan serta pemeliharaan agar fungsinya tetap optimal. Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan jatuh perseorangan merupakan jantung dari program keselamatan sektor konstruksi yang baik.

Supervisor atau pengawas lapangan perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan praktik keselamatan saat menggunakan peralatan-peralatan ini.

1. Tangga

Potensi cedera akibat penggunaan tangga memang terbilang tinggi terutama di sektor konstruksi, baik karena terjatuh dari tangga, tangga ambruk ataupun terpeleset saat menaiki anak tangga.

Penyebab utama kecelakaan saat penggunaan tangga, di antaranya:

  • Kondisi tangga sudah rusak atau cacat.
  • Posisi penempatan tangga kurang tepat.
  • Tangga ditempatkan pada permukaan yang kotor, licin, atau tidak rata.
  • Pekerja tidak mematuhi prosedur keselamatan menggunakan tangga.

Penggunaan tangga yang tidak tepat menjadi penyebab utama jatuh dari ketinggian pada pekerjaan konstruksi. Maka, setiap pekerja harus memahami prosedur keselamatan menggunakan tangga dengan benar.

Keselamatan tangga melibatkan pemeriksaan, persiapan, cara menaiki/menuruni tangga dengan benar, dan pertimbangan yang hati-hati tentang konsekuensi penyalahgunaan tangga. Ingatlah tips keselamatan penggunaan tangga pada pekerjaan konstruksi berikut ini:

  • Pilih tangga yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
  • Periksa komponen yang kendur atau rusak pada anak tangga, injakannya, pegangan, penguat sekrup yang hilang, engsel, baut, mur dan perangkat keras lainnya. Jika Anda menemukan kerusakan pada tangga, laporkan kepada atasan dan pasang rambu bahwa tangga tidak dapat digunakan atau sedang diperbaiki.
  • Baca dan ikuti label atau tanda peringatan sebelum Anda naik dan melakukan aktivitas.
  • Tempatkan tangga pada permukaan yang stabil, rata, bersih, tidak licin, dan di area bebas dari gangguan lalu lintas kendaraan.
  • Gunakan barikade pelindung/guard untuk mencegah kemungkinan tertabrak. Kunci atau beri palang setiap pintu dekat tangga yang bila terbuka mengarah kepada Anda.
  • Berdirikan tangga dengan perbandingan sudut 4:1, artinya jika tangga disandarkan pada dinding dengan tinggi 4 meter, maka jarak kaki tangga dengan dinding adalah 1 meter. Bisa juga berdirikan tangga dengan sudut 75° atau boleh kurang, asalkan terdapat penopang pada bagian bawah tangga
  • Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun.
  • Gunakan metode 3 titik tumpu (3- points contact) saat naik ataupun turun tangga. 3 titik tumpu artinya 2 kaki berpijak dengan satu tangan berpegang pada anak tangga dan satu tangan bergerak menanggapi tangga atau 2 tangan berpegang pada anak tangga dengan satu kaki berpijak dan kaki lain bergerak menggapai tangga.
  • Ujung tangga harus lebih tinggi sekitar 1 meter di atas lantai kerja.
  • Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan memegang anak tangga. Jangan bekerja di samping kiri atau kanan.
  • Jangan menggunakan tangga sebagai jembatan.
  • Jangan meletakkan tangga pada kotak, tong, atau benda lain yang tidak stabil untuk mendapatkan tinggi tambahan.
  • Jangan memaksakan melakukan pekerjaan dengan posisi tangga yang jauh dari objek yang Anda kerjakan. Atur kembali posisi tangga lebih dekat dengan pekerjaan
  • Jangan memindahkan atau menggeser tangga sementara pekerja atau peralatan masih berada di tangga.
  • Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak tangga dan sol sepatu Anda terhadap adanya bahan-bahan yang licin.
  • Gunakan alat pelindung jatuh saat memanjat apabila diperlukan.
  • Hindari membawa barang dengan beban berlebih saat menaiki/menuruni tangga. Periksa informasi kapasitas beban maksimum tangga dan jika membawa peralatan, gunakan tas atau tools belt yang memudahkan saat naik/turun tangga.
  • Hindari menggunakan tangga atau step ladders untuk tugas-tugas berat atau dalam durasi panjang, karena seharusnya peralatan tersebut hanya digunakan untuk pekerjaan ringan dan durasi pendek (maksimum 30 menit pada satu waktu).

2. Full Body Harness

Bagi Anda yang bekerja di sektor konstruksi tentu sudah familier dengan penggunaan full body harnessFull body harness berfungsi sebagai alat pelindung jatuh perseorangan saat bekerja di ketinggian dan penggunaannya lebih dianjurkan dibanding safety belt terutama jika Anda bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Hal ini dikarenakan full body harness memiliki kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh pekerja sehingga kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil. Sayangnya meski manfaatnya sangat besar sebagai alat pelindung jatuh, masih banyak pekerja yang mengabaikan penggunaannya, mulai dari cara penggunaan, pemeriksaan, hingga perawatannya. Penyebabnya bisa karena kurangnya pengetahuan, pelatihan, atau pengalaman pekerja.

Saat Anda bekerja di ketinggian, ada beberapa langkah penting yang harus Anda perhatikan saat menggunakan full body harness:

  1. Pegang bagian D-Ring pada full body harness dan goyangkan secara perlahan, pastikan tidak ada webbing/tali yang terpelintir dan pengencangnya (chest strap) terbuka
  2. Pegang tali bahu (shoulder strap) dan masukkan tangan satu persatu ke dalam tali. Pastikan D-Ring berada di bagian belakang badan Anda, tepatnya di bagian punggung (antara tulang belikat)
  3. Tarik dan kencangkan tali kaki (leg strap), lalu pasangkan/hubungkan pada buckle. Untuk jenis quick connect buckle, Anda akan mendengar bunyi “klik”, jika buckle sudah terpasang dengan benar. Atur lingkar tali pada kaki sesuai kenyamanan Anda. Pastikan tali kaki tidak tertukar
  4. Pasangkan tali dada (chest strap) dan hubungkan tab buckle pada receptor sampai terdengar bunyi “klik”
  5. Pastikan dengan tangan bahwa full body harness sudah terpasang benar dan tidak ada tali yang terpelintir
  6. Biarkan orang yang kompeten memeriksa full body harness dan memasang lanyard pada D-Ring (bila diperlukan).

