Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi elemen krusial dalam industri manufaktur untuk melindungi pekerja dari risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini terdiri dari empat sub-studi yang mencakup:
Data dikumpulkan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, termasuk analisis statistik regresi binomial negatif dan wawancara semi-terstruktur.
Penelitian ini menemukan bahwa meskipun perusahaan yang telah tersertifikasi OHSAS 18001 memiliki dokumentasi yang lebih baik, implementasi standar ini tidak selalu berkorelasi langsung dengan penurunan kecelakaan kerja.
Perbedaan Iklim Keselamatan antara Perusahaan Bersertifikasi dan Non-Bersertifikasi
Melalui wawancara dengan 16 manajer perusahaan, ditemukan beberapa hambatan utama dalam penerapan sistem K3:
Studi ini mengungkapkan bahwa sertifikasi OHSAS 18001 bukanlah jaminan langsung untuk peningkatan keselamatan kerja. Beberapa poin penting yang dapat diperhatikan:
Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan sistem manajemen K3 tidak hanya bergantung pada sertifikasi formal, tetapi juga pada implementasi yang efektif, komitmen manajemen, serta keterlibatan pekerja. Untuk meningkatkan efektivitas OHSAS 18001, perusahaan perlu memperkuat pelatihan, meningkatkan partisipasi pekerja, dan mengintegrasikan sistem K3 dengan strategi bisnis mereka.
Sumber: Ghahramani, A. Assessment of Occupational Health and Safety Management Systems Status and Effectiveness in Manufacturing Industry. University of Helsinki, 2017.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam dunia industri untuk melindungi pekerja dari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan mereka. Penelitian ini melakukan tinjauan sistematis terhadap 80 paper yang diterbitkan antara tahun 2003 hingga 2018. Makalah-makalah ini diklasifikasikan berdasarkan:
Analisis ini bertujuan untuk memahami bagaimana metode berbasis MCDM dan fuzzy MCDM digunakan dalam berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, konstruksi, energi, dan transportasi.
Beberapa contoh implementasi metode MCDM dalam penilaian risiko K3 yang dibahas dalam paper ini meliputi:
Paper ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis MCDM sangat efektif dalam menangani kompleksitas penilaian risiko K3. Namun, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
Penelitian ini memberikan wawasan mendalam mengenai peran metode berbasis MCDM dan fuzzy MCDM dalam penilaian risiko K3. Dengan memahami berbagai metode ini, industri dapat memilih pendekatan yang paling sesuai untuk mengurangi kecelakaan dan meningkatkan keselamatan pekerja.
Sumber: Gül, M. A Review of Occupational Health and Safety Risk Assessment Approaches Based on Multi-Criteria Decision-Making Methods and Their Fuzzy Versions. Human and Ecological Risk Assessment: An International Journal, Vol. 24 No. 7, 2018, Hal. 1723-1760.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Pada akhir abad ke-19, industrialisasi yang pesat membawa peningkatan kecelakaan kerja yang signifikan. Dengan meningkatnya penggunaan mesin berat dan bahan kimia berbahaya, para pekerja menghadapi risiko tinggi terhadap cedera dan penyakit akibat kerja. Data dari artikel menunjukkan bahwa:
Perjuangan panjang buruh dan aktivis kesehatan akhirnya menghasilkan undang-undang yang lebih progresif:
Dalam penelitian ini, Rosner dan Markowitz menyoroti bagaimana kebijakan OSHA telah mengurangi angka kecelakaan kerja:
Namun, artikel ini juga mencatat bahwa perlawanan dari industri terus berlanjut:
Rosner dan Markowitz menekankan bahwa keselamatan kerja bukan hanya masalah regulasi tetapi juga pertarungan antara kepentingan buruh dan industri. Beberapa poin penting yang dapat diambil dari artikel ini adalah:
Artikel ini memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah dan dinamika kebijakan K3 di Amerika Serikat. Meskipun telah banyak kemajuan, tantangan masih tetap ada, terutama dalam menghadapi tekanan dari sektor industri yang ingin melonggarkan regulasi. Keselamatan pekerja harus tetap menjadi prioritas utama, dan penelitian seperti ini membantu menyoroti pentingnya regulasi yang kuat untuk melindungi hak-hak pekerja.
