Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Kebakaran di bangunan bertingkat tinggi menjadi tantangan besar bagi petugas pemadam kebakaran di banyak kota, termasuk Rawalpindi, Pakistan. Salah satu insiden kebakaran paling tragis terjadi di Ghakkar Plaza, Rawalpindi, pada 2008, yang menewaskan 13 petugas pemadam kebakaran. Kejadian ini menyoroti berbagai kelemahan dalam sistem tanggap darurat kebakaran, seperti kurangnya koordinasi, keterbatasan sumber daya, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan keselamatan gedung.
Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan pemadam kebakaran mengenai cara meningkatkan respons darurat kebakaran di bangunan tinggi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan 25 petugas pemadam kebakaran dari lima stasiun penyelamatan di Rawalpindi serta dua diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan 10 peserta.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur dan diskusi kelompok terfokus untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi respons darurat kebakaran. Terdapat empat aspek utama yang diteliti:
Berdasarkan wawancara, 95% responden menyatakan bahwa kurangnya peralatan dan kendaraan pemadam kebakaran menjadi tantangan utama dalam operasi pemadaman kebakaran di bangunan tinggi.
Sebanyak 90% responden melaporkan bahwa kurangnya koordinasi dengan dinas lalu lintas dan kepolisian menghambat respons kebakaran.
Menurut 95% responden, banyak bangunan di Rawalpindi yang tidak mematuhi peraturan keselamatan kebakaran.
Meskipun sebagian besar petugas telah mendapatkan pelatihan dasar, 70% responden menyatakan bahwa mereka membutuhkan pelatihan lanjutan dalam menangani kebakaran gedung tinggi.
Salah satu insiden kebakaran paling tragis yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kebakaran di Ghakkar Plaza pada 20 Desember 2008.
Insiden ini menunjukkan pentingnya implementasi sistem keselamatan kebakaran yang lebih ketat, termasuk inspeksi rutin terhadap gedung bertingkat tinggi dan peningkatan kapasitas tim pemadam kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas respons kebakaran di Rawalpindi:
1. Peningkatan Infrastruktur dan Peralatan Pemadam Kebakaran
2. Meningkatkan Koordinasi Antar-Instansi
3. Memperketat Standar Keselamatan Gedung
4. Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan Pemadam Kebakaran
Studi ini menegaskan bahwa respons pemadam kebakaran di Rawalpindi masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam aspek sumber daya, koordinasi antar-lembaga, dan kepatuhan terhadap standar keselamatan gedung. Dengan meningkatkan infrastruktur, memperkuat koordinasi, serta menerapkan regulasi yang lebih ketat, keselamatan publik dalam kebakaran bangunan tinggi dapat ditingkatkan secara signifikan.
Sumber
Akhter, S. (2014). Firefighters’ View on Improving Fire Emergency Response: A Case Study of Rawalpindi. International Journal of Humanities and Social Science, 4(7), 143-149.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Keselamatan kebakaran merupakan aspek krusial dalam berbagai jenis bangunan, terutama di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas. Risiko kebakaran di lingkungan pendidikan meningkat akibat kurangnya kesadaran keselamatan, keterbatasan sistem pemantauan kebakaran, serta keterlambatan dalam merespons insiden darurat. Paper ini bertujuan untuk mengembangkan sistem manajemen keselamatan kebakaran berbasis Internet of Things (IoT) yang memungkinkan deteksi dini, pemantauan real-time, dan optimalisasi proses evakuasi. Penelitian dilakukan di Universitas Jeddah, khususnya di Kampus Al-Faisaliah untuk perempuan, sebagai lokasi uji coba sistem ini.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan utama. Pertama, analisis kebutuhan keselamatan kebakaran dilakukan dengan meninjau regulasi yang berlaku di Arab Saudi serta melakukan survei terhadap mahasiswa dan staf mengenai kesadaran mereka terhadap bahaya kebakaran. Kedua, sistem berbasis IoT dikembangkan dengan memasang sensor suhu, asap, gas, dan deteksi keberadaan manusia di dalam gedung, serta menghubungkannya dengan sistem pemantauan berbasis cloud. Ketiga, uji coba sistem dilakukan untuk mengevaluasi keakuratan deteksi kebakaran, efektivitas respons darurat, dan kecepatan sistem dalam mengirim notifikasi kepada petugas keamanan kampus.
