Astronomi

SPHEREx, Misi Terbaru NASA Untuk Mengetahui Asal Usul Alam Semesta

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 20 Juli 2022


NASA meluncurkan misi luar angkasa baru yang diharapkan dapat memecahkan dua pertanyaan terdalam tentang alam semesta. Peluncuran ini membantu para astronom untuk memahami bagaimana alam semesta kita berevolusi dan material apa saja yang dibutuhkan kehidupan.

Misi tersebut diberi nama Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer (SPHEREx)–berencana diluncurkan pada 2023 dan akan berlangsung selama dua tahun.

“Saya benar-benar semangat tentang misi baru ini,” ujar Jim Bridenstine, administrator NASA.

“Tidak hanya memperluas armada untuk mengungkap misteri alam semesta, misi SPHEREx juga merupakan bagian penting dari program ilmu pengetahuan yang seimbang,” imbuhnya.

SPHEREx rencananya akan menjelajah langit, mengamati cahaya optik dan inframerah terdekat. Cahaya tersebut tidak dapat terlihat oleh mata manusia tapi dapat menjadi cara berguna untuk menjelajahi alam semesta. Itu memungkinkan astronom melihat lebih dari 300 juta galaksi, serta 100 juta bintang di Bima Sakti.

“Misi luar biasa ini akan menjadi harta karun penuh data unik bagi para astronom,” kata Thomas Zurbuchen, administrator NASA’s Science Mission Directorate.

“SPHEREx akan memberikan peta galaksi yang belum pernah ditemukan sebelumnya–mengandung ‘sidik jari’ dari awal kelahiran alam semesta. Dengan begitu, kita akan memiliki petunjuk baru mengenai salah satu misteri terbesar dalam sains: apa yang membuat alam semesta berkembang begitu cepat (kurang dari satu nanidetik) setelah ledakan Big Bang?”, paparnya.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, SPHEREx mampu melihat semua galaksi, beberapa di antaranya sangat jauh sehingga cahaya yang sampai ke kita perlu waktu 10 miliar tahun melintasi alam semesta. SPHEREx akan memburu air dan molekul organik dengan harapan kita dapat memahami di mana dan seberapa sering ‘bahan-bahan kehidupan’ itu digunakan di seluruh kosmos.

SPHEREx juga akan membuat peta seluruh langit, dalam 96 pita warna yang berbeda. Itu akan menjadi resolusi warna yang jauh lebih rinci dibanding peta langit sebelumnya, serta memberikan petunjuk yang dapat ditindaklanjuti teleskop ruang angkasa James Webb dan Wide Field Infrared Survey.

Sumber Artikel : Nationalgeographic.co.id

Selengkapnya
SPHEREx, Misi Terbaru NASA Untuk Mengetahui Asal Usul Alam Semesta

Teknik Geotermal

Melimpah, Indonesia Memiliki Peluang Mengembangkan Energi Panas Bumi sebagai Sumber Energi Utama

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 20 Juli 2022


Program Studi Magister Teknik Geotermal, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB (FTTM ITB) mengadakan Geothermal Forum yang ke-2 dengan topik Program Asosiasi Panas Bumi Indonesia pada tahun 2022. Pembicara pada webinar ini adalah Prijandaru Effendi selaku Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia. 

Prijandaru menjelaskan, Asosiasi Panas Bumi Indonesia, yang bisa disingkat API berdiri pada tanggal 25 September 1991 di Jakarta. API didirikan dengan beberapa tujuan, mulai dari mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan dan pengembangan energi panas bumi dalam meningkatkan kemandirian energi, hingga menggabungkan para pengusaha panas bumi dan para ahli yang memiliki potensi yang berkaitan dengan industri panas bumi. API juga berafiliasi dengan International Geothermal Association.

Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling kaya akan sumber daya panas bumi. Melalui statistik yang disampaikan, Indonesia menjadi negara dengan sumber daya panas bumi terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Ia juga memaparkan beberapa nama daerah penghasil tenaga panas bumi di Indonesia seperti PT Geo Dipa Energi di Dieng , Jawa Tengah. Lalu ada PT Supreme Energy Muara Laboh, PT PLN di Nusa Tenggara Timur dan PT Pertamina Geothermal Energy yang tersebar di berbagai daerah seperti Kamojang, Jawa Barat hingga Sibayak, Sumatera Utara.