Full body harness harus diperiksa secara visual sebelum digunakan, termasuk juga alat pelindung jatuh lainnya seperti lanyard dan lifeline. Pemeriksaan peralatan secara berkala oleh orang yang kompeten untuk mengecek kerusakan harus dilakukan setidaknya setiap 6 bulan dan sebelum memulai pekerjaan di ketinggian. Pastikan juga full body harness yang Anda gunakan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku, seperti Permenaker No.9 Tahun 2016, OSHA 1926.502, ANSI Z359, CSA Z259, dll.

3.Perancah

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), diperkirakan sekitar 2,3 juta pekerja konstruksi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan perancah. Dengan begitu, banyak juga pekerja yang berpotensi mengalami sejumlah bahaya terkait perancah seperti terjatuh, tertimpa jatuhan benda, dan tersengat aliran listrik.

Berikut beberapa potensi bahaya dalam penggunaan perancah:

  • Runtuhnya seluruh atau sebagian unit perancah akibat kegagalan komponen atau beban berlebih yang mengakibatkan pekerja terjatuh atau terperosok
  • Jatuh dari ketinggian akibat lemahnya papan lantai kerja
  • Tertimpa benda-benda jatuh dari perancah dan melukai pekerja yang berada di bawah
  • Terpeleset dan terjatuh akibat lantai kerja yang kotor dan licin
  • Tersengat aliran listrik (electrocution).

Dengan banyaknya pekerja yang berpotensi terkena bahaya saat menggunakan perancah, maka penerapan keselamatan penggunaan perancah perlu menjadi prioritas.

Perancah harus dipasang oleh pekerja yang ahli di bawah pengawasan orang yang kompeten dan perancah telah diperiksa dengan benar sebelum digunakan. Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan berisiko tinggi saat bekerja di ketinggian.

Berikut tips saat menggunakan perancah:

  1. Pastikan pekerja sudah mendapatkan pelatihan mengenai penggunaan perancah yang tepat dan pengendalian bahaya saat bekerja di atas perancah, penggunaan alat pelindung jatuh, dan apa yang harus dilakukan apabila ada perubahan pada tempat kerja atau jenis perancah.
  2. Scaffolder atau pengawas memeriksa dan memastikan perancah dalam kondisi aman sebelum digunakan
  3. Lantai kerja, bagian deck, dan pagar pengaman sudah terpasang dan dalam kondisi aman
  4. Gunakan alat bantu untuk memindahkan material dari bawah ke atas
  5. Gunakan tangga yang sudah terpasang kuat dan kokoh untuk naik dan turun dari perancah
  6. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu keselamatan dan full body harness.
  7. Perhatikan rekan kerja yang bekerja di atas atau di bawah Anda setiap saat. Jika Anda melihat ada hal yang tidak sesuai prosedur atau ketidaknormalan pada perancah, hentikan pekerjaan Anda dan laporkan pada atasan.
  8. Periksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang digunakan, mencakup harness (webbing, D-ring, buckle), lanyard, dan lifeline.
  9. Jangan membawa barang berlebih saat menaiki perancah
  10. Jangan menggunakan pengait silang (cross bracing) saat naik/turun dari perancah
  11. Jangan bekerja di atas perancah saat cuaca buruk
  12. Jangan menyimpan bahan atau peralatan pada pagar pengaman.
  13. Jangan bekerja dekat jalur aliran listrik kecuali Anda terlatih dan berwenang melakukannya.

Penting!

  1. Amankan semua bahan atau peralatan dari lantai kerja sebelum memindahkan perancah.
  2. Gunakan pengunci roda setiap saat bila perancah tidak sedang bergerak berpindah.
  3. Tidak ada seorang pun yang menaiki perancah saat sedang bergerak dipindahkan.
  4. Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan perancah kecuali mendapatkan izin dan diawasi oleh pengawas yang berwenang.
  5. Dilarang menggunakan perancah yang belum diberi scafftag

Jenis-jenis scafftag untuk perancah:

  • Tanda hijau : aman
  • Tanda kuning: aman dengan syarat (perlu tambahan alat pengaman lainnya)
  • Tanda merah: tidak aman (perancah tidak boleh digunakan)

Tips Singkat Bekerja di Ketinggian

  • Bila memungkinkan, minimalkan melakukan pekerjaan di ketinggian dan lakukan pekerjaan sebanyak mungkin di ground level (permukaan tanah). Namun, jika sudah tidak ada pilihan lain dan terpaksa harus bekerja di ketinggian, maka prioritas selanjutnya adalah bagaimana melindungi pekerja agar tidak terjatuh dari ketinggian.
  • Pastikan pekerjaan direncanakan dengan benar, diawasi, dan dilakukan oleh orang-orang yang kompeten dan bersertifikat dengan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan itu.
  • Pahami fall protection plan yang dirancang perusahaan.
  • Pastikan pekerja sudah memiliki Surat Izin Kerja untuk bekerja di ketinggian.
  • Pastikan peralatan kerja yang digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan di ketinggian yang akan dilakukan, stabil, dan cukup kuat untuk pekerjaan, dipelihara serta diperiksa secara rutin.
  • Gunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian. Pastikan Anda menggunakan alat pelindung jatuh dengan benar dan peralatan dalam kondisi baik.
  • Buat perencanaan tanggap darurat dan prosedur penyelamatan sebagai tindakan pencegahan bila terjadi kondisi darurat saat bekerja di ketinggian.
  • Patuhi prosedur aman bekerja di ketinggian.

Sumber: safetysignindonesia.id

Selengkapnya
K3 Konstruksi: 3 Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian dan Panduan Aman Menggunakannya

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tips Mewujudkan Zero Accident di Sektor Konstruksi

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 21 Juni 2024


Konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, pada tahun 2023, terdapat 1.175 kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi. Dari jumlah tersebut, 285 kasus di antaranya mengakibatkan kematian.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja di sektor konstruksi, antara lain:

  1. Penggunaan alat berat dan peralatan berbahaya
  2. Lingkungan kerja yang tidak aman
  3. Kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja
  4. Kurangnya pelatihan dan sosialisasi K3

Apa Itu Zero Accident?

