Keselamatan Kebakaran

Pembelajaran dari Kegagalan Respons Darurat dalam Industri Proses

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Maret 2025


Keselamatan industri adalah elemen penting dalam operasi di fasilitas berisiko tinggi, seperti industri kimia dan nuklir. Namun, dalam berbagai kasus kecelakaan industri, kegagalan dalam respons darurat telah menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis kasus dengan menganalisis kegagalan respons darurat dalam berbagai kecelakaan industri besar. Data diperoleh dari beberapa sumber publik, termasuk:

  • European Commission’s Major Accidents Reporting System (eMARS)
  • French Bureau for Analysis of Industrial Risks and Pollutions (BARPI – ARIA Database)
  • U.S. Chemical Safety and Hazard Investigation Board (CSB)
  • Japanese Failure Knowledge Database

Empat kasus kecelakaan besar dipilih untuk dianalisis secara mendalam, dengan fokus pada kesalahan dalam respons darurat serta pelajaran yang dapat dipetik.

Pada 25 Juli 2013, serangkaian ledakan terjadi di area penyimpanan produk jadi sebuah pabrik kembang api. Ledakan awal terjadi di sekitar dua gudang penyimpanan, menyebabkan kematian empat orang, termasuk seorang petugas pemadam kebakaran. Investigasi menunjukkan bahwa:

  • Rencana darurat tidak diaktifkan dengan segera.
  • Evakuasi terlambat dilakukan, menyebabkan korban jiwa tambahan.
  • Panggilan pertama ke layanan darurat dilakukan oleh warga sekitar, bukan oleh operator pabrik.

Kesalahan utama dalam insiden ini adalah kurangnya sistem komunikasi yang efektif antara perusahaan dan layanan darurat.

Pada 17 April 2013, kebakaran terjadi di fasilitas distribusi pupuk West Fertilizer Company di Texas, AS. Beberapa saat setelah pemadam kebakaran tiba, terjadi ledakan besar yang menewaskan 14 orang, termasuk 12 petugas pemadam kebakaran, serta merusak lebih dari 150 bangunan di sekitar lokasi kejadian. Faktor-faktor penyebabnya meliputi:

  • Petugas pemadam tidak menyadari potensi bahaya ledakan pupuk ammonium nitrat.
  • Tidak adanya sistem komando insiden yang jelas.
  • Kurangnya pelatihan bagi pemadam kebakaran dalam menangani bahan kimia berbahaya.

Studi ini menunjukkan bahwa pelatihan khusus dalam menangani bahan berbahaya sangat penting untuk mencegah kecelakaan serupa di masa depan. Pada 16 April 1947, kebakaran kecil terdeteksi di kapal Grandcamp yang membawa ammonium nitrat di pelabuhan Texas City, AS. Upaya untuk memadamkan api dengan uap menyebabkan tekanan meningkat, yang akhirnya memicu ledakan besar. Akibatnya:

  • 500 orang tewas, 3.500 lainnya luka-luka.
  • Kapal lain yang membawa sulfur ikut meledak, memperburuk situasi.
  • Tidak adanya regulasi yang mengatur transportasi pupuk berbahaya saat itu.

Studi ini menyoroti pentingnya regulasi yang lebih ketat dalam penyimpanan dan transportasi bahan kimia berbahaya. Gempa bumi berkekuatan 9,0 SR dan tsunami pada 11 Maret 2011 menyebabkan bencana nuklir di Fukushima Daiichi, Jepang. Sistem pendingin reaktor gagal, menyebabkan pelepasan radiasi dalam skala besar. Faktor utama kegagalan respons darurat meliputi:

  • Tidak adanya prosedur darurat untuk bencana alam dan kecelakaan nuklir secara bersamaan.
  • Kurangnya koordinasi antara operator, pemerintah, dan tim darurat.
  • Evakuasi pekerja yang tidak terorganisir, menghambat upaya mitigasi awal.

Bencana ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan terhadap kejadian multi-bencana yang dapat terjadi secara bersamaan.