Melalui potensi alam dari tenaga panas bumi yang melimpah dan sudah banyak dikembangkan oleh berbagai perusahaan, tentunya Indonesia semakin memiliki urgensi untuk terus mengembangkan dan memaksimalkan pendistribusian energi panas bumi ini untuk menjadi salah satu sumber energi utama di Indonesia. Hal ini semakin diperkuat oleh kelebihan dari tenaga panas bumi.

Kelebihan yang dimaksud di antaranya, keterbaruannya yang lebih baik dari minyak bumi, ketersediaannya yang tinggi yang dapat membuat penggunaan minyak bumi bisa lebih dihemat, serta dapat membantu pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan untuk jangka panjang. Bukan hanya itu, kebanyakan lokasi pembangkit dan sumber tenaga panas bumi ini terletak di daerah yang belum berkembang dan terpencil. Dengan semakin dikembangkannya potensi energi panas bumi ini, kemajuan pembangunan serta kehidupan dari daerah-daerah tersebut juga bisa menjadi lebih baik secara infrastruktur, ekonomi, serta akses.

Sumber Artikel : itb.ac.id

Selengkapnya
Melimpah, Indonesia Memiliki Peluang Mengembangkan Energi Panas Bumi sebagai Sumber Energi Utama

Teknik Metalurgi

Metalurgi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 20 Juli 2022


Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logamsenyawa-senyawa antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur. Produksi logam meliputi kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk menghasilkan aloi. Metalurgi berbeda dari kriya pengolahan logam, meskipun kemajuan teknis dalam pengolahan logam bergantung pada perkembangan ilmu metalurgi, sebagaimana kemajuan teknis dalam praktik kedokteran bergantung pada perkembangan ilmu kedokteran eek.

Metalurgi terbagi menjadi metalurgi besi-baja (ilmu logam hitam) dan metalurgi bukan besi-baja (ilmu logam aneka warna).

Metalurgi besi-baja meliputi cara-cara mengolah unsur besi dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar besi, sementara metalurgi bukan besi-baja meliputi cara-cara mengolah dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar logam selain besi. Produksi besi-baja menguasai 95 persen dari produksi logam dunia.

Etimologi

Istilah "metalurgi" berasal dari kata Yunani Kuno: μεταλλουργÏŒς, metallourgós, "pekerja logam", gabungan dari kata μέταλλον, métallon, "logam", dan kata á¼”ργον, érgon, "kerja".

Mula-mula kata "metalurgi" adalah istilah yang digunakan dalam ilmu alkimiasebagai sebutan bagi kegiatan mengekstraksi logam dari mineral, akhiran -urgi bermakna suatu proses, khususnya proses manufaktur: makna metalurgi ini dibahas dalam Encyclopædia Britannica 1797.Pada penghujung abad ke-19, lingkup makna metalurgi meluas hingga mencakup pula kajian ilmiah yang lebih umum tentang logam-logam, logam-logam paduan, dan proses-proses yang berkaitan dengannya.

Ruang lingkup

Georg Pawer (dilatinkan menjadi Georgius Agricola), penulis De re metallica (Perihal sifat logam), sebuah buku penting pada pengenalan ekstraksi logam

Metalurgi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi:

Sejarah

Ikat kepala emas dari Thebes 750-700 BC

Sejarah ilmu metalurgi diawali dengan teknologi pengolahan hasil pertambangan. Logam yang paling dini digunakan oleh manusia tampaknya adalah emas, yang bisa ditemukan secara bebas. Sejumlah kecil emas telah ditemukan telah digunakan di gua-gua di Spanyolpada masa Paleolitikum, sekitar 40.000 SM 

Peraktembagatimah dan besi meteor juga dapat ditemukan bebas, dan memungkinkan pengerjaan logam dalam jumlah terbatas. Senjata Mesir yang dibuat dari besi meteor pada sekitar 3000 SM sangat dihargai sebagai "belati dari langit". Dengan pengetahuan untuk mendapatkan tembaga dan timah dengan memanaskan bebatuan, serta mengkombinasikan tembaga dan timah untuk mendapatkan logam paduan yang dinamakan sebagai perunggu, teknologi metalurgi dimulai sekitar tahun 3500 SM pada masa Zaman Perunggu.

