Keselamatan Kerja

Analisis Prosedur Keselamatan Kerja dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan kerja dalam ruang terbatas (confined spaces) merupakan tantangan besar di berbagai industri, terutama dalam sektor perkebunan dan manufaktur. Penelitian ini menyoroti bagaimana kurangnya penerapan sistem K3 yang optimal dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja, serta perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan keselamatan pekerja di ruang terbatas.

Prosedur keselamatan kerja di ruang terbatas masih jauh dari optimal. Beberapa temuan utama meliputi:

  • Tidak adanya sertifikasi K3 untuk pekerja yang terlibat dalam perbaikan tangki CPO.
  • Identifikasi bahaya tidak dilakukan secara menyeluruh, terutama terkait kadar gas beracun dan ventilasi udara.
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih kurang memadai
  • Kurangnya prosedur tanggap darurat

Beberapa insiden diidentifikasi sebagai bukti kurangnya penerapan sistem K3:

  • Kasus sesak napas akibat kadar oksigen rendah di dalam tangki
  • Kasus kecelakaan akibat tidak adanya pemantauan atmosfer
  • Kecelakaan fatal di industri terkait

Menurut data internasional, antara tahun 2005 hingga 2009 terdapat 481 kematian akibat kecelakaan kerja dalam ruang terbatas, dengan rata-rata 96 kematian per tahun atau 2 kematian per minggu. Insiden ini terjadi di berbagai sektor, terutama konstruksi, perbaikan, dan pembersihan. Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja akibat gas beracun dalam ruang terbatas juga sering terjadi, seperti di Riau dan Sukabumi, di mana pekerja meninggal akibat paparan gas berbahaya dalam sumur atau tangki industri.

Kelebihan 

Menyediakan wawasan empiris dari industri perkebunan mengenai tantangan keselamatan dalam ruang terbatas. Menggunakan metode triangulasi data untuk memastikan validitas hasil penelitian. Menyajikan studi kasus nyata yang memperjelas dampak dari kurangnya prosedur keselamatan kerja.

Kekurangan

Tidak ada perbandingan dengan industri lain yang memiliki ruang terbatas, seperti pertambangan atau manufaktur berat. Minimnya data kuantitatif mengenai jumlah kecelakaan kerja di PT. Tunggal Perkasa Plantations. Kurangnya rekomendasi terkait pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keselamatan dalam ruang terbatas.

Rekomendasi untuk Implementasi

  1. Peningkatan Kepatuhan terhadap Regulasi K3
  2. Optimasi Sistem Pemantauan Atmosfer
  3. Penyediaan APD yang Memadai
  4. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Keselamatan
  5. Penggunaan Teknologi dalam Pengawasan

Gambaran mendalam mengenai implementasi prosedur keselamatan kerja dalam ruang terbatas di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kelemahan dalam sistem keselamatan kerja, terutama dalam aspek sertifikasi pekerja, identifikasi bahaya, dan penggunaan APD yang sesuai. Dengan mengadopsi rekomendasi yang telah disebutkan, perusahaan dapat meningkatkan tingkat keselamatan pekerja dan mengurangi risiko kecelakaan di ruang terbatas secara signifikan. Penerapan teknologi, pelatihan yang lebih intensif, serta pengawasan yang lebih ketat adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sesuai dengan standar regulasi yang berlaku.

Sumber Artikel

Masribut, & Clinton, S. (2016). Analisis Prosedur Pelaksanaan pada Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Spaces) pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. AL-TAMIMI KESMAS, 5(2), 41-48.

 

Selengkapnya
Analisis Prosedur Keselamatan Kerja dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations

Safety

Keterkaitan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Pembangunan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta pembangunan berkelanjutan adalah dua konsep yang semakin mendapat perhatian dalam dunia industri modern. Paper berjudul “The Relationship between Occupational Safety, Health, and Environment, and Sustainable Development: A Review and Critique” oleh Zohreh Molamohamadi dan Napsiah Ismail membahas bagaimana kedua konsep ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan.

