Strategi Keamanan Air 2023–2026 CAF – Menjawab Tantangan Air di Amerika Latin dan Karibia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

24 Juni 2025, 14.17

pixabay.com

Air adalah fondasi tak tergantikan bagi kesehatan, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, kawasan Amerika Latin dan Karibia (LAC) menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan air, mulai dari distribusi yang tidak merata, krisis sanitasi, polusi, hingga ancaman perubahan iklim. Paper “2023–2026 Water Security Strategy” yang disusun oleh CAF (Banco de Desarrollo de América Latina y el Caribe) menjadi dokumen strategis yang membedah tantangan, peluang, dan inovasi dalam pengelolaan air di kawasan ini, sekaligus menegaskan komitmen CAF sebagai “Green Bank” dan mitra utama pembangunan berkelanjutan di LAC1.

Konteks Global dan Regional: Air sebagai Penghubung Agenda Dunia

Air dan Agenda Global

Strategi CAF menempatkan air sebagai penghubung utama berbagai agenda global: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, hingga Sendai Framework untuk pengurangan risiko bencana. Air tidak hanya terkait dengan SDG 6 (air bersih dan sanitasi), tetapi juga mendukung SDG tentang kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, dan aksi iklim. Dengan demikian, pengelolaan air yang efektif menjadi prasyarat mutlak untuk mencapai pembangunan inklusif dan resilien1.

Tantangan Khusus di LAC

Meski LAC memiliki hampir 30% cadangan air tawar dunia, distribusinya sangat timpang. Beberapa negara seperti Guyana dan Suriname memiliki lebih dari 100.000 m³ air per kapita per tahun, sementara lebih dari sepuluh negara lain—termasuk Haiti dan Saint Lucia—mengalami stres air kronis dengan ketersediaan kurang dari 3.000 m³ per kapita per tahun. Ketimpangan ini diperparah oleh urbanisasi pesat, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan lemahnya tata kelola sektor air1.

Tantangan Utama: Data, Studi Kasus, dan Fakta Lapangan

1. Fragmentasi Tata Kelola dan Lambatnya IWRM

Integrated Water Resources Management (IWRM) adalah kunci efisiensi dan ketahanan air. Namun, kemajuan IWRM di LAC sangat lambat akibat fragmentasi kelembagaan, lemahnya koordinasi lintas sektor dan level pemerintahan, serta minimnya kapasitas teknis dan pendanaan. Hanya sedikit negara yang memiliki organisasi pengelola DAS yang efektif, sementara banyak wilayah masih mengandalkan institusi yang tumpang-tindih dan tidak terkoordinasi1.

2. Meningkatnya Permintaan dan Penurunan Ketersediaan

Permintaan air di LAC meningkat pesat, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi. Sektor pertanian menyerap 69% air, konsumsi domestik 21%, dan industri 10%. Namun, penurunan permukaan air tawar, hilangnya 183.000 km² salju dan gletser, serta polusi memperburuk krisis. Pada 2019, 150 juta orang di wilayah ini hidup di bawah tekanan air ekstrem (23% populasi LAC)1.

3. Ancaman Kekeringan dan Banjir

Frekuensi kekeringan di LAC naik 28% antara 1980–1999 dan 2000–2019, memengaruhi 1,43 miliar orang. Contoh nyata: kekeringan di São Paulo (2014) menyebabkan 71% warga mengalami pemutusan air; di La Paz (2016), 340.000 orang terdampak selama 15 hari. Sementara itu, banjir meningkat 85% dalam periode yang sama, dari rata-rata 14,9 kejadian/tahun menjadi 27,6 kejadian/tahun, menimbulkan kerugian ekonomi gabungan kekeringan dan banjir sebesar USD 63 miliar dalam 20 tahun terakhir1.

4. Ketimpangan Akses Air dan Sanitasi

LAC adalah kawasan paling urban di dunia berkembang (81% populasi tinggal di kota), namun 106 juta penduduk kota tidak memiliki akses air aman. Di pedesaan, 47% penduduk tidak memiliki akses air layak, dan hanya 10% rumah tangga memiliki sanitasi aman. Kesenjangan ini memperburuk kemiskinan, ketimpangan gender, dan peluang pendidikan, terutama bagi perempuan dan anak-anak1.

