Riset dan Inovasi

Teliti Fauna Bentik Laut Jawa, Peneliti BRIN Salat dan Puasa di Kedalaman 7000 Meter

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Pernahkah Anda melakukan salat dan puasa di kedalaman 7.000 meter di laut dalam Samudra Hindia? Andina Ramadhani Putri Pane, seorang peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mampu melakukannya di kapal selam Fendouzhe milik Institute of Deep-Sea Science and Engineering (IDSSE) – Chinese Academy of Science (CAS). 

Ya, Dina-panggilan akrabnya- tergabung dalam "Expedition Java Trench 2024". Dalam ekspedisi ini peneliti BRIN dan IDSSE-CAS bersama-sama melakukan penelitian di Selatan Laut Jawa pada 23 Februari hingga 22 Maret 2024 menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao. Dina merupakan satu-satunya muslimah dalam tim ekspedisi. Dia melaksanakan salat di kapal selam dan juga melakukan ibadah puasa selama melakukan ekspedisi. 

Selain Dina, peneliti BRIN lainnya adalah Yustian Rovi Alfiansah peneliti bidang mikroorganisme dan akuakultur juga terlibat dalam ekspedisi ini yang bertindak sebagai ketua tim peneliti Indonesia. Selain peneliti ID-SSE Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan kru kapal, ekspedisi ini juga diikuti Mayor Kridha dari TNI Angkatan Laut, Harisma (peneliti dari Universitas Halu Oleo), dan Engki (peneliti Universitas Hang Tuah) yang mewakili Indonesia.

Kapal selam Fendouzhe melakukan 22 kali penyelaman, di mana 14 kali penyelaman melebihi 6000 meter dan 6 kali penyelaman bersama ilmuwan Indonesia. Di sana para ilmuwan meneliti spesimen fauna bentik/ bentos (dasar laut), menggunakan alat pengambil sedimen inti dan sedimen dalam, batuan dasar & karbonat. Selain itu juga menggunakan membran untuk menyaring air laut sehingga ditemukan mikrobiologinya. Kapal selam laut dalam ini dibawa menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao yang bersandar di dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta.

Ekspedisi ini khususnya menyorot mengenai kelimpahan dan keanekaragaman fauna bentik yang tinggi, spesies inovatif di parit, dan ekosistem benda yang tidak biasa. Selain itu, para peneliti juga memantau sedimentasi oksida besi dalam skala besar di dekat sumbu parit, biota batuan baru – dunia foraminifera (grup besar protista amoeboid dengan pseudopodia), dan bidang hidrotermal suhu rendah di cekungan busur depan.

Pengalaman berharga didapatkan para peneliti Indonesia. Ekspedisi tidak berhenti pada kali ini saja, IDSSE-CAS juga mengajak peneliti Indonesia untuk mengikuti Global Trench Exploration and Dive Program. Program itu merupakan ekspedisi gabungan kedua di perairan Indonesia, khususnya berfokus pada gempa bumi dan sumber daya kelautan. IDSSE-CAS juga mengajak untuk mendirikan laboratorium bersama. Diharapkan dengan ekspedisi yang sudah terlaksana, dapat meningkatkan kerja sama di bidang rekayasa dan teknologi laut dalam.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Teliti Fauna Bentik Laut Jawa, Peneliti BRIN Salat dan Puasa di Kedalaman 7000 Meter

Riset dan Inovasi

Ekspedisi Laut Dalam, Dua Periset BRIN Raih Rekor MURI

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Dua Periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yustian Rovi Alfiansah dan Andina Ramadhani Putri Pane meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Penyerahan piagam rekor MURI berlangsung di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta, Jum’at (22/3). Resepsi penyambutan ekspedisi bersama Indonesia – Tiongkok "Expedition Java Trench 2024" ini dihadiri Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut B. Pandjaitan, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Kru Kapal Tan-Suo-Yi-Hao, dan para undangan.

