Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Ampera (Huruf Jawi : جمبتن أمڤيرا) (Amanat penderitaan rakyat) adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan Ampera merupakan ikon kota Palembang yang paling terkenal.
Sejarah
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Wali kota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatra Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Wali kota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan Jembatan Ampera dipusatkan di wilayah hilir yang merupakan kawasan pusat kota, terutama kawasan 16 Ilir. Sewaktu pembangunan Jembatan Ampera, banyak sekali bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibongkar, salah satunya pusat perbelanjaan terbesar Matahari atau Dezon, Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO. Bangunan peninggalan Belanda yang tidak dibongkar hanya menara air atau waterleding yang sekarang digunakan sebagai Kantor Wali Kota. Di bagian hulu, banyak perumahan penduduk yang juga ikut dibongkar.
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.[7] Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).[8]
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
Keistimewaan
Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Kapuas I
Jembatan Kapuas I terletak di Kota Pontianak dengan panjang 420 meter dan lebar 6 meter. Jembatan kapuas I ini merupakan penghubung pusat Kota Pontianak dengan beberapa kabupaten lainnya di Kalimantan Barat.
Jembatan ini dibangun pada 1980 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1982. Jembatan yang dibangun dengan dana Rp 6,06 miliar ini pada awalnya difungsikan sebagai jalan tol yang berarti setiap pengguna jembatan ini dipungut tarif tol. Namun karena jembatan ini dianggap sudah menjadi jalur utama dan tidak ada jalur alternatifnya, pungutan tarif tol dihapus pada pertengahan 1990-an dan jembatan ini bebas dilalui pengendara.
Akibat terus meingkatnya volume kendaraan yang melintasi jembatan Kapuas I, maka pemerintah mewujudkan pembangunan jembatan Kapuas II yang berada di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.
Sempat terjadi peristiwa yang menggemparkan warga Kota Pontianak pada 30 Agustus 2013, yakni fender tiang utama jembatan Kapuas I ditabrak tongkang pengangkut pasir sehingga mengakibatkan bergesarnya sambungan jembatan dibagian tengah sejauh 10 cm. Akibat kejadian itu arus kendaraan terpaksa diblokir dan dialihkan ke jembatan Kapuas II di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan hingga proses pemeriksaan dan perbaikan jembatan selesai.
Jembatan Kapuas II
Jembatan Kapuas II terletak di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, menghubungkan dua wilayah Kecamatan Sungai Raya yang dipisahkan oleh Sungai Kapuas. Pembangunan jembatan ini diresmikan oleh Wakil Presiden Hamzah Haz pada 2003 dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007. Jembatan yang menghabiskan dana Rp 110 miliar ini dibangun untuk menampung mobilitas kendaraan yang sudah tidak mampu ditampung Jembatan Kapuas I.
Jembatan Kapuas III
Jembatan Kapuas III saat ini masih dalam tahan perencanaan. Jembatan yang digagas oleh mantan Wali kota Pontianak Buchari Abdurrachman ini rencananya akan menghubungkan Kecamatan Pontianak Barat dengan Kecamatan Pontianak Utara. Karena letaknya pula, jembatan ini direncanakan akan melintasi garis lintang 0 derajat alias Garis Khatulistiwa. Namun karena terkendala pembebasan lahan, Wali kota penerus Buchari, Sutarmidji mengusulkan untuk dibangun di samping Jembatan Kapuas I.
Lokasi terpopuler di sungai rengas, tapi berita ini masih simpang siur.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Barito adalah jembatan yang melintang di atas Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Secara administratif, jembatan ini berada di wilayah Kabupaten Barito Kuala dan berjarak 15 km dari Kota Banjarmasin.
Jembatan ini memiliki panjang 1.082 meter yang melintasi Sungai Barito selebar 800 meter dan Pulau Bakut selebar 200 meter. Jembatan ini terdiri dari jembatan utama sepanjang 902 meter, dan jembatan pendekat 180 meter, dengan lebar 10,37 meter. Merupakan akses jalan Trans Kalimantan dari Banjarmasin menuju ke Palangkaraya dan sebaliknya. Ketinggian ruang bebas jembatan utama 15-18 meter, sehingga bisa digunakan untuk lalu lintas perairan seperti Kapal Tongkang.
Jembatan Barito sering disebut pula jembatan Pulau Bakut, sesuai nama delta (pulau kecil) yang ada di bawahnya.
