Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Industri konstruksi menghadapi tantangan besar dalam menjaga keselamatan kerja, terutama selama pandemi Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh Lendra et al. (2023) bertujuan untuk mengidentifikasi risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi selama pandemi serta memberikan solusi pengendalian risiko. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Relative Importance Index (RII) untuk menentukan peringkat risiko dan standar AS/NZS 4360:2004 dalam mengkategorikan risiko berdasarkan tingkat keparahan dan kemungkinan terjadi.
Proyek Konstruksi di Palangka Raya
Penelitian ini dilakukan pada 30 perusahaan konstruksi di Palangka Raya dengan data yang dikumpulkan melalui kuesioner kepada direktur, manajer proyek, dan manajer K3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko terbesar yang dihadapi dalam proyek konstruksi selama pandemi adalah:
Dua risiko tertinggi (penyebaran Covid-19 dan jatuh dari ketinggian) dikategorikan sebagai risiko tinggi, sedangkan tiga lainnya masuk dalam kategori risiko sedang berdasarkan AS/NZS 4360:2004.
Dampak Pandemi terhadap Keselamatan Proyek
Pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan besar dalam penerapan K3 di proyek konstruksi, termasuk:
Strategi Pengendalian Risiko
Untuk mengurangi risiko dalam proyek konstruksi selama pandemi, penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah mitigasi:
1. Penerapan Protokol Kesehatan
2. Peningkatan Keselamatan Kerja
3. Pelatihan dan Edukasi Keselamatan
4. Peningkatan Sistem Pelaporan Insiden
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah menambah tantangan dalam penerapan K3 di proyek konstruksi. Risiko terbesar yang dihadapi adalah penyebaran Covid-19 dan jatuh dari ketinggian, yang memerlukan tindakan mitigasi segera. Dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, meningkatkan keselamatan kerja, serta memberikan pelatihan dan edukasi, risiko kecelakaan kerja dapat dikurangi secara signifikan.
Sumber: Lendra, L., Gawei, A. B. P., Sintani, L., Afanda, D. M., & Tjakra, J. (2023). ‘The Assessment of Occupational Safety and Health Risk Management on Construction Projects During the Covid-19 Pandemic’. International Journal of Disaster Management, 6(1), 1-18.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Industri 4.0 menghadirkan revolusi besar dalam sektor manufaktur dengan integrasi teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), robotika, dan kecerdasan buatan. Namun, kemajuan ini juga membawa risiko baru bagi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Studi yang dilakukan oleh Aylin Adem, Erman Çakit, dan Metin Dağdeviren dalam jurnal SN Applied Sciences (2020) menyoroti risiko baru yang muncul akibat pergeseran ke lingkungan kerja berbasis teknologi tinggi. Dengan menggunakan pendekatan Hesitant Fuzzy Analytic Hierarchy Process (AHP), penelitian ini mengidentifikasi, mengelompokkan, dan memprioritaskan risiko K3 dalam konteks Industri 4.0.
Para peneliti menggunakan metode Hesitant Fuzzy AHP untuk menentukan peringkat risiko yang muncul akibat penggunaan teknologi Industri 4.0. Metode ini memungkinkan para ahli menilai risiko dengan lebih fleksibel dan akurat dibandingkan metode tradisional. Studi ini mengumpulkan data dari pakar industri dan membandingkan berbagai faktor risiko dengan mempertimbangkan tingkat kepentingannya.
Risiko Utama dalam Industri 4.0
Penelitian ini mengidentifikasi lima risiko utama dalam lingkungan kerja berbasis teknologi:
Analisis dan Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, dua risiko tertinggi yang perlu mendapat perhatian utama adalah kelelahan mental dan tekanan psikologis. Ini menunjukkan bahwa meskipun otomatisasi dan digitalisasi mengurangi beban kerja fisik, mereka membawa tantangan baru terkait kesejahteraan mental pekerja. Beberapa implikasi penting dari temuan ini meliputi:
Rekomendasi untuk Masa Depan
Agar transisi ke Industri 4.0 berjalan lancar tanpa mengorbankan kesejahteraan pekerja, perusahaan harus mengambil langkah-langkah berikut:
Kesimpulan
Industri 4.0 membawa perubahan signifikan dalam dunia kerja, termasuk risiko baru bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Penelitian ini menegaskan bahwa kelelahan mental dan tekanan psikologis merupakan tantangan utama dalam lingkungan kerja berbasis teknologi. Oleh karena itu, perusahaan harus mengambil langkah proaktif untuk mengurangi dampak negatif ini dan memastikan kesejahteraan pekerja tetap menjadi prioritas.