Dalam sambutannya, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa ekspedisi ini bisa memperkuat kerja sama internasional di bidang penelitian dan inovasi maritim. Kolaborasi penelitian laut dalam dengan Institute of Deep-Sea Science and Engineering (IDSSE) – Chinese Academy of Science (CAS), Republik Rakyat Tiongkok (RRT) diharapkan akan terulang lagi. “Ekspedisi ini diharapkan memajukan kolaborasi berikutnya,” ucapnya.

Kolaborasi melalui program ekspedisi bersama tersebut dilakukan peneliti dari BRIN dan IDSSE-CAS. Mereka bersama-sama melakukan penelitian pada salah satu titik terdalam di Selatan Laut Jawa pada 23 Februari - 22 Maret 2024 menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao. Kapal ini berlayar dari Jakarta ke arah timur menuju Sumba, Mentawai, Sukabumi, hingga kembali ke Jakarta.

Handoko lalu menjelaskan, BRIN juga memiliki armada kapal riset. Armada tersebut digunakan untuk melakukan penelitian di laut Indonesia yang sangat luas. “Selain dengan negara Tiongkok, Indonesia juga melakukan ekspedisi pelayaran bersama dengan Jepang, Perancis, dll. BRIN mengundang akademisi maupun swasta untuk berkolaborasi melakukan penelitian. Seluruh data hasil penelitian disimpan di Indonesia,” tegasnya. 

Sebagai bagian dari ekspedisi ini, kapal selam IDSSE-CAS Fendouzhe yang memiliki kemampuan mencapai kedalaman hingga 11.000 meter juga dikerahkan dan berhasil membawa peneliti Indonesia mencapai kedalaman 7.192 meter pada penelitian ini. Hal ini membawa BRIN meraih piagam penghargaan rekor MURI. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Ekspedisi Laut Dalam, Dua Periset BRIN Raih Rekor MURI

Riset dan Inovasi

BRIN-IPB Kolaborasi Riset Pemanfaatan Blockchain di Sektor Pertanian

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Esa Prakasa menyatakan, blockchain memiliki potensi berperan dalam bidang pertanian. Karena, teknologi blockchain dapat melakukan penelusuran asal produk pertanian, untuk menjamin kualitas produk yang akan dikonsumsi.

Karena itu, pihaknya melakukan kolaborasi riset dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk optimisasi blockchain bidang pertanian.

“Kolaborasi riset diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dan wawasan serta memunculkan ide untuk memperluas dan meningkatkan hasil dan kualitas riset,” ungkap Esa, dalam Webinar PRSDI #2 bertajuk "Peran Sains Data dalam Optimisasi Aktivitas Pertanian", Rabu (20/3).

Guru Besar Divisi Teknik Sistem dan Industri - Departemen Teknik Industri Pertanian IPB Taufik Djatna, menjelaskan cara kerja blockchain.

“Melalui blockchain, kita bisa mengetahui bagaimana kelola lahan, kelembaban lahan, profil petani, mutu bibit yang akan ditanam, kondisi lingkungan, serta iklim pertanian. Selain itu, kita dapat mengetahui tingkat penawaran dan permintaan, harga, dan bagaimana penggunaan hasil panen,” tuturnya.

Menurut Taufik, blockchain dapat menjadi dasar untuk proses produksi, distribusi, hingga transaksi. Sehingga, pengaplikasian blockchain dapat meningkatkan kepercayaan di antara pemangku kepentingan.

“Mekanisme apapun yang dilakukan proses pertanian dapat ditelusuri dengan mudah dan dipercaya semua pihak. Mulai dari kondisi bahan pertanian dan pangan sepanjang rantai pasok, akan lebih mudah ditelusuri,” jelasnya.

Dikatakan Taufik, blockchain dapat meningkatkan target mutu dan target keamanan bahan pangan. Efisiensi harga akan lebih baik. Sehingga, dapat mempromosikan praktek pertanian yang lebih bertanggung jawab. Selain itu juga berperan dalam transaksi melalui smart contract.

“Namun, di Indonesia sendiri memiliki tantangan berupa regulasi yang belum selesai. Sehingga penerapan blockchain ini belum bisa diintegrasikan,” ujar Taufik.

Penerapan blockchain di bidang pertanian diharapkan dapat mengakuisisi data kegiatan pertanian. Pola tren pasar dapat diintegrasikan menjadi bagian smart contract, yang dapat dijadikan aset dalam pembiayaan tanpa menghilangkan kepemilikan.

Penemuan Radiofarmaka

Kemampuan smart contract yang dicangkokkan ke blockchain memiliki peran penting dalam radiofarmaka. Yakni, dalam menemukan material baru berasal dari tanaman yang memiliki potensi obat-obatan.

“Periset dan mitra kerjasamanya dapat membagi data bersama yang aman dan terjamin keasliannya. Peran penting blockchain bagi riset pengembangan obat sendiri menjamin adanya keamanan data, mulai dari uji coba klinis hingga ke pengembangan obat,” terang Taufik.

Karena dapat melacak asal muasal produk, struktur blockchain bisa menelusuri sumber yang lebih jelas. Dengan blockchain dan smart contract, menjamin adanya keaslian data mutu yang tidak digunakan. Data sifat yang terdistribusi untuk material baru bisa mendukung pekerjaan radiofarmaka.

Taufik berharap, penerapan AI pada penemuan obat berbasis radiofarmaka bisa dimulai dari identifikasi target untuk melihat dan memahami data set yang besar, yang tersimpan di big data, simulasi molecular, prediksi sifat obat, serta mendesain obat baru yang berasal dari tumbuhan. Serta, menyusun prioritas untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih murah dan cepat. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN-IPB Kolaborasi Riset Pemanfaatan Blockchain di Sektor Pertanian

Riset dan Inovasi

BRIN Kembangkan Riset Model NER dengan Multi Source

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Untuk mendukung pekerjaan di bidang farmasi, kedokteran, biologi, dan ilmu kesehatan, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sebuah riset mengenai pengembangan model NER (Named Entity Recognition) menggunakan pendekatan multi source.

Slamet Riyanto Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Sains Data dan Informasi BRIN menyampaikan dalam paparannya bahwa latar belakang risetnya ini adalah adanya studi literatur yang dilakukan dalam dokumen ilmiah yang tidak terstruktur, mencakup artikel jurnal, review, abstrak, dan laporan.

“Untuk itu perlu adanya metode otomatis dan komputasi yang diperlukan untuk mengekstrak informasi berharga dari data tidak terstruktur,” jelas Slamet pada Webinar Edisi Ke-2 Pusat Riset Sains Data dan Informasi dengan topik "Peran Sains Data dalam Optimisasi Aktivitas Pertanian", Rabu (20/3).

Dalam mengekstraksi informasi berharga dari berbagai data tidak terstruktur yang tersedia dibantu oleh Information Extraction (IE). NER adalah subtugas IE yang melibatkan pengenalan entitas tertentu dalam teks. “NER dalam biomedis bertujuan untuk mengenali dan mengkarakterisasi entitas khusus, seperti chemical, drug, disease, protein, DNA, RNA, dan gen,” terang Slamet.

Slamet menyebutkan bahwa NER memiliki kemampuan untuk memperoleh wawasan berharga dari teks domain khusus. Hal tersebut memungkinkan berbagai aplikasi seperti menganalisis relevansi statistik entitas tertentu seperti disease. Sayangnya belum ada model yang mampu secara akurat mendeteksi entitas plant dan disease dalam sebuah dokumen.

“Pengenalan entitas tanaman dan penyakit bermanfaat sebagai sarana studi literatur untuk mengungkap manfaat dan dampak buruk tanaman terhadap kesehatan manusia,” terang Slamet. 

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, lanjut Slamet, riset ini melakukan sebuah pengembangan model NER menggunakan pendekatan multi-source transfer learning. 

“Model yang dihasilkan adalah Plant-Disease Named Entity Recognition (PDNER) yang dilatih menggunakan multisumber dalam domain biomedis dan botani. Diharapkan model PDNER mampu mengenali entitas tanaman dan penyakit dalam dokumen secara akurat,” ucapnya.