Zero accident merupakan kondisi di mana tidak ada kecelakaan kerja yang terjadi di suatu tempat kerja. Kondisi ini penting untuk dicapai di sektor konstruksi karena dapat memberikan manfaat yang besar, antara lain:

  • Mengurangi risiko kematian dan cedera para pekerja
  • Meningkatkan produktivitas kerja
  • Menjaga reputasi perusahaan
  • Meningkatkan kepercayaan konsumen

Untuk mencapai zero accident di sektor konstruksi, diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, mulai dari pemilik proyek, kontraktor, subkontraktor, hingga pekerja. Komitmen ini dapat diwujudkan dengan cara membuat peraturan dan prosedur K3 yang jelas, serta memastikan bahwa semua pihak mematuhinya.

Tips Mewujudkan Zero Accident

Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencapai zero accident di sektor konstruksi secara lebih rinci:

1. Memiliki komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi

Selain membuat peraturan dan prosedur K3 yang jelas, komitmen yang kuat dari semua pihak juga perlu diwujudkan dengan cara melakukan inspeksi rutin untuk memastikan bahwa semua pihak mematuhi peraturan dan prosedur K3 tersebut. Inspeksi rutin juga dapat membantu untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi bahaya di tempat kerja.

2. Menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja (SMK3) yang terintegrasi

SMK3 adalah sistem yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian K3 di tempat kerja. SMK3 yang terintegrasi dapat membantu perusahaan untuk mengelola risiko K3 secara efektif dan efisien.

3. Melakukan pelatihan dan sosialisasi K3 secara rutin

Pelatihan dan sosialisasi K3 perlu dilakukan secara rutin agar pekerja selalu ingat dan menerapkannya dalam bekerja. Pelatihan dan sosialisasi K3 juga dapat membantu pekerja untuk memahami potensi bahaya di tempat kerja dan cara untuk menghindarinya.

4. Menyediakan peralatan keselamatan kerja yang memadai

Peralatan keselamatan kerja merupakan salah satu sarana untuk melindungi pekerja dari bahaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyediakan peralatan keselamatan kerja yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan pekerja.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman

Lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja. Perusahaan perlu melakukan inspeksi rutin untuk memastikan bahwa lingkungan kerja selalu dalam kondisi aman dan nyaman.

Kesimpulan

Zero accident merupakan tujuan yang penting untuk dicapai di sektor konstruksi. Dengan menerapkan tips-tips di atas, perusahaan dapat meningkatkan peluang untuk mencapai zero accident dan mendapatkan manfaat yang besar bagi semua pihak yang terlibat.

Mari mulai langkah pertama hari ini, wujudkan zero accident, ciptakan masa depan konstruksi yang lebih aman dan sejahtera bagi semua.

Tingkatkan Zero Accident di lingkungan kerja Anda bersama Japang Consulting Group. Hubungi kami sekarang dan dapatkan penawaran terbaik!

Sumber: japang.co.id

Selengkapnya
Tips Mewujudkan Zero Accident di Sektor Konstruksi

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kecelakaan Masih Marak, Keselamatan Konstruksi Belum Jadi Budaya

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 21 Juni 2024


Kesadaran akan pentingnya aspek K3 dan budaya berkeselamatan belum sepenuhnya diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi masih terus terjadi, meski secara kuantitas dan kualitas mengalami penurunan sejak pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menerbitkan aneka regulasi plus pembentukan Komite Keselamatan Konstruksi.

Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Kimron Manik tak memungkiri berbagai kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi yang masih saja terjadi di berbagai proyek konstruksi di Tanah Air.

Hal ini, kata dia, menjadi indikasi kurangnya implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK). Kesadaran akan pentingnya aspek K3 dan budaya berkeselamatan belum sepenuhnya diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh masyarakat jasa konstruksi.

Namun berdasar catatan dari Komite Keselamatan Konstruksi pada 2019 sampai dengan 2023, jumlah kejadian kecelakaan menurun dibandingkan dengan tahun sebelum mulai dicanangkannya Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi pada tahun 2018.

“Dengan lahirnya SMKK, potret kasus kecelakaan konstruksi di Indonesia sudah bergeser dari kecelakaan yang menimbulkan korban pekerja, baik injured atau fatality, menjadi kecelakaan konstruksi yang menimbulkan kerugian asset, properti, lingkungan dan publik,” kata Kimron kepada Konstruksi Media di Jakarta.

Dalam SMKK, dilakukan perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, dan pendampingan untuk mewujudkan pekerjaan konstruksi zero accident, yaitu meliputi pemenuhan aspek manajemen manajemen administratif, teknis dan perilaku kerja di tiap tahap pekerjaan konstruksi mulai dari perancangan hingga FHO.

Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu pelaksanaan workshop, pelatihan serta pendampingan SMKK yang melibatkan seluruh stakeholder konstruksi, seperti asosiasi penyedia jasa, asosiasi profesi, praktisi penyedia jasa kontraktor, pengawas, perencana, akademisi, hingga pekerja.

Dengan beberapa upaya tersebut, diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian perusahan, manajemen, maupun individu terhadap budaya berkeselamatan yang memberikan warna baru yang lebih sehat dan aman serta menciptakan konstruksi yang berkeselamatan pada setiap bangunan.

“Namun tidak dapat dupungkiri bahwa kami memiliki keterbatasan dalam menjangkau seluruh masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Kami harap seluruh masyarakat jasa konstruksi dapat lebih peduli terhadap budaya berkeselamatan dan kami akan terus berkolaborasi dan berinovasi bersama seluruh masayarakat jasa konstruksi tentunya dengan proses yang bertahap untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat jasa konstruksi guna menciptakan pembangunan yang berkeselamatan dan berkelanjutan,” Kimron menegaskan.

Terkait Direktorat Keberlanjutan Konstruksi yang dikomandaninya, Kimron menjelaskan bahwa pembentukan Direktorat Keberlanjutan Konstruksi didasari atas maraknya kasus kecelakaan konstruksi yang terjadi di sepanjang 2017-2018. Selama kurun waktu itu, pihak Kementerian PUPR mencatat setidaknya terjadi 36 kasus kecelakaan konstruksi terutama pada pekerjaan jalan dan jembatan atau elevated.