Artikel ini berfokus pada hubungan antara kebijakan K3 dan strategi pembangunan berkelanjutan, serta bagaimana pendekatan integratif dapat meningkatkan efisiensi bisnis sekaligus menjaga kesejahteraan pekerja dan lingkungan.

Penelitian ini mengkaji definisi dan konsep K3 serta pembangunan berkelanjutan dari berbagai sumber literatur. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana kedua kebijakan ini dapat saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan ramah lingkungan.

Beberapa poin utama yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:

  • Definisi K3 dan pembangunan berkelanjutan berdasarkan standar internasional.
  • Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi K3 dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
  • Studi kasus tentang perusahaan yang telah berhasil mengintegrasikan K3 dalam kebijakan keberlanjutan mereka.

Beberapa temuan penting dalam penelitian ini meliputi:

  1. Dampak K3 terhadap Produktivitas
    • Perusahaan yang menerapkan kebijakan K3 dengan baik mengalami peningkatan produktivitas hingga 15%.
    • Tingkat kecelakaan kerja yang lebih rendah berkontribusi pada efisiensi operasional yang lebih baik.
  2. Hubungan antara Pembangunan Berkelanjutan dan K3
    • Sebanyak 78% studi menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi strategi keberlanjutan memiliki tingkat kepatuhan K3 yang lebih tinggi.
    • Perusahaan yang mengurangi limbah dan polusi di tempat kerja juga mengalami peningkatan kesejahteraan pekerja.
  3. Faktor Lingkungan dan Sosial
    • Lingkungan kerja yang lebih sehat berdampak positif pada kesejahteraan mental dan fisik pekerja.
    • Program keberlanjutan yang melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan meningkatkan keterlibatan mereka hingga 30%.

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa implikasi penting bagi dunia industri:

  1. Pentingnya Integrasi K3 dalam Kebijakan Keberlanjutan
    • Perusahaan harus melihat K3 sebagai bagian integral dari strategi keberlanjutan mereka.
    • Kebijakan lingkungan yang baik dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja serta dampak negatif terhadap kesehatan pekerja.
  2. Peran Manajemen dalam Mendorong Kesadaran K3
    • Kepemimpinan yang proaktif dalam menerapkan kebijakan K3 dapat meningkatkan kepatuhan karyawan.
    • Manajemen perlu menyediakan pelatihan berkelanjutan agar pekerja lebih sadar akan risiko dan tindakan pencegahan.
  3. Dampak Ekonomi dari K3 yang Efektif
    • Investasi dalam keselamatan kerja dapat mengurangi biaya kompensasi kecelakaan dan meningkatkan kepuasan kerja.
    • Perusahaan yang memiliki kebijakan K3 yang baik cenderung memiliki citra yang lebih positif di mata investor dan konsumen.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari strategi pembangunan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan kedua konsep ini, perusahaan dapat mencapai keuntungan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih besar.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan eksplorasi lebih lanjut mengenai peran teknologi dalam meningkatkan implementasi K3 dalam strategi keberlanjutan.

Sumber Artikel:
Molamohamadi, Z. & Ismail, N. (2014). The Relationship between Occupational Safety, Health, and Environment, and Sustainable Development: A Review and Critique. International Journal of Innovation, Management and Technology, 5(3).

 

Selengkapnya
Keterkaitan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Pembangunan Berkelanjutan

Industri Minyak dan Gas

Identifikasi Bahaya dan Metode Pencegahan dalam Pekerjaan Ruang Terbatas di Industri Minyak dan Gas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan kerja di ruang terbatas (confined space) merupakan tantangan besar dalam industri minyak dan gas. Penelitian ini menyoroti pentingnya penerapan prosedur keselamatan, penggunaan alat pelindung diri (APD), serta mitigasi bahaya seperti gas beracun, kurangnya oksigen, ledakan, serta risiko ergonomis. Dengan pendekatan studi kasus di lingkungan industri minyak dan gas di Balikpapan, paper ini memberikan wawasan mendalam tentang praktik terbaik dalam menangani pekerjaan di ruang terbatas.