Lebih lanjut Slamet menyampaikan, dalam pengembangannya telah menghasilkan metode otomatis dan komputasi, yang dapat membantu pendekatan studi literatur dalam mendeteksi entitas tumbuhan dan penyakit. 

“Preprocessing yang telah dilakukan dan tepat, dapat meningkatkan kinerja model. Sehingga model yang dikembangkan mampu memprediksi entitas pada domain biomedis dan botani secara akurat. Pendekatan multi source transfer learning, dapat membantu mengatasi keterbatasan data berlabel pada target domain,” ungkapnya.

Turut menjadi narasumber dalam webinar ini adalah Taufiq Djatna, Guru Besar Divisi Teknik Sistem dan Industri, Departemen Teknik Industri Pertanian IPB. Ia menyampaikan materinya mengenai The Future of Blockchain in Agriculture. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN Kembangkan Riset Model NER dengan Multi Source

Riset dan Inovasi

Konsep dan Strategi Pemuliaan Tanaman Kopi Untuk Menghasilkan Varietas Unggul di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kopi adalah komoditas unggulan perkebunan yang menjadi sumber pendapatan petani, menghasilkan devisa serta dapat berkontribusi bagi pembangunan negara. Tahun 2023, Indonesia menempati urutan  ketiga produsen kopi dunia setelah Brazil dan Vietnam, dari data statistik meningkat 1,43%  dibandingkan dengan tahun 2022. 

“Banyaknya  faktor yang mempengaruhi produksi kopi merupakan tantangan tersendiri bagi para periset, baik periset BRIN maupun di luar BRIN (Universitas, Swasta, BUMN). Varietas unggul baru kopi diharapkan mampu berproduksi tinggi dengan cita rasa excellent, beradaptasi terhadap lingkungan abiotik terutama adanya el nino dan la nina yang berdampak pada produksi pertanian,” ungkap Puji Lestari selaku Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN saat memberi sambutan webinar “Sharing Session” pada acara EstCrops_Corner #2, Rabu (20/03) secara virtual.

“Kita diharapkan dapat menyelesaikan masalah pertanian terutama tanaman kopi, agar kebutuhan varietas unggul kopi meningkat menyesuaikan kebutuhan dan minat para stakeholder dalam membangun komoditas perkebunan,” jelasnya. 

"Melihat sejarah kopi Arabika dan Robusta yang sudah ada sejak zaman kolonial belanda,  dan disusul liberika, semuanya membutuhkan sentuhan teknologi. Tidak hanya berbasis konvensional namun juga pendekatan bioteknologi, yang berdampak tidak hanya untuk pemanfaatan, tetapi juga science riset untuk intelektual,” tambah Puji. 

Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan, OR Pertanian dan Pangan, BRIN Setiari Marwanto menjelaskan bahwa Industri kopi di Indonesia telah berkontribusi besar terhadap perolehan devisa negara. Permintaan dalam negeri terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup.

”Industri kopi telah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan dengan jumlah yang signifikan dan berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Tren positif ini perlu diiringi perbaikan industri kopi secara menyeluruh baik di level on farm maupun out farm, sehingga industri ini bisa eksis tumbuh secara berkelanjutan,” kata Setiari.

“Perlu kita sadari bahwa hal ini tidak mudah, banyak sekali tantangan industri kopi,  mulai dari produktivitas yang belum optimal, penggunaan benih yang tidak terspesifikasi sebagai benih unggul, budidaya yang belum sepenuhnya benar, kendala ketersediaan pupuk, dan ketersediaan lahan hingga fenomena perubahan iklim,” terangnya.

Menurutnya masih banyak yang perlu diperbaiki dari sektor on farm dan out farm agar produktivitas dan kualitas biji kopi juga meningkat, salah satunya adalah aspek pemuliaan.