Selain itu, terbentuknya Direktorat Keberlanjutan Konstruksi pada tahun 2020 ini sesuai Undang-Undang No2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang menjelaskan bahwa Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas terselenggaranya pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan (Pasal 4 ayat 1.c).

Selain itu, Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjelaskan bahwa Menteri PUPR memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan jasa konstruksi (Pasal 3).

Untuk itu, kata dia, Direktorat Keberlanjutan Konstruksi posisinya menjadi strategis guna melakukan pembinaan jasa konstruki terutama pada aspek pemenuhan Standar K4 termasuk penyusunan kebijakan dan melakukan pemantauan terhadap pemenuhan Standar K4.

Menurut dia, hal ini dilakukan tidak hanya untuk menghasilkan bangunan yang handal dan berkualitas namun juga mencegah  terjadinya kegagalan bangunan akibat tidak terpenuhinya Standar K4 pada pelaksanaan pembangunan.

“Masyarakat jasa konstruksi harus mulai menanamkan kepedulian terhadap pengendalian kualitas lingkungan hidup sekitar lokasi proyek, serta manfaat ekonomi dan sosial dari pembangunan proyek yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.

Sementara itu, terkait penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) Kementerian PUPR, Direktorat Keberlanjutan Konstruksi memiliki beberapa goals yang ingin dicapai, yaitu seluruh masyarakat jasa konstruksi di Indonesia dapat melaksanakan prinsip Konstruksi Berkelanjutan yang memiliki kebermanfaatan terhadap ekonomi masyarakat.

Kemudian, pengurangan timbulan limbah dan emisi pada kegiatan konstruksi, optimalisasi penggunaan energi baru terbarukan, konservasi air, perlindungan keanekaragaman hayati, pemberdayaan masyarakat lokal dan pengarusutamaan gender, serta efisiensi kegiatan konstruksi melalui inovasi teknologi dalam sektor konstruksi.

“Harapan kami dari goals tersebut dapat menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat jasa konstruksi, untuk dapat beradaptasi, mengikuti perkembangan, serta mulai menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, bahkan dapat berinovasi dalam penerapannya,” ucap Kimron. (Reza/Hasanuddin).

Sumber: konstruksimedia.co.id

Selengkapnya
Kecelakaan Masih Marak, Keselamatan Konstruksi Belum Jadi Budaya

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Rancang-Bangun vs Desain-Tender-Bangun: Mana yang Tepat untuk Proyek Anda?

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 20 Juni 2024


Metode pelaksanaan proyek konstruksi menentukan bagaimana para pemangku kepentingan proyek berinteraksi selama fase konstruksi. Rancang-bangun dan rancang-bangun-tawar-bangun adalah dua metode pelaksanaan yang paling umum. Meskipun namanya terdengar mirip, kedua metode ini sangat berbeda dalam hal peran yang mereka tentukan untuk pemilik, perancang, dan kontraktor selama proyek konstruksi.

Memilih metode pengiriman terbaik untuk proyek konstruksi dapat memengaruhi segalanya, mulai dari margin keuntungan kontraktor dan jadwal konstruksi hingga kualitas keseluruhan proyek yang telah selesai. Pemilik proyek harus mempertimbangkan keahlian, toleransi risiko, dan ukuran proyek, di antara faktor-faktor lainnya, untuk menentukan metode pengiriman terbaik untuk sebuah proyek.

Pada artikel ini, kita akan membahas perbedaan antara metode pelaksanaan konstruksi rancang-bangun dan rancang-bangun-tawar-bangun, kelebihan dan kekurangannya, serta bagaimana pemilik proyek dapat memutuskan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek mereka.

Memahami Proses Rancang-Bangun
Pemilik yang memilih metode rancang-bangun membuat kontrak dengan satu perusahaan, yang menangani proses arsitektur dan teknik (desain) serta konstruksi produk akhir.

Ada dua aspek utama dari rancang-bangun yang berbeda dari kontrak rancang-bangun tradisional. 

Pertama, adanya kesempatan untuk berkolaborasi antara para pemangku kepentingan di seluruh fase proyek. 
Kedua, rancang-bangun dapat mempercepat jadwal proyek untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
Karena rancang-bangun menyatukan fase desain dan konstruksi dalam satu kontrak, tim konstruksi dapat mulai bekerja sebelum semua desain diselesaikan. Desainer tetap menjadi bagian dari proses selama proyek berlangsung dan dapat terus melakukan perubahan sesuai kebutuhan.

Selama prakonstruksi, pemilik akan menentukan lokasi yang sesuai dan mengembangkan desain dan anggaran kasar. Pemilik akan mengeluarkan Request for Proposal (RFP) untuk meminta proposal dari tim rancang-bangun. Setelah kemitraan rancang-bangun memenangkan penawaran, proses desain dimulai, dan tim dapat mengembangkan ruang lingkup, jadwal, desain, dan biaya kontrak akhir yang jelas.

Segera setelah tahap perencanaan dirilis untuk konstruksi, perencanaan dan pembangunan dimulai pada bagian tersebut. Misalnya, jika lokasi membutuhkan persiapan khusus seperti drainase, bagian tersebut dapat dimulai sebelum desain lebih lanjut selesai.

Selama proses ini, kemitraan rancang-bangun berada di pucuk pimpinan proyek, memikul sebagian besar tanggung jawab untuk menjaga anggaran, jadwal, dan kualitas produk akhir. Meskipun pemilik tetap terlibat dan menyetujui perubahan pada rencana awal, perusahaan rancang-bangun menanggung risiko yang signifikan.

Setelah konstruksi selesai, tim rancang-bangun meninjau proyek dengan pemilik untuk penerimaan akhir dan kemudian menyerahkan proyek tersebut kepada pemilik.

Keuntungan Rancang-Bangun
Rancang-bangun semakin populer akhir-akhir ini, karena banyak pemilik menyadari manfaatnya untuk proyek mereka. Berikut ini adalah beberapa manfaat dan kekurangan dari metode rancang-bangun.

Jadwal yang lebih singkat
Salah satu aspek yang paling menguntungkan dari rancang-bangun adalah kemampuannya untuk memadatkan jadwal konstruksi. Karena tim desain dan tim pembangunan dikontrak bersama, tim kontraktor tidak perlu menunggu penyelesaian desain untuk mulai membangun. Konstruksi dapat dimulai pada fase proyek yang lebih awal sebelum desain akhir selesai.

