Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi mengelola pemasok secara lebih efektif, meningkatkan transparansi, dan mempercepat pengadaan. Namun, dalam pemerintahan daerah, tantangan seperti kurangnya transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pengadaan sering kali menghambat efektivitas SRM.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak SRM dan etika pengadaan terhadap kinerja rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya, menggunakan studi empiris dari 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah di Nyanza, Kenya.
Tantangan dalam Implementasi SRM di Pemerintahan Daerah
1. Kurangnya Transparansi dalam Hubungan dengan Pemasok
2. Minimnya Evaluasi Kinerja Pemasok
3. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Inefisiensi dalam Pengadaan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan survey terhadap 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah Kenya.
Temuan Utama: Pengaruh SRM dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok
1. Hubungan Positif antara SRM dan Kinerja Rantai Pasok
2. Etika Pengadaan sebagai Faktor Moderator
3. Pengelolaan Pemasok yang Lebih Baik Mengurangi Biaya Transaksi
Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pemerintahan Daerah di Kenya
1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Publik
2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok
3. Kepuasan Pemasok terhadap Proses Pengadaan yang Lebih Transparan
Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Etika Pengadaan
1. Meningkatkan Transparansi dalam Pengadaan Publik
2. Menerapkan Evaluasi Pemasok secara Berkala
3. Meningkatkan Kapasitas Pegawai Pengadaan
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif, didukung dengan prinsip etika pengadaan yang kuat, dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya.
Dengan strategi yang tepat, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan efisiensi pengadaan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat hubungan dengan pemasok.
Sumber Artikel:
Otieno Kevin, Jackline Akoth Odero. (2023). Supplier Relationship Management Practices, Procurement Ethics and Supply Chain Performance in County Governments. Journal of Business and Social Review in Emerging Economies, 9(2), 63-72.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam industri e-commerce, last-mile delivery (LMD) memainkan peran kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi rantai pasok. LMD menyumbang hingga 37% dari total biaya logistik, sehingga efektivitasnya sangat menentukan daya saing perusahaan.
Penelitian ini mengevaluasi bagaimana DHL eCommerce Vietnam mengadopsi strategi LMD untuk menghadapi tantangan logistik di pasar e-commerce yang berkembang pesat. Studi ini menyoroti tantangan utama, inovasi teknologi, serta peran DHL dalam menciptakan layanan pengiriman yang lebih cepat, murah, dan andal bagi pelanggan di Vietnam.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Pasar Vietnam
1. Biaya Operasional yang Tinggi
2. Persaingan Ketat di Industri Logistik
3. Kegagalan Pengiriman dan Ketergantungan pada Pembayaran COD
4. Infrastruktur dan Kemacetan Lalu Lintas
Strategi DHL eCommerce Vietnam dalam Last-Mile Delivery
DHL eCommerce Vietnam telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan efisiensi LMD:
1. Sistem Pelacakan Real-Time dan Transparansi Pengiriman
✅ Pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi ketidakpastian.
✅ Notifikasi otomatis dikirim ke pelanggan untuk memastikan kesiapan penerimaan barang.
2. Jaringan Service Points yang Luas
✅ DHL memiliki jaringan service points yang lebih luas dibandingkan pesaing lokal.
✅ Pelanggan dapat mengambil atau mengembalikan barang dengan lebih fleksibel.
3. Opsi Pengiriman Cepat dan Fleksibel
✅ DHL Parcel Metro menawarkan layanan same-day delivery untuk kota besar seperti Ho Chi Minh dan Hanoi.
✅ Tersedia pilihan waktu pengiriman yang lebih fleksibel untuk menekan angka gagal pengiriman pertama.
4. Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan
✅ DHL menguji penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi emisi karbon di perkotaan.
✅ Inisiatif ini sejalan dengan strategi global DHL untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.
Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL di Vietnam
1. Efektivitas Layanan DHL Parcel Metro
2. Penurunan Tingkat Pengiriman Gagal
3. Persaingan dengan Perusahaan Logistik Lokal
Tantangan dan Rekomendasi untuk DHL eCommerce Vietnam
1. Mengatasi Kegagalan Pengiriman Pertama
✅ Solusi: Menyediakan lebih banyak opsi drop-box dan parcel lockers untuk memungkinkan pengambilan mandiri.
2. Meningkatkan Efisiensi Operasional
✅ Solusi: Mengoptimalkan rute pengiriman menggunakan AI dan Machine Learning, serta memperluas penggunaan kendaraan listrik.
3. Mengurangi Ketergantungan pada COD
✅ Solusi: Mendorong penggunaