Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Mengeksplorasi Karier sebagai Insinyur Sumber Daya Air: Memahami Tugas, Keterampilan, dan Pertanyaan Umum

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Apa yang Dilakukan Insinyur Sumber Daya Air? (Dengan Gaji)

Karier sebagai insinyur sumber daya air dapat menunjukkan pentingnya sumber daya ini dan menunjukkan cara mengelola dan melestarikannya. Seorang insinyur sumber daya air mengelola sumber daya air dan lahan di daerah perkotaan dan pedesaan. Memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaan mereka dapat membantu Anda menentukan apakah Anda ingin berkarier di profesi yang penuh makna ini. Dalam artikel ini, kami membahas apa yang dilakukan oleh seorang insinyur sumber daya air, keterampilan yang dibutuhkan untuk unggul dalam pekerjaan ini, dan menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai karier ini.

Menjawab "Apa yang dilakukan oleh seorang insinyur sumber daya air?"

Sebelum Anda memutuskan untuk berkarier sebagai insinyur sumber daya air, ada baiknya Anda menjawab pertanyaan, "Apa yang dilakukan oleh insinyur sumber daya air?". Para profesional ini biasanya menyelesaikan tugas-tugas berikut ini:

Merancang dan mengawasi pembangunan sistem pasokan air

Seorang insinyur sumber daya air merancang dan mengawasi pembangunan bendungan, waduk, kanal, dan jaringan pipa baru. Mereka juga merancang sistem pasokan air untuk kota-kota besar dan kecil. Seorang insinyur sering kali membuat tata letak sistem yang diusulkan dan menggunakan simulasi komputer untuk mengujinya demi efisiensi.

Mengawasi pembangunan sistem pengolahan limbah

Instalasi pengolahan air limbah mengolah air limbah sebelum kota dengan aman memasukkannya kembali ke dalam pasokan air. Seorang insinyur air limbah biasanya mengawasi desain dan konstruksi instalasi ini, memastikan bahwa mereka menghasilkan limbah yang bersih. Mereka juga memastikan bahwa pabrik beroperasi sesuai dengan peraturan lingkungan.

Melakukan tes lapangan

Sebelum mengerjakan proyek besar apa pun, para insinyur mensurvei lokasi yang diusulkan. Mereka menentukan apakah area tersebut mendukung infrastruktur air, mengidentifikasi kondisi tanah dan geologi yang dapat mempengaruhi kinerja bendungan atau tanggul. Mereka melakukan tes laboratorium pada sampel tanah dari suatu area untuk menguji kontaminan seperti bakteri dan logam berat sebelum pembangunan dimulai.

Mengembangkan rencana untuk mengendalikan sumber daya air

Seorang insinyur sumber daya air mencoba mencegah banjir dengan menggunakan metode seperti bendungan dan tanggul. Mereka bekerja sama dengan perencana masyarakat untuk mengembangkan rencana yang mencegah banjir di sebuah kota. Seorang insinyur sumber daya air mengembangkan rencana untuk mengendalikan aliran air tanah. Sebagai contoh, mereka memastikan bahwa air tanah yang tercemar tidak melimpas ke sungai dan danau di sekitarnya.

Menghitung dampak bendungan dan waduk

Seorang insinyur sumber daya air mempelajari bagaimana perubahan pada habitat air berdampak pada satwa liar dan kehidupan laut, seperti ikan dan rumput laut. Mereka menghitung berapa banyak air yang dapat disimpan oleh bendungan untuk digunakan oleh kota-kota besar dan kecil pada waktu yang berbeda sepanjang tahun. Insinyur juga menghitung jumlah ruang waduk yang dibutuhkan untuk memasok air minum bagi sebuah kota.

Mengembangkan model komputer

Seorang insinyur sumber daya air mengembangkan model komputer yang kompleks berdasarkan studi lingkungan dan data cuaca. Model-model ini membantu badan-badan pemerintah merencanakan pertumbuhan masa depan di berbagai bidang seperti jumlah penduduk, produksi pertanian, dan urbanisasi. Mereka juga menggunakan model prediktif ini untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan konservasi agar kegiatan yang merusak tidak terjadi.

Mengembangkan sistem untuk melindungi sumber daya air selama badai

Insinyur yang bekerja dalam kapasitas ini membantu kota-kota besar dan kecil mengembangkan sistem pengelolaan air hujan yang membantu mencegah limpasan air yang tercemar masuk ke sungai atau danau di bagian hilir. Jenis pekerjaan ini mengharuskan para insinyur untuk mempelajari proses alami seperti erosi, dan proses yang diinduksi seperti polusi industri oleh bahan kimia. Tujuannya adalah untuk selalu menyeimbangkan perlindungan lingkungan dengan kepentingan industri.

​​​Meneliti cara-cara untuk meningkatkan pasokan air atau menghemat air

Seorang insinyur sumber daya air meneliti metode baru untuk memasok air minum bagi populasi yang terus bertambah di daerah perkotaan. Misalnya, mereka mempelajari berapa banyak curah hujan yang diharapkan sebuah kota pada waktu yang berbeda dalam setahun dan menentukan apakah cukup air tawar yang tersedia untuk memenuhi permintaan. Seorang insinyur menyelidiki teknologi yang dapat membantu mendaur ulang air limbah dari toilet, wastafel, dan pancuran untuk mengubahnya menjadi air minum segar.

Keterampilan manajemen waktu

Insinyur sumber daya air bekerja beberapa jam bila diperlukan. Karena masalah sumber daya air sangat kompleks, jadwal proyek yang pendek adalah hal yang biasa. Ini berarti bahwa insinyur sumber daya air dapat bekerja dengan cepat dan efisien ketika sebuah proyek mengharuskan mereka bekerja lebih cepat.

Keterampilan kreativitas

Kemampuan untuk menghasilkan solusi yang efektif untuk masalah adalah bagian penting dari pekerjaan insinyur sumber daya air. Mereka membutuhkan kemampuan untuk tidak hanya memahami cara kerja teknologi, tetapi juga mengusulkan teknologi baru jika sistem yang ada perlu ditingkatkan. Mengembangkan solusi yang praktis dan inovatif adalah peran kunci bagi insinyur sumber daya air.

Disadur dari: ca.indeed.com

Selengkapnya
Mengeksplorasi Karier sebagai Insinyur Sumber Daya Air: Memahami Tugas, Keterampilan, dan Pertanyaan Umum

Green Supply Chain Management

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian "Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration" oleh Lingfu Zhang, Yongfang Dou, dan Hailing Wang (2023) mengkaji bagaimana implementasi manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) dapat meningkatkan nilai perusahaan. Studi ini berfokus pada peran moderasi tingkat pengambilan risiko perusahaan (risk-taking level), kemampuan inovasi teknologi (technological innovation capability atau TIC), dan konsentrasi rantai pasokan (supply chain concentration atau SCC) sebagai faktor kunci yang memengaruhi efektivitas GSCM.

Dengan menggunakan data panel dari 131 perusahaan terdaftar di Tiongkok selama periode 2014–2021, penelitian ini memberikan wawasan tentang mekanisme kompleks yang menghubungkan GSCM, risiko, dan nilai perusahaan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model regresi panel untuk menganalisis data perusahaan yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk indeks CITI untuk mengukur tingkat implementasi GSCM. Variabel-variabel utama meliputi:

  • Variabel Dependen: Nilai perusahaan, diukur menggunakan Tobin’s Q.
  • Variabel Independen: Skor GSCM dari setiap perusahaan.
  • Variabel Moderator: Tingkat pengambilan risiko, kemampuan inovasi teknologi, dan konsentrasi rantai pasokan.