Statistik Kebakaran di Arab Saudi
Berdasarkan data dari Saudi Civil Defense, setiap tahun terjadi lebih dari 42.000 kebakaran, dengan rata-rata 119 insiden per hari. Sebanyak 35,41% dari kebakaran tersebut terjadi di tempat kerja, termasuk sekolah dan universitas. Penyebab utama kebakaran meliputi permintaan termal berlebihan yang mencapai 37,71%, masalah listrik sebesar 22%, serta penggunaan sumber panas terbuka. Secara finansial, kebakaran di Arab Saudi menyebabkan kerugian mencapai 49 juta Saudi Riyal atau sekitar 13 juta dolar Amerika Serikat.
Kelemahan Sistem Keselamatan Kebakaran di Universitas Jeddah
Dari hasil survei dan observasi langsung di kampus, ditemukan bahwa tingkat kesadaran keselamatan kebakaran di kalangan mahasiswa dan staf masih rendah. Tidak adanya sistem pemantauan kebakaran yang aktif selama 24 jam memperbesar potensi keterlambatan dalam mendeteksi kebakaran. Selain itu, prosedur evakuasi belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga banyak penghuni gedung tidak mengetahui jalur keluar yang aman saat terjadi keadaan darurat.
Salah satu permasalahan utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kurangnya sistem untuk melacak jumlah orang di dalam gedung saat terjadi kebakaran. Hal ini dapat memperlambat proses evakuasi karena petugas keamanan tidak memiliki data akurat mengenai siapa saja yang masih berada di dalam gedung.
Solusi Berbasis IoT untuk Manajemen Kebakaran
Sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sensor yang ditempatkan di seluruh gedung, termasuk sensor suhu, asap, dan gas beracun untuk mendeteksi kebakaran lebih awal. Sensor ini dapat membedakan antara kondisi normal dan keadaan darurat, sehingga dapat mengurangi alarm palsu yang sering terjadi pada sistem pemadam kebakaran konvensional.
Sistem ini juga dilengkapi dengan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud yang memungkinkan petugas keamanan untuk memantau suhu ruangan, tingkat asap, serta jumlah orang di dalam gedung secara langsung. Jika sistem mendeteksi parameter yang melebihi ambang batas, maka alarm akan berbunyi secara otomatis, disertai dengan lampu peringatan di dalam gedung. Selain itu, notifikasi segera dikirim melalui SMS ke ponsel petugas keamanan kampus, memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat.
Salah satu fitur unggulan sistem ini adalah kemampuannya untuk melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung selama keadaan darurat. Data ini sangat berguna bagi tim pemadam kebakaran dalam menyusun strategi evakuasi yang lebih efektif, sehingga meminimalkan potensi korban jiwa.
Implementasi di Kampus Al-Faisaliah
Untuk menguji efektivitas sistem ini, uji coba dilakukan di Gedung 11, Universitas Jeddah. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi kebakaran dalam waktu kurang dari 10 detik, jauh lebih cepat dibandingkan sistem manual yang mengandalkan alarm asap konvensional. Dengan sistem notifikasi otomatis, waktu respons petugas keamanan dapat dikurangi hingga 40%, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan lebih cepat.
Keakuratan sistem pemantauan mencapai lebih dari 90%, dengan tingkat alarm palsu yang sangat rendah, yaitu di bawah 5%. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan IoT dalam manajemen kebakaran dapat meningkatkan efektivitas sistem keselamatan secara signifikan dibandingkan metode konvensional.