Kesimpulan

  1. Kesalahan dalam respons darurat dapat memperburuk dampak kecelakaan industri. Kasus-kasus yang dianalisis menunjukkan bahwa respons yang tidak terkoordinasi menyebabkan peningkatan jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi.
  2. Pentingnya sistem komunikasi dan koordinasi yang efektif. Dalam banyak insiden, kegagalan dalam mengomunikasikan informasi kepada otoritas dan masyarakat sekitar menjadi faktor utama keterlambatan respons darurat.
  3. Pelatihan dan simulasi yang kurang memadai bagi tim tanggap darurat. Banyak petugas pemadam kebakaran dan pekerja industri tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang bahaya bahan kimia dan prosedur respons yang tepat.
  4. Pentingnya regulasi yang lebih ketat untuk penyimpanan dan transportasi bahan berbahaya. Sejumlah kecelakaan terjadi karena kurangnya standar keamanan yang diterapkan sebelum insiden terjadi.
  5. Manajemen risiko harus mempertimbangkan kemungkinan skenario multi-bencana. Bencana Fukushima menunjukkan bahwa perencanaan darurat harus mencakup berbagai kemungkinan kejadian yang dapat terjadi bersamaan.

Saran

  1. Meningkatkan pelatihan bagi petugas pemadam kebakaran dan pekerja industri terkait respons terhadap bahan kimia berbahaya.
  2. Menerapkan sistem peringatan dini yang lebih efektif, termasuk jalur komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat sekitar.
  3. Mewajibkan simulasi tanggap darurat yang lebih sering dan berbasis skenario nyata.
  4. Memperketat regulasi terkait penyimpanan dan transportasi bahan kimia berbahaya untuk mengurangi risiko kecelakaan besar.
  5. Mengembangkan kebijakan yang mempertimbangkan kejadian multi-bencana untuk memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik di masa depan.

Sumber Artikel

Zsuzsanna Gyenes. Learning from Emergency Response in the Process Industries. Hazards 28, Symposium Series No. 163, 2018, IChemE.

Selengkapnya
Pembelajaran dari Kegagalan Respons Darurat dalam Industri Proses

Keselamatan Kebakaran

Evaluasi dan Pengembangan Keselamatan Kebakaran di Perusahaan X

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Maret 2025


Keselamatan kebakaran merupakan aspek krusial dalam operasional perusahaan, terutama bagi industri yang melibatkan ritel, perawatan, dan distribusi seperti yang dibahas dalam studi Assessing and Developing Fire Safety at Company X oleh Roosa Hellgrén. Paper ini mengevaluasi kesiapsiagaan kebakaran di Perusahaan X, mengidentifikasi kelemahan dalam latihan kebakaran dan pelatihan karyawan, serta memberikan rekomendasi perbaikan.

Tujuan utama penelitian ini adalah meninjau sistem keselamatan kebakaran di lokasi perusahaan, mengidentifikasi celah dalam kesiapsiagaan darurat, serta memberikan solusi yang dapat meningkatkan respons terhadap keadaan darurat kebakaran. Dengan pendekatan metodologis berupa wawancara, tinjauan dokumen, dan inspeksi langsung (safety walk), studi ini memberikan wawasan praktis mengenai kondisi aktual di tempat kerja.

Tantangan dalam Keselamatan Kebakaran

  1. Ketidakefektifan Latihan Kebakaran
  2. Kurangnya Pelatihan Keselamatan bagi Karyawan
  3. Hambatan dalam Evakuasi
  4. Kurangnya Pemeliharaan Peralatan Keselamatan
  5. Minimnya Kesadaran akan Risiko Kebakaran pada Kendaraan Listrik

Metodologi yang Digunakan

  1. Wawancara.
  2. Tinjauan Dokumen.
  3. Inspeksi Langsung (Safety Walk).

Hasil dan Temuan Studi

  • Karyawan A (Sekretaris/Resepsionis)
    • Menyatakan bahwa ia merasa yakin akan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran.
    • Mengetahui lokasi titik kumpul tetapi kurang mampu menjelaskan jalur evakuasi dengan jelas.
    • Mengamati bahwa pada latihan kebakaran terakhir, beberapa pelanggan tidak diarahkan keluar dengan benar.
  • Karyawan B (Mekanik di Bengkel Perawatan)
    • Mengingat adanya dua hingga tiga latihan kebakaran selama masa kerja.
    • Mengatakan bahwa alarm kebakaran masih terdengar meskipun menggunakan pelindung telinga.
    • Mengaku memperlakukan kendaraan listrik dengan lebih hati-hati karena risiko kebakaran yang lebih tinggi.