Beberapa aspek utama yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi:

  • Kandungan oksigen dalam ruang terbatas (aman dalam kisaran 19,5–23,5%).
  • Keberadaan gas beracun seperti H₂S, CO, dan NH₃.
  • Temperatur ruang kerja yang memengaruhi kenyamanan dan keselamatan pekerja.
  • Risiko mekanis dan listrik yang dapat menyebabkan kecelakaan fatal.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa bahaya utama yang sering ditemukan dalam ruang terbatas di industri minyak dan gas:

  • Kurangnya oksigen: Rata-rata kadar oksigen yang diukur hanya 17,8%, jauh di bawah batas aman.
  • Gas beracun: Kandungan H₂S ditemukan sebesar 3,1 ppm, yang melebihi batas aman.
  • Suhu ruang yang ekstrem: Rata-rata suhu ruang terbatas mencapai 32,6°C, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan pekerja.
  • Risiko mekanis dan listrik: Termasuk paparan energi mekanik dari peralatan berat serta bahaya listrik statis.
  • Sirkulasi udara yang tidak cukup: Ventilasi yang buruk meningkatkan risiko akumulasi gas berbahaya.

Tindakan pencegahan sebelum pekerja memasuki ruang terbatas: Pembersihan gas dan cairan berbahaya menggunakan sistem ventilasi mekanis. Pengukuran atmosfer ruang dengan sensor gas sebelum pekerja memasuki lokasi. Pemasangan sistem komunikasi yang efektif antara pekerja di dalam dan luar ruang terbatas. Penggunaan APD yang sesuai, seperti masker SCBA dan sensor gas pribadi.

Setelah penerapan langkah-langkah tersebut, hasil pengukuran ulang menunjukkan:

  • Kadar oksigen meningkat menjadi 20,0%, berada dalam rentang aman.
  • Kandungan H₂S berkurang menjadi 0,0 ppm, memastikan lingkungan kerja yang lebih sehat.
  • Temperatur ruang turun ke 26,5°C, memungkinkan kondisi kerja yang lebih nyaman.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa dengan penerapan prosedur keselamatan yang tepat, risiko dalam pekerjaan ruang terbatas dapat dikurangi secara signifikan.

Kelebihan 

Memberikan pendekatan berbasis data dengan pengukuran atmosfer ruang terbatas yang akurat. Studi kasus konkret menunjukkan efektivitas penerapan prosedur keselamatan. Relevan dengan kondisi industri minyak dan gas yang memiliki tingkat risiko tinggi.

Kekurangan 

Tidak membahas secara mendalam faktor perilaku pekerja dalam kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Tidak ada perbandingan dengan industri lain yang juga menghadapi risiko ruang terbatas. Kurangnya analisis ekonomi terkait biaya implementasi langkah-langkah keselamatan. Meskipun demikian, penelitian ini tetap menjadi referensi penting bagi industri minyak dan gas dalam meningkatkan keselamatan kerja di ruang terbatas.

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa langkah dapat diterapkan untuk meningkatkan keselamatan kerja di ruang terbatas:

  1. Peningkatan Sistem Pemantauan Atmosfer, Menggunakan sensor gas otomatis yang memberikan peringatan dini terhadap bahaya gas beracun. Memanfaatkan sistem IoT untuk pemantauan kadar oksigen dan suhu ruang secara real-time.
  2. Peningkatan Pelatihan Keselamatan Pekerja, Mengadopsi pelatihan berbasis simulasi VR untuk meningkatkan pemahaman pekerja tentang risiko ruang terbatas. Mewajibkan sertifikasi keselamatan kerja bagi setiap pekerja sebelum memasuki ruang terbatas.
  3. Optimalisasi Ventilasi dan Pengendalian Lingkungan, Memastikan setiap ruang terbatas memiliki sistem ventilasi yang cukup untuk mencegah akumulasi gas beracun. Menggunakan exhaust venting yang lebih efisien dalam mengeluarkan gas berbahaya dari area kerja.
  4. Peningkatan Pengawasan dan Kepatuhan, Melakukan audit keselamatan berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Memberikan sanksi tegas bagi pelanggar prosedur keselamatan untuk meningkatkan disiplin pekerja.