Sumber Asli
Adem, Aylin., Çakit, Erman., & Dağdeviren, Metin. Occupational Health and Safety Risk Assessment in the Domain of Industry 4.0. SN Applied Sciences, 2:977, 2020.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health/OSH) adalah aspek penting dalam dunia kerja, terutama di sektor industri yang memiliki risiko tinggi. Alyazya Alhosani (2024) dalam penelitiannya menyoroti efektivitas penerapan regulasi OSH di Abu Dhabi dan membandingkannya dengan standar di negara maju seperti Inggris, AS, dan Australia. Studi ini menekankan bahwa enforcement yang efektif dapat mengurangi cedera kerja, meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki kinerja bisnis.
Status dan Tantangan Penerapan OSH di Abu Dhabi
1. Kesenjangan Kesadaran dan Implementasi OSH
2. Tingkat Cedera dan Penyakit Akibat Kerja
3. Perbandingan dengan Negara Maju
Studi Kasus dan Data Statistik
Strategi Peningkatan Enforcement OSH
1. Penerapan Pendekatan Berbasis Data
2. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Keselamatan
3. Kolaborasi dengan Regulator dan Pihak Swasta
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa enforcement OSH yang efektif dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja, meningkatkan kepatuhan perusahaan, dan mendorong efisiensi bisnis. Abu Dhabi dapat belajar dari negara maju dalam meningkatkan sistem keselamatan kerja melalui kombinasi regulasi ketat, edukasi, dan teknologi modern.
Sumber: Alhosani, A. (2024). ‘The Enforcement of Occupational Safety and Health Requirements in Public and Private Sectors in the Emirate of Abu Dhabi, the United Arab Emirates’. Occupational Diseases and Environmental Medicine, 12, 78-114.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Maret 2025
Dalam era digital dan Industri 4.0, teknologi memainkan peran penting dalam berbagai sektor industri, termasuk dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Studi yang dilakukan oleh Emily J. Haas dan Emanuele Cauda (2022) membahas bagaimana Health and Safety Management Systems (HSMS) dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesejahteraan pekerja selama proses integrasi teknologi, terutama dengan penggunaan Direct Reading and Sensor Technologies (DRST). Artikel ini menyoroti tantangan utama dalam penerapan teknologi K3, termasuk kurangnya kepercayaan pekerja terhadap teknologi, kesulitan dalam penggunaannya, serta kurangnya panduan dan dukungan dari organisasi. Dengan menggunakan pendekatan HSMS, perusahaan dapat mengatasi hambatan ini dan meningkatkan penerimaan teknologi di lingkungan kerja.
Tantangan dalam Integrasi Teknologi Keselamatan
1. Kurangnya Kepercayaan terhadap Teknologi
2. Kesulitan dalam Penggunaan DRST
3. Kurangnya Dukungan dan Panduan Regulasi
Implementasi HSMS untuk Mendukung Integrasi Teknologi
1. Komitmen Manajemen dalam Keselamatan dan Kesejahteraan Pekerja
2. Keterlibatan Pekerja dalam Pengambilan Keputusan
3. Penggunaan HSMS sebagai Kerangka Kerja untuk Integrasi Teknologi
Dalam penelitian ini, 88 profesional K3 yang berasal dari berbagai industri, termasuk pertambangan dan manufaktur, memberikan wawasan tentang tantangan dan manfaat penerapan DRST.
Rekomendasi untuk Meningkatkan Penerapan Teknologi K3
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam sistem keselamatan kerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja jika dikelola dengan baik melalui HSMS. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat meningkatkan kepercayaan pekerja terhadap teknologi, memastikan penggunaan yang efektif, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.
Sumber: Haas, E. J., & Cauda, E. (2022). ‘Using Core Elements of Health and Safety Management Systems to Support Worker Well-Being during Technology Integration’. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(13849), 1-17.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Maret 2025
Industri modern di negara berkembang memiliki dampak besar terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif, dengan sampel sebanyak 270 pekerja industri di Ibadan, Oyo State, Nigeria. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dikembangkan khusus untuk penelitian ini, yakni Industrial Waste Management and Workers Health Status Inventory (IWMWHSI). Analisis data dilakukan dengan metode Multiple Regression Analysis dan Pearson Moment Correlation Analysis untuk menguji hubungan antara variabel-variabel penelitian.
Hubungan Antara Praktik Manajemen Limbah dan Kesehatan Pekerja
Hubungan Antara Praktik Keselamatan Kerja dan Kesehatan Pekerja
Sikap Kesehatan Kerja dan Kesehatan Pekerja
Prediksi Status Kesehatan Pekerja
Studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama yang dihadapi industri dalam pengelolaan limbah dan keselamatan kerja, antara lain:
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa rekomendasi dapat diterapkan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja di industri:
Paper ini memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya manajemen limbah industri, keselamatan kerja, dan sikap pekerja dalam menjaga kesehatan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah yang baik, penerapan keselamatan kerja yang ketat, dan sikap positif terhadap kesehatan memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan pekerja. Dengan implementasi regulasi yang lebih ketat dan kesadaran yang lebih tinggi dari pihak industri, diharapkan risiko kesehatan akibat limbah industri dapat diminimalkan.
