Pendidikan

Menantang Neoliberalisasi: Membiayai Pendidikan Tinggi secara Adil dan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Pendidikan tinggi (mestinya) menjadi public good

Pendidikan tinggi memang telah lama menanggalkan amanat sebagai wahana demokratisasi dan bersekongkol dengan logika pasar (neoliberalisasi), ungkap Henry Giroux, akademisi asal Amerika Serikat. 

Dalam konteks Indonesia, persoalan neoliberalisasi pendidikan tinggi juga sudah jamak diulas oleh beberapa akademisi yang fokus pada ilmu pendidikan (pedagogi), seperti oleh Ben Laksana, Andrew Rosser, dan  Joko Susilo. Semua studi sepakat bahwa wujud nyata neoliberalisasi pendidikan tinggi dapat juga disebut sebagai korporatisasi kampus.

Neoliberalisasi maupun korporasi kampus bukan hanya menyangkut masalah aksesibilitas, tetapi sesungguhnya juga suasanatakademik yang membungkusnya, yaitu kurikulum pendidikan tinggi yang cenderung disusun ‘hanya’ untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. 

Di Indonesia, gejala ini semakin jelas ketika pemerintah memberikan otonomi kepada PTN melalui skema BHMN (Badan Hukum Milik Negara) pada 2000 dan kemudian PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri-Berbadan Hukum) pada 2012 melalui pengesahan UU No. 12 tahun 2012 (UU Pendidikan Tinggi – Dikti). Pemerintah memang tetap akan membiayai PTN, namun mereka konsisten bersikeras bahwa pendidikan tinggi bukan barang publik (public good) yang harus dibiayai penuh oleh negara. 

Hal ini terlihat dalam dokumen Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010 yang disusun pada 2004 atau delapan tahun sebelum pemerintah meresmikan UU Dikti. Pada halaman 9 dokumen tersebut, tertera pernyataan, “Pendidikan tinggi lebih bersifat sebagai barang privat daripada barang publik. Oleh karena itu, sebagai pihak yang akan mendapatkan manfaat langsung, mahasiswa yang mampu harus ikut berpartisipasi membiayai pendidikannya.”

Padahal, di saat yang sama, pemerintah juga meratifikasi Kovenan Hak Ekonomi Sosial Budaya (Ekosob) melalui UU No.11 Tahun 2005. Dalam pasal 13 ayat (2) huruf c kovenan yang diformulasikan unit kerja PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNOHCR) tersebut dikatakan, “Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang secara merata atas dasar kemampuan, dengan segala cara yang layak, khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap.

”Seharusnya, dengan meratifikasi Kovenan Ekosob sebagai dasar hukum yang mengikat selayaknya undang-undang, kewajiban negara terkait penyediaan pendidikan tidak hanya berhenti pada pendidikan dasar atau menengah, tetapi juga mencakup akses pada pendidikan tinggi."

Semenjak empat PTN (Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor) diresmikan menjadi BHMN pada 2000, biaya pendidikan dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terus meningkat dengan porsi pembiayaan yang mayoritas bersumber dari dana masyarakat.

Contohnya, sejak adanya otonomi pendidikan tinggi dalam bentuk PTN-BH, universitas mencari pemasukan utama dari penambahan jumlah mahasiswa, bukan dari sumber produktif lainnya. Berdasarkan data Bappenas pada 2019, pemasukan utama pembiayaan PTN-BH bersumber dari masyarakat (37%), baru disusul dana pemerintah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara – APBN) sebesar 33%.

Seorang mantan petinggi Dikti pada 2016 pernah memberi gambaran ideal bahwa PTN-BH sebaiknya didanai sebesar 40% dari negara, 30% dari uang kuliah mahasiswa, dan sisa 30% dari pemasukan internal PTN yang bersangkutan. Kebutuhan dana operasional Universitas Indonesia pada 2019 misalnya, mencapai angka Rp 293,8 Miliar yang sebagian besar dipenuhi melalui alokasi BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri) dan non-APBN. Hanya jika biaya operasional rutin ini terpenuhi, PTN dapat berkreasi untuk mencari dana bagi kegiatan riset, kolaborasi, dan program inovasi lainnya. 

Alokasi APBN untuk pendidikan sebesar 20% tidak boleh dijadikan lip service (omong kosong) belaka, tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam bentuk investasi pendidikan. Angka 20% tidak dimaksudkan untuk membayar gaji pegawai, melainkan diperhitungkan untuk menutup student unit cost (Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi – SSBOPT). Dengan itu, kampus tidak perlu membebankan biaya tersebut ke mahasiswa, apalagi sampai membuat mahasiswa harus mencari pinjaman dana ke lembaga pemberi pinjaman online

Besarnya dana operasional perguruan tinggi yang tidak didanai secara memadai oleh pemerintah dan otonomi keuangan membuat PTN-BH kembali pada skema pembiayaan lama (tetapi baru), yaitu pinjaman mahasiswa atau student loan. Skema ini sudah pernah dijalankan di era 1980 dengan nama Kredit Mahasiswa Indonesia dan kini kita lihat kembali dalam kasus di ITB.

Bedanya, kasus di ITB melibatkan pihak ketiga berupa perusahaan penyedia jasa pinjaman online yang memberikan bunga pinjaman cukup mencekik. Pinjaman online semacam itu juga memiliki reputasi buruk di Indonesia, karena lebih banyak menyengsarakan masyarakat akibat bunga yang mereka bebankan.

Berbagai contoh gagal skema student loan bisa kita pelajari bersama. Implementasi student loan terburuk bisa kita lihat di Amerika Serikat yang membebaskan skema student loan ke pasar dengan bunga pinjaman variatif. Dalam studi yang dirilis oleh Brookings Institution tahun 2017, sebanyak 28-29% penerima pinjaman kuliah bahkan tidak mampu membayar kembali pinjaman yang telah diterimanya (default).

Mencari Itikad pembiayaan yang adil dan berkelanjutan?

Beberapa skema yang terbukti berhasil, seperti pemanfaatan dana abadi ala LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang mengumpulkan dana beasiswa di luar APBN, patut dipertimbangkan. Jika strategi penggunaan dana abadi dialihkan untuk keperluan biaya operasional rutin, kebutuhan untuk terus mengandalkan biaya kuliah dari mahasiswa dapat ditekan. 