Temuan Utama

  1. Pengaruh Langsung GSCM terhadap Nilai Perusahaan
    • Implementasi GSCM terbukti meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan.
    • Setiap peningkatan satu unit dalam skor GSCM meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,045 poin berdasarkan regresi dasar.
  2. Peran Moderasi Tingkat Pengambilan Risiko
    • Perusahaan dengan tingkat pengambilan risiko yang lebih tinggi dapat lebih efektif mengimplementasikan GSCM untuk meningkatkan nilai mereka.
    • Koefisien interaksi antara GSCM dan tingkat pengambilan risiko adalah 0,013, menunjukkan efek signifikan pada tingkat kepercayaan 1%.
  3. Dampak TIC dan SCC terhadap Moderasi Risiko
    • TIC Rendah: Perusahaan dengan inovasi teknologi rendah menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara pengambilan risiko dan efektivitas GSCM.
    • SCC Tinggi: Konsentrasi rantai pasokan yang tinggi memperkuat dampak positif GSCM pada nilai perusahaan dengan meningkatkan stabilitas jaringan pasokan.

Diskusi dan Implikasi Praktis

  1. Inovasi Teknologi dan Biaya Risiko
    • Meskipun inovasi teknologi memiliki manfaat jangka panjang, kebutuhan investasi tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan. Oleh karena itu, perusahaan dengan TIC rendah lebih mudah memanfaatkan GSCM tanpa menghadapi tekanan risiko besar.
  2. Stabilitas Melalui Konsentrasi Rantai Pasokan
    • SCC tinggi mencerminkan hubungan stabil antara pemasok dan pelanggan, mengurangi risiko operasional dan memungkinkan implementasi GSCM yang lebih lancar.
  3. Relevansi dengan Kebijakan Hijau Global
    • Penelitian ini mendukung inisiatif global seperti Strategi Net-Zero dan Perjanjian Paris, dengan menunjukkan bahwa GSCM tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Implementasi GSCM di Perusahaan Manufaktur
    • Perusahaan manufaktur di Tiongkok dengan skor GSCM tinggi menunjukkan peningkatan nilai pasar hingga 18,3 kali lipat dibandingkan perusahaan dengan skor GSCM rendah.
  2. Sektor Non-Pencemar vs. Pencemar
    • Implementasi GSCM lebih efektif di perusahaan non-pencemar, dengan koefisien signifikan pada tingkat 5%.
  3. Teknologi dan Stabilitas Rantai Pasokan
    • Perusahaan dengan SCC tinggi mencatat pengurangan biaya transaksi hingga 15%, memungkinkan investasi lebih besar dalam strategi hijau.

Rekomendasi Strategis

  1. Optimalisasi Investasi Teknologi Hijau
    • Pemerintah dan regulator perlu menyediakan insentif untuk mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan dengan tingkat inovasi teknologi rendah.
  2. Penguatan Kolaborasi dengan Mitra Pasokan
    • Perusahaan harus membangun hubungan stabil dengan pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan SCC, yang akan memperkuat efektivitas GSCM.
  3. Edukasi Manajemen Risiko
    • Pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan pengambilan risiko di kalangan manajer dapat memperluas manfaat GSCM pada perusahaan.

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa GSCM adalah strategi penting untuk meningkatkan nilai perusahaan, terutama dalam konteks ekonomi hijau global. Dengan memahami interaksi antara GSCM, risiko, TIC, dan SCC, perusahaan dapat merancang pendekatan yang lebih efektif untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Sumber Artikel:
Zhang, L., Dou, Y., & Wang, H. (2023). Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration. Frontiers in Environmental Science, Vol.11, 1096349.

Selengkapnya
Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Green Supply Chain Management

Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian berjudul "The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance" oleh Suheil Che Sobry (2021) meneliti bagaimana integrasi rantai pasokan hijau (Green Supply Chain Integration/GSCI) berkontribusi terhadap kinerja keberlanjutan dalam sektor manufaktur. Fokus utama kajian ini adalah pada integrasi pemasok, pelanggan, internal, logistik, dan teknologi. Dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur bersertifikasi ISO 14001 di Malaysia, studi ini memberikan wawasan mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini melibatkan 107 perusahaan manufaktur sebagai responden. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson serta regresi berganda. Penelitian ini membahas bagaimana setiap variabel dalam integrasi rantai pasokan hijau berkontribusi pada kinerja keberlanjutan perusahaan.

Hasil Penelitian

  1. Internal Integration
    • Hasil menunjukkan bahwa integrasi internal memiliki korelasi signifikan dengan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
    • Misalnya, perusahaan yang memperbaiki koordinasi internal melaporkan penurunan emisi karbon sebesar 18%.
  2. Technology Integration
    • Teknologi menjadi faktor pendorong utama untuk keberlanjutan, dengan kontribusi terhadap efisiensi logistik dan pengurangan limbah.
    • Sebagai contoh, penggunaan IoT dalam rantai pasokan mengurangi biaya operasional hingga 12% per tahun.
  3. Logistics Integration
    • Integrasi logistik meningkatkan transparansi dan kecepatan distribusi, terutama dalam pengelolaan limbah industri.
    • Studi menunjukkan peningkatan efisiensi logistik hingga 25% pada perusahaan yang menerapkan praktik ini.
  4. Supplier and Customer Integration
    • Kolaborasi dengan pemasok dan pelanggan memberikan dampak positif pada keberlanjutan sosial, seperti pengurangan ketidakpuasan konsumen sebesar 15%.

Diskusi dan Implikasi
Penelitian ini menemukan bahwa integrasi internal dan teknologi merupakan prediktor terkuat dari kinerja keberlanjutan. Sementara itu, faktor logistik dan kolaborasi eksternal memainkan peran pendukung yang signifikan.

  1. Keberlanjutan Ekonomi:
    • Efisiensi biaya dan peningkatan daya saing perusahaan.
  2. Keberlanjutan Lingkungan:
    • Pengurangan emisi karbon dan pengelolaan limbah.
  3. Keberlanjutan Sosial:
    • Meningkatkan hubungan dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Teknologi IoT di Industri Tekstil
    • Perusahaan tekstil di Malaysia yang menerapkan teknologi IoT melaporkan peningkatan efisiensi produksi hingga 20%.
  2. Kolaborasi dengan Pemasok di Sektor Elektronik
    • Peningkatan kualitas bahan baku melalui kerja sama pemasok mengurangi pengembalian produk sebesar 10%.
  3. Optimasi Logistik di Sektor Farmasi
    • Penggunaan logistik hijau memungkinkan pengurangan biaya distribusi hingga 15%.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi Teknologi Hijau
    Perusahaan harus fokus pada pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi rantai pasokan.
  2. Peningkatan Kolaborasi Eksternal
    • Kerja sama yang lebih erat dengan pemasok dan pelanggan untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
  3. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
    • Pelatihan tentang pentingnya keberlanjutan dapat mempercepat adopsi praktik hijau di perusahaan.

Kesimpulan
Artikel ini menunjukkan bahwa integrasi rantai pasokan hijau adalah langkah penting menuju keberlanjutan yang holistik. Dengan memanfaatkan teknologi dan meningkatkan kolaborasi internal serta eksternal, perusahaan dapat mencapai keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial secara efektif.

Sumber Artikel:
Suheil Che Sobry (2021). The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance. Othman Yeop Abdullah Graduate School of Business, Universiti Utara Malaysia.

 

Selengkapnya
Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Green Supply Chain Management

Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan Perusahaan Multinasional: Studi Kasus Airbus, Nespresso, dan Sanofi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel "Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies" oleh Laura Porras Cely (2023) menyoroti bagaimana perusahaan multinasional seperti Airbus, Nespresso, dan Sanofi mengadopsi praktik rantai pasokan berkelanjutan. Studi ini berfokus pada inovasi teknologi, penggunaan energi terbarukan, dan integrasi model ekonomi sirkular untuk mencapai keberlanjutan. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, artikel ini memberikan wawasan tentang strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi logistik.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga perusahaan multinasional: Airbus, Nespresso, dan Sanofi. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan analisis dokumen sekunder, termasuk laporan tahunan dan publikasi perusahaan.

Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan

  1. Pengadaan Berkelanjutan
    • Keterlibatan dan Pelatihan Pemasok
      Perusahaan seperti Airbus memastikan keberlanjutan melalui kode etik pemasok dan audit rutin. “Proyek Next Era” Airbus, misalnya, adalah platform digital yang memungkinkan transparansi data di seluruh rantai pasokan mereka.
    • Ekonomi Sirkular dalam Pengadaan
      Nespresso bekerja dengan Aluminum Stewardship Initiative untuk menggunakan aluminium dari sumber yang lebih ramah lingkungan, sementara Sanofi melakukan audit keberlanjutan untuk memastikan standar tinggi pada pemasoknya.
  2. Produksi Berkelanjutan
    • Pengurangan Emisi GRK
      Airbus menerapkan program “High5+” untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 di seluruh fasilitas mereka. Sanofi melaporkan penurunan emisi GRK sebesar 29% sejak 2019, dengan target pengurangan hingga 55% pada 2030.
    • Manajemen Limbah dan Daur Ulang
      Sanofi mencapai tingkat pemulihan limbah sebesar 86% pada 2022, dengan target mencapai 90% pada 2025. Nespresso juga mempromosikan daur ulang kapsul kopi melalui program koleksi kapsul di 88% titik penjualan global.
    • Penggunaan Energi Terbarukan
      Di pabrik Nespresso di Swiss, 100% energi berasal dari sumber terbarukan, termasuk panel surya dan sistem pemanfaatan ulang air hujan.
  3. Logistik Hijau
    • Mobilitas Hijau
      Nespresso menggunakan truk hidrogen untuk mengurangi emisi karbon dari logistik hingga 50% pada 2025. Airbus juga meningkatkan penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga 50% pada 2030.
    • Logistik Terbalik
      Airbus melibatkan proses pembongkaran selektif yang memungkinkan 90% berat pesawat didaur ulang atau digunakan kembali.

Tantangan dalam Implementasi
Penelitian ini mengungkapkan beberapa hambatan, seperti:

  • Biaya Awal yang Tinggi: Investasi besar dalam teknologi hijau seringkali menjadi penghalang, terutama bagi perusahaan kecil.
  • Kendala Regulasi: Perbedaan kebijakan lingkungan di berbagai negara mempersulit standar global.
  • Kesadaran Pemasok: Tidak semua pemasok memiliki kemampuan untuk menerapkan standar keberlanjutan yang tinggi.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok
    Perusahaan harus menjalin kemitraan yang lebih erat untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
  2. Inovasi Teknologi Hijau
    Penggunaan teknologi seperti blockchain dan IoT dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi logistik.
  3. Pendekatan Ekonomi Sirkular
    Perusahaan harus fokus pada daur ulang material dan pengurangan limbah untuk mendukung keberlanjutan jangka panjang.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa keberlanjutan dalam rantai pasokan adalah strategi yang esensial bagi perusahaan multinasional. Dengan mengintegrasikan praktik hijau di seluruh proses, perusahaan dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing mereka.

Sumber Artikel:
Laura Porras Cely (2023). Sustainable Practices Implemented in the Supply Chain of Multinational Companies. Dissertation, Universidade Católica Portuguesa.

 

Selengkapnya
Praktik Berkelanjutan dalam Rantai Pasokan Perusahaan Multinasional: Studi Kasus Airbus, Nespresso, dan Sanofi

Green Supply Chain Management

Faktor Pendorong Adopsi Green Supply Chain Management: Tinjauan Literatur dan Implikasinya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel berjudul "A Literature Review on Green Supply Chain Management Adoption Drivers" oleh Ilyas Masudin (2019) mengeksplorasi berbagai faktor pendorong dalam adopsi Green Supply Chain Management (GSCM). Melalui analisis terhadap 78 literatur utama, artikel ini mengidentifikasi dan membahas faktor internal dan eksternal yang mendorong adopsi GSCM, termasuk pada green procurement, green manufacturing, green distribution, dan reverse logistics. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya GSCM sebagai strategi keberlanjutan yang menguntungkan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaan.

Metodologi
Artikel ini menggunakan metode systematic content analysis untuk menganalisis literatur dari tahun 1996 hingga 2019. Dengan kata kunci seperti "green procurement" dan "green manufacturing," penelitian ini mengumpulkan 94 artikel dari berbagai jurnal internasional, yang kemudian disaring menjadi 78 artikel relevan.