2. Hasil Tinjauan Dokumen

  • Rencana darurat perusahaan sudah cukup memadai, tetapi perlu diperbarui dengan informasi lebih detail tentang tanggung jawab individu dalam situasi darurat.
  • Manual operasional memiliki instruksi yang terlalu umum tanpa ada pembagian tanggung jawab yang jelas.
  • Frekuensi latihan kebakaran tidak tercatat dengan baik, sehingga sulit untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan.

3. Hasil Inspeksi Langsung (Safety Walk)

  • Kondisi positif: Inspeksi alat pemadam kebakaran cukup baik.
  • Kelemahan yang ditemukan:
    • Salah satu tanda keluar darurat tidak menyala.
    • Peta jalur evakuasi tidak mencantumkan semua pintu keluar.
    • Area parkir sering kali menghalangi akses kendaraan pemadam kebakaran.

Strategi Perbaikan Keselamatan Kebakaran

  1. Peningkatan Latihan Kebakaran
    • Menjadwalkan latihan kebakaran minimal setahun sekali dan mendokumentasikan hasilnya.
    • Menggunakan skenario realistis agar latihan lebih efektif.
  2. Pelatihan Karyawan yang Lebih Intensif
    • Setiap karyawan harus menjalani pelatihan rutin tentang lokasi alat pemadam dan jalur evakuasi.
    • Pelatihan khusus untuk menangani kebakaran yang berasal dari kendaraan listrik.
  3. Perbaikan Infrastruktur Keselamatan
    • Memastikan tanda keluar darurat berfungsi dengan baik dan terlihat jelas.
    • Menyediakan jalur evakuasi yang tidak terhalang dan memperbarui peta evakuasi di seluruh area kerja.
  4. Peningkatan Pemeliharaan dan Inspeksi
    • Mengatur inspeksi berkala terhadap alat pemadam kebakaran dan sistem pemadam otomatis.
    • Menugaskan personel khusus untuk mengecek pemeliharaan rutin peralatan keselamatan.
  5. Implementasi Protokol Khusus untuk Kendaraan Listrik
    • Menyediakan prosedur khusus dalam menangani kebakaran kendaraan listrik.
    • Melatih karyawan tentang bahaya baterai lithium-ion dan langkah mitigasi jika terjadi kebakaran.

Paper Assessing and Developing Fire Safety at Company X memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam meningkatkan keselamatan kebakaran di lingkungan kerja. Meskipun Perusahaan X telah memiliki sistem darurat yang cukup baik, terdapat beberapa aspek yang masih memerlukan perbaikan, khususnya dalam latihan kebakaran, pelatihan karyawan, dan pemeliharaan peralatan keselamatan. Dengan menerapkan rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini, Perusahaan X dapat meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi kebakaran, meminimalisir risiko, serta melindungi karyawan dan aset perusahaan secara lebih efektif.

Sumber Artikel

Hellgrén, R. (2024). Assessing and Developing Fire Safety at Company X. Laurea University of Applied Sciences.