Dengan kata lain, jika pemanfaatan dana abadi diestimasi dengan rata-rata biaya operasional PTN, praktik seperti perlombaan menambah jalur mandiri dan menambah jumlah mahasiswa bisa ditekan dan masyarakat tidak dibebankan dengan biaya kuliah yang tinggi. Keterampilan dalam mengelola dana abadi ini juga akan berpengaruh dalam hal kemampuan menggaji dosen dengan layak.

Selain itu, peran pemerintah daerah seharusnya lebih dioptimalkan dalam pembiayaan pendidikan tinggi ke depan, ketimbang hanya mengandalkan kenaikan UKT atau jalur mandiri yang tidak diawasi pemerintah pusat. Ini penting, sebab berbeda dengan pendidikan dasar dan menengah, pemerintah daerah masih sangat minim berperan dalam mendanai penyelenggaraan pendidikan tinggi. 

Meskipun berbagai PTN-BH memiliki otonomi, pemerintah daerah tetap tidak memiliki tanggung jawab terhadap berbagai perguruan tinggi yang terdapat di wilayahnya. Kendala bagi pemerintah daerah dalam membiayai pendidikan tinggi juga terletak di beberapa regulasi yang membatasi kontribusi mereka sebatas dalam bentuk pemberian aset.

Padahal, dalam jangka panjang, pembiayaan pendidikan tinggi yang hanya mengandalkan dana pemerintah pusat tidak lagi strategis dan berkelanjutan. Apalagi, ketika pembuat kebijakan tidak memiliki orientasi untuk melihat pendidikan tinggi sebagai sebuah hak yang harus diupayakan negara.

Sumber: anotasi.org

 

Selengkapnya
Menantang Neoliberalisasi: Membiayai Pendidikan Tinggi secara Adil dan Berkelanjutan

Rantai Pasok Digital

Digitalisasi Rantai Pasok Volvo Group: Tantangan dan Faktor Keberhasilan di Era Industry 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi elemen penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di industri manufaktur. Artikel ini, hasil penelitian Fredrik Greftén dan Anton Gunneberg, membahas bagaimana Volvo Group, melalui divisi International Manufacturing (IM), memanfaatkan digitalisasi untuk mentransformasi rantai pasok mereka dalam konteks manufaktur global. Fokus utama penelitian ini adalah pada tantangan, peluang, dan faktor keberhasilan kritis yang terkait dengan inisiatif digitalisasi di Volvo Group.

Latar Belakang

Volvo Group adalah salah satu perusahaan manufaktur kendaraan terbesar di dunia, dengan lebih dari 240.000 truk yang diproduksi setiap tahunnya. Divisi International Manufacturing (IM) menangani produksi berbasis knock-down (KD), yaitu pengiriman truk dalam bentuk komponen untuk dirakit di lokasi lokal. Strategi ini sering digunakan untuk mengurangi bea impor dan mematuhi regulasi perdagangan setempat. Namun, proses ini menghadirkan tantangan kompleks dalam integrasi teknologi digital ke rantai pasok.

Masalah Utama:
IM menghadapi kesenjangan dalam tingkat digitalisasi, dengan beberapa proses masih bergantung pada sistem manual yang terputus. Kurangnya peta jalan digitalisasi yang jelas juga menjadi hambatan besar dalam mengoptimalkan operasi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam, survei, dan dokumen internal Volvo. Sebanyak 9 wawancara dilakukan dengan karyawan Volvo dari berbagai tingkatan operasional, strategis, dan taktis. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan kerangka kerja Industry 4.0 Maturity Index.

Hasil Utama

1. Pemetaan Proses Digitalisasi Penelitian ini menemukan bahwa beberapa proses di IM telah mencapai tahap “visibility” dalam kerangka Industry 4.0 Maturity Index. Artinya, proses ini telah terhubung secara digital, memungkinkan wawasan waktu nyata (real-time insights). Namun, sejumlah proses penting masih bergantung pada sistem manual, menciptakan "media breaks" yang menghambat aliran data.

2. Faktor Keberhasilan Kritis

  • Manajemen Perubahan Digital: Keberhasilan digitalisasi memerlukan dukungan budaya organisasi yang kuat untuk menerima perubahan teknologi.
  • Penggunaan Data yang Efektif: Data yang ada harus dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan berbasis informasi.
  • Struktur Organisasi Digital yang Jelas: Struktur organisasi yang mendukung inisiatif digitalisasi sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang.

3. Tantangan Utama

  • Sistem Usang: Banyak proses di IM masih bergantung pada perangkat lunak lama yang tidak kompatibel dengan teknologi baru.
  • Kesenjangan Kompetensi: Kurangnya pelatihan membuat karyawan sulit beradaptasi dengan alat digital baru.
  • Integrasi Sistem: Kompleksitas rantai pasok KD membuat integrasi teknologi menjadi tantangan besar.

Studi Kasus: Efek Digitalisasi di IM

Salah satu hasil menonjol dari penelitian ini adalah pemanfaatan sistem Sales and Operations Planning (S&OP) untuk meningkatkan efisiensi operasional. Setelah implementasi digitalisasi, waktu perencanaan kapasitas berkurang hingga 30%, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan permintaan pasar.

Efek pada Pemeliharaan Proaktif: Dengan analisis data waktu nyata, Volvo mampu mengidentifikasi peralatan yang membutuhkan perawatan sebelum kerusakan terjadi. Pendekatan ini mengurangi waktu henti mesin hingga 15%, memberikan dampak positif pada produktivitas.

Penggunaan IoT untuk Visibilitas: IoT digunakan untuk memantau aliran komponen secara real-time dari pemasok ke lokasi perakitan KD. Teknologi ini meningkatkan akurasi pengiriman hingga 20%, mengurangi biaya logistik.

Relevansi dengan Tren Global

Penelitian ini menunjukkan bagaimana digitalisasi dapat membantu Volvo beradaptasi dengan tantangan global di era Industry 4.0:

  1. Keberlanjutan: Teknologi digital membantu Volvo mengurangi limbah dan emisi karbon dengan meningkatkan efisiensi logistik.
  2. Kebutuhan Respons Cepat: Di pasar global yang berubah dengan cepat, digitalisasi memungkinkan Volvo merespons permintaan pelanggan dengan lebih fleksibel.
  3. Persaingan Teknologi: Dengan adopsi teknologi seperti IoT dan Big Data, Volvo dapat bersaing dengan produsen kendaraan global lainnya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Artikel ini menyoroti pentingnya evaluasi digitalisasi yang menyeluruh untuk memastikan keberhasilan jangka panjang. Volvo Group perlu:

  • Memprioritaskan pelatihan tenaga kerja untuk mengurangi kesenjangan keterampilan.
  • Mengembangkan peta jalan digitalisasi yang mencakup integrasi teknologi baru dengan sistem lama.
  • Meningkatkan investasi dalam teknologi IoT dan Big Data untuk memperkuat visibilitas dan analisis data.