Aspek ini dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk jadi, terutama untuk proyek-proyek besar dengan waktu yang lama.

Penghematan biaya
Metode rancang-bangun membuka pintu untuk kolaborasi yang signifikan antara berbagai pemangku kepentingan dalam proyek konstruksi. Ketika pemilik proyek, kontraktor, dan desainer menggunakan keahlian gabungan mereka untuk mengoptimalkan desain dan konstruksi proyek, mereka dapat menghemat biaya dengan menghindari kesalahan dan pengerjaan ulang yang sering kali menyebabkan pembengkakan biaya.

Kualitas proyek
Metode rancang-bangun menempatkan kontraktor dan desainer dalam satu tim yang sama dan dapat bekerja sama melalui rencana proyek. Ketika hubungan ini berjalan dengan baik, produk yang dihasilkan dapat memperoleh manfaat dari keahlian masing-masing. Ini adalah perbedaan besar antara metode rancang-bangun dan rancang-bangun-tender: Pada model pengiriman yang terakhir, kontraktor hanya bekerja dengan desain setelah selesai.

Pengalihan risiko
Model-model pelaksanaan proyek sangat berbeda dalam hal pendistribusian risiko. Dalam model rancang-bangun tradisional, pemilik menanggung risiko yang signifikan dan dapat kehilangan uang jika, misalnya, desain yang telah disetujui harus diubah setelah konstruksi dimulai. Model rancang-bangun mengambil sebagian besar risiko dari pemilik proyek dan menempatkannya pada tim rancang-bangun.

Tantangan dengan Rancang-Bangun
Kontrak rancang-bangun tidak ideal untuk setiap situasi - atau semua pemangku kepentingan. Mengidentifikasi kelemahan metode ini penting untuk membantu mengimplementasikan perencanaan yang tepat.

Konflik penjadwalan
Meskipun jadwal yang dipadatkan dapat menguntungkan pemilik dan perancang-bangun, namun hal ini menimbulkan banyak masalah bagi tim rancang-bangun. Para pembangun harus mengelola konstruksi sambil secara bersamaan berkonsultasi tentang desain lebih lanjut. Selain itu, jadwal yang dipersingkat dapat berdampak pada tingkat risiko bagi perancang-bangun, karena banyak faktor yang tidak diketahui saat konstruksi dimulai.

Ketidakpastian biaya
Penghematan biaya hanya mungkin dilakukan oleh perancang-bangun jika tim telah mengelola penawaran yang akurat, yang bisa jadi sangat sulit tanpa adanya desain yang lengkap.

Kesenjangan komunikasi
Tim rancang-bangun yang tidak bekerja sama secara efektif dapat mengakibatkan kesulitan yang cukup besar bagi kontraktor yang ditinggalkan dengan desain yang tidak dapat dibangun, namun memikul tanggung jawab untuk menghasilkan proyek yang berkualitas. Hubungan antara kontraktor dan perancang sangat penting untuk keberhasilan proyek dalam model rancang-bangun.

Memahami Proses Rancang-Bangun
Rancang-bangun adalah model tradisional yang digerakkan oleh pemilik proyek. Pemilik yang menggunakan model pengiriman desain-tawaran-bangun pertama-tama menandatangani kontrak untuk merancang proyek dengan tim arsitektur dan teknik, kemudian membuat perjanjian terpisah dengan kontraktor umum untuk menyelesaikan pembangunan.

Pada proyek rancang-bangun-bangun, pemilik, arsitek, dan insinyur akan bekerja sama untuk menyelesaikan desain sebelum kontraktor mengajukan penawaran pada proyek tersebut.

Setelah desain selesai sepenuhnya, pemilik akan mengadakan proses penawaran untuk memutuskan kontraktor umum mana yang akan mengerjakan proses selanjutnya. Ketika pemilik memberikan proyek kepada kontraktor, kedua belah pihak membuat perjanjian dan proses konstruksi dimulai.

Selama konstruksi, kontraktor umum memiliki proses pembangunan, dan menyelesaikan perintah perubahan untuk setiap bagian dari rencana yang tidak berfungsi atau perlu diubah. Kontraktor mengajukan perubahan yang diperlukan bersama dengan penawaran untuk biaya tambahan yang akan dihasilkan, dan pemilik menandatangani perubahan tersebut.

Setelah konstruksi selesai, kontraktor meninjau proyek akhir dengan pemilik dan menyerahkan produk yang telah selesai kepada pemilik.

Manfaat Desain-Tawar-Bangun
Untuk waktu yang lama, rancang-bangun dianggap sebagai standar industri. Sifatnya yang tersegmentasi dapat meminimalkan konflik dan memungkinkan semua tim untuk fokus pada peran masing-masing, tetapi dapat memperlambat proses konstruksi.

Pemisahan Peran
Ketika tim proyek menandatangani kontrak terpisah, mereka bisa fokus pada bidang keahlian mereka. Desainer tidak perlu mendengar suara kontraktor saat mereka mendesain, dan kontraktor dapat fokus pada pembangunan tanpa perlu khawatir mengawasi desain. Setiap tim bertanggung jawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan peran mereka yang sangat spesifik.

Kepastian Biaya
Rancang-bangun memungkinkan finalisasi desain yang lengkap sebelum penawaran, sehingga kontraktor terkadang dapat memberikan penawaran dan proyeksi biaya yang lebih akurat.

Proses Penawaran yang Lebih Kompetitif
Peluang penawaran desain hanya terbuka dan tersedia untuk tim yang dapat mengerjakan seluruh proyek. Sebaliknya, peluang rancang-bangun terbuka untuk lebih banyak pilihan desainer dan kontraktor - peluang membangun yang kompetitif dapat menurunkan harga dan memperkenalkan pemilik pada pilihan pembangun yang baru.

Kontrol Pemilik
Model penyampaian desain-tawaran-bangun memungkinkan pemilik untuk mempertahankan kontrol yang lebih besar terhadap proyek. Pemilik dapat memilih tim desain dan konstruksi yang diinginkan secara terpisah, tidak harus puas dengan tim desain-bangun yang sudah dikemas sebelumnya. Karena desainer dan pembangun tetap terpisah dan didefinisikan dengan jelas, pemilik proyek dapat memperoleh manfaat dari peningkatan transparansi dalam proses proyek.