Hasil analisis menunjukkan distribusi artikel terbesar berasal dari Journal of Cleaner Production (15 artikel), diikuti International Journal of Production Economics (7 artikel). Temuan ini menunjukkan pentingnya literatur dalam membangun pemahaman tentang pendorong GSCM.

Faktor Pendorong Adopsi GSCM

  1. Green Procurement (Pengadaan Hijau)
    • Faktor pendorong internal: komitmen manajemen, pengurangan biaya, dan strategi keberlanjutan organisasi.
    • Faktor eksternal: tekanan pelanggan, persaingan pasar, dan regulasi pemerintah.
      Studi menunjukkan bahwa organisasi yang mengadopsi pengadaan hijau dapat mengurangi limbah hingga 30%, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperbaiki reputasi perusahaan.
  2. Green Manufacturing (Manufaktur Hijau)
    • Faktor internal: manfaat finansial, inovasi produk, dan citra perusahaan.
    • Faktor eksternal: tekanan dari pelanggan dan pesaing, serta kewajiban regulasi.
      Misalnya, studi Ghazilla et al. (2015) menemukan bahwa regulasi dan inovasi adalah pendorong utama adopsi green manufacturing di Malaysia, dengan peningkatan efisiensi energi hingga 20%.
  3. Green Distribution (Distribusi Hijau)
    • Penerapan distribusi ramah lingkungan, seperti logistik terbalik dan optimasi rute pengiriman, telah membantu perusahaan mengurangi emisi karbon hingga 5% (Palmer, 2007).
    • Faktor eksternal seperti kesadaran masyarakat dan tekanan pasar mendorong adopsi distribusi hijau.
  4. Reverse Logistics (Logistik Terbalik)
    • Faktor internal: tekanan pelanggan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan pengurangan biaya operasional.
    • Faktor eksternal: regulasi lingkungan dan kompetisi pasar.
      Contoh signifikan datang dari perusahaan elektronik di Cina, yang berhasil meningkatkan tingkat daur ulang hingga 15% melalui reverse logistics.

Dampak Adopsi GSCM terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi GSCM memberikan dampak positif pada:

  • Kinerja Lingkungan: Pengurangan emisi karbon rata-rata 10%-15%.
  • Kinerja Sosial: Peningkatan hubungan dengan pemangku kepentingan dan kepuasan pelanggan.
  • Kinerja Ekonomi: Pengurangan biaya operasional hingga 25%, terutama dalam logistik dan produksi.

Rekomendasi Strategis

  1. Kolaborasi dengan Mitra Rantai Pasokan
    Perusahaan perlu menjalin kemitraan strategis dengan pemasok untuk memastikan keberlanjutan pada semua tahap rantai pasokan.
  2. Penguatan Regulasi dan Kebijakan
    Pemerintah harus memberikan insentif kepada perusahaan yang mengadopsi praktik GSCM, seperti potongan pajak untuk teknologi ramah lingkungan.
  3. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi
    Kampanye edukasi untuk konsumen dan pelatihan bagi karyawan akan meningkatkan adopsi praktik hijau.

Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa adopsi GSCM dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan dampak signifikan pada keberlanjutan perusahaan. Dengan memahami dan mengatasi hambatan dalam adopsi GSCM, organisasi dapat memperkuat daya saing sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Sumber Artikel: Masudin, I. (2019). A Literature Review on Green Supply Chain Management Adoption Drivers. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.18(2), 103-115,

Selengkapnya
Faktor Pendorong Adopsi Green Supply Chain Management: Tinjauan Literatur dan Implikasinya

Green Supply Chain Management

Dampak Praktik Rantai Pasokan Hijau terhadap Citra Perusahaan: Peran Komunikasi Hijau sebagai Mediator

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel berjudul "Impact of Green Supply Chain Management Practices on Corporate Image: Mediating Role of Green Communications" oleh Aslam, Waseem, dan Khurram (2019) mengeksplorasi dampak positif dari praktik rantai pasokan hijau (GSCM) terhadap citra perusahaan. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya komunikasi hijau dalam memperkuat hubungan antara praktik GSCM dan reputasi korporasi. Berdasarkan teori Natural Resource-Based View (NRBV), studi ini membuktikan bahwa adopsi GSCM tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui citra perusahaan yang lebih positif.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan survei sebagai metode pengumpulan data. Sampel terdiri dari 120 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan, dengan 95 respons yang digunakan dalam analisis. Teknik Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) digunakan untuk menguji hubungan antara variabel.