Selengkapnya
Evaluasi dan Pengembangan Keselamatan Kebakaran di Perusahaan X

Keselamatan Kebakaran

Studi Kasus Keselamatan Kebakaran di Industri

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025


Keselamatan kebakaran di industri merupakan aspek kritis yang harus diperhatikan untuk melindungi pekerja, aset, dan operasi bisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan menganalisis berbagai metode keselamatan kebakaran yang diterapkan di industri. Beberapa aspek utama yang dikaji meliputi:

  • Identifikasi penyebab kebakaran industri
  • Evaluasi sistem proteksi kebakaran
  • Implementasi teknologi modern seperti IoT dan Machine Learning
  • Strategi manajemen risiko dan prosedur tanggap darurat

Berdasarkan analisis data, penyebab utama kebakaran industri meliputi:

  1. Debu yang mudah terbakar – sering diabaikan, tetapi menjadi penyebab kebakaran besar di industri makanan, farmasi, dan logam.
  2. Pekerjaan panas (hot work) – aktivitas seperti pengelasan dan pemotongan logam dapat memicu percikan api yang menyebabkan kebakaran.
  3. Cairan dan gas yang mudah terbakar – sering ditemukan di industri kimia dan perminyakan.
  4. Kabel listrik yang tidak memenuhi standar – korsleting listrik merupakan penyebab umum kebakaran industri.
  5. Kerusakan mesin dan peralatan – gesekan antar komponen mesin dapat menghasilkan panas yang memicu kebakaran jika tidak dipelihara dengan baik.

Paper ini meninjau berbagai sistem proteksi kebakaran yang digunakan di industri, termasuk:

  • Detektor kebakaran berbasis IoT yang memungkinkan respons lebih cepat terhadap insiden kebakaran.
  • Sistem pemadam api otomatis seperti sprinkler dan fire suppression systems.
  • Sistem alarm kebakaran yang terintegrasi untuk peringatan dini.
  • Pelatihan keselamatan kebakaran bagi pekerja untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat.

Paper ini mengusulkan penerapan teknologi terbaru dalam keselamatan kebakaran, termasuk:

  • IoT-enabled fire detectors – memungkinkan deteksi dini kebakaran melalui sensor yang terhubung dengan jaringan internet.
  • Sistem notifikasi massa – mempercepat komunikasi darurat untuk evakuasi lebih efisien.
  • Machine learning dalam analisis risiko kebakaran – membantu mengidentifikasi pola yang meningkatkan potensi kebakaran di industri.

Paper ini menyajikan data kecelakaan kebakaran di India antara tahun 2014–2017:

  • 4222 insiden akibat mesin
  • 1363 kecelakaan umum
  • 882 kebakaran akibat petasan
  • 741 kebakaran di industri
  • 6300 total korban jiwa akibat kebakaran

Dari data ini, terlihat bahwa kebakaran industri masih menjadi tantangan besar dan memerlukan pendekatan lebih ketat dalam penerapan sistem keselamatan kebakaran.

Kesimpulan

  1. Keselamatan kebakaran harus menjadi prioritas utama dalam industri untuk melindungi pekerja dan aset.
  2. Penyebab utama kebakaran industri termasuk debu yang mudah terbakar, pekerjaan panas, dan korsleting listrik.
  3. Implementasi teknologi seperti IoT dan Machine Learning dapat meningkatkan efektivitas pencegahan kebakaran.
  4. Data kecelakaan menunjukkan bahwa masih ada banyak kelemahan dalam sistem proteksi kebakaran industri yang perlu diperbaiki.

Saran

  1. Industri harus meningkatkan sistem pemantauan kebakaran berbasis IoT untuk deteksi dini yang lebih akurat.
  2. Pelatihan keselamatan kebakaran harus dilakukan secara berkala agar pekerja lebih siap menghadapi situasi darurat.
  3. Inspeksi dan perawatan sistem proteksi kebakaran harus lebih ketat untuk mencegah kerusakan yang dapat menyebabkan kebakaran.
  4. Perusahaan harus mengadopsi teknologi prediktif untuk menganalisis pola risiko kebakaran dan mengambil tindakan pencegahan lebih awal.

Sumber Artikel

G. Nani Babu, P. Devi Supriya, P. Victor Spenner. A Case Study on Fire and Safety in Industries. IJIRSET, Vol. 13, Issue 5, May 2024.