Digitalisasi bukan hanya solusi operasional tetapi juga kunci untuk mempertahankan daya saing di pasar global. Penelitian ini memberikan panduan penting bagi perusahaan lain yang ingin memulai perjalanan digitalisasi mereka.

Sumber Artikel:
Fredrik Greftén & Anton Gunneberg, Digitalization of Volvo Group’s International Manufacturing Supply Chain, Lund University, 2021.

Selengkapnya
Digitalisasi Rantai Pasok Volvo Group: Tantangan dan Faktor Keberhasilan di Era Industry 4.0

Rantai Pasok Digital

Mengukur Dampak Digitalisasi pada Manajemen Rantai Pasok Manufaktur dalam Industri Pembangkitan Energi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi katalisator penting dalam transformasi industri modern, khususnya dalam manajemen rantai pasok manufaktur (SCM). Paulina Gisbrecht, dalam tesisnya, mengeksplorasi dampak inisiatif digitalisasi pada faktor kinerja rantai pasok manufaktur, seperti produktivitas, pemeliharaan, dan pemanfaatan mesin. Penelitian ini dilakukan dalam konteks industri pembangkitan energi menggunakan data dari sebuah pabrik percontohan.

Melalui pendekatan kuantitatif, Gisbrecht mengukur dampak dari inisiatif digital seperti visualisasi data, yang melibatkan pengelolaan dan analisis data secara real-time. Penelitian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan dalam literatur yang sebagian besar masih bersifat teoritis dan kurang didukung oleh bukti empiris.

Latar Belakang Digitalisasi dalam SCM

Digitalisasi dalam SCM melibatkan penerapan teknologi seperti:

  • Internet of Things (IoT): Menghubungkan perangkat untuk berbagi data real-time.
  • Big Data Analytics: Analisis data skala besar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
  • Visualisasi Data: Menampilkan informasi dalam format yang mudah dipahami guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Menurut penelitian sebelumnya, inisiatif seperti ini dapat meningkatkan keandalan aset, mengurangi waktu henti yang tidak direncanakan, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya.

Studi Kasus: Pabrik Percontohan di Industri Pembangkitan Energi

Penelitian dilakukan di sebuah pabrik manufaktur peralatan pembangkit energi. Pabrik ini mengimplementasikan program Smart Manufacturing yang mencakup inisiatif visualisasi data. Data dikumpulkan dari sistem Manufacturing Execution System (MES) dan Enterprise Resource Planning (ERP), yang kemudian dianalisis menggunakan alat visualisasi Tableau.

Hasil Utama:

  1. Waktu Henti Mesin yang Tidak Direncanakan:
    • Penelitian menemukan bahwa meskipun ada penurunan kecil dalam waktu henti, hasilnya belum mencapai tingkat signifikan secara statistik.
  2. Pemeliharaan Terencana:
    • Peningkatan signifikan ditemukan pada pemeliharaan terencana, terutama pada tahap awal implementasi inisiatif visualisasi.
  3. Pemanfaatan Mesin:
    • Penggunaan mesin meningkat secara signifikan, menunjukkan dampak positif dari digitalisasi pada efisiensi operasional.

Analisis Hasil dan Implikasi

1. Produktivitas dan Efisiensi Operasional: Digitalisasi terbukti dapat meningkatkan pemanfaatan mesin. Dalam penelitian ini, pemanfaatan mesin meningkat lebih dari 10% setelah implementasi sistem visualisasi. Hal ini menunjukkan bahwa analisis visual membantu operator memahami kondisi mesin secara real-time, sehingga mempercepat pengambilan keputusan.

2. Pemeliharaan Proaktif: Pemeliharaan terencana meningkat di awal implementasi, yang diharapkan menurun pada tahap selanjutnya. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memindahkan fokus dari reaktif ke proaktif dalam pengelolaan aset.

3. Tantangan: Namun, waktu henti mesin yang tidak direncanakan belum menurun secara signifikan. Ini menunjukkan perlunya pengujian jangka panjang untuk mengevaluasi efektivitas penuh dari inisiatif digitalisasi.

Relevansi dengan Tren Industri

  1. Transformasi Digital: Penelitian ini relevan dengan transformasi digital yang sedang berlangsung di berbagai sektor, terutama industri berat seperti manufaktur pembangkitan energi.
  2. Keberlanjutan: Dengan digitalisasi, perusahaan dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya, yang penting untuk mencapai target keberlanjutan global.
  3. Keterampilan Teknologi: Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pelatihan tenaga kerja untuk memaksimalkan manfaat teknologi baru.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Tesis ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana digitalisasi dapat meningkatkan kinerja rantai pasok manufaktur. Inisiatif seperti visualisasi data menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi dampaknya dalam jangka panjang, terutama dalam pengurangan waktu henti yang tidak direncanakan.

Sumber Artikel:
Paulina Gisbrecht, Quantifying the Impact of Digitalization on Manufacturing Supply Chain Management in a Power Generation Company, Massachusetts Institute of Technology, 2018.

Selengkapnya
Mengukur Dampak Digitalisasi pada Manajemen Rantai Pasok Manufaktur dalam Industri Pembangkitan Energi

Rantai Pasok Digital

Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi elemen kunci dalam mendukung efisiensi, transparansi, dan keberlanjutan pada berbagai sektor ekonomi, termasuk logistik. Artikel "Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0" karya Erwin Raza, La Ode Sabaruddin, dan Aziza Leila Komala dalam Jurnal Logistik Indonesia (Vol. 4, No. 1, 2020) menyoroti bagaimana teknologi Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) mengubah paradigma logistik tradisional menjadi lebih modern dan berbasis teknologi digital. Penulis mengkaji manfaat, tantangan, dan dampak digitalisasi logistik dengan mendalam, menggunakan berbagai teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Wearable Technology (WT), Advanced Robotics (AR), dan 3D Printing (3DP).

Manfaat Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Digitalisasi logistik menciptakan peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang diuraikan:

  1. Artificial Intelligence (AI): AI memungkinkan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan berbasis data dalam rantai pasokan. Contoh studi kasus adalah penerapan teknologi AI pada sistem logistik global yang memungkinkan kendaraan tanpa pengemudi dan sistem produksi otomatis. Dengan algoritma pembelajaran mesin, perusahaan dapat memproses data real-time untuk memprediksi permintaan dan mengoptimalkan stok produk.
  2. Internet of Things (IoT): IoT memberikan kemampuan pelacakan yang transparan sepanjang rantai pasok. Teknologi ini mengintegrasikan sensor dan perangkat pintar untuk mengumpulkan data, yang kemudian diproses menggunakan analitik big data. Misalnya, arsitektur IoT seperti yang diuraikan dalam artikel menciptakan sistem manajemen data end-to-end, memungkinkan pelacakan barang secara real-time.
  3. Wearable Technology (WT): Teknologi wearable, seperti smartwatch dan kacamata pintar, membantu pekerja logistik untuk melakukan tugas dengan lebih efisien tanpa perlu perangkat tambahan. Dalam contoh penerapannya, perusahaan e-commerce besar telah menggunakan wearable devices untuk meningkatkan efisiensi di gudang.
  4. Advanced Robotics (AR): Robot canggih digunakan untuk meningkatkan produktivitas, seperti dalam pengelolaan gudang dan pemrosesan pesanan. Penulis mencatat bagaimana logika fuzzy diterapkan untuk meningkatkan presisi pada sistem robotik, misalnya dalam pengendalian suhu ruangan berdasarkan aturan IF-THEN.
  5. 3D Printing (3DP): Teknologi pencetakan 3D mendukung produksi terdesentralisasi dan pengurangan biaya logistik. Barang tidak lagi perlu dikirim dari lokasi yang jauh karena bisa diproduksi langsung di dekat konsumen. Ini menghasilkan efisiensi dalam biaya transportasi dan pengurangan emisi karbon.

Studi Kasus Digitalisasi Logistik

Artikel ini memuat beberapa studi kasus yang relevan untuk mendemonstrasikan manfaat digitalisasi logistik:

  1. IoT dalam Sistem Logistik Transparan: Pada salah satu perusahaan logistik di Eropa, implementasi IoT memungkinkan pelacakan kontainer secara real-time, yang menghasilkan penurunan waktu tunggu hingga 30%. Sistem ini juga mengurangi kesalahan administratif yang sebelumnya sering terjadi pada dokumen pengiriman.
  2. Penerapan 3D Printing untuk Spare Parts: Dalam industri dirgantara, 3D printing digunakan untuk mencetak komponen pengganti sesuai permintaan, sehingga menghemat biaya penyimpanan hingga 50%. Ini juga mempercepat waktu perbaikan mesin yang sebelumnya terhambat oleh logistik tradisional.
  3. AI dalam Prediksi Permintaan: Sebuah perusahaan retail global menggunakan AI untuk menganalisis pola pembelian pelanggan dan memperkirakan permintaan selama periode liburan. Hasilnya, mereka berhasil meningkatkan akurasi stok hingga 90%, mengurangi kelebihan persediaan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dampak Digitalisasi pada Keberlanjutan

Transformasi digital dalam logistik membawa dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial:

  • Lingkungan: Digitalisasi mengurangi emisi karbon melalui optimasi rute pengiriman dan pengurangan konsumsi bahan bakar. Pencetakan 3D, misalnya, hanya menggunakan bahan yang diperlukan, sehingga meminimalkan limbah produksi.
  • Ekonomi: Efisiensi operasional meningkatkan profitabilitas perusahaan. Teknologi seperti AI dan IoT memungkinkan pengurangan biaya operasional hingga 20%, berdasarkan analisis dari artikel.
  • Sosial: Meskipun digitalisasi menciptakan ancaman terhadap tenaga kerja tradisional, integrasi teknologi baru juga membuka peluang pekerjaan di bidang teknologi informasi dan manajemen data.

Tantangan Digitalisasi Logistik

Penulis juga mengidentifikasi tantangan yang perlu diatasi untuk keberhasilan digitalisasi logistik:

  1. Standarisasi Dokumen: Banyak proses logistik domestik di Indonesia masih bergantung pada dokumen konvensional, sehingga memperlambat implementasi digitalisasi.
  2. Kepercayaan Antar Pemangku Kepentingan: Membangun kepercayaan antar pelaku dalam rantai pasok sangat penting. Teknologi blockchain dapat menjadi solusi untuk menciptakan transparansi yang lebih besar.
  3. Biaya Implementasi: Biaya awal untuk mengadopsi teknologi seperti AI dan IoT masih relatif tinggi, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM).

Kesimpulan dan Rekomendasi

Artikel ini menyimpulkan bahwa digitalisasi logistik di era RI 4.0 memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan. Namun, implementasi yang sukses membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan penyedia teknologi.

Penulis merekomendasikan langkah-langkah berikut:

  1. Edukasi dan Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja untuk memahami teknologi baru.
  2. Kolaborasi: Mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik untuk menciptakan platform yang saling mendukung.
  3. Inovasi Kebijakan: Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung investasi teknologi digital, khususnya untuk UKM.

Sumber Artikel: Raza, Erwin, La Ode Sabaruddin, & Aziza Leila Komala. (2020). Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0. Jurnal Logistik Indonesia, Vol. 4, No. 1, April 2020, pp. 49-63.

Selengkapnya
Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Properti dan Arsitektur

Arsitek vs Perusahaan Arsitektur vs Perusahaan Teknik: Apa Bedanya?

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Dalam dunia bangunan dan desain, istilah 'arsitek', 'firma arsitektur', dan 'firma teknik' sering digunakan secara bergantian, namun ketiganya mewakili entitas yang berbeda dalam industri konstruksi. Memahami perbedaan ini sangat penting bagi siapa pun yang memulai proyek arsitektur komersial, karena hal ini dapat menentukan dengan siapa Anda akan bekerja untuk merancang dan menyelesaikan proyek Anda. 

Blog ini akan mengeksplorasi perbedaan-perbedaan ini, memberikan saran kapan harus menyewa masing-masing, dan menyoroti manfaat bekerja sama dengan firma arsitektur dibandingkan dengan firma teknik atau arsitek tunggal. 

Arsitek vs firma arsitektur

Arsitek adalah profesional berlisensi yang mendesain bangunan dan sering kali mengawasi pembangunannya. Mereka menggabungkan visi artistik dengan keahlian teknis untuk menciptakan struktur yang fungsional dan estetis. Arsitek harus memiliki gelar di bidang arsitektur, lulus serangkaian ujian, dan memenuhi persyaratan lisensi lainnya.