Tantangan dengan Desain-Tawaran-Bangun
Kesenjangan Komunikasi

Kelemahan dari pemisahan peran adalah kurangnya pengaruh kontraktor terhadap desain. Kontraktor harus mengajukan perintah perubahan untuk mengubah rencana jika desain mengandung ketidakefisienan atau ketidakmungkinan.

Peningkatan Biaya
Jika perintah perubahan diperlukan setelah konstruksi dimulai, akan ada peningkatan biaya yang terkait dengan proyek, tetapi biaya tersebut akan dibebankan kepada pemilik.

Lebih Banyak Risiko
Dengan meningkatnya kontrol, maka akan ada peningkatan risiko bagi pemilik. Sementara metode rancang-bangun memberikan tanggung jawab penuh kepada tim DB untuk penyelesaian proyek, metode rancang-bangun mengontrakkan proses tertentu, sehingga sebagian besar tanggung jawab untuk perubahan dan tantangan diserahkan kepada pemilik.

Membandingkan Rancang-Bangun vs Rancang-Bangun
Rancang-bangun telah menjadi alternatif yang cukup populer untuk model pelaksanaan konstruksi tradisional desain-tawar-bangun bagi banyak pemilik proyek. Namun model ini tidak cocok untuk semua situasi, dan tidak semua pemangku kepentingan setuju bahwa ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikannya.

Pemilik yang memilih rancang-bangun harus bersedia menyerahkan sebagian besar kendali proyek, tetapi juga menikmati pengurangan risiko.

Rancang-bangun dapat memadatkan jadwal dengan margin yang signifikan untuk proyek-proyek yang sangat besar dan memakan banyak waktu. Beberapa proyek infrastruktur besar yang diproyeksikan memakan waktu lebih dari dua dekade dengan menggunakan metode rancang-bangun, dapat diselesaikan dalam waktu lima tahun dengan menggunakan rancang-bangun. Perbedaan waktu yang begitu besar dapat membuat atau menghancurkan kelayakan proyek.

Keberhasilan proyek rancang-bangun dapat bergantung pada tingkat kepercayaan dan kolaborasi dalam tim rancang-bangun. Setelah pemilik menandatangani kontrak, tim rancang-bangun bertanggung jawab untuk melaksanakannya - perancang dan kontraktor harus bekerja sama, berkompromi, dan memiliki pemahaman yang baik ketika perubahan diperlukan untuk membuat proyek berjalan.

Ketika kemitraan ini berhasil, hal ini dapat mengurangi jumlah pesanan perubahan yang mahal dan memakan waktu serta menghasilkan proyek yang lebih baik. Jika tidak, akan ada tekanan yang signifikan pada kontraktor untuk bekerja dengan desain yang tidak sesuai atau menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk menanggung biaya perubahan.

Terlepas dari metode pelaksanaan proyek yang digunakan, organisasi yang jelas dan konsisten serta aksesibilitas informasi proyek dan komunikasi yang terbuka dapat membantu menumbuhkan pemahaman dan keberhasilan proyek secara keseluruhan.

Sumber: procore.com

Selengkapnya
Rancang-Bangun vs Desain-Tender-Bangun: Mana yang Tepat untuk Proyek Anda?

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Bagaimana AI Merevolusi Manajemen Proyek Konstruksi

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 20 Juni 2024


Proyek konstruksi bersifat dinamis, dengan banyak bagian yang bergerak, dan rentan terhadap kegagalan. Proyek-proyek ini sering kali menghadapi pembengkakan biaya, penundaan, dan masalah keselamatan. Sebuah studi memperkirakan bahwa 98% dari megaproyek mengalami pembengkakan anggaran lebih dari 30%.

Dalam bidang yang membutuhkan manajemen yang ketat, kecerdasan buatan (AI) dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan tingkat keberhasilan. AI dalam manajemen konstruksi menawarkan solusi yang memanfaatkan machine learning (ML), analisis data, dan visi komputer.

AI dapat mendorong industri konstruksi, meningkatkan hasil bagi semua pemangku kepentingan. Kami mengeksplorasi berbagai kasus penggunaan AI dan nilai yang ditawarkan teknologi ini untuk manajemen proyek konstruksi.

Kasus Penggunaan AI Dalam Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi menuntut manajemen yang adaptif karena adanya perubahan yang muncul dari desain, gangguan cuaca, material, dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem berbasis AI dapat membantu mengatasi masalah tersebut dengan mengotomatiskan tugas dan merampingkan aktivitas di luar dan di dalam proyek. 

Berikut adalah 6 cara AI dapat meningkatkan manajemen proyek konstruksi.

Dokumentasi Proyek Konstruksi dengan AI
Manajer proyek konstruksi menangani berbagai bentuk dokumentasi dan komunikasi secara teratur, mulai dari jadwal hingga perintah kerja. Komunikasi yang buruk, koordinasi yang tidak memadai, perubahan, dan versi dokumen yang berbeda bisa sangat membebani, dan kesalahan bisa sangat merugikan. 

Statistik menunjukkan bahwa sekitar 47% manajer memproses data secara manual. Hal ini dapat memakan waktu dan rawan kesalahan. 

Solusi AI dan pembelajaran mesin dapat membantu para pemangku kepentingan memiliki visibilitas, komunikasi, dan dokumentasi proyek yang lebih baik. Solusi ini dapat menghubungkan dokumen-dokumen seperti perintah perubahan, gambar, dan spesifikasi bangunan.

Pemrosesan bahasa alami (NLP) memungkinkan untuk mengotomatiskan pengambilan informasi dari dokumentasi. Selain itu, aplikasi berkemampuan AI tersebut dapat menghasilkan draf laporan, mendeteksi dan melacak perubahan dokumen.

Selain itu, video streaming langsung, fotografi selang waktu, pemindai, dan laser dapat menangkap informasi tentang interior dan eksterior konstruksi. Semua ini dapat ditandai, diurutkan, dan digunakan untuk dokumentasi dan pelaporan kemajuan.

Penjadwalan dan Alokasi Sumber Daya yang Didukung AI
Penjadwalan proyek konstruksi adalah langkah penting yang dirancang untuk menetapkan dan mencocokkan urutan kegiatan dengan sumber daya yang dibutuhkan. 