 

Selengkapnya
Studi Kasus Keselamatan Kebakaran di Industri

Keselamatan Kebakaran

Efektivitas Program Edukasi Keselamatan Kebakaran Berbasis Sekolah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025


Keselamatan kebakaran merupakan bagian integral dari mitigasi risiko bencana, terutama bagi anak-anak yang sering kali kurang memiliki pemahaman yang memadai mengenai bahaya api. Penelitian ini menggunakan metode rapid evidence assessment, yaitu teknik analisis literatur yang mengumpulkan dan menganalisis berbagai penelitian ilmiah yang relevan dengan topik edukasi keselamatan kebakaran untuk anak-anak. Dari 90 sumber yang diidentifikasi, sebanyak 51 studi memenuhi kriteria inklusi, yang mencakup:

  • Studi akademik atau industri yang dipublikasikan antara 2000 dan 2020.
  • Berbahasa Inggris.
  • Menilai program keselamatan kebakaran bagi anak-anak usia 0–17 tahun.
  • Merupakan strategi pencegahan primer.

Hasil penelitian ini mengungkapkan 25 praktik berbasis bukti yang dikategorikan dalam tujuh tema utama: teori perubahan, target, pendekatan, konten, sumber daya, implementasi, dan evaluasi. Program keselamatan kebakaran berbasis sekolah umumnya didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak memiliki kapasitas terbatas dalam memahami risiko kebakaran dan bereaksi secara rasional dalam keadaan darurat. Oleh karena itu, pendidikan keselamatan kebakaran bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak-anak akan bahaya api dan mendorong mereka mengambil tindakan yang benar saat menghadapi situasi kebakaran.

Studi menunjukkan bahwa pendekatan yang paling efektif adalah menyesuaikan materi edukasi dengan tahap perkembangan anak. Misalnya:

  • Anak-anak usia prasekolah lebih mudah memahami pelajaran berbasis visual dan permainan interaktif.
  • Anak-anak usia sekolah dasar lebih efektif belajar melalui demonstrasi langsung dan simulasi.
  • Remaja dapat menerima pendekatan berbasis teori dan pemecahan masalah.

Pendekatan yang Efektif dalam Program Keselamatan Kebakaran

  • Terintegrasi dalam kurikulum sekolah, sehingga dapat diselaraskan dengan mata pelajaran lain.
  • Melibatkan tenaga pendidik dan petugas pemadam kebakaran, di mana guru memberikan materi dasar, sedangkan petugas pemadam kebakaran memperkuat pembelajaran melalui simulasi.
  • Berbasis Child-Centered Disaster Risk Reduction (CCDRR), yang menempatkan anak sebagai agen perubahan dalam keselamatan kebakaran di rumah dan komunitasnya.

Materi keselamatan kebakaran yang berfokus pada perubahan perilaku lebih efektif dibandingkan pendekatan berbasis teori semata. Beberapa strategi yang digunakan meliputi:

  • Mengajarkan tindakan darurat, seperti "Stop, Drop, Cover, and Roll" jika pakaian terbakar.
  • Latihan evakuasi yang dilakukan secara berulang untuk membentuk kebiasaan.
  • Perencanaan rute evakuasi di rumah dan sekolah guna memastikan respons cepat saat kebakaran terjadi.

Efektivitas edukasi keselamatan kebakaran dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat bantu yang lebih nyata, seperti:

  • Simulasi rumah asap untuk melatih anak-anak menghadapi kondisi kebakaran yang sebenarnya.
  • Digital resources, seperti aplikasi berbasis VR (Virtual Reality) untuk melatih anak dalam pengambilan keputusan darurat.
  • Kampanye berbasis media sosial guna meningkatkan jangkauan edukasi ke keluarga dan komunitas.

Program keselamatan kebakaran yang berhasil harus menjadi bagian dari kegiatan rutin di sekolah dan tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam setahun.

  • Latihan kebakaran harus dilakukan secara berkala dengan peningkatan tingkat kesulitan setiap sesi.
  • Kolaborasi antara sekolah dan layanan pemadam kebakaran harus diperkuat untuk memastikan implementasi yang berkesinambungan.