Identifikasi bahaya dalam pekerjaan ruang terbatas serta langkah-langkah pencegahan yang dapat diterapkan di industri minyak dan gas. Dengan penerapan sistem pemantauan atmosfer, pelatihan keselamatan yang lebih ketat, serta optimalisasi ventilasi, risiko kecelakaan dalam ruang terbatas dapat dikurangi secara signifikan. Meskipun masih ada ruang untuk perbaikan dalam aspek kepatuhan pekerja dan analisis biaya keselamatan, penelitian ini tetap menjadi panduan berharga bagi perusahaan yang ingin meningkatkan keselamatan kerja dalam operasi ruang terbatas.

Sumber Artikel

Sulardi & El-Ridho, N. K. (2019). Hazard Identification and Prevention Methods on Work in Confined Spaces. Jurnal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan, 5(2), 142-151.

Selengkapnya
Identifikasi Bahaya dan Metode Pencegahan dalam Pekerjaan Ruang Terbatas di Industri Minyak dan Gas

Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja di Ruang Terbatas bagi Pekerja Layanan Air di Malaysia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Pekerjaan di ruang terbatas (confined space) merupakan tantangan besar dalam dunia industri, terutama dalam sektor layanan air. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar pekerja memiliki pemahaman yang cukup baik tentang risiko kerja di ruang terbatas, masih ada aspek yang perlu ditingkatkan dalam penerapan praktik keselamatan. Studi ini penting karena menunjukkan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik keselamatan dalam mencegah kecelakaan kerja.

Penelitian ini menggunakan metode studi cross-sectional dengan 207 pekerja layanan air yang bekerja di ruang terbatas di Malaysia Tengah. Data dikumpulkan melalui kuesioner dalam bahasa Melayu yang sudah divalidasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

  • Statistik deskriptif 
  • Uji Chi-Square 
  • Regresi logistik 

Penelitian ini menemukan bahwa:

  • 67,1% pekerja memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai keselamatan kerja di ruang terbatas.
  • 65,7% pekerja memiliki sikap positif terhadap keselamatan kerja.
  • 60,4% pekerja menerapkan praktik keselamatan yang baik.

Berdasarkan analisis regresi logistik, ditemukan beberapa faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja:

  • Usia ≥30 tahun meningkatkan kemungkinan memiliki pengetahuan yang baik dengan Adjusted OR 2.793 (p = 0.008).
  • Pekerja yang sudah menikah lebih mungkin memiliki sikap positif terhadap keselamatan kerja (Adjusted OR 4.126, p < 0.001).
  • Sikap positif menjadi faktor utama yang mempengaruhi praktik keselamatan kerja (Adjusted OR 1.878, p = 0.036).

Sebanyak 83,6% pekerja tidak menyadari bahwa ventilasi harus tetap menyala selama bekerja di ruang terbatas, bukan hanya saat awal pekerjaan. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya sirkulasi udara yang berkelanjutan untuk mencegah akumulasi gas beracun. Mayoritas pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm (78,3%), sarung tangan (61,8%), dan pelindung mata (57,5%). Namun, hanya 36,2% pekerja yang selalu menggunakan tali pengaman, yang menjadi perhatian serius karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

Menurut data Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Malaysia, terjadi 45 kasus kecelakaan fatal di ruang terbatas antara tahun 2009-2019, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan prosedur keselamatan. Seorang pekerja mengalami kecelakaan fatal akibat gas metana yang terakumulasi di ruang terbatas tanpa ventilasi yang memadai. Insiden ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar gas sebelum memasuki ruang terbatas. Seorang teknisi kehilangan kesadaran saat membersihkan saluran air bawah tanah. Pemeriksaan setelah kejadian menunjukkan bahwa kadar oksigen di dalam ruang hanya 17%, jauh di bawah standar aman 19,5%.