5. Krisis Polusi dan Limbah

Hanya 36% limbah domestik di LAC yang diolah, dengan cakupan 42% di perkotaan dan 10% di pedesaan. Sebagian besar limbah cair dan padat dibuang sembarangan, mencemari sungai, danau, dan laut. Industri daur ulang masih didominasi sektor informal, dengan tingkat daur ulang rata-rata hanya 4%. Sementara itu, 145.000 ton limbah padat per hari dibuang di tempat terbuka tanpa perlindungan lingkungan atau kesehatan1.

6. Potensi dan Tantangan Irigasi Pertanian

LAC memiliki potensi 96 juta hektare lahan irigasi, namun baru 28 juta hektare yang terkelola. Irigasi penting untuk ketahanan pangan, produktivitas, dan adaptasi perubahan iklim. Namun, investasi, teknologi, dan pelatihan petani kecil masih sangat terbatas. Di Bolivia, misalnya, hanya 11% dari 3,3 juta hektare lahan pertanian yang memiliki irigasi, sebagian besar dengan infrastruktur sederhana dan rentan terhadap kekeringan1.

Studi Kasus: Inovasi dan Implementasi di Lapangan

A. Kota Santo André, Brasil: Penanggulangan Banjir dan Pengelolaan Sampah

Santo André, bagian dari kawasan industri São Paulo, kerap dilanda banjir akibat urbanisasi dan permukaan kedap air. Program SANEAR Santo André yang didanai CAF sejak 2019 berhasil mengurangi risiko banjir melalui pembangunan kolam retensi (215.000 m³), kanal sepanjang 1,7 km, dan sistem pemantauan dini. Selain mengatasi banjir, proyek ini meningkatkan mobilitas, mempercepat waktu tempuh hingga 50%, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berkat peningkatan aktivitas komersial dan rekreasi di ruang publik yang lebih aman dan nyaman1.

B. Sobral, Brasil: Solusi Berbasis Alam untuk Drainase

Di Sobral, instalasi taman filtrasi di anak sungai Acaraú menjadi contoh solusi berbasis alam (nature-based solutions/NbS) yang berhasil menurunkan polusi air, meningkatkan kualitas ruang publik, dan memperkaya keanekaragaman hayati. Taman ini menggunakan tanaman air, batu, dan pasir untuk menyaring limbah tanpa bahan kimia. Proyek ini juga meningkatkan rekreasi dan kesehatan masyarakat, serta menjadi habitat baru bagi satwa liar1.

C. Pengelolaan Lumpur di Panama City

Program Sanitasi Panama yang didukung CAF (investasi USD 700 juta) mencakup pembangunan WWTP Juan Diaz berkapasitas 5,5 m³/detik untuk 700.000 penduduk. Teknologi thermal hydrolysis yang digunakan mampu mengurangi volume lumpur, meningkatkan produksi biogas, dan menghasilkan pupuk steril. Model ekonomi sirkular ini menghemat energi 3–5 kali lipat, mengurangi polusi, dan membuka peluang penggunaan limbah sebagai sumber energi dan pupuk1.

D. Irigasi Keluarga Berbasis Teknologi di Bolivia

Program MI RIEGO I dan II di Bolivia memperluas akses irigasi keluarga, meningkatkan pendapatan petani kecil, dan memperkuat ketahanan pangan. Dengan dukungan CAF, efisiensi irigasi meningkat, konflik air berkurang, dan kapasitas kelembagaan petani diperkuat. Program ini juga menonjolkan pelatihan gender dan perlindungan mikro-DAS, serta mendorong pertukaran pengetahuan lintas negara1.

Strategi CAF 2023–2026: Pilar, Target, dan Inovasi

Empat Pilar Strategis

  1. Penguatan IWRM dan Tata Kelola
    • Membentuk dan memperkuat organisasi DAS, memperbaiki koordinasi lintas sektor, dan mendorong kebijakan berbasis data.
    • Mendukung pengelolaan air lintas negara, termasuk perjanjian di DAS Amazon, La Plata, Titicaca, dan Merín Lagoon.
  2. Akses Aman Air dan Sanitasi
    • Meningkatkan investasi dan perencanaan, memperluas cakupan ke daerah peri-urban dan pedesaan.
    • Mendorong digitalisasi operator air, efisiensi energi, dan penguatan kelembagaan.
  3. Pengurangan Polusi dan Ekonomi Sirkular
    • Meningkatkan cakupan pengolahan limbah, mendorong daur ulang, dan memperkuat regulasi serta partisipasi swasta.
    • Mengembangkan teknologi pengolahan limbah yang hemat energi dan ramah lingkungan.
  4. Pengembangan Irigasi untuk Ketahanan Pangan
    • Memperluas dan merehabilitasi irigasi keluarga dan intensif, dengan prinsip keberlanjutan dan adaptasi iklim.
    • Mendorong inovasi teknologi (sprinkler, drip, deficit irrigation), pelatihan petani, dan pembiayaan inklusif.