Ekstraksi besi dari bijihnya ke dalam logam yang dapat diolah jauh lebih sulit. Proses ini tampaknya telah diciptakan oleh orang-orang Hittit pada sekitar 1200 SM, pada awal Zaman Besi. Rahasia ekstraksi dan pengolahan besi adalah faktor kunci dalam keberhasilan orang-orang Filistin.

Perkembangan historis metalurgi besi dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan peradaban lampau. Ini mencakup kerajaan dan imperium kuno dan abad pertengahan di Timur Tengah dan Timur DekatMesir kuno, dan Anatolia (Turki sekarang), KartagoYunaniRomawi kuno, Eropa abad pertengahan, Cina kuno dan pertengahan, India kuno dan pertengahan, Jepang kuno dan pertengahan, dan sebagainya.

Banyak penerapan, praktik dan perkakas metalurgi mungkin sudah digunakan di Cina kuno sebelum orang-orang Eropa menguasainya (seperti tanurbesi corbaja, dan lain-lain).

Berdasar kedekatan antara metalurgi dengan pertambangan inilah maka pada awalnya pendidikan metalurgi lahir dari sekolah-sekolah pertambangan seperti pendidikan metalurgi di Colorado School of Mines.

Ekstraksi

Metalurgi ekstraksi adalah praktik mengambil logam berharga dari sebuah biji dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni. Dalam rangka untuk mengubah logam oksida, atau sulfida untuk sebuah logam murni, bijih besi harus dikurangi secara fisik, kimiawi atau elektrolisasi.

Ahli metalurgi ekstraksi akan tertarik dalam tiga aliran utama yakni pemakanan, berkonsentrasi (oksida logam berharga/sulfida) dan punca (limbah). Setelah pertambangan dari potongan besar akan diperoleh bijih melalui pelumatan dengan melalui penghancuran dan penggilingan untuk mendapatkan partikel-partikel yang cukup kecil di mana masing-masing partikel terdiri dari bahan berharga atau limbah. Partikel terkonsentrasi yang berharga dalam bentuk yang mendukung memungkinkan pemisahan logam yang dikehendaki dari kandungan limbah yang tidak dikehendaki.

Pertambangan mungkin tidak diperlukan bila terdapat tubuh bijih dan lingkungan fisik yang kondusif untuk pencucian. Larut pencucian bijih mineral dalam tubuh dan menghasilkan solusi yang kaya. Solusi dikumpulkan dan diproses untuk mengekstrak logam berharga.

Badan bijih umumnya mengandung lebih dari satu logam berharga. Punca dari proses sebelumnya dapat digunakan kembali sebagai bahan dalam proses lain untuk mengambil produk sekunder dari bijih asli. Selain itu, suatu zat terkonsentrasi mungkin berisi lebih dari satu logam berharga. Yang berkonsentrasi kemudian akan diproses untuk memisahkan logam berharga dalam konstituen individu.

Pendidikan metalurgi

Pada saat ini pendidikan metalurgi sudah sedemkian luas sehingga beberapa perguruan tinggi mengkhususkan penekanan pada cabang-cabang ilmu metalurgi.

  • Cabang pengolahan mineral dan metalurgi ekstraksi biasanya sangat ditekankan pada pendidikan metalurgi di jurusan Teknik Pertambangan.
  • Cabang metalurgi mekanik biasanya sangat ditekankan pada pendidikan metalurgi di jurusan Teknik Mesin dan Teknik Industri.
  • Cabang metalurgi fisik biasanya diajarkan secara merata di berbagai perguruan tinggi sebagai fundamen dari ilmu logam.

Perkembangan persoalan ilmiah dan teknis saat ini yang memerlukan pemecahan multidisiplin mengharuskan adanya pertemuan antara berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Dalam hal ini seorang metalurgis (ilmuwan dan pekerja metalurgi) berada di tengah-tengah pertemuan ilmu-ilmu tersebut. Metalurgi beririsan dengan beberapa aspek ilmu kimia, teknik kimia, fisika, teknik fisika, teknik mesin, pertambangan, lingkungan, dll.