Firma arsitektur, di sisi lain, adalah bisnis yang mempekerjakan beberapa arsitek dan menawarkan layanan yang lebih luas daripada arsitek perorangan. Sementara seorang arsitek dapat mengerjakan aspek desain bangunan, firma arsitektur dapat mengelola seluruh siklus hidup proyek bangunan, dari konsep hingga penyelesaian. Untuk memastikan bahwa proyek sesuai dengan visi, anggaran, dan batasan waktu klien, firma arsitektur juga akan berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk klien, insinyur, dan kontraktor.

Firma arsitektur vs firma teknik

Sementara firma arsitektur berfokus pada desain dan estetika bangunan, firma teknik berspesialisasi dalam aspek teknis dan strukturalnya. Perusahaan teknik bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sebuah bangunan aman, fungsional, dan sesuai dengan kode dan peraturan bangunan. Mereka fokus pada integritas mekanik, listrik, dan struktural bangunan untuk memastikan bangunan tersebut dapat bertahan dalam segala kondisi.

Meskipun demikian, arsitek dan insinyur sering kali berkolaborasi dalam proyek arsitektur, dengan arsitek berfokus pada tampilan dan nuansa bangunan secara keseluruhan. Namun, para insinyur berkonsentrasi untuk membuat visi tersebut layak secara struktural dan aman. Meskipun firma arsitektur mungkin memiliki insinyur sebagai staf, firma teknik biasanya tidak memiliki arsitek. Oleh karena itu, keduanya memainkan peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam proses konstruksi.

Kapan harus menyewa yang mana

Memutuskan apakah akan menyewa arsitek, firma arsitektur, atau firma teknik tergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas proyek Anda. Untuk proyek berskala kecil atau saran arsitektur yang spesifik, seorang arsitek individu mungkin sudah cukup. Namun, untuk proyek yang lebih besar dan lebih kompleks, seperti ruang kantor komersial, sekolah, atau gudang, firma arsitektur sering kali merupakan pilihan yang lebih baik, karena mereka dapat menawarkan berbagai keahlian.

Jika proyek Anda melibatkan pekerjaan struktural yang kompleks atau membutuhkan solusi teknik khusus, berkolaborasi dengan perusahaan teknik sangatlah penting. Dalam banyak kasus, terutama untuk proyek komersial, Anda memerlukan firma arsitektur dan firma teknik, karena mereka akan bekerja sama untuk mewujudkan visi Anda dengan cara yang aman, fungsional, dan menyenangkan secara estetika.

Manfaat menyewa firma arsitektur

Memilih firma arsitektur, dibandingkan dengan arsitek tunggal atau tim kecil arsitek, menawarkan beberapa keuntungan yang berbeda. Pertama dan terutama, Anda akan mendapatkan akses ke tim profesional dengan beragam keterampilan dan perspektif, yang dapat memberikan solusi desain yang lebih inovatif dan komprehensif.

Perusahaan arsitektur juga mengelola seluruh siklus hidup proyek, yang dapat mengurangi sebagian besar stres yang terkait dengan proyek bangunan. Tidak seperti arsitek, yang cenderung berspesialisasi dalam desain, banyak firma arsitektur menawarkan layanan manajemen konstruksi dan manajemen proyek. Layanan ini dapat mencakup mematuhi jadwal konstruksi, anggaran, atau kendala lain dari klien. Layanan ini juga mencakup koordinasi dengan pejabat bangunan dan perencanaan setempat. Mereka juga telah menjalin hubungan dengan kontraktor dan pemasok, yang dapat sangat berharga dalam memastikan kualitas dan efisiensi proyek Anda.

Dengan menyewa firma arsitektur, Anda dapat yakin bahwa proyek Anda akan dikelola secara profesional dari awal hingga akhir, karena mereka berhasil mewujudkan visi Anda. 

Kesimpulan

Memahami perbedaan antara arsitek, firma arsitektur, dan firma teknik sangat penting bagi siapa pun yang terlibat dalam proyek konstruksi. Meskipun masing-masing memainkan peran unik dalam proses pembangunan, firma arsitektur sering kali merupakan pilihan terbaik untuk memulai proyek komersial. 

Bagi mereka yang sedang mempertimbangkan proyek arsitektur komersial di Austin-atau di mana pun di Amerika Serikat-pertimbangkan untuk menghubungi Fuse Architecture Studio hari ini. Kami adalah firma arsitektur pemenang penghargaan dengan pengalaman luas dalam membangun semua jenis properti komersial. Kami mengutamakan klien kami di setiap tahap proses desain dan konstruksi untuk menjamin produk jadi kami memenuhi harapan mereka. Penekanan kami pada hubungan pribadi, profesionalisme, dan keahlian yang luas membuat Fuse sangat cocok untuk proyek komersial, pendidikan, atau industri apa pun.

Disadur dari: https://www.fuse-arch.com/

Selengkapnya
Arsitek vs Perusahaan Arsitektur vs Perusahaan Teknik: Apa Bedanya?

Properti dan Arsitektur

Mengenal tentang Kotagede Yogyakarta

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Kotagede (bahasa Jawa: ꦏꦸꦛꦒꦼꦝꦺ, bahasa Latin: Kuthagedhé) adalah sebuah kelurahan dan lingkungan bersejarah di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kotagede memiliki sisa-sisa peninggalan ibu kota pertama Kesultanan Mataram yang didirikan pada abad ke-16. Beberapa peninggalan Kotagede lama adalah sisa-sisa keraton, pemakaman kerajaan, masjid kerajaan, dan tembok pertahanan serta parit. Kotagede terkenal di dunia internasional karena kerajinan peraknya.

Sejarah

  • Kota kerajaan dan tempat ziarah

Kotagede sebelumnya adalah sebuah hutan bernama Mentaok, di sebelah timur Sungai Gajah Wong. Pada seperempat terakhir abad ke-16, penguasa Kerajaan Islam Pajang, sekitar 100 kilometer di sebelah timur situs ini, menghadiahkan hutan tersebut kepada Ki Ageng Pemanahan, salah satu punggawanya yang berhasil memadamkan pemberontakan. Pemanahan membuka hutan bersama putranya, Danang Sutawijaya, yang juga merupakan anak angkat sang penguasa. Sebuah pemukiman didirikan dan diberi nama Mataram karena Pemanahan sendiri disebut Ki Gedhe Mataram, "Penguasa Mataram".