Sumber: Rosner, D., & Markowitz, G. A Short History of Occupational Safety and Health in the United States. American Journal of Public Health, Vol. 110, No. 5, 2020, Hal. 622-628.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Industri katering di China berkembang pesat seiring dengan meningkatnya standar hidup masyarakat. Namun, pertumbuhan ini juga diiringi dengan tingginya angka kecelakaan kerja dan permasalahan kesehatan akibat kondisi kerja yang tidak aman. Dalam makalah "A Discussion of Occupational Health and Safety Management for the Catering Industry in China" oleh Chen Qiang dan Wan Ki Chow, yang diterbitkan dalam International Journal of Occupational Safety and Ergonomics (2007), dibahas pentingnya penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di industri katering China.
Menurut data tahun 2002, terdapat lebih dari 3,5 juta tempat makan di China yang mempekerjakan lebih dari 18 juta orang. Dengan jumlah tenaga kerja yang besar, risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi perhatian utama. Beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya risiko K3 di industri katering meliputi faktor lingkungan kerja seperti suhu tinggi, ventilasi buruk, dan paparan zat karsinogenik dari asap memasak. Selain itu, kurangnya standar keselamatan, seperti tidak adanya tanda darurat, kondisi lantai yang licin, serta prosedur penyimpanan bahan berbahaya yang tidak tepat, turut meningkatkan risiko kecelakaan. Kurangnya pelatihan bagi pekerja terkait keselamatan kerja serta kurangnya inspeksi rutin juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi K3 di sektor ini.
Implementasi Sistem Manajemen K3 (OHSMS)
Penulis mengusulkan penerapan sistem manajemen K3 berbasis OHSAS 18001:1999 (sekarang ISO 45001). Sistem ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya, mengevaluasi risiko, dan menerapkan tindakan pengendalian untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.
Langkah-langkah utama dalam implementasi sistem ini meliputi identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan standar GB/T13861-1992 untuk mengklasifikasikan faktor bahaya, termasuk faktor fisik, kimia, biologis, serta faktor perilaku manusia. Tingkat bahaya ditentukan dengan metode LEC (Likelihood, Exposure, Consequence), yang mengukur probabilitas kecelakaan, tingkat paparan, dan dampak potensialnya.
Pengendalian teknis juga diperlukan untuk meningkatkan keselamatan kerja. Beberapa langkah yang direkomendasikan termasuk peningkatan ventilasi untuk mengurangi paparan asap berbahaya, pemasangan sistem pemurnian asap dapur, serta desain ulang dapur agar lebih ergonomis dan aman. Pencegahan kecelakaan juga harus menjadi prioritas utama, seperti pemasangan pelindung pada mesin pencacah daging dan pengaduk adonan untuk mencegah cedera mekanis, perawatan rutin peralatan listrik untuk menghindari risiko sengatan listrik, serta penggunaan alat bantu ergonomis untuk mengurangi risiko cedera akibat pengangkatan beban berat.
Selain itu, penerapan program keselamatan dan peningkatan kesadaran karyawan sangat penting. Pelatihan keselamatan harus diberikan secara rutin agar pekerja lebih sadar akan risiko kerja dan cara mengatasinya. Penegakan prosedur kerja yang lebih ketat sesuai dengan standar keselamatan nasional serta peningkatan jumlah tanda peringatan dan jalur evakuasi yang lebih jelas juga harus dilakukan.
Dalam penelitian ini, dilakukan analisis risiko di dapur restoran menggunakan metode LEC. Beberapa risiko yang diidentifikasi antara lain lantai licin yang dapat menyebabkan cedera fisik, kebocoran gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan, serta paparan asap berbahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Risiko kebocoran gas merupakan yang paling tinggi dan membutuhkan tindakan pengendalian segera, seperti inspeksi rutin dan pemasangan detektor gas.
Penelitian ini menyoroti pentingnya penerapan sistem manajemen K3 di industri katering China. Dengan meningkatnya jumlah restoran dan pekerja di sektor ini, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi prioritas. Beberapa rekomendasi utama dari penelitian ini meliputi penerapan standar OHSMS berbasis OHSAS 18001 untuk meningkatkan keselamatan kerja, peningkatan pelatihan pekerja agar lebih sadar akan risiko kerja dan cara mengatasinya, serta investasi dalam teknologi keselamatan, seperti sistem ventilasi yang lebih baik dan perangkat pelindung pada mesin dapur.
Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan industri katering di China dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber Asli
Chen Q, Chow WK. A Discussion of Occupational Health and Safety Management for the Catering Industry in China. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 13(3), 333-339.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Keselamatan industri merupakan aspek krusial dalam dunia kerja, terutama di sektor yang melibatkan risiko tinggi seperti manufaktur, pertambangan, dan energi. Artikel "A Factorial Analysis of Industrial Safety" oleh Cordelia Ochuole Omoyi dan Ayodeji Samuel Omotehinse, yang diterbitkan dalam International Journal of Engineering and Innovative Research (2021), membahas berbagai variabel yang mempengaruhi keselamatan industri serta penerapan metode statistik untuk menganalisis faktor-faktor ini.
Studi ini mengadopsi pendekatan statistik yang menggabungkan dua metode utama:
Para peneliti mengumpulkan data melalui kuesioner berbasis skala Likert 5 poin yang disebarkan kepada 22 responden yang memiliki pengalaman di industri terkait. Dari 22 kuesioner yang disebarkan, 13 di antaranya berhasil dikembalikan dan dianalisis lebih lanjut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan industri:
Work World Culture (Budaya Kerja)
Ground Rule Matters (Aturan Dasar Keselamatan)
Safety Considerations (Pertimbangan Keselamatan)
Work Condition (Kondisi Kerja)
Perception of Safety (Persepsi Terhadap Keselamatan)
Dalam penelitian ini, salah satu contoh konkret yang dianalisis adalah sektor minyak dan gas. Beberapa temuan utama dari sektor ini antara lain:
Penerapan metode PCA dalam studi ini menunjukkan bahwa dengan mengurangi jumlah variabel yang diamati, organisasi dapat lebih mudah menentukan prioritas dalam mengelola risiko keselamatan.
Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi industri dalam meningkatkan keselamatan kerja:
Artikel "A Factorial Analysis of Industrial Safety" memberikan wawasan yang mendalam tentang faktor-faktor utama yang mempengaruhi keselamatan di lingkungan industri. Dengan menerapkan pendekatan berbasis data seperti KCC dan PCA, organisasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor kritis dan mengambil tindakan preventif yang lebih efektif. Studi ini juga menyoroti pentingnya meningkatkan budaya keselamatan di tempat kerja guna mengurangi tingkat kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber Asli
Omoyi, C.O., Omotehinse, S.A. A Factorial Analysis of Industrial Safety. International Journal of Engineering and Innovative Research, 4(1), 33-43.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Dalam industri logistik yang berkembang pesat, para kurir ekspedisi menghadapi berbagai risiko kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas dan keselamatan mereka. Paper berjudul Occupational Health and Safety (OHS) Training for Expedition Couriers to be Able to Deal with Multi-Hazards oleh Reniasinta dan Evi Widowati dari Universitas Negeri Semarang membahas bagaimana pelatihan K3 dapat membantu kurir dalam menghadapi risiko kerja yang beragam. Studi ini dilakukan pada kurir ID Express Drop Point Kroya di Kabupaten Cilacap, dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja serta mengusulkan solusi berbasis pelatihan K3.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 35 kurir ekspedisi ID Express Drop Point Kroya. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur kelelahan kerja menggunakan instrumen Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), serta faktor lain seperti beban kerja, masa kerja, lama kerja, kebiasaan olahraga, dan usia.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square, Kolmogorov-Smirnov, dan Fisher. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kelelahan kerja dengan beban kerja (p=0.024), lama kerja (p=0.007), dan kebiasaan olahraga (p=0.021).
Studi ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kelelahan kerja pada kurir ekspedisi:
Berdasarkan wawancara dengan 7 kurir, ditemukan bahwa 71% mengalami gejala kelelahan seperti:
Selain itu, peningkatan belanja online selama pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan volume pengiriman, sehingga menambah tekanan kerja bagi kurir ekspedisi.
Solusi: Pentingnya Pelatihan K3
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa pelatihan K3 dapat menjadi solusi dalam mengurangi kelelahan dan meningkatkan keselamatan kerja kurir ekspedisi. Beberapa langkah yang direkomendasikan meliputi:
Paper ini menyoroti betapa pentingnya pelatihan K3 dalam industri logistik, khususnya bagi kurir ekspedisi yang menghadapi risiko kerja tinggi. Dengan menerapkan sistem pelatihan yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan kurir sekaligus menjaga produktivitas operasional. Studi ini memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan kebijakan keselamatan kerja di sektor logistik, terutama dalam menghadapi tantangan era digital yang semakin menuntut kecepatan dan efisiensi.
Sumber: Reniasinta, R., & Widowati, E. Occupational Health and Safety (OHS) Training for Expedition Couriers to be Able to Deal with Multi-Hazards. International Journal of Active Learning, Vol. 7 No. 2, 2022, Hal. 209-218.