Target dan Komitmen Finansial

  • CAF menargetkan 40% portofolio pembiayaan pada 2026 adalah proyek “hijau”.
  • Komitmen investasi USD 4 miliar untuk air pada 2023–2026, naik 67% dari rata-rata dekade sebelumnya.
  • Total aset CAF hingga 2022 mencapai USD 49 miliar, dengan tambahan modal USD 7 miliar untuk mendukung ekspansi portofolio hijau1.

Pendekatan Holistik dan Inklusif

CAF menekankan pendekatan DAS (watershed-based), integrasi lintas sektor (kesehatan, pendidikan, gender, ekonomi kreatif), serta pelibatan masyarakat lokal dan kelompok rentan (perempuan, masyarakat adat, Afro-descendant). Strategi ini juga mendorong tata kelola multi-level, digitalisasi, dan inovasi pendanaan (PPP, blended finance, climate funds)1.

Kritik, Opini, dan Perbandingan

Nilai Tambah dan Inovasi

  • CAF mengadopsi pendekatan holistik dan berbasis ekosistem, mengintegrasikan air dengan agenda iklim, ekonomi, dan sosial.
  • Studi kasus nyata dan target investasi konkret memperkuat kredibilitas strategi.
  • Penekanan pada solusi berbasis alam dan ekonomi sirkular selaras dengan tren global green growth.

Kritik dan Tantangan

  • Fragmentasi kelembagaan dan lemahnya kapasitas daerah masih menjadi hambatan utama implementasi.
  • Ketimpangan data dan minimnya pelaporan di negara-negara kecil dan miskin memperlambat perencanaan berbasis bukti.
  • Tantangan pembiayaan dan keberlanjutan operasional masih besar, terutama di sektor sanitasi dan pengelolaan limbah.

Perbandingan dengan Studi Lain

  • Sejalan dengan laporan World Bank, UN Water, dan OECD, CAF menegaskan pentingnya investasi infrastruktur, tata kelola adaptif, dan inovasi teknologi.
  • Namun, CAF lebih progresif dalam target “green financing” dan integrasi lintas agenda pembangunan.

Relevansi Industri dan Masa Depan

Tren dan Peluang

  • Urbanisasi dan perubahan iklim akan meningkatkan kebutuhan inovasi pengelolaan air di kota-kota besar.
  • Industri air dan sanitasi di LAC akan menjadi pasar utama untuk investasi hijau, teknologi digital, dan ekonomi sirkular.
  • Kolaborasi lintas negara dan sektor (hydro-diplomacy, PPP, blended finance) kian penting untuk mengatasi krisis air lintas batas dan mempercepat pencapaian SDG 6.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Strategi Keamanan Air CAF 2023–2026 adalah peta jalan ambisius dan komprehensif untuk menjawab tantangan air di Amerika Latin dan Karibia. Dengan pilar IWRM, akses air dan sanitasi, pengurangan polusi, dan pengembangan irigasi, CAF menempatkan air sebagai penggerak utama pembangunan berkelanjutan, ketahanan pangan, dan adaptasi iklim. Implementasi strategi ini membutuhkan komitmen politik, inovasi pembiayaan, penguatan kelembagaan, dan pelibatan masyarakat secara inklusif.

Rekomendasi utama:

  • Percepat reformasi kelembagaan dan digitalisasi tata kelola air.
  • Tingkatkan investasi pada solusi berbasis alam dan infrastruktur hijau.
  • Perkuat kolaborasi lintas negara dan sektor, khususnya di DAS lintas batas.
  • Fokus pada inklusi sosial, gender, dan penguatan kapasitas daerah.
  • Kembangkan model pendanaan inovatif untuk memperluas dampak dan keberlanjutan.

Dengan strategi ini, LAC berpeluang menjadi pionir pengelolaan air yang adil, inklusif, dan berkelanjutan di era perubahan iklim.

Sumber Artikel Asli

Franz Rojas Ortuste, Carlos Orellana, Agustín Alonso, dkk. “2023–2026 Water Security Strategy.” CAF – Banco de Desarrollo de América Latina y el Caribe, 2023.