Kelebihan 

Studi ini menggunakan data kuantitatif yang kuat dari pekerja di sektor layanan air, memberikan gambaran nyata tentang kondisi kerja mereka. Regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor-faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja. Paper ini memberikan rekomendasi berbasis data untuk meningkatkan keselamatan pekerja di ruang terbatas.

Kekurangan 

Tidak ada pembahasan mendalam tentang perbandingan dengan industri lain di luar sektor layanan air. Kurangnya analisis mengenai efektivitas program pelatihan yang telah diterapkan oleh perusahaan. Tidak ada pembahasan tentang dampak jangka panjang dari paparan gas beracun terhadap kesehatan pekerja.

Rekomendasi untuk Implementasi di Lapangan

Beberapa langkah dapat diterapkan untuk meningkatkan keselamatan kerja di ruang terbatas:

1. Peningkatan Pelatihan dan Kesadaran Pekerja

Mewajibkan pelatihan deteksi gas beracun dan ventilasi yang aman sebelum pekerja memasuki ruang terbatas. Mengadakan simulasi keadaan darurat setiap enam bulan untuk meningkatkan kesiapan pekerja menghadapi kecelakaan.

2. Penerapan Teknologi Pemantauan Keselamatan

Menggunakan sensor otomatis untuk mendeteksi kadar oksigen dan gas beracun secara real-time. Mengembangkan drone inspeksi untuk memantau kondisi ruang terbatas sebelum pekerja masuk.

3. Regulasi dan Audit Keselamatan yang Lebih Ketat

Melakukan audit keselamatan tahunan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan ruang terbatas. Menerapkan sistem insentif keselamatan, di mana pekerja yang mematuhi SOP keselamatan mendapatkan penghargaan.

Keselamatan kerja di ruang terbatas dalam industri layanan air di Malaysia. Meskipun tingkat pengetahuan dan sikap pekerja terhadap keselamatan tergolong baik, masih terdapat tantangan dalam implementasi praktik keselamatan yang ketat. Faktor utama yang mempengaruhi praktik keselamatan adalah usia, status pernikahan, dan sikap positif pekerja terhadap keselamatan kerja. Selain itu, kurangnya kesadaran tentang pentingnya ventilasi dan penggunaan alat pelindung diri menjadi aspek yang perlu diperbaiki. Dengan meningkatkan pelatihan, pemantauan atmosfer, dan regulasi keselamatan, diharapkan angka kecelakaan di ruang terbatas dapat ditekan secara signifikan.

Sumber

Ngah, H.; Mohd Hairon, S.; Hamzah, N.A.; Noordin, S.; Shafei, M.N. (2022). Assessment of Knowledge, Attitude, and Practice on Safe Working in Confined Space among Male Water Services Workers in the Central Region of Malaysia. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(7416).

 

Selengkapnya
Keselamatan Kerja di Ruang Terbatas bagi Pekerja Layanan Air di Malaysia

Keselamatan Kerja

Evaluasi dan Perbandingan Metode Penilaian Risiko dalam Ruang Terbatas Berdasarkan ICOP 2010 dan ISO 31010

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan kerja dalam ruang terbatas (confined space) merupakan tantangan besar bagi industri, terutama di sektor manufaktur, minyak dan gas, serta konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam sistem penilaian risiko ICOP 2010 dan memberikan rekomendasi perbaikan dengan menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur sesuai dengan ISO 31010. Dengan analisis mendalam terhadap metode seperti Checklist, Risk Scale, Bowtie Analysis, dan Risk Assessment Model, penelitian ini memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana perusahaan dapat meningkatkan efektivitas sistem manajemen risiko mereka.