Paper ini menekankan pentingnya pengukuran dampak program edukasi keselamatan kebakaran. Beberapa metode evaluasi yang direkomendasikan meliputi:

  • Pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan anak-anak sebelum dan sesudah mengikuti program.
  • Simulasi kebakaran dengan skenario nyata guna menilai apakah anak-anak benar-benar menerapkan keterampilan yang telah diajarkan.
  • Survei kepada orang tua untuk mengetahui apakah anak-anak mentransfer pengetahuan mereka ke lingkungan rumah.

Beberapa negara telah menerapkan pendekatan berbasis bukti dalam edukasi keselamatan kebakaran:

  • Australia: Program Fire Ed yang diterapkan di sekolah dasar menunjukkan bahwa 80% anak-anak mampu mengingat prosedur evakuasi dengan benar setelah mengikuti program ini.
  • Amerika Serikat: Studi oleh NFPA (National Fire Protection Association) menemukan bahwa anak-anak yang mengikuti program keselamatan kebakaran memiliki kemungkinan 35% lebih tinggi untuk bertindak dengan benar dalam situasi kebakaran dibandingkan yang tidak mengikuti pelatihan.
  • Jepang: Melalui metode pelatihan simulasi rumah asap, 90% peserta mampu mengikuti rute evakuasi dengan benar dan tanpa kepanikan.

Kesimpulan

  1. Program edukasi keselamatan kebakaran berbasis sekolah merupakan strategi pencegahan paling efektif dalam mengurangi risiko kebakaran bagi anak-anak.
  2. Tidak ada standar global yang diterapkan secara universal, sehingga perlu dikembangkan framework berbasis bukti untuk mengoptimalkan efektivitas program.
  3. Penggunaan teknologi digital dan simulasi nyata dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap bahaya kebakaran dan respons yang tepat.
  4. Evaluasi program sangat penting untuk memastikan efektivitas jangka panjang dalam mengubah perilaku anak-anak terhadap keselamatan kebakaran.

Saran

  1. Integrasi lebih luas dalam kurikulum pendidikan nasional, sehingga setiap sekolah memiliki program keselamatan kebakaran yang konsisten.
  2. Peningkatan keterlibatan orang tua dalam edukasi kebakaran, misalnya dengan menyediakan modul pembelajaran di rumah.
  3. Pemanfaatan teknologi berbasis AR dan VR untuk meningkatkan pengalaman belajar anak-anak secara lebih interaktif.
  4. Penguatan regulasi yang mewajibkan latihan kebakaran berkala di sekolah guna membentuk kebiasaan yang lebih kuat dalam menghadapi kebakaran.

Sumber Artikel

Kamarah Pooley, Sonia Nunez, Mark Whybro. Evidence-based Practices of Effective Fire Safety Education Programming for Children. Australian Journal of Emergency Management, Vol. 36, No. 2, April 2021.

Selengkapnya
Efektivitas Program Edukasi Keselamatan Kebakaran Berbasis Sekolah

Keselamatan Kebakaran

Kesadaran dan Praktik Keselamatan Kebakaran di Kalangan Siswa STEM di Sekolah Menengah Publik di Filipina

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025


Keselamatan kebakaran merupakan bagian penting dalam mitigasi bencana, namun sering kali kurang mendapatkan perhatian dalam sistem pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, komparatif, dan korelasional untuk menilai kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran di kalangan siswa kelas 12 STEM. Sampel penelitian terdiri dari 94 siswa yang dipilih secara acak dari sekolah menengah di Filipina bagian tengah. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta analisis statistik menggunakan Mann-Whitney U test dan Spearman Rank correlation.

Variabel yang Dikaji

  • Kesadaran sebelum, selama, dan setelah kebakaran
  • Praktik keselamatan kebakaran di sekolah
  • Perbandingan berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga
  • Hubungan antara kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran

Tingkat Kesadaran Keselamatan Kebakaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki kesadaran tinggi terhadap keselamatan kebakaran dengan nilai rata-rata kesadaran sebesar 4,46 (SD=0,52) dari skala 5. Tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kesadaran keselamatan kebakaran berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga, yang menunjukkan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh besar terhadap pemahaman siswa mengenai keselamatan kebakaran.

Meskipun kesadaran siswa cukup tinggi, praktik keselamatan kebakaran yang mereka lakukan masih perlu ditingkatkan. Nilai rata-rata praktik keselamatan kebakaran adalah 4,14 (SD=0,57). Beberapa temuan utama:

  • Siswa memahami pentingnya pemadaman listrik sebelum meninggalkan kelas.
  • Namun, dalam simulasi kebakaran, banyak siswa tidak mengikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan.
  • Fire drill kurang efektif karena tidak melibatkan penggunaan alat pemadam kebakaran.

Hubungan antara Kesadaran dan Praktik Keselamatan Kebakaran

Terdapat korelasi signifikan antara kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran dengan nilai korelasi rs = 0,625 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kesadaran lebih tinggi tentang keselamatan kebakaran cenderung lebih patuh dalam menerapkan prosedur keselamatan yang benar.

Data menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2009-2018, terdapat 15.662 insiden kebakaran di sekolah-sekolah Filipina, dengan mayoritas terjadi di wilayah Visayas. Salah satu penyebab utama kebakaran adalah kelalaian dalam penggunaan peralatan listrik dan kurangnya pemeliharaan terhadap bahan mudah terbakar. Insiden ini menegaskan pentingnya peningkatan kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran di lingkungan sekolah.

Kesimpulan

  1. Kesadaran keselamatan kebakaran di kalangan siswa STEM sangat tinggi, tetapi masih ada kesenjangan dalam praktik yang mereka terapkan.
  2. Tidak ada perbedaan signifikan dalam kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran berdasarkan jenis kelamin atau pendapatan keluarga.
  3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesadaran dan praktik keselamatan kebakaran, yang menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran dapat mendorong praktik yang lebih baik.

Saran

  1. Peningkatan efektivitas fire drill, dengan menambahkan latihan penggunaan alat pemadam kebakaran.
  2. Meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya mengikuti jalur evakuasi yang benar.
  3. Penggunaan teknologi seperti aplikasi edukasi kebakaran berbasis IoT untuk memperkuat kesadaran siswa.
  4. Kerja sama dengan otoritas pemadam kebakaran setempat untuk memberikan pelatihan langsung kepada siswa.

Sumber Artikel

Michelle Delaliarte, Joji Davila Linaugo, & Dennis Villasor Madrigal. Fire Safety Awareness and Practices of Science, Technology, Engineering, and Mathematics Students in a Philippine Public Secondary School. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, March 2024, 14(1), 175-188.

Selengkapnya
Kesadaran dan Praktik Keselamatan Kebakaran di Kalangan Siswa STEM di Sekolah Menengah Publik di Filipina

Keselamatan Kebakaran

Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Kebakaran di terminal petikemas merupakan ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dari segi aset, proses kerja, maupun keselamatan pekerja. PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) sebagai salah satu terminal petikemas di Tanjung Perak, Surabaya, memiliki potensi bahaya kebakaran yang tinggi akibat berbagai faktor seperti muatan berbahaya, lingkungan kerja yang ekstrem, dan instalasi listrik yang kompleks. Paper yang ditulis oleh Imroatul Husna dan Ekka Pujo Ariesanto Akhmad ini membahas sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia, mengevaluasi implementasi sistem tersebut, serta memberikan rekomendasi untuk peningkatan efektivitasnya.

Menurut penelitian ini, sistem tanggap darurat kebakaran yang efektif mencakup aspek pencegahan, penanggulangan, serta rehabilitasi pasca kebakaran. Sistem yang diterapkan harus sesuai dengan regulasi yang berlaku, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186/1999.