Setelah Pemanahan wafat pada tahun 1575, Danang Sutawijaya mengumumkan dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati Ingalaga, "Tuan yang Disembah, Panglima di Medan Perang." Dia memperluas wilayahnya dengan menaklukkan beberapa bagian utama di Jawa, termasuk Pajang, ibu kota ayah angkatnya. Kota kecil ini kemudian menjadi ibu kota Mataram dan sejak saat itu kota ini dijuluki Kotagede, "Kota Besar". Pada masa itu, kota ini dibentengi dengan tembok. Tembok sebelah barat dibangun di sepanjang Sungai Gajah Wong, yang dialirkan untuk mengairi parit-parit di tiga sisi benteng.

Agar berhasil memerintah suatu wilayah, Senapati juga menjalin persekutuan dengan kekuatan gaib dengan melakukan pertapaan. Menurut Babad Mangkubumi, ketika melakukan meditasi di atas batu di tengah sungai di antara Gunung Merapi dan Samudera Hindia, seekor ikan mitos raksasa bernama Tunggulwulung menawari Senapati tumpangan untuk bertualang ke arah selatan samudera tempat roh terkuat di Jawa menguasai alam baka, bernama Kangjeng Ratu Kidul. Karena terpesona oleh aura Senapati, sang ratu memberikan dukungan atas upaya besar Senapati untuk menaklukkan rakyat Jawa. Ia bahkan mempersembahkan dirinya untuk menjadi permaisuri Senapati, dan juga seluruh keturunannya yang berkuasa, hingga saat ini.

Seorang pangeran bernama Mas Jolang menggantikan Senapati pada tahun 1601. Selama 12 tahun masa pemerintahannya, ia melakukan banyak proyek pembangunan di dalam istana dan daerah sekitarnya, bangunan terpenting yang ia bangun di istana adalah Prabayeksa. Arkeolog Willem Frederik Stutterheim mencatat pentingnya bangunan pusat ini sejak masa pra-Islam Majapahit. Di Keraton Yogyakarta saat ini, nama ini merujuk pada sebuah bangunan kayu raksasa yang sepenuhnya tertutup yang berfungsi sebagai tempat suci bagian dalam kediaman raja di mana sebagian besar benda pusaka dan senjata yang memiliki kekuatan magis disimpan.

Jolang memprakarsai pembangunan beberapa Taman (taman kesenangan tertutup). Dia dikenang dengan nama anumerta sebagai Panembahan Seda Krapyak ("Penguasa yang Meninggal saat Berburu (di Pondok Berburu)") karena konon dia terbunuh oleh seekor rusa ketika berburu di krapyak (hutan berburu tertutup) miliknya.

Pengganti Jolang untuk naik tahta adalah Mas Rangsang (berkuasa 1613-1645) yang lebih dikenal sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma, "Sultan Agung, Penguasa Alam Semesta". Ia memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dia menyerang Batavia dua kali meskipun tidak berhasil. Sultan Agung memutuskan untuk meninggalkan Kotagede menuju sebuah tempat bernama Kerta, sekitar 5 km sebelah selatan Kotagede, dan memulai pembangunan ibu kota baru dengan tembok yang jauh lebih besar di dekatnya yang bernama Plered.

Ibukota Mataram berpindah beberapa kali setelah itu hanya untuk kembali lagi ke lokasi dekat Kotagede. Dari Kerta, ibukota Mataram dipindahkan ke Plered oleh putra Agung, Mangkurat I. Hanya satu generasi yang menetap di Plered sebelum jatuhnya kota ini setelah dikalahkan oleh beberapa penentang Mangkurat I pada tahun 1677.

Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, penggantinya, Mangkurat II, memutuskan untuk mendirikan ibu kota baru bernama Kartasura yang berjarak 50 km ke arah timur. Pembantaian orang Tionghoa di Batavia berubah menjadi kekacauan di banyak wilayah utama di Jawa pada paruh pertama abad ke-18. Pemimpin pemberontak, Sunan Kuning, menduduki tahta Mataram di Kartasura setelah Pakubawana II meninggalkan ibukota dalam kekalahan. Pakubuwana II kemudian mendapatkan kembali kerajaannya, tetapi tahta telah ternoda, sehingga sebuah istana baru harus didirikan untuk memiliki pusat pemurnian. Pada tahun 1745, ia menciptakan tempat baru yang menjadi jantung kota Surakarta.

Tidak seperti banyak daerah lain di Jawa, beberapa tanah leluhur termasuk Kotagede tidak dapat dibagi-bagi karena dianggap sebagai semacam pusaka dan bukan wilayah yang dapat diukur. Pemakaman dan masjid dijaga oleh pejabat dari kedua pengadilan dan tanah di sekitarnya ditugaskan sebagai appanage untuk menopang kehidupan para pejabat ini. Seiring dengan pergeseran kekuasaan politik, Kotagede pada dasarnya menjadi kota ziarah dengan makam kerajaan dan situs-situs lain yang terkait dengan pendirian kerajaan Mataram.

  • Era kolonial

Pada akhir abad ke-19, transportasi dan monetisasi ekonomi pertanian membaik. Para pedagang Kotagede menjadi makmur pada masa ini. Rumah-rumah pedagang bertembok yang disebut rumah Kalang muncul pada masa ini, dibangun dengan tembok batu yang tebal untuk melindungi harta benda yang terkumpul. Rumah-rumah pedagang tradisional ini terkadang menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Belanda yang dianggap mewah, menghasilkan arsitektur eklektik. Kerajinan perak berkembang pesat pada era ini.

  • Reformasi agama

Reformasi Islam muncul pada kuartal pertama abad ke-20. Beberapa pemimpin agama lokal mendirikan organisasi keagamaan bernama Syarikatul Mubtadi (Serikat Pemula) yang bertujuan untuk mendidik masyarakat Kotagede tentang cara hidup Islam yang "benar". Gerakan awal ini semakin berkembang dengan diperkenalkannya Muhammadiyah, sebuah organisasi pembaharuan Islam yang berbasis di Yogyakarta. Pembaharuan ini bertujuan untuk memperkenalkan rasionalitas dan ajaran Islam kepada masyarakat Kotagede, yang dianggap takhayul. Masjid Perak dibangun pada tahun 1940 di jalan utama Kotagede.

  • Sekarang

Indonesia mengalami "booming pariwisata" pada awal tahun 1970-an dan hal ini memberikan pengaruh positif bagi Kotagede. Beberapa rumah tua dikembangkan sebagai ruang pamer kerajinan dan restoran. Reruntuhan bangunan masih dipertahankan.