Manajer proyek menggunakan rencana tersebut untuk kontrol kemajuan, memeriksa apakah kemajuan aktual selaras dengan kemajuan yang direncanakan. Namun, lingkungan konstruksi sangat kompleks, sering kali dengan banyak variabel yang tidak diketahui, membuat penjadwalan menjadi masalah bagi alat manajemen proyek standar. 

Sifat berurutan dari metode penjadwalan proyek standar mengalami banyak inefisiensi, tidak dapat menangkap gangguan yang dipicu oleh faktor internal dan eksternal. 

Penjadwal yang didukung AI dapat menganalisis berbagai saling ketergantungan yang diperlukan untuk penyelesaian proyek dan menghasilkan berbagai opsi penjadwalan. Alat manajemen proyek yang disempurnakan dengan AI dapat membantu menentukan sumber daya yang optimal untuk setiap tahap proyek. Kemampuan AI untuk mensintesis data dalam jumlah besar dengan cepat dan memberikan wawasan dapat membantu manajer proyek menggunakan sumber daya secara efisien.

Sebagai contoh, Ananda Development, sebuah perusahaan konstruksi yang mengembangkan proyek gedung bertingkat di Bangkok, Thailand, menggunakan penjadwal bertenaga AI pada awal proyek. Solusi ini mengeksplorasi berbagai jalur dan membantu tim mengidentifikasi jalur terbaik. Pada akhirnya, perusahaan memangkas biaya dan durasi proyek sebesar 208 hari.

AI untuk Pelacakan Kemajuan Otomatis dan Pengambilan Keputusan
Ada beberapa variabel yang harus dilacak oleh manajer konstruksi di sepanjang siklus hidup proyek konstruksi. Metode standar pelacakan kemajuan dan penilaian KPI terbatas karena ketergantungan pada foto dan inspeksi lokasi.

Kemajuan di lokasi dapat ditangkap menggunakan dokumentasi video dan foto 360°, yang dapat ditandai untuk pelacakan yang akurat. Hal ini memungkinkan untuk melacak kemajuan dan tingkat pekerjaan secara visual bahkan mendekati waktu nyata. Selain itu, para pemangku kepentingan dapat membandingkan data di lapangan dengan rencana konstruksi dari platform seperti Building Information Modeling (BIM).

 Analisis prediktif juga membantu manajer proyek membuat keputusan secara proaktif. Algoritma seperti jaringan syaraf tiruan (JST) dapat digunakan untuk memodelkan solusi yang memungkinkan peramalan kendala proyek yang berbeda, seperti biaya.

Mace, sebuah perusahaan konstruksi yang berbasis di London, menerapkan solusi bertenaga AI untuk pelacakan kemajuan saat membangun salah satu bandara terbesar di Eropa. Mengotomatiskan pelacakan kemajuan membantu manajer proyek mengidentifikasi area di mana konstruksi perlu dikejar. Wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari solusi ini memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan korektif lebih awal, membatasi penundaan dan pada akhirnya menghemat 4.200 jam kerja. 

Manajemen Risiko dan Keamanan Lokasi
Proyek konstruksi penuh dengan risiko dan bahaya keselamatan. Pendekatan tradisional terhadap manajemen risiko dipenuhi dengan ambiguitas dan bias dari penilaian subjektif. Namun, AI dapat menjadi alat yang sangat baik untuk manajemen risiko, bahkan di lingkungan yang tidak dapat diprediksi. 

Alat manajemen proyek yang didukung AI dapat membantu mendeteksi, menilai, memantau, dan memitigasi risiko. Alat-alat tersebut juga dapat merampingkan pelaporan insiden, mengidentifikasi masalah, dan menyarankan langkah-langkah perbaikan.

AI dapat memproses data dalam jumlah besar yang terkait dengan proyek-proyek sebelumnya dan saat ini untuk mengekstrak wawasan yang berharga. Teknik seperti pembelajaran mesin dan jaringan syaraf dapat menangkap saling ketergantungan antara penyebab dan kecelakaan dan mengevaluasi tingkat keparahan risiko.

Manajer konstruksi dan kontraktor dapat menggunakan alat tersebut untuk menganalisis dan mengantisipasi risiko proyek secara proaktif. Mereka dapat terus memantau data proyek, termasuk pemanfaatan sumber daya, metrik kinerja, dan faktor eksternal. Alat-alat tersebut dapat mendeteksi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dan membantu mengelola dampak hilir.  

Beberapa area risiko yang dapat dibantu oleh alat bertenaga AI antara lain:

Merampingkan operasi di lokasi konstruksi
Rantai pasokan dan manajemen sumber daya


Pemantauan anggaran
Manajer proyek konstruksi diharapkan dapat memandu proyek hingga selesai dengan sukses. Namun, kecelakaan di lokasi kerja sering kali berdampak buruk pada penyelesaian proyek, termasuk berkurangnya produktivitas, meningkatnya biaya asuransi, dan bahkan cedera. Diperkirakan 6%-9% dari keterlambatan proyek diakibatkan oleh kecelakaan di lokasi .

Alat AI yang didukung oleh visi komputer dapat membantu memantau lokasi konstruksi untuk mencegah insiden. Umpan video dan gambar dari lokasi dapat dianalisis secara real-time untuk mengidentifikasi potensi bahaya. 

Pengamatan dapat membantu manajer proyek mendukung percakapan keselamatan, sehingga membantu meringankan situasi berbahaya. 

Drone dan kamera bertenaga AI dapat terus memantau lokasi konstruksi, membantu menandai situasi yang tidak aman. 

Humphrey Rich Construction Group menggunakan solusi bertenaga AI yang membantu visibilitas dan keselamatan proyek. Alat ini menggunakan mesin penglihatan yang menangkap aktivitas waktu nyata di lokasi kerja. Manajer keselamatan dan konstruksi dapat berkeliling lokasi secara virtual, membantu menandai bahaya keselamatan.

Pembelajaran Mesin untuk Estimasi Biaya Konstruksi
Kegiatan estimasi biaya proyek konstruksi masih kompleks dan memakan waktu. Metode tradisional sering kali bergantung pada pendekatan kualitatif oleh para ahli biaya, yang dapat menyebabkan ketidakakuratan dan variabilitas. Metodologi digital juga kesulitan memperhitungkan karakteristik unik proyek dan kompleksitas lain yang tidak terlihat. 

