Tantangan dan Hambatan dalam Melindungi Cedera akibat Kebakaran di Hunian

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

15 Maret 2025, 07.21

pexels.com

Kebakaran di lingkungan hunian merupakan ancaman besar terhadap keselamatan masyarakat dan sering kali menyebabkan cedera serius serta kerugian ekonomi yang signifikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory, yang memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap faktor-faktor penyebab cedera kebakaran. Penelitian dilakukan di Iran pada tahun 2017, dengan melibatkan 25 partisipan yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran, tenaga medis, korban kebakaran, dan pakar kebakaran. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur, observasi langsung, serta analisis dokumen terkait. Proses analisis data menggunakan pendekatan Strauss dan Corbin, dengan metode open coding, axial coding, dan selective coding untuk mengidentifikasi variabel inti yang berpengaruh terhadap cedera kebakaran di hunian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pendekatan komprehensif terhadap pencegahan cedera akibat kebakaran menjadi variabel inti yang mempengaruhi keselamatan penghuni bangunan. Faktor-faktor penyebab utama diklasifikasikan dalam empat kategori besar:

  1. Tantangan Struktural Bangunan
  2. Tantangan Sosial-Ekonomi
  3. Karakteristik dan Perilaku Penghuni
  4. Kendala dalam Layanan Penyelamatan

Beberapa masalah utama yang diidentifikasi dalam kategori ini meliputi:

  • Desain interior yang tidak sesuai, seperti absennya tangga darurat dan pintu keluar darurat.
  • Penggunaan material bangunan yang tidak tahan api, seperti Styrofoam yang mempercepat penyebaran api.
  • Kurangnya pemeliharaan peralatan keselamatan kebakaran, termasuk alat pemadam api dan sistem alarm asap yang tidak berfungsi dengan baik.

Sebagai contoh, dalam salah satu kejadian kebakaran di sebuah apartemen tujuh lantai di Iran, api menyebar dengan cepat karena tangga dan lift ditempatkan di lokasi yang sama tanpa sekat pelindung. Akibatnya, penghuni mengalami kesulitan dalam proses evakuasi, yang meningkatkan jumlah korban.

Kurangnya budaya keselamatan di masyarakat, dengan banyak penghuni yang tidak menganggap keselamatan kebakaran sebagai prioritas. Ketidakefektifan regulasi dan pengawasan, di mana pemerintah tidak memiliki kebijakan yang kuat terkait dengan standar keselamatan bangunan. Masalah ekonomi, seperti harga tinggi peralatan keselamatan kebakaran, membuat banyak warga enggan untuk memasang alat pemadam atau alarm asap.

Salah satu contoh konkret adalah banyaknya pemilik rumah yang memilih kabel listrik dengan diameter lebih kecil untuk menghemat biaya, yang pada akhirnya menyebabkan korsleting dan memicu kebakaran.

  • Kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, menghadapi risiko lebih tinggi dalam situasi kebakaran.
  • Perilaku berisiko, seperti menggunakan bahan mudah terbakar di dalam rumah, membuang puntung rokok sembarangan, dan tidak memiliki rencana evakuasi.
  • Kurangnya kesadaran risiko, di mana banyak penghuni berpikir bahwa kebakaran "tidak akan terjadi" pada mereka, sehingga mengabaikan langkah-langkah pencegahan.

Sebagai ilustrasi, terdapat kasus di mana seorang ibu meletakkan selimut anaknya di atas pemanas, yang kemudian terbakar dan menyebabkan kebakaran besar di rumah tersebut.

Kendala dalam Layanan Penyelamatan

  • Keterbatasan akses bagi petugas pemadam kebakaran, terutama di daerah dengan infrastruktur perkotaan yang buruk.
  • Kurangnya koordinasi antar tim penyelamat, sehingga memperlambat proses evakuasi dan penanggulangan kebakaran.
  • Minimnya pelatihan bagi tenaga medis dan pemadam kebakaran dalam menangani korban luka bakar.

Contoh nyata terjadi ketika mobil pemadam kebakaran tidak dapat mencapai lokasi kebakaran karena jalan yang sempit dan penuh kendaraan parkir, menyebabkan keterlambatan dalam pemadaman api dan meningkatkan jumlah korban jiwa.

Kesimpulan

  1. Kurangnya pendekatan komprehensif dalam pencegahan kebakaran merupakan hambatan utama dalam melindungi penghuni bangunan dari cedera akibat kebakaran.
  2. Faktor struktural bangunan, masalah sosial-ekonomi, perilaku penghuni, dan kendala dalam layanan penyelamatan berkontribusi signifikan terhadap tingginya angka cedera akibat kebakaran.
  3. Perubahan kebijakan dan regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap bangunan hunian memiliki standar keselamatan yang memadai.

Rekomendasi

  1. Perbaikan Standar Keselamatan Bangunan
    • Mewajibkan pemasangan sistem alarm asap dan alat pemadam kebakaran di setiap hunian.
    • Menegakkan regulasi ketat terhadap penggunaan material tahan api dalam konstruksi bangunan.
  2. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Keselamatan
    • Mengadakan pelatihan simulasi kebakaran secara berkala bagi masyarakat.
    • Menyediakan materi edukasi keselamatan kebakaran di sekolah dan tempat kerja.
  3. Penguatan Layanan Penyelamatan dan Respons Darurat
    • Memastikan akses jalan yang memadai bagi tim pemadam kebakaran di area perumahan.
    • Melatih tenaga pemadam kebakaran dalam manajemen evakuasi yang lebih efektif.
  4. Insentif Finansial untuk Meningkatkan Keamanan
    • Memberikan subsidi atau keringanan pajak bagi warga yang menggunakan alat keselamatan kebakaran di rumah mereka.

Dengan mengimplementasikan rekomendasi ini, diharapkan angka cedera dan kematian akibat kebakaran di hunian dapat dikurangi secara signifikan.

Sumber Artikel

Mohammadreza Shokouhi, Khadijeh Nasiriani, Hamidreza Khankeh, Hosein Fallahzadeh, Davoud Khorasani-Zavareh. Exploring Barriers and Challenges in Protecting Residential Fire-Related Injuries: A Qualitative Study. Journal of Injury & Violence Research, Vol. 11, No. 1, 2019, 81-92.