Perbandingan dengan Sistem Konvensional
Dibandingkan dengan sistem pemadam kebakaran tradisional, sistem berbasis IoT yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki beberapa keunggulan utama. Pertama, deteksi kebakaran jauh lebih cepat karena menggunakan berbagai jenis sensor yang dapat mendeteksi suhu tinggi, asap, serta gas beracun secara bersamaan. Kedua, sistem notifikasi otomatis memungkinkan informasi darurat disampaikan secara langsung ke petugas keamanan tanpa perlu menunggu laporan dari penghuni gedung. Ketiga, kemampuan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap kondisi di dalam gedung, memungkinkan respons yang lebih cepat dan terkoordinasi.
Selain itu, sistem ini juga mampu melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung saat terjadi kebakaran, fitur yang tidak tersedia pada sistem konvensional. Dengan informasi ini, petugas pemadam kebakaran dapat menentukan strategi evakuasi yang lebih efektif dan memastikan tidak ada orang yang tertinggal di dalam gedung.
Rekomendasi untuk Implementasi Lebih Luas
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keselamatan kebakaran di institusi pendidikan lainnya adalah:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem keselamatan kebakaran berbasis IoT memiliki potensi besar dalam meningkatkan keamanan di lingkungan pendidikan. Dengan fitur seperti deteksi dini, pemantauan real-time, serta notifikasi otomatis, sistem ini dapat mengurangi risiko kebakaran, mempercepat proses evakuasi, dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Implementasi sistem ini di Universitas Jeddah membuktikan bahwa penggunaan teknologi cerdas dalam manajemen kebakaran dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas respons darurat. Oleh karena itu, sistem serupa dapat diterapkan di kampus dan sekolah lain untuk meningkatkan keselamatan penghuni gedung serta meminimalkan potensi kerugian akibat kebakaran.
Sumber Asli Paper
Kamel, S., Jamal, A., Omri, K., & Khayyat, M. (2022). An IoT-based Fire Safety Management System for Educational Buildings: A Case Study. International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 13(7), 765-771.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Kesiapsiagaan terhadap kebakaran dan keadaan darurat merupakan aspek vital dalam operasional layanan pemadam kebakaran. Studi ini menyoroti bagaimana pendekatan EPA dapat digunakan untuk menentukan skala layanan pemadam kebakaran di dua layanan pemadam kebakaran antarmunicipalitas (IMFRS) di Norwegia. Dengan menggunakan metode berbasis analisis risiko, penelitian ini memberikan wawasan tentang cara optimal mengalokasikan sumber daya pemadam kebakaran agar lebih efektif dalam menangani berbagai jenis insiden.
Konteks dan Tantangan dalam Kesiapsiagaan Pemadam Kebakaran
Layanan pemadam kebakaran menghadapi berbagai tantangan dalam menyusun rencana tanggap darurat. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya standarisasi dalam perencanaan darurat. Analisis menunjukkan bahwa perencanaan darurat di berbagai daerah belum memiliki standar yang seragam, sehingga pendekatan berbasis pengalaman subjektif sering digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, kesulitan menghubungkan analisis risiko dengan skalasi layanan menjadi masalah utama. Banyak layanan pemadam kebakaran tidak secara sistematis menghubungkan analisis risiko dengan jumlah personel dan peralatan yang dibutuhkan.
Kebutuhan akan model yang lebih terstruktur juga menjadi perhatian penting. Industri minyak dan gas di Norwegia telah menerapkan model EPA secara lebih ketat, yang berkontribusi terhadap tingkat risiko rendah. Namun, model ini belum sepenuhnya diadopsi dalam layanan pemadam kebakaran umum.
Metodologi dan Pendekatan yang Digunakan
Studi ini mengadopsi pendekatan berbasis analisis risiko yang melibatkan identifikasi risiko, analisis dan skalasi sumber daya, serta implementasi dan evaluasi strategi kesiapsiagaan. Identifikasi risiko dilakukan dengan menilai berbagai skenario yang dapat dihadapi layanan pemadam kebakaran. Kemudian, EPA digunakan untuk menentukan sumber daya dan struktur organisasi yang diperlukan. Setelah itu, efektivitas strategi kesiapsiagaan yang diterapkan dievaluasi untuk memastikan efisiensi respons dalam situasi darurat.