Pengolahan mineral

Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik. Tujuan dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori produk.

  1. Konsentrat, di mana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian kadarnya menjadi sangat tinggi.
  2. Tailing, di mana bahan-bahan kurang berharga (bahan ikutan, gangue mineral) terkumpul.
  3. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.

Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih tersebut. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses pengolahan mineral di antaranya adalah:

Konsentrasi gravitasi

Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral. Mineral-mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan berat jenis seperti jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.

Flotasi

Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral. Dengan menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu mineral menjadi hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat hidrofob, maka mineral bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang ditiupkan ke permukaan untuk dipisahkan. Biasnya mineral-mineral sulfida dipisahkan dengan cara ini.

Pemisahan magnetis

Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang bersifat feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.

Dan teknik-teknik lainnya, seperti electric separator, dll.

Metalurgi ekstraksi

Pada bagian pengolahan mineral, konsentrat yang mengandung logam berharga dipisahkan dari pengotor (gangue mineral) yang menyertainya. Sedangkan ilmu metalurgi ekstraksi adalah untuk memisahkan logam berharga dalam konsentrat dari material lain.

Metalurgi fisik

Metalurgi fisik adalah pengetahuan-pengetahuan mengenai fisika dari logam-logam dan paduan-paduan umpamanya tentang sifat-sifat mekanik, sifat-sifat teknologi serta pengubahan-pengubahan sifat-sifat tersebut yang umumnya menyangkut segi-segi pengembangan atau development, pada penggunaan dan pengolahan atau teknologi logam-logam dan paduan-paduan.

Media

Api

Metalurgi diawali dari penemuan dan pemanfaatan logam dengan menggunakan api. Peleburan, pemadatan dan pencetakan bijihlogam menghasilkan logam yang sesuai dengan bentuk alat cetaknya dan sangat kuat. Penemuan awal ini kemudian berkembang secara lebih khusus. Berbagai jenis logam berhasi dimanfaatkan, seperti emas (6000 SM), tembaga (4200 SM), perak (4000 SM), timbal (3500 SM), timah (1750 SM), besi (1500 SM) dan raksa (750 SM). Penemuan-penemuan dan pemanfaatan logam kemudian berkembang menjadi ilmu metalurgi yang banyak membahas mengenai sifat-sifat logam dan teknik-teknik percobaannya.

Fluks

Di dalam metalurgi, fluks digunakan sebagai bahan pembersih yang mencegah oksida terbentuk di permukaan logam cair. Selain itu, fluks juga digunakan sebagai pengangkat kotoran dari dalam logam cair pada terak. Kotoran ini harus dibersihkan karena dapat menggores terak. Pada proses peleburan, fluks juga dapat menambah panas yang mempercepat pengangkatan kotoran. 

Penentuan sifat kimia fisika

Proses metalurgi umumnya menghasilkan rekasi kimia yang sangat sulit untuk mencapai kesetimbangan di dalam percobaan laboratorium. Kondisi ini sangat sering terjadi pada proses pembuatan logam ferro. Data-data tentang sifat-sifat khas dari reaksinya sangat sulit disediakan secara langsung. Cara menentukan sifat kimia dari bahan logam ferro adalah menentukan secara tidak langsung dengan menggunakan hukum termodinamika. Dalam hal ini, dicari kriteria dasar dari reaksi kesetimbangan dan berbagai macam proses fisika.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Metalurgi

Teknik Struktur

Jembatan Brawijaya

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022


Jembatan Brawijaya adalah sebuah jembatan yang membentang di atas Sungai Brantas dan merupakan salah jembatan untuk menghubungkan daerah timur sungai dan barat sungai sebagai sarana untuk mengurangi kemacetan dan menggantikan fugsi dari Jembatan Lama Kediri. Jembatan ini menghubungkan dua kecamatan di Kota Kediri, yakni Kecamatan Kota dan Kecamatan Mojoroto.