Narasumber pertama Dani, Peneliti Pusat Riset Tanaman Perkebunan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan – BRIN  dengan judul paparan  “Persilangan Buatan Antara Spesies Kopi Robusta dan Arabika,” mengatakan bahwa dampak perubahan iklim,  kenaikan suhu global memberikan dampak yang serius, terutama kopi arabika karena ternyata suhu tinggi memicu perkembangan bunga abnormal atau star flower.

“Hal ini tentunya akan berdampak pada rendahnya produksi kopi karena sebagian besar bunga yang terbentuk tidak berhasil membentuk buah dan biji, namun fenomena ini tidak terlihat pada kerabat diploidnya, yaitu kopi robusta dan liberika. Kami kemudian mencoba untuk menginterograsikan sifat toleran terhadap suhu tinggi dari kopi robusta ke kopi arabika melalui persilangan antar spesies,” ungkapnya.

Persilangan spesies kopi robusta dan arabika secara teoritis dapat dilakukan secara reciprocal menempatkan kopi arabika sebagai tetua betina, maupun sebagai tetua jantan meskipun dinilai lebih berhasil adalah kombinasi arabika dan robusta. Namun demikian ada satu laporan yang menyatakan bahwa di India pernah dilakukan persilangan reciprocal yaitu menyilangkan kopi robusta sebagai tetua betina dan kopi arabika sebagai tetua jantan.  

Ia juga mengatakan bahwa hambatan persilangan antara spesies kopi robusta dan arabika tergolong kuat namun tidak lengkap, hambatan pra-zigotik berkurang karena terdapat irisan periode antesis antar spesies, hambatan pasca-zigotik awal dalam bentuk kerontokan buah muda dan kegagalan endosperma tinggi, terakhir hambatan pasca-zigotik lanjut dalam bentuk triploid block tidak lengkap karena sekaligus diperoleh tipe ploidi diploid dan tetraploid. 

Narasumber kedua Meynarti Sari Dewi Ibrahim, Peneliti dari Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan – BRIN dengan materi “Pemanfaatan Teknologi Kultur Jaringan dalam Percepatan Perakitan Varietas Unggul Baru Kopi”, memaparkan ada beberapa peran yang dapat dimainkan oleh kultur jaringan untuk dapat mempercepat perakitan varietas unggul baru kopi dibandingkan dengan konvensional.

“Pertama adalah memperbanyak benih unggul kopi atau disebut perbanyakan in vitro. Kedua, menghasilkan tanaman kopi galur murni dengan menggunakan kultur antera. Ketiga, membantu proses transformasi genetik pada tanaman kopi. Keempat, meningkatkan keragaman genetik tanaman kopi yang terkenal dengan mutasi pada kultur in vitro. Kelima, menyeleksi kultur kopi terhadap sifat yang diinginkan yang kita kenal dengan seleksi in vitro. Keenam,  menyelamatkan embrio atau kultur embrio. Ketujuh, menyimpan koleksi plasma nutfah kopi atau konservasi in vitro. Kedelapan, mendapatkan hibrida somatik dengan fusi protoplas. Terakhir peranan lainnya yang masih berhubungan dengan perakitan VUB,” paparnya.

“Teknologi kultur in vitro dapat digunakan mempercepat pembentukan VUB kopi, caranya adalah dengan meningkatkan keragaman genetik menggunakan mutasi, transformasi genetik, genom editing, fusi protoplas, kultur anter, seleksi in vitro, perbanyakan benih secara in vitro dan konservasi in vitro,” pungkas Meynarti.

Narasumber terakhir Surip Mawardi, Pemulia Kopi dari Ladang Langit Coffee Farm, Hutan Pargompulan, Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara, memaparkan materi berjudul “Status Riset, Peluang dan Tantangan Pemuliaan Tanaman Kopi”.  Dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh moderator Rubiyo, peneliti Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Konsep dan Strategi Pemuliaan Tanaman Kopi Untuk Menghasilkan Varietas Unggul di Indonesia

Riset dan Inovasi

Akreditasi Komisi Etik Kesehatan BRIN Tunjang Mutu Klirens Etik Kesehatan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan akreditasi Komisi Etik Kesehatan BRIN (KEK-BRIN) yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Kelola Perizinan Riset dan Inovasi dan Otoritas Ilmiah. Kegiatan berlangsung di Kantor Kerja Bersama (KKB) Harsono Wiryosumarto Rawamangun, Jakarta pada 20–22 Maret 2024. Dalam kegiatan ini diundang pula Komite Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional (KEPPKN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) yang bertugas menjadi Asesor. 