Temuan Utama dalam Studi
Paper ini menganalisis dua layanan pemadam kebakaran antarmunicipalitas. IMFRS-I, yang berlokasi di Norwegia Barat, melayani sembilan kotamadya dengan lebih dari 100.000 penduduk dan mengandalkan kombinasi petugas pemadam kebakaran penuh waktu dan paruh waktu. Layanan ini menganalisis 43 skenario risiko, dengan ancaman utama meliputi kecelakaan transportasi berat, kebakaran industri, dan kawasan hutan.
Sementara itu, IMFRS-II yang berada di Norwegia Selatan mencakup tujuh kotamadya dengan populasi sekitar 70.000 jiwa. Dengan delapan stasiun pemadam kebakaran dan 190 personel, layanan ini mengidentifikasi 49 skenario risiko, termasuk kebakaran di rumah sakit dan pusat perbelanjaan.
Beberapa kategori risiko yang diidentifikasi dalam kedua layanan ini mencakup kebakaran di laut, kecelakaan transportasi, kebakaran di bangunan tua, serta kebakaran dengan bahan berbahaya. IMFRS-I juga menghadapi risiko kebakaran industri dan kebakaran hutan, sementara IMFRS-II lebih menyoroti ancaman kebakaran di pusat perbelanjaan dan rumah sakit.
Skalasi Sumber Daya dalam Situasi Nyata
Paper ini memberikan contoh bagaimana layanan pemadam kebakaran menggunakan EPA untuk menentukan kebutuhan respons dalam insiden tertentu. Salah satu skenario yang dianalisis adalah kebakaran di bangunan tua yang padat penghuni di IMFRS-I. Dalam fase alarm dan mobilisasi, layanan pemadam kebakaran mengaktifkan alarm dan mengirim unit dalam waktu sekitar 20 menit. Setelah itu, mereka tiba di lokasi dalam waktu empat menit dan langsung melakukan koordinasi respons awal. Dalam tahap pemadaman dan evakuasi, sepuluh petugas tambahan dikerahkan untuk menyelamatkan penghuni dan menahan penyebaran api dalam waktu 15 menit.
Setelah api berhasil dikendalikan, fase stabilisasi berlangsung selama sekitar 80 menit dengan bantuan tanki air tambahan. Terakhir, tahap normalisasi yang mencakup pembersihan dan pemulihan lokasi memakan waktu hingga enam jam dengan bantuan dua petugas konservasi. Data menunjukkan bahwa respons yang lebih cepat dan lebih terorganisir memungkinkan layanan pemadam kebakaran mengendalikan kebakaran dalam waktu yang lebih singkat, mengurangi risiko cedera dan kerusakan properti.
Rekomendasi untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Darurat
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi utama diberikan. Pertama, menerapkan EPA secara luas dapat membantu layanan pemadam kebakaran di berbagai negara meningkatkan kesiapan mereka. Kedua, diperlukan pengembangan standar nasional untuk perencanaan darurat agar semua layanan pemadam kebakaran dapat menghubungkan analisis risiko dengan pengelolaan sumber daya mereka secara lebih efektif.
Ketiga, peningkatan pelatihan berbasis skenario sangat dianjurkan. Latihan rutin yang berbasis EPA akan membantu memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik dalam berbagai skenario darurat. Terakhir, kolaborasi antarinstansi harus diperkuat. Kerja sama antara layanan pemadam kebakaran, pemerintah daerah, dan lembaga tanggap darurat lainnya dapat meningkatkan efektivitas respons dalam menghadapi kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
Kesimpulan
Paper Emergency Preparedness Analysis oleh Sommer et al. memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana EPA dapat digunakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemadam kebakaran. Dengan menerapkan metode berbasis analisis risiko, layanan pemadam kebakaran dapat lebih efektif dalam mengalokasikan sumber daya mereka dan merancang strategi respons yang lebih optimal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan EPA memungkinkan layanan pemadam kebakaran menyesuaikan kapasitas mereka dengan skenario risiko spesifik, menghasilkan sistem tanggap darurat yang lebih efisien dan adaptif terhadap tantangan masa depan.