Kondisi
Jembatan Brawijaya dibangun di sebelah Jembatan Brug Over Den Brantas Te Kediri atau sering disebut dengan Jembatan Lama Kediri yang telah berusia 150 tahun sejak 18 Maret 1869.[1] Kini Jembatan Brawijaya dijadikan salah satu ikon Kota Kediri. Di bawah Jembatan Brawijaya dibangun taman kota yang diberi nama Taman Brantas.[2]

Sejak 24 Desember 2018, Jembatan Brawijaya mulai mengambil alih fungsi dari Jembatan Lama Kediri yang letaknya hanya beberapa meter di sisi utara Jembatan Lama. Jembatan Brawijaya memang sejak awal dibangun untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas di Jembatan Lama yang tergolong sempit. Proses pengerjaan Jembatan Brawijaya juga sempat mangkrak beberapa tahun akibat kendala biaya dan kasus korupsi hingga akhirnya diresmikan oleh Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar pada 18 Maret 2019 atau bertepatan dengan 150 tahun sejak dibukanya Jembatan Lama Kediri.

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Jembatan Brawijaya

Teknik Struktur

Helena Sky Bridge

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022


Helena Sky Bridge atau dalam bahasa Indonesia Jembatan Langit Helena adalah sebuah jembatan yang tergantung di lereng pegunungan karst Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Jembatan ini dibangun dan dijadikan objek wisata pada tahun 2016. Jembatan ini memiliki panjang 50 meter (160 ft) dan berada di ketinggian 100 meter (330 ft) di atas permukaan laut dan melintas tepat di atas penangkaran kupu-kupu yang berukuran kurang lebih 7.000 meter persegi. Objek wisata ini memberikan nuansa tantangan untuk berjalan menapaki jembatan yang panjang dan tinggi seraya menikmati indahnya pemandangan alam sekitar berupa tebing karst, penangkaran kupu-kupu, desa. Objek wisata ini sangat cocok bagi wisatawan petualangan dan pemburu spot-spot menarik. Lokasi wisata ini memiliki 247 jenis kupu-kupu, salah satunya adalah kupu-kupu yang dilindungi, yaitu spesies Kupu-Kupu Raja (Troides Helena) yang namanya diambil menjadi nama jembatan ini.

Helena Sky Bridge masuk pada kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung. Objek wisata ini ramai dikunjungi oleh wisatawan, utamanya kaum milenial dan instagramer sejak selesai dibangunnya pada tahun 2017. Daya tarik objek wisata ini adalah menghadirkan spot-spot menarik untuk latar swafoto pada sebuah jembatan. Jembatan ini tepat berada di atas Taman Penangkaran Kupu-Kupu Bantimurung, di sisi belakangnya merupakan tebing karst Pegunungan Bantimurung, dan di sisi depannya merupakan pemandangan terbuka untuk melihat pemandangan luas dari kejauhan.

Untuk menaiki Helena Sky Bridge, wisatawan diharuskan tracking sejauh 200 meter dari loket pembelian karcis menuju puncak menara Helena Sky Bridge. Wisatawan juga diharuskan antre karena jembatan ini dibatasi 5 orang secara bersamaan sekali naik. Hal tersebut sesuai standar prosedur dan pengamanan bobot maksimal. Wisatawan akan dilengkapi dengan perlengkapan keamanan yang standar, mulai helm, dan webbing yang cukup lengkap. Dari atas jembatan ini wisatawan bisa melihat indahnya kerajaan kupu-kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Tak jauh dari sana pun terlihat kubah raksasa penangkaran kupu-kupu yang menjadi ikon Bantimurung. Keberadaan gunung karst menambah indah latar foto di atasnya. Alat-alat pengaman pun seolah menjadi properti apik untuk berfoto.

Sejarah

Sejarah keberadaan Helena Sky Bridge pada awalnya hanyalah sebuah jembatan biasa dan namanya pun belum seperti saat ini. Jembatan biasa ini digunakan untuk akses pembersihan dome kupu-kupu yang berisi penangkaran kupu-kupu dan pakannya yang ditanam di dalam dome tersebut. Pada tahun 2016, jembatan biasa ini pun dibuat lebih menarik guna menjadi objek wisata. Akhirnya pada tahun 2017, jembatan ini rampung dan mulai beroperasi sebagai objek wisata di bawah pengelolaan kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros dan Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Keberadaan Helena Sky Bridge ini membuat jumlah wisatawan semakin meningkat. Wisatawan yang berkunjung, berfoto, dan teredukasi tentang kupu-kupu. Tak hanya wisatawan domestik, wisatawan mancanegara pun meminati fan telah berkunjung ke objek wisata ini. Ide pembangunan Helena Sky Bridge sendiri adalah membuat sebuah pengelolaan kawasan konservasi yang multi fungsi dan memperkuat dome sanctuary kupu-kupu.