Banyak bangunan tua di Kotagede yang hancur akibat gempa bumi Yogyakarta tahun 2006. Program revitalisasi Kotagede diprakarsai oleh Pusaka Jogja Bangkit! ("Kebangkitan Pusaka Jogja!"). Pihak-pihak yang berkolaborasi terdiri dari Jogja Heritage Society, Balai Pelestarian Cagar Budaya, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gajah Mada, Jaringan Pelestarian Cagar Budaya Indonesia, ICOMOS Indonesia, dan lembaga-lembaga pendukung lainnya termasuk masyarakat setempat.

Saat ini, Kotagede masih dianggap sebagai tempat asal muasal kekuatan gaib yang dipercaya sebagai pusat berkah dan kemakmuran leluhur.

Administrasi

Secara administratif, wilayah Kotagede dibagi menjadi tiga kelurahan: Prenggan, Purbayan, dan Rejowinangun yang bersama-sama membentuk Kecamatan Kotagede di Kota Yogyakarta. Secara eksternal, Jagalan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Banguntapan yang bersebelahan dengan Kabupaten Bantul.

Perencanaan kota

Tata kota asli Kotagede mirip dengan tata kota Majapahit: konfigurasi empat kali lipat dari Masjid-Keraton-Pasar-Alun-alun yang disebut catur gatra tunggal, dikelilingi oleh tembok pertahanan: cepuri (dinding dalam) dan baluwerti (dinding luar). Pasar dan alun-alun pada dasarnya merupakan ruang terbuka, sedangkan Masjid dan Keraton merupakan kompleks bertembok yang masing-masing terdiri dari banyak bangunan. Kota ini lebih tepat digambarkan sebagai sebuah istana kota

Hanya ada sedikit peninggalan fisik dari istana dan kota. Bagian yang masih ada antara lain masjid agung kuno Kotagede, pemakaman kerajaan (cikal bakal Imogiri), dan beberapa bagian dari tembok kota yang masih ada. Masjid agung dan pemakaman kerajaan sekarang terletak di daerah yang disebut Dondongan.

Toponim menunjukkan banyak jejak perencanaan awal kota. Sebuah lingkungan yang disebut Alun-alun terletak di sebelah selatan pasar, tepat di depan masjid agung. Sebuah tempat yang disebut Dalem (rumah dalam) menandakan peruntukannya sebagai kediaman penguasa.

  • Kedhaton (istana kerajaan)

Kedhaton, (juga Kedaton), atau "istana kerajaan", berdiri di situs ini pada tahun 1509. Saat ini, satu-satunya peninggalan dari istana kerajaan adalah tiga buah batu yang masing-masing disebut batu gilang ("batu berkilauan"), batu gatheng ("batu gatheng (permainan lempar batu)"), dan batu genthong ("batu gentong"). Saat ini, batu-batu tersebut dilindungi di dalam sebuah bangunan kecil yang terletak di tengah jalan dan dikelilingi oleh tiga pohon beringin.

Batu gilang (juga disebut watu gilang) adalah lempengan batu hitam berbentuk persegi yang diyakini sebagai batu tempat beristirahatnya Panembahan Senopati. Di atasnya tertulis secara melingkar kata-kata: "Demikianlah Dunia", masing-masing dalam bahasa Latin, Prancis, Belanda, dan Italia: Ita movetur Mundus - Ainsi va le Monde - Zoo gaat de wereld - Cosi va il Mondo. Di bagian luar, kata-kata Latin di dalam lingkaran bertuliskan: AD AETERNAM MEMORIAM INFELICIS - INFORTUNA CONSORTES DIGNI VALETE QUID STUPEARIS INSANI VIDETE IGNARI ET RIDETE, CONTEMNITE VOS CONTEMTU VERE DIGNI - IGM (In Glorium Maximam).

Batu gatheng (juga disebut watu cantheng) adalah tiga buah bola batu berwarna kekuningan dengan ukuran berbeda yang diletakkan di atas lempengan batu. Bola-bola ini diyakini oleh penduduk setempat sebagai batu permainan Raden Rongo, putra Panembahan Senapati. Ada juga yang mengatakan bahwa batu-batu tersebut adalah peluru meriam.

Batu genthong dipercaya sebagai batu tempat air wudhu yang digunakan dalam ritual Islam. Batu ini digunakan oleh para penasihat kerajaan Panembahan Senopati: Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Giring.

  • Masjid gede (masjid agung)

Masjid gede Kotagede adalah monumen terbesar yang dikaitkan dengan kerajaan Mataram, oleh karena itu saat ini disebut Masjid Mataram. Masjid ini pertama kali didirikan pada tahun 1575, tahun wafatnya Ki Ageng Pemanahan. Pembangunan ulang besar-besaran pertama dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Agung untuk menghormati para leluhurnya. Penguasa Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta melakukan beberapa kali rehabilitasi di kemudian hari. Pembangunan kembali terakhir dilakukan pada tahun 1926 di bawah perintah Sunan Pakubuwana X setelah masjid ini terbakar.

Masjid ini dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa. Terdiri dari sepasang bangunan: ruang sholat utama dan ruang depan yang biasa disebut serambi. Ruang salat adalah bangunan dengan dinding polos yang tebal, sedangkan serambi adalah bangunan semi-menyatu dengan serambi. Di sekeliling serambi terdapat parit yang memungkinkan seseorang untuk mencelupkan kakinya sebelum mencapai serambi, yang secara simbolis menyucikan apa pun yang masuk ke dalam masjid.

Masjid ini terletak tepat di sebelah timur pemakaman kerajaan. Area masjid adalah halaman luas yang ditumbuhi pohon sawo kecik (Manilkara kauki), dua bangunan utama hanya seluas kurang dari sepersepuluh dari keseluruhan area.

  • Pemakaman kerajaan

Pemakaman kerajaan ini bernama Makam Kota Gede (dalam bahasa Indonesia) atau secara resmi (Pasareyan) Hasta Kitha Ageng (dalam bahasa Jawa). Makam ini terletak di sebelah barat Masjid Agung. Ini adalah bagian yang paling utuh dari Kotagede. Sejarah menyebutkan bahwa ayah Senapati, Ki Gedhe Mataram, dimakamkan di sebelah barat masjid dan Senapati sendiri dimakamkan di sebelah selatan masjid, searah dengan arah kaki ayahnya. Orang-orang penting lainnya yang dimakamkan di pemakaman ini antara lain Sultan Hadiwijaya. Pemakaman ini dijaga dan dirawat oleh Juru Kunci yang dipekerjakan oleh dua keraton Yogyakarta dan Surakarta. Gapura pemakaman ini memiliki ciri khas arsitektur Hindu, setiap gerbangnya terbuat dari kayu tebal yang dihiasi dengan ukiran. Pemakaman bertembok ini tidak berfungsi sebagai pelindung fisik dari makam dan perhiasannya, cungkup memisahkan dunia orang mati dengan dunia orang hidup.