Sumber Artikel
Sommer, M., Rake, E.L., & Botnen, D. (2023). Emergency Preparedness Analysis: Planning the Emergency Response Arrangements for the Fire and Rescue Service. Western Norway University of Applied Sciences.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Keselamatan kebakaran di bangunan tempat tinggal merupakan isu kritis yang sering kali dipengaruhi oleh perilaku penghuni. Studi ini mengkaji berbagai elemen yang berkontribusi terhadap kesiapsiagaan penghuni dalam menghadapi kebakaran, termasuk faktor usia, gangguan fisik dan mental, tingkat pengetahuan tentang kebakaran, serta faktor sosial ekonomi. Dengan menggunakan metodologi meta-analysis, penelitian ini mengumpulkan dan menganalisis temuan dari berbagai sumber untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana penghuni merespons situasi kebakaran.
Faktor Risiko Personal dalam Keselamatan Kebakaran
1. Pengaruh Usia terhadap Perilaku Keselamatan Kebakaran
2. Dampak Gangguan Fisik dan Mental dalam Situasi Kebakaran
3. Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menghadapi Kebakaran
4. Persepsi Risiko dan Pengambilan Keputusan
Faktor Risiko Umum dalam Keselamatan Kebakaran
1. Akses dan Jalur Evakuasi
2. Rencana Evakuasi dan Instruksi Keselamatan
3. Ketersediaan dan Pemanfaatan Peralatan Keselamatan Kebakaran
4. Kepadatan dan Hambatan saat Evakuasi
5. Penggunaan Teknologi dalam Keselamatan Kebakaran
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan Kebakaran
Kesimpulan
Paper Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review memberikan wawasan yang komprehensif tentang bagaimana berbagai faktor—baik pribadi maupun lingkungan—mempengaruhi respons penghuni terhadap kebakaran. Dengan memahami faktor-faktor ini, langkah-langkah yang lebih efektif dapat diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan penghuni dalam situasi darurat.
Sumber Artikel
Allen Jones, A. (2022). Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review. Cardiff: Welsh Government, GSR report number 10/2023.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Kebakaran merupakan salah satu bencana paling merusak yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, infrastruktur, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei untuk mengumpulkan data dari 210 penduduk dewasa di lingkungan Arepo, Ogun State. Dari total kuesioner yang dibagikan, 150 valid digunakan untuk analisis. Studi ini mengukur persepsi warga tentang penyebab utama kebakaran serta kesiapan mereka dalam menghadapi bencana dengan menggunakan skala Likert 5 poin.
Teknik analisis yang digunakan meliputi:
Penyebab Utama Kebakaran di Arepo
Hasil survei mengungkapkan bahwa kebakaran di Arepo paling sering terjadi di lingkungan perumahan, dengan insiden kebakaran di area pemukiman menduduki peringkat kedua tertinggi dari enam kategori lokasi kebakaran yang diteliti. Penyebab utama kebakaran di wilayah ini meliputi:
Sebagai contoh, dalam salah satu kejadian kebakaran besar di Arepo, kebakaran terjadi akibat korsleting listrik yang menyebar dengan cepat ke bangunan sekitar karena material bangunan yang tidak tahan api. Kurangnya sistem deteksi dini juga memperparah situasi.