Daya Tarik

Dari atas Helena Sky Bridge, wisatawan dapat melihat bentangan geomorfologi kawasan gunung batu Maros-Pangkep dengan ciri khas tower karstnya yang unik yang dikenal sebagai tower karst terbesar dan terindah kedua setelah kawasan karst di Cina serta beragamnya kupu-kupu yang ada di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Pemandangan apik dari atas jembatan ini berhasil menarik perhatian wisatawan dan menjadi salah satu spot yang instagramable. Wisatawan yang berkunjung dapat melakukan swafoto di atas Helena Sky Bridge. Pemandangan eksotis dari batu karst, pepohonan hijau yang berada di kiri-kanan jembatan, serta peralatan keselamatan yang dikenakan pada wisatawan membuat foto yang dihasilkan terlihat apik. Selain foto yang dihasilkan, pengunjung juga merasakan pengalaman yang memacu adrenalin ketika berjalan melewati jembatan gantung di ketinggian 100 m sambil menikmati pemandangan kupu-kupu di bawah jembatan.

Lokasi

Helena Sky Bridge secara letak astronomis berada pada titik koordinat 5.0169816 LS dan 119.6741601 BT. Objek wisata ini secara geografis berada pada sekitar tebing pegunungan karst Bantimurung pada kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung atau cakupan yang lebih luas pada kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Secara administratif, objek wisata ini terletak di Dusun Bantimurung, Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

Aksesibilitas

Helena Sky Bridge berjarak ± 44 km atau waktu tempuh kurang lebih 1 jam dari pusat Kota Makassar, ± 29 km dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, atau ± 14 km dari pusat ibu kota Kabupaten Maros (Turikale). Dari pusat Kota Turikale, dapat ditempuh sekitar 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Aksesnya pun sangat mudah dijangkau, karena berada di jalan provinsi, yakni jalan poros Maros–Bone dengan kondisi jalan yang sangat baik dan dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan.

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Helena Sky Bridge

Teknik Struktur

Jembatan Barelang

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022


Jembatan Barelang (singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang) adalah sekumpulan jembatan yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru di daerah Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Masyarakat setempat menyebutnya "Jembatan Barelang". Ada juga yang menyebutnya "Jembatan Habibie" sebagai bentuk penghargaan atas jasa beliau dalam mengembangkan pulau Batam sebagai pulau industri serta mempelopori pembangunan jembatan ini.

Jembatan Barelang merupakan ikon Kota Batam yang populer, khususnya bagi masyarakat Kepulauan Riau. Jembatan ini menjadi salah satu tujuan utama dalam berwisata di Pulau Batam.

Jembatan Barelang merupakan pilot project berteknologi tinggi yang melibatkan ratusan insinyur Indonesia tanpa campur tangan dari tenaga ahli luar negeri. Dibangun guna memperluas wilayah kerja Otorita Batam, jembatan ini telah menyedot anggaran sebesar Rp400 Miliar selama enam tahun (1992 – 1998) pembangunannya. Enam buah jembatan ini telah menghubungkan jalur Trans Barelang yang membentang sepanjang 54 kilometer.

Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan, yaitu:

  1. Jembatan Tengku Fisabilillah (Jembatan I/Jembatan Barelang)
  2. Jembatan Nara Singa (Jembatan II)
  3. Jembatan Raja Ali Haji (Jembatan III)
  4. Jembatan Sultan Zainal Abidin (Jembatan IV)
  5. Jembatan Tuanku Tambusai (Jembatan V)
  6. Jembatan Raja Kecik (Jembatan VI)

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Jembatan Barelang
« First Previous page 696 of 773 Next Last »