Penelitian ini dilakukan melalui:

Analisis literatur tentang metode penilaian risiko yang digunakan dalam industri ruang terbatas. Studi perbandingan antara pendekatan penilaian risiko dalam ICOP 2010 dan ISO 31010. Pemetaan alat penilaian risiko dari jurnal-jurnal terkait untuk mengidentifikasi kesenjangan dan peluang perbaikan dalam ICOP 2010.

ICOP 2010 mengklasifikasikan proses penilaian risiko dalam lima bagian utama:

  1. Pekerjaan yang akan dilakukan (Work to be undertaken).
  2. Metode yang dapat digunakan (Range of possible methods).
  3. Identifikasi bahaya yang ada (Present hazards).
  4. Metode spesifik yang digunakan untuk pekerjaan tertentu (Actual method details).
  5. Prosedur penyelamatan dan layanan darurat (Rescue and emergency services).

ISO 31010, di sisi lain, memiliki empat tahap utama dalam penilaian risiko:

  1. Identifikasi risiko (Risk Identification – RI).
  2. Analisis risiko (Risk Analysis – RA).
  3. Evaluasi risiko (Risk Evaluation – RE).
  4. Penanganan risiko (Risk Treatment – RT).

Penelitian ini menemukan bahwa metode yang digunakan dalam ICOP 2010 memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

Kurangnya spesifikasi dalam metode identifikasi bahaya, sehingga beberapa faktor risiko potensial dapat terlewat. Tidak adanya pendekatan berbasis skala probabilitas dan dampak, yang menyebabkan kesulitan dalam menentukan tingkat risiko secara kuantitatif. Kurangnya integrasi dengan metode mitigasi yang spesifik, seperti Bowtie Analysis atau Proportional Risk Assessment. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa insiden di ruang terbatas masih menjadi masalah utama di Malaysia. Berdasarkan data Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Malaysia (DOSH), terdapat lebih dari 50 kasus kecelakaan fatal di ruang terbatas antara 2009 hingga 2019. Penyebab utama adalah Kurangnya kesadaran dan kompetensi pekerja. Tidak adanya dokumen penilaian risiko yang memadai sebelum memasuki ruang terbatas. Minimnya prosedur penyelamatan yang terdokumentasi dengan baik.

Penelitian ini membandingkan metode penilaian risiko dalam ICOP 2010 dengan ISO 31010 dan menemukan bahwa beberapa metode dalam ICOP 2010 perlu diperbarui untuk meningkatkan efektivitasnya. Berikut adalah beberapa temuan utama:

  • ISO 31010 lebih rinci dalam mengklasifikasikan risiko dengan pendekatan berbasis probabilitas dan dampak.
  • ICOP 2010 masih menggunakan pendekatan umum tanpa model kuantitatif yang jelas.
  • ISO 31010 lebih fleksibel dengan berbagai metode penilaian risiko seperti Checklist, Ishikawa Diagram, dan Risk Matrix, sedangkan ICOP 2010 hanya mengandalkan dokumentasi sederhana.

Kelebihan 

Menyediakan analisis berbasis data yang kuat tentang metode penilaian risiko dalam ruang terbatas. Memberikan pemetaan yang jelas antara ICOP 2010 dan standar internasional ISO 31010. Menyajikan solusi berbasis jurnal ilmiah terkait peningkatan efektivitas metode penilaian risiko.

Kekurangan 

Tidak melakukan uji coba langsung terhadap penerapan metode yang diusulkan. Belum membahas implementasi teknologi dalam mitigasi risiko ruang terbatas. Tidak ada analisis dampak ekonomi dari kecelakaan di ruang terbatas.