"Selama ini akreditasi dianggap suatu kegiatan yang mengerikan. Padahal pada saat pembentukan, KEPPKN lebih ingin mendengarkan kondisi dan kemampuan dari komisi etik saat ini atau bahkan kami sesama asesor bisa saling belajar sehingga hasil dari akreditasi ini adalah rekomendasi yang baik bukannya temuan,’’ ujar Nur Atik, Ketua Tim Akreditasi tersebut.

Dijelaskannya, ada beberapa latar belakang mengapa asesmen lapangan harus dilaksanakan. Di antaranya adalah penyimpangan pada pelaksanaan penelitian, potensi konflik kepentingan, juga peningkatan jumlah Komisi Etik Penelitian (KEP). Ia juga menguraikan bahwa hal ini sebagai salah satu tugas dari KEPPKN, yakni melakukan akreditasi komite/komisi etik penelitian kesehatan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2020, pasal 4.

Tri Sundari, selaku Direktur Tata Kelola Perizinan Riset dan Inovasi dan Otoritas Ilmiah BRIN menjelaskan bahwa dalam Klirens Etik BRIN yang tertuang pada Peraturan BRIN Nomor 22 Tahun 2022, Komisi Etik adalah suatu komisi independen yang berperan penting untuk memastikan dan menjaga keselamatan serta kesejahteraan subjek penelitian. 

Lalu ia menjabarkan, Komisi Etik Kesehatan (KEK) BRIN bertugas dalam menyusun pedoman klirens etik bidang kesehatan, memeriksa, dan mengesahkan keberterimaan secara etik suatu rangkaian proses riset kesehatan, memberikan keputusan atas permohonan klirens etik, dan memberikan rekomendasi perizinan peneliti pihak asing. ”Saat ini KEK BRIN juga telah melaksanakan kolaborasi dengan beberapa lembaga, seperti Badan POM, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, bahkan dengan Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (KONEKSI). 

Selanjutnya, Ketua KEK BRIN, Rustika menjelaskan bahwa di BRIN sebenarnya terdapat lebih dari satu Komisi Etik Penelitian. Di antaranya adalah sosial humaniora, kimia, pemeliharaan dan penggunaan hewan, nuklir, dan kesehatan. Lebih spesifik ia menerangkan, berdasarkan data yang masuk jumlah usulan riset tahun 2023, di bidang kesehatan hanya sebesar 11%, sedangkan jumlah pengusul riset dari luar BRIN meningkat dibandingkan dengan tahun 2022. ”Ini membuktikan bahwa kebutuhan untuk adanya KEP terutama di bidang kesehatan sangat dibutuhkan dalam memberikan keputusan atas permohonan klirens etik terutama di bidang kesehatan,” ungkapnya. 

Dalam kegiatan asesmen ini KEPPKN tidak hanya menilai dari segi ketersediaaan data, tetapi juga melaksanakan wawancara kepada pegawai KEK BRIN, serta melaksanakan kunjungan ke kantor. Dalam kunjungan tersebut, Rustika memaparkan alur dan menjelaskan ketersediaan data yang ada di KEK BRIN.

Dalam asesmen yang akan berlangsung selama tiga hari ke depan ini, KEPPKN Kemkes RI dan KEK BRIN berharap diterbitkannya akreditasi. Akreditasi ini yang akan menunjang pekerjaan KEK BRIN dalam memproses permohonan klirens etik, terutama yang terkait dengan bidang kesehatan.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Akreditasi Komisi Etik Kesehatan BRIN Tunjang Mutu Klirens Etik Kesehatan
« First Previous page 561 of 1.107 Next Last »