Pemakaman kerajaan lain di dekatnya adalah pemakaman Hastorenggo. Dibangun pada tahun 1934, pemakaman ini merupakan pemakaman kerajaan untuk keturunan tertentu dari keraton Yogyakarta dan masih digunakan sampai sekarang.

  • Alun-alun

Sebagai sebuah lapangan terbuka, tidak ada sisa-sisa alun-alun. Sebuah kampung yang sekarang disebut "Alun-alun" terletak di sebelah selatan pasar, tepat di depan masjid besar, menandakan di mana bekas alun-alun berada. Kampung lain yang bernama Cokroyudan juga terletak di dekat bekas alun-alun.

Kampung Alun-alun dan Cokroyudan telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dengan nama "Kampung Pusaka Alun-alun Cokroyudan".

Pasar

Pasar Kotagede terletak di tengah kota, di persimpangan empat jalan utama. Karena dianggap sebagai bagian penting dari kota, Kotagede juga dikenal sebagai Pasar Gede atau singkatnya, Sargede. Sejak Panembahan Senapati memiliki nama kecil Ngabehi Loring Pasar, "Penguasa Pasar Utara", keberadaan pasar ini sama tuanya dengan kerajaan. Sama halnya dengan Forum Romawi, pasar juga merupakan tempat pertemuan.

Legi, sebuah hari dalam satu minggu dalam penanggalan Jawa, adalah hari pasar di Kotagede, sehingga pasar ini juga dikenal sebagai Pasar Legi atau Sarlegi. Pasar Legi di Kotagede selalu diadakan pada hari Legi, sebuah keunikan tersendiri di Yogyakarta.

  • Tembok pertahanan

Panembahan Senopati membangun tembok dalam kota (cepuri) yang dilengkapi dengan parit di sekeliling keraton. Tembok dalam ini meliputi area seluas kurang lebih 400x400 meter. Reruntuhannya masih dapat dilihat di sudut barat daya dan tenggara. Temboknya setebal 4 meter dan terbuat dari balok-balok batu. Parit dapat dilihat di sebelah timur, selatan, dan barat.

Tembok kota luar (baluwerti) terletak di sebelah selatan situs Batu Gilang. Reruntuhan batu bata sepanjang 50 meter dengan sisa-sisa parit.

Bokong Semar adalah nama untuk sisa-sisa sudut tenggara tembok kota. Ini adalah benteng pertahanan yang berbentuk lingkaran, nama Bokong Semar terinspirasi dari bentuknya yang bulat.

  • Lingkungan Kotagede

Lanskap kota di lingkungan Kotagede terdiri dari rumah-rumah joglo kayu tradisional dan rumah-rumah pedagang yang eklektik. Rumah-rumah pedagang di Kotagede bertembok untuk melindungi harta benda mereka yang menumpuk selama periode kekayaan Kotagede abad ke-18 hingga 19. Rumah-rumah pedagang ini terkadang menggabungkan elemen-elemen dari rumah kayu tradisional Jawa dengan arsitektur bata Belanda untuk membentuk perpaduan eklektik arsitektur Jawa-Belanda yang dikenal dengan sebutan "Rumah Kalang".

Beberapa lingkungan memiliki gang-gang sempit yang dibatasi oleh rumah-rumah batu bata yang mirip dengan kota-kota di abad pertengahan Eropa.

  • Jagalan

Kelurahan Jagalan, sebuah daerah di Kotagede, memiliki beberapa rumah joglo bersejarah, pendopo tradisional Jawa, dan beberapa Rumah Kalang yang eklektik. Joglo tertua di daerah ini berasal dari tahun 1750-an. Bangunan-bangunan tersebut dilindungi sebagai situs warisan.

Bentuk lain dari arsitektur tradisional Jawa adalah langgar dhuwur (masjid keluarga). Langgar dhuwur adalah rumah ibadah keluarga yang terletak di loteng beberapa rumah tradisional di Kotagede. Langgar dhuwur dibangun dengan konstruksi kayu dan ditopang oleh tiang-tiang tembok. Dahulu, penempatan langgar dhuwur banyak membentuk rangkaian yang melingkari Keraton Mataram di Kotagede. Saat ini, hanya dua langgar dhuwur yang tersisa, keduanya milik pribadi.

Selama gempa bumi Yogyakarta tahun 2006, banyak rumah tradisional yang hancur. Beberapa rumah joglo dibangun kembali, salah satu contohnya adalah Omah UGM, sebuah joglo yang dibeli oleh Universitas Gajah Mada dan dibangun kembali.

Budaya

Kotagede terkenal dengan kerajinan peraknya. Kotagede juga dikenal dengan kerajinan dan kesenian Jawa lainnya (emas, perak, tembaga, kulit, dll.) dan makanan lokal (kipo, legomoro, dll.)

Seni pertunjukan termasuk karawitan (kelompok musik gamelan lokal), syalawatan (kelompok musik Islam), mocopat (pembacaan puisi Jawa), kroncong, tingklung wayang, dan upacara persembahan pada hari-hari tertentu (caos) dan menjalani kehidupan religius pertapaan (tirakatan).

  • Kerajinan perak

Pengrajin perak Kotagede tumbuh sejak berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram. Pada masa itu, industri perak, emas, dan tembaga tradisional mulai berkembang, yang didominasi oleh penggunaan teknik repoussé (timbul). Hasil produksi dari wilayah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga dan upacara bagi keluarga kerajaan. Pada masa kolonial tahun 1930-an, kerajinan perak dan kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Stichting Beverding van het Yogyakarta Kent Ambacht untuk melindungi kerajinan perak di Kotagede. Teknik kerawang masuk ke Kotagede sekitar tahun 1950 di bawah pengaruh pengrajin dari Kendari, Sulawesi. Menurut pengrajin perak lokal, Sastro Dimulyo dengan perusahaannya "SSO" adalah pelopor yang memperkenalkan teknik filigree di Kotagede.

Peralatan perak Kotagede memiliki ciri khas dengan motif bunga, seperti daun atau bunga teratai, yang berasal dari tradisi Hindu; dan pengerjaannya secara manual, yang secara historis masih terjaga keasliannya. Jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh Kotagede adalah kerawang, pengecoran perak, patung (miniatur), dan produk buatan tangan (kalung, cincin).

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal tentang Kotagede Yogyakarta
« First Previous page 776 of 1.119 Next Last »