Penggunaan ML untuk masalah ini memanfaatkan kemampuannya untuk membangun hubungan di antara variabel-variabel multidimensi dan kompleks. Data dari proyek-proyek sebelumnya dapat melatih algoritme untuk mengidentifikasi tren, pola, dan memprediksi biaya dengan cepat. Algoritma seperti ANN dan deep neural network (DNN) telah terbukti berhasil dalam estimasi biaya pada proyek konstruksi.

Model biaya prediktif memberikan manajer proyek biaya yang akurat tergantung pada variabel spesifik proyek. Dengan memahami dan melacak faktor-faktor yang memengaruhi biaya, manajer proyek dapat secara proaktif membuat keputusan, memproyeksikan anggaran, dan melakukan analisis nilai yang diperoleh. 

Beberapa keuntungan menggunakan AI untuk memperkirakan biaya konstruksi antara lain:

  • Pengurangan waktu yang signifikan untuk menghasilkan estimasi biaya yang akurat
  • Menurunkan biaya prakonstruksi
  • Perincian biaya yang terperinci
  • Kemampuan untuk menyelidiki parameter yang memengaruhi biaya.

Kontrol Kualitas Berbasis AI Dalam Konstruksi
Tantangan seperti pemantauan yang tidak konsisten, material di bawah standar, dan pengawasan yang tidak memadai mempengaruhi kualitas proyek konstruksi. Sebagai contoh, hanya 5%-10% dari rencana proyek konstruksi yang menjalani verifikasi, sehingga menyisakan ruang untuk penyimpangan rencana. Hal ini dapat menyebabkan masalah keselamatan, keterlambatan, dan pembengkakan anggaran.

Sistem berbasis AI dapat digunakan untuk inspeksi dan pemantauan lokasi. Drone pengintai, pemindai, sensor, dan kamera yang dipasang dapat menangkap data mentah dari lokasi konstruksi. Data ini dapat dianalisis menggunakan pengenalan gambar, pengenalan pola, dan algoritme visi komputer.

Sistem yang didukung AI dapat secara cerdas melakukan referensi silang data ini dengan spesifikasi desain, jadwal, dan anggaran proyek untuk memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti. 

Mengintegrasikan AI dengan teknologi inspeksi lain untuk memvalidasi bangunan juga dapat mengurangi masalah kualitas secara signifikan. Alat yang didukung AI dapat membandingkan model 3D bangunan dengan data holistik dari lokasi. Misalnya, perusahaan seperti SiteAware dapat memindai lokasi konstruksi secara mandiri untuk menghasilkan kembaran digital yang akurat.

Keuntungan AI Dalam Manajemen Proyek Konstruksi
AI membantu mengoptimalkan perencanaan, mendorong produktivitas, meningkatkan keselamatan, dan memengaruhi pengambilan keputusan. Hal ini juga sejalan dengan para pemimpin industri terkemuka seperti Co-CEO Built On Vision, George Gourbran, yang percaya bahwa AI akan membantu perusahaan konstruksi memangkas biaya dan merampingkan operasi. 

Berikut adalah manfaat menggunakan AI untuk manajemen proyek konstruksi.

  • Membatasi pembengkakan biaya: Proyek konstruksi dikenal dengan pembengkakan anggaran. AI dapat membantu mengoptimalkan alur kerja dan menjaga proses konstruksi tetap berada di jalur kritis. Alat bantu seperti penjadwalan AI dapat mengungkap dan menyarankan urutan proyek alternatif karena kemampuannya untuk memenuhi berbagai variabel. Pada akhirnya, penggunaan jadwal yang optimal dan kontrol kualitas yang efektif dapat membantu mengurangi jam kerja dan membatasi penundaan proyek.
  • Manajemen risiko yang lebih baik: Kecerdasan AI dan visi komputer terus membantu perusahaan konstruksi menghindari penundaan yang disebabkan oleh insiden keselamatan. Para pemangku kepentingan dapat menerima peringatan waktu nyata kapan pun sistem bertenaga AI mendeteksi masalah keselamatan. Melacak kepatuhan keselamatan menjadi mungkin dengan kamera yang merekam aktivitas di lokasi kerja secara real-time .  
  • Meningkatkan produktivitas - Penjadwalan AI, pelacakan kemajuan otomatis, dan manajemen risiko yang lebih baik adalah beberapa kasus penggunaan AI yang meningkatkan produktivitas. Alat-alat ini dapat memperingatkan manajemen tentang penyimpangan, membantu mengurangi risiko proyek. Alat-alat ini membantu para pemangku kepentingan dalam memangkas inefisiensi yang timbul dari tugas-tugas yang berulang dan proses manual.
  • Pelacakan kemajuan konstruksi otomatis - Kamera dan drone berkemampuan AI dapat menandai dan menyampaikan data yang relevan kepada para pemangku kepentingan secara real-time. Hal ini membantu memantau kemajuan secara efektif, melakukan referensi silang terhadap rencana untuk memeriksa setiap penyimpangan. Hal ini juga membantu kontrol kualitas dan kepatuhan.

Kesimpulan

Kompleksitas dalam industri konstruksi dan ketersediaan data merupakan beberapa faktor yang membuat sektor konstruksi siap untuk inovasi. Manajemen proyek konstruksi dapat memperoleh banyak manfaat dari mengintegrasikan AI ke dalam alur kerja yang berbeda.

AI telah membantu mengurai masalah penjadwalan dengan mengungkap berbagai jalur yang dapat diambil oleh sebuah proyek. Selain itu, teknologi ini terbukti bermanfaat dalam meningkatkan keselamatan di lokasi konstruksi, mengingat bahaya yang terkait dengan lokasi tersebut. 

Ke depannya, AI akan memainkan peran penting dalam bagaimana proyek konstruksi dikelola. Ini akan meningkatkan upaya manusia di berbagai proses konstruksi, membantu kita menjadi lebih produktif.

Sumber: numalis.com

Selengkapnya
Bagaimana AI Merevolusi Manajemen Proyek Konstruksi
« First Previous page 5 of 52 Next Last »