Dampak Kebakaran di Arepo
Dampak kebakaran di wilayah ini cukup luas, mencakup:
Analisis ini sejalan dengan laporan National Emergency Management Agency (NEMA) yang mencatat bahwa di Lagos, Nigeria, tingkat kematian akibat kebakaran antara 2009-2014 mencapai 98,4%. Angka ini menunjukkan bahwa risiko kebakaran di Nigeria, termasuk di Arepo, masih sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah di Arepo tidak dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran yang memadai. Meskipun 100% responden memiliki jalur keluar darurat, hanya 74,7% yang memiliki alat pemadam kebakaran, sementara keberadaan detektor asap dan alarm kebakaran masih kurang dari 65%. Selain itu, tidak adanya pos pemadam kebakaran di wilayah Arepo menjadi salah satu kendala utama dalam menangani kebakaran dengan cepat. Warga sering kali harus menunggu bantuan dari kota terdekat, yang menyebabkan keterlambatan dalam pemadaman api dan meningkatkan tingkat kerusakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa langkah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran di Arepo:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi Keselamatan Kebakaran
2. Membangun Pos Pemadam Kebakaran Lokal
3. Peningkatan Regulasi dan Infrastruktur
Kesimpulan
Dengan implementasi strategi yang lebih baik, diharapkan risiko kebakaran di Arepo dapat berkurang secara signifikan, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi masyarakat setempat.
Sumber Artikel
O.C. Oloke, A.O. Oluwatobi, A. Oni, D. Oke. Assessment of Causes and Control of Fire Disaster in Arepo Neighbourhood, Ogun State, Nigeria. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, Vol. 993, 2022, 012004.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Maret 2025
Keselamatan kebakaran di fasilitas medis menjadi perhatian utama, terutama karena tingginya kadar oksigen di rumah sakit yang dapat mempercepat penyebaran api. Selain itu, mobilitas terbatas pasien juga meningkatkan risiko dalam proses evakuasi darurat. Paper ini mengeksplorasi simulasi kebakaran dan evakuasi untuk menilai Required Safe Evacuation Time (RSET) dan Available Safe Evacuation Time (ASET) menggunakan perangkat lunak Fire Dynamic Simulator (FDS) dan Pathfinder. Penelitian ini menemukan bahwa kadar oksigen yang lebih tinggi dapat mengurangi waktu aman evakuasi hingga kurang dari 150 detik, menjadikan tindakan mitigasi sangat penting untuk keselamatan pasien dan tenaga medis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis simulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam lingkungan normal, kadar oksigen atmosfer adalah 21%, namun di rumah sakit, terutama di ruang operasi atau ruang perawatan intensif, kadar ini bisa meningkat hingga 25%. Studi ini menemukan bahwa:
Paper ini membandingkan Required Safe Evacuation Time (RSET) dan Available Safe Evacuation Time (ASET):
Simulasi menunjukkan bahwa jika ASET lebih kecil dari RSET, maka penghuni tidak akan memiliki cukup waktu untuk melarikan diri.
Penelitian ini juga menguji berbagai skenario keterlambatan evakuasi (delay time), yang mencakup:
Hasilnya menunjukkan bahwa:
Penelitian ini menggunakan model simulasi jalur evakuasi Pathfinder untuk menguji efektivitas berbagai jalur keluar. Hasilnya menunjukkan bahwa:
Salah satu kejadian nyata yang diangkat dalam penelitian ini adalah ledakan tangki oksigen di rumah sakit Baghdad pada April 2021, yang menyebabkan 82 kematian dan ratusan korban luka.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya sistem mitigasi oksigen berlebih dan protokol evakuasi yang lebih efisien untuk fasilitas medis.
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa langkah mitigasi yang direkomendasikan untuk meningkatkan keselamatan kebakaran di rumah sakit meliputi:
1. Kontrol Kadar Oksigen
2. Meningkatkan Sistem Deteksi Kebakaran
3. Optimalisasi Jalur Evakuasi
4. Penggunaan Teknologi dalam Evakuasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas medis dengan kadar oksigen tinggi memiliki risiko kebakaran yang jauh lebih besar dibandingkan bangunan biasa.
Dengan menerapkan rekomendasi ini, rumah sakit dapat mengurangi dampak kebakaran, meningkatkan efisiensi evakuasi, serta melindungi pasien dan tenaga medis dari risiko yang tidak perlu.
Sumber
Shaikh, M. A., Karim, R., Daniel, N. M., & Khan, M. A. (2024). Fire Safety Status and Evacuation of Medical Facility Considering Elevated Oxygen Concentrations. Heliyon, 10, e36847.