Sistem ini melibatkan:

  • Pengendalian energi yang dapat menyebabkan kebakaran
  • Pemasangan sistem proteksi aktif seperti alat pemadam api ringan (APAR), hidran, dan alarm kebakaran
  • Penyediaan tempat evakuasi (Assembly Point)
  • Pelatihan rutin bagi pekerja
  • Pembentukan tim tanggap darurat (ERT - Emergency Response Team)

PT. NPTI telah memasang 25 unit APAR di area lapangan penumpukan. Setiap unit RTG (Rubber Tyred Gantry) dilengkapi dengan 5 unit APAR dari jenis powder dan foam. Namun, penempatan beberapa APAR ditemukan tidak sesuai standar, seperti digantung di pagar pembatas tanpa pengaman yang kuat. Selain itu, pemeliharaan APAR hanya dilakukan secara formalitas, tanpa pengecekan mendetail terhadap kondisi fisik dan tekanan alat. Paper ini mencatat bahwa PT. NPTI memiliki empat unit hidran yang terletak di pinggir lapangan penumpukan. Pengujian hidran dilakukan setiap bulan, namun ditemukan kendala berupa kotak hidran yang dikunci. Hal ini dapat memperlambat respons dalam keadaan darurat karena kunci harus dibuka terlebih dahulu, yang bertentangan dengan peraturan keselamatan kerja.

Pelatihan atau simulasi tanggap darurat dilakukan setiap tiga bulan sekali, sesuai dengan standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186/MEN/1999. Namun, penelitian ini mencatat bahwa tidak semua pekerja aktif berpartisipasi dalam pelatihan, yang dapat mengurangi efektivitas respons dalam keadaan darurat. PT. NPTI telah membentuk tim ERT yang terdiri dari staf kantor, petugas keamanan, operator RTG, dan mekanik. Tim ini bertugas menangani insiden kebakaran di lapangan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kesiapan tim masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan yang lebih intensif.

Paper ini juga menyoroti bahwa lapangan penumpukan berisi berbagai jenis muatan, termasuk bahan berbahaya (Dangerous Goods), yang memiliki potensi tinggi untuk menyebabkan kebakaran. Faktor lingkungan seperti cuaca panas ekstrem dan sumber daya listrik dari mesin-mesin berat semakin meningkatkan risiko kebakaran. Secara keseluruhan, sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah berjalan sesuai regulasi, namun masih memiliki beberapa kekurangan dalam implementasi yang perlu segera diperbaiki. Beberapa aspek yang perlu ditingkatkan adalah:

  • Optimalisasi Penempatan APAR: Semua unit APAR harus dipasang sesuai standar keselamatan agar mudah diakses dalam keadaan darurat.
  • Pemeliharaan Peralatan Pemadam Kebakaran: Pemeriksaan rutin harus dilakukan dengan lebih serius, tidak hanya sekadar formalitas.
  • Pelatihan Rutin yang Lebih Intensif: Tingkat partisipasi pekerja dalam pelatihan harus ditingkatkan agar setiap individu memiliki kesadaran tinggi terhadap bahaya kebakaran.
  • Aksesibilitas Hidran: Hidran tidak boleh dikunci agar dapat digunakan segera dalam kondisi darurat.

Penelitian ini memberikan wawasan yang sangat berharga dalam memahami bagaimana sebuah terminal petikemas dapat meningkatkan kesiapsiagaannya terhadap kebakaran. Di era modern ini, penting bagi perusahaan untuk terus memperbarui sistem keselamatan mereka dengan teknologi terbaru, seperti penggunaan sistem deteksi otomatis yang lebih canggih dan integrasi dengan perangkat pintar untuk pemantauan jarak jauh.

Kesimpulan

Paper ini menyajikan analisis yang komprehensif tentang sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Meskipun perusahaan telah menerapkan berbagai langkah mitigasi, masih terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki agar sistem tanggap darurat lebih efektif. Dengan perbaikan dalam penempatan alat pemadam kebakaran, peningkatan kesadaran pekerja, serta optimalisasi pelatihan dan prosedur, PT. NPTI dapat meminimalisir risiko kebakaran di lapangan penumpukan mereka.

Sumber Artikel

Imroatul Husna, Ekka Pujo Ariesanto Akhmad. Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 11, Nomor 1, September 2020. DOI: 10.30649/japk.v11i1.64.

Selengkapnya
Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya
« First Previous page 3 of 4 Next Last »