Jembatan ini pertama kali diresmikan pada tanggal 24 April 1997 oleh Presiden Soeharto. Jembatan ini tercatat dalam rekor Muri sebagai jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Jembatan yang menghubungkan jalan trans Kalimantan ini merupakan jalan poros yang menghubungkan dua provinsi bertetangga yaitu provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Sebelum ada jembatan ini masyarakat sangat mengandalkan jalur transportasi seperti sungai menggunakan alat transpor seperti boat atau kapal bermotor untuk menuju ke Banjarmasin atau sebaliknya.
Sumber Artikel: id.wikipedia.com
Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Cisomang (Sunda: Jambatan Cisomang) merupakan sebuah jembatan kereta api yang berlokasi di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, tepat pada perbatasan antara Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Jembatan ini digunakan untuk menghubungkan jalur kereta api dari Bandung menuju Jakarta. Jembatan Cisomang merupakan jembatan kereta api yang tertinggi di Indonesia yang masih aktif digunakan, dan terdiri dari tiga generasi.
Jembatan Cisomang generasi pertama sekarang sudah sulit ditemui bekasnya dan hanya menyisakan fondasinya saja. Jembatan generasi kedua merupakan jembatan baja yang digunakan sejak zaman Belanda sebagai pengganti jembatan generasi satu, sampai dengan tahun 2004. Jembatan generasi ketiga merupakan jembatan dengan jalur ganda yang saat ini digunakan.
Sejarah
Insiden
Pada 30 Mei 2014, Kereta api Argo Parahyangan anjlok di ujung Jembatan Cisomang, dua unit kereta anjlok dan 1 unit lokomotif seri CC 203 hampir jatuh ke dasar jurang. Akibatnya, perjalanan kereta api pun terhambat meskipun tidak signifikan. Kereta api Argo Parahyangan mengalami anjlok dikarenakan masuk ke jalur ganda yang belum tersambung dengan jembatan Cisomang baru (saat itu, rel menuju Jembatan Cisomang baru masih merupakan jalur tunggal dan merupakan sambungan dari rel lama yang sebelumnya menuju Jembatan Cisomang lama). Sejak itu, rel ganda antara Stasiun Cisomang dan Stasiun Cikadongdong pun diaktifkan, membuat jalur tunggal yang lama antara Stasiun Cisomang dan Jembatan Cisomang tidak digunakan lagi.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Menara (bahasa Inggris: Tower Bridge) adalah jembatan yang membentang di atas Sungai Thames di London, Inggris Raya. Jembatan ini mengabungkan dua desain jembatan yaitu angkat dan gantung. Letaknya yang berdekatan dengan London Tower membuat jembatan ini diberi nama Tower Bridge. Jembatan ini selesai dibangun tahun 1894, dan merupakan salah satu ikon kota London. Jembatan Menara adalah salah satu jembatan yang dimiliki dan dikelola oleh Bridge House Estates, sebuah lembaga amal dari City of London Corporation.
Jembatan ini terdiri dari dua bangunan menara yang dihubungkan di tingkat atas oleh dua koridor untuk pejalan kaki. Dari koridor untuk pejalan kaki yang berada 42 meter di atas Sungai Thames, pengunjung dapat menikmati keindahan kota London dari atas. Pemandangan yang bisa dilihat termasuk di antaranya Katedral St. Paul, pusat bisnis dan belanja Canary Wharf, dan London Eye.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Teknik Struktur
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 20 Juli 2022
Jembatan Sydney Harbour adalah jalur utama untuk menyeberangi Pelabuhan Sydney (Sydney Harbour) yang menghubungkan distrik pusat bisnis Sydney (Sydney CBD) dengan wilayah utara Sydney (North Sydney). Di atasnya terdapat jalur kereta api, kendaraan bermotor, sepeda, dan trotoar. Bersamaan dengan Gedung Opera Sydney, Jembatan Sydney Harbour adalah ikon bagi kota Sydney sekaligus Australia. Warga setempat menamai jembatan ini sebagai The Coathanger (gantungan pakaian) akibat dari designnya yang melengkung di bagian atas, meskipun panggilan ini semakin lama semakin jarang disebut.
Jembatan ini adalah bangunan tertinggi di kota Sydney hingga tahun 1967. Menurut Guinness World Records, jembatan ini adalah yang terlebar di dunia, sekaligus sebagai jembatan lengkung berkerangka besi tertinggi di dunia dengan puncaknya berdiri 134 meter di atas permukaan pelabuhan. Jembatan ini juga tercatat sebagai jembatan lengkung besi terpanjang nomor empat di dunia.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org