Beberapa langkah perbaikan yang direkomendasikan adalah:

  1. Integrasi Metode Penilaian Risiko yang Lebih Canggih, Menggunakan Bowtie Analysis untuk menghubungkan penyebab kecelakaan dengan konsekuensinya. Mengadopsi Risk Estimation Model untuk memperkirakan dampak kecelakaan dalam ruang terbatas.
  2. Peningkatan Dokumentasi dan Regulasi, Memastikan setiap pekerjaan dalam ruang terbatas memiliki dokumen risiko yang lebih spesifik. Mengembangkan standar nasional yang lebih mendetail, mirip dengan pendekatan ISO 31010.
  3. Penggunaan Teknologi dalam Mitigasi Risiko, Implementasi sensor gas otomatis untuk mendeteksi potensi bahaya atmosfer di ruang terbatas. Pemanfaatan sistem pemantauan real-time untuk meningkatkan keselamatan pekerja.
  4. Peningkatan Pelatihan dan Kesadaran Keselamatan, Menyediakan pelatihan berbasis skenario nyata untuk pekerja yang akan memasuki ruang terbatas. Mengadakan drill penyelamatan berkala untuk memastikan kesiapsiagaan dalam keadaan darurat.

Perbedaan metode penilaian risiko antara ICOP 2010 dan ISO 31010, serta bagaimana pendekatan yang lebih komprehensif dapat meningkatkan keselamatan kerja dalam ruang terbatas. Dengan mengadopsi metode yang lebih canggih, seperti Bowtie Analysis dan Risk Estimation Model, industri di Malaysia dapat mengurangi jumlah kecelakaan fatal di ruang terbatas dan meningkatkan standar keselamatan kerja secara keseluruhan. Dengan menerapkan rekomendasi yang disebutkan, perusahaan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap standar internasional dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi pekerja di ruang terbatas.

Sumber Artikel

Amin, Z., Mohammad, R., & Othman, N. (2020). Review and Comparison of Confined Space Risk Assessment Tools Practised by Industry Code of Practice for Safe Working in Confined Space of Malaysia, 2010 (ICOP 2010). Journal of Advanced Research in Business and Management Studies, 18(1), 16-23.

 

Selengkapnya
Evaluasi dan Perbandingan Metode Penilaian Risiko dalam Ruang Terbatas Berdasarkan ICOP 2010 dan ISO 31010

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Upaya Pengendalian Potensi Bahaya Bekerja pada Ketinggian di Perusahaan Pupuk Gresik, Indonesia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pekerjaan pada ketinggian merupakan aspek krusial dalam industri manufaktur, terutama dalam sektor pupuk yang memiliki struktur fasilitas tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis dengan desain cross-sectional, yang bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan program keselamatan dalam menekan angka kecelakaan kerja akibat jatuh dari ketinggian. Paper ini menyoroti bahwa perusahaan telah memiliki program K3 yang cukup baik dengan tingkat keberhasilan mencapai 90% untuk metode pengendalian bahaya dan 85% dalam penerapan pedoman bekerja pada ketinggian.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari dokumen perusahaan serta metode analisis kualitatif. Beberapa aspek utama yang dievaluasi meliputi:

Program pengendalian bahaya bekerja pada ketinggian, Prosedur pengendalian risiko, Implementasi metode pengendalian keselamatan dan Efektivitas pedoman keselamatan kerja di Perusahaan Pupuk Gresik. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja akibat jatuh dari ketinggian diidentifikasi dari beberapa aktivitas seperti:

Pemasangan dan pembongkaran scaffolding, Pekerjaan pemasangan dan pelepasan bracing, Erection dan welding pada konstruksi baja dan Pembersihan dan perawatan struktur tinggi