Sumber Artikel: Olaoke Ibitola Olajumoke, Popoola Olusoji David, "Influence of Industrial Waste Management, Workers Safety Practices, and Occupational Health Attitude on Employees’ Health Status in Urban Community in Nigeria", Journal of Environmental Sciences and Resource Management, Vol. 9, No. 1, 2017.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan industri manufaktur merupakan aspek penting yang harus diperhatikan untuk mencegah kecelakaan kerja, termasuk kebakaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dengan petugas EHS Officer, serta analisis dokumen perusahaan. Standar yang digunakan meliputi NFPA 10 (2018), NFPA 72 (1995), NFPA 101 (1995), dan SNI 03-1735-2000. Evaluasi dilakukan terhadap organisasi tanggap darurat, prosedur ERP, latihan evakuasi (evacuation drill), serta sistem proteksi kebakaran seperti APAR dan hidran.
Gedung Upper 2 memiliki luas 6.136 m² dan terdiri dari dua area, yaitu produksi dan kantor. Area produksi memiliki risiko kebakaran sedang karena adanya bahan mudah terbakar seperti kulit, lem, dan cairan primer. Area kantor memiliki risiko kebakaran ringan. Menurut Kepmenaker No. 186 Tahun 1999, bangunan ini diklasifikasikan sebagai bahaya kebakaran Sedang II, yang berarti memerlukan sistem proteksi kebakaran yang memadai.
Perusahaan telah membentuk tim tanggap darurat dengan struktur organisasi yang terdiri dari Commander Emergency Preparedness & Response Plan sebagai pemimpin, Coordinator Fire Fighter & Combat Disaster untuk tim pemadam kebakaran, dan Coordinator Evacuation & Rescue untuk evakuasi serta pertolongan pertama. Tim ini sudah memiliki pelatihan khusus dan sertifikasi fire brigade, sesuai dengan regulasi K3 di Indonesia.
Prosedur ERP telah disusun dengan mengacu pada berbagai regulasi seperti UU No. 1/1970, Kepmenaker No. 186/1999, dan Permen PU No. 6/2008. Beberapa elemen penting dalam ERP meliputi sistem komunikasi darurat, identifikasi bahaya, struktur organisasi tanggap darurat, jalur evakuasi dan titik kumpul, pelatihan dan simulasi, serta pelaporan dan investigasi pasca kejadian. Namun, paper ini menemukan bahwa prosedur teknis pemadaman kebakaran belum disusun secara mendetail, sehingga perlu perbaikan.
Latihan evakuasi dilakukan rutin setiap 6 bulan sekali. Dari hasil simulasi pada tahun 2023, sebanyak 1.498 pekerja berhasil dievakuasi dalam 2 menit 49 detik, lebih cepat dari target 3 menit. Tidak ada kecelakaan atau korban luka selama simulasi. Namun, ditemukan satu alarm manual tidak berfungsi, sehingga perlu diperbaiki. Sistem proteksi kebakaran meliputi detektor asap, panas, dan beam detector yang sesuai dengan NFPA 72 (1995). Alarm terintegrasi dengan detektor dan diuji setiap 6 bulan. Namun, ditemukan alarm manual yang tidak berfungsi saat simulasi, yang perlu segera diperbaiki.
Gedung 2 memiliki 26 APAR jenis Dry Chemical Powder, yang sesuai untuk kebakaran kelas A (bahan padat) dan kelas C (listrik). Berdasarkan standar NFPA 10 (2018), jumlah dan distribusi APAR di gedung ini sudah memenuhi syarat. Gedung ini memiliki 4 hidran indoor dan 7 hidran outdoor, yang sesuai dengan standar NFPA 14 (1995) dan sudah ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau tanpa terhalang. Jalan keluar dari bangunan tersedia di tiga lokasi berbeda. Koridor evakuasi tidak terhalang oleh benda lain. Rute evakuasi dibuat menggunakan stiker fluoresen agar tetap terlihat dalam kondisi gelap. Titik kumpul telah disediakan di dua lokasi yang aman dari reruntuhan. Emergency lamp tersedia di tangga dan exit.
Kesimpulan
Saran
Sumber Artikel
Moch. Luqman Ashari, Aulia Yasfa Azzahra, Utsman Hanif Ramadhani, dan Moch Nehru Andhy Qirana. Analisis Emergency Response Procedure dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Upper 2 Perusahaan Manufaktur Produksi Footwear. IJESPG Journal, Vol. 1, No. 3 (2023).