Praktik Rantai Pasokan Hijau dan Citra Perusahaan
Praktik GSCM dikelompokkan menjadi:

  1. Internal Green Practices
    • Internal Environment Management (IEM): Komitmen manajerial untuk keberlanjutan.
    • Eco-Design: Desain produk untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang siklus hidupnya.
  2. External Green Practices
    • Green Purchasing: Pengadaan material ramah lingkungan.
    • Customer Cooperation: Kolaborasi dengan pelanggan untuk produk yang lebih ramah lingkungan.
    • Investment Recovery: Daur ulang dan pemanfaatan kembali material sisa.

Hasil Utama Penelitian

  1. Internal Green Practices dan Citra Perusahaan
    Studi ini tidak menemukan hubungan signifikan antara internal green practices dan citra perusahaan, baik langsung maupun melalui komunikasi hijau. Hal ini menunjukkan bahwa internal practices membutuhkan dukungan eksternal untuk berdampak pada reputasi.
  2. External Green Practices dan Citra Perusahaan
    External practices seperti green purchasing dan customer cooperation memiliki pengaruh signifikan terhadap citra perusahaan, dimediasi sepenuhnya oleh komunikasi hijau. Koefisien indirect effect sebesar 0,357 menunjukkan peran penting komunikasi dalam memperkuat hubungan ini.
  3. Komunikasi Hijau sebagai Mediator
    Komunikasi hijau mencakup kampanye pemasaran dan penyebaran informasi tentang inisiatif lingkungan perusahaan. Responden melaporkan bahwa komunikasi yang transparan membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan dan menciptakan citra yang lebih positif.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Green Purchasing
    Perusahaan manufaktur tekstil di Pakistan yang mengadopsi pengadaan hijau melaporkan pengurangan limbah hingga 20% dan peningkatan kepuasan pelanggan.
  2. Customer Cooperation
    Kolaborasi dengan pelanggan pada desain ulang produk menghasilkan pengurangan emisi karbon sebesar 15% dalam sektor elektronik.
  3. Investment Recovery
    Dalam sektor farmasi, implementasi investasi pemulihan memungkinkan perusahaan untuk mendaur ulang hingga 25% material sisa, mengurangi biaya produksi secara signifikan.

Implikasi Praktis dan Strategis

  1. Kolaborasi dengan Konsumen
    Perusahaan harus memanfaatkan feedback pelanggan untuk meningkatkan produk ramah lingkungan.
  2. Komunikasi yang Konsisten
    Kampanye komunikasi yang menonjolkan inisiatif hijau membantu membangun kepercayaan dan loyalitas pelanggan.
  3. Dukungan Manajerial
    Komitmen dari pimpinan perusahaan diperlukan untuk mendorong adopsi GSCM secara efektif.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa praktik rantai pasokan hijau, khususnya yang bersifat eksternal, memainkan peran penting dalam menciptakan citra perusahaan yang positif. Namun, komunikasi hijau menjadi elemen kunci dalam menghubungkan GSCM dengan reputasi korporasi. Penelitian ini memberikan panduan berharga bagi perusahaan yang ingin mengintegrasikan keberlanjutan dalam strategi bisnis mereka.

Sumber Artikel:
Aslam, M. M. H., Waseem, M., & Khurram, M. (2019). Impact of Green Supply Chain Management Practices on Corporate Image: Mediating Role of Green Communications. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences, Vol. 13(3), 581–598.

 

Selengkapnya
Dampak Praktik Rantai Pasokan Hijau terhadap Citra Perusahaan: Peran Komunikasi Hijau sebagai Mediator
« First Previous page 609 of 1.103 Next Last »