Evaluasi Program K3 dalam Pekerjaan Ketinggian

  • Safety Talk (90%)
    • Dilakukan sebelum pekerjaan dimulai untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap risiko kerja di ketinggian.
    • Efektif dalam menurunkan angka pelanggaran penggunaan alat pelindung diri (APD).
  • Safety Induction (85%)
    • Program induksi keselamatan bagi pekerja baru dan kontraktor eksternal sebelum memasuki area kerja.
    • Mengurangi insiden akibat kurangnya pemahaman terhadap standar keselamatan kerja.
  • Safety Patrol (87%)
    • Inspeksi rutin dilakukan oleh tim K3 untuk mengidentifikasi tindakan tidak aman di area kerja.
    • Temuan utama: masih ada pekerja yang tidak menggunakan full body harness dengan benar.
  • Drill Training (80%)
    • Simulasi keadaan darurat seperti kebakaran dan penyelamatan pekerja dari ketinggian.
    • Masih perlu penyempurnaan dalam aspek respon cepat terhadap insiden kerja.
  • Penerapan Safety Sign (85%)
    • Pemasangan rambu keselamatan di lokasi kerja untuk meningkatkan kesadaran pekerja.
    • Penggunaan tanda berbasis standar ANSI Z535 untuk meningkatkan efektivitas komunikasi risiko.

Kasus yang dianalisis dalam paper ini melibatkan seorang teknisi yang mengalami kecelakaan akibat jatuh dari struktur baja setinggi 15 meter. Investigasi menunjukkan bahwa penyebab utama kecelakaan meliputi: Penggunaan APD yang tidak sesuai standar, Kurangnya pemeriksaan peralatan keselamatan sebelum bekerja dan Minimnya pengawasan dari supervisor saat pekerjaan berlangsung

Kelebihan

Menggunakan data empiris dari pengamatan langsung di lapangan. Studi kasus memberikan gambaran nyata tentang tantangan keselamatan kerja di industri pupuk. Mengacu pada standar nasional dan internasional seperti OHSAS 18001 dan ISO 45001 dalam implementasi K3.

Kekurangan 

Tidak membahas perbandingan efektivitas metode keselamatan antara industri pupuk dan sektor lain seperti konstruksi. Minimnya pembahasan mengenai penggunaan teknologi dalam pengawasan pekerja di ketinggian. Tidak ada evaluasi terkait beban ekonomi akibat kecelakaan kerja dalam jangka panjang.

Rekomendasi untuk Implementasi 

  1. Meningkatkan Standar Keselamatan dalam Penggunaan APD, Mewajibkan penggunaan full body harness dengan double lanyard system. Melakukan inspeksi peralatan keselamatan setiap sebelum digunakan.
  2. Optimalisasi Pemantauan dan Supervisi, Menggunakan CCTV dan sensor wearable untuk memantau pekerja di area tinggi. Menugaskan safety observer yang bertanggung jawab penuh dalam mengawasi pekerjaan di ketinggian.
  3. Meningkatkan Frekuensi Simulasi Keselamatan, Melakukan drill training setiap tiga bulan untuk meningkatkan kesiapsiagaan darurat. Mengadakan pelatihan penyelamatan vertikal bagi pekerja.
  4. Digitalisasi Sistem Perizinan dan Pengawasan, Menggunakan e-Permit to Work System untuk memastikan pekerja telah memenuhi semua persyaratan keselamatan sebelum bekerja. Implementasi aplikasi berbasis IoT untuk mendeteksi kondisi atmosfer di area kerja tinggi.

Analisis komprehensif tentang implementasi pengendalian bahaya dalam pekerjaan di ketinggian di Perusahaan Pupuk Gresik. Meskipun beberapa program keselamatan telah menunjukkan efektivitas yang tinggi, masih terdapat ruang untuk perbaikan dalam aspek pengawasan, inspeksi peralatan, serta penerapan teknologi dalam pemantauan pekerja. Dengan menerapkan rekomendasi yang telah disebutkan, perusahaan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja di ketinggian dan meningkatkan kepatuhan terhadap standar keselamatan nasional maupun internasional.

Sumber Artikel

Aprilia, D., & Ramadhan, A. (2021). Efforts to Control Potential Hazards of Working at Height at a Gresik Fertilizer Company, Indonesia. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 10(3), 331-342.

 

Selengkapnya
Upaya Pengendalian Potensi Bahaya Bekerja pada Ketinggian di Perusahaan Pupuk Gresik, Indonesia
« First Previous page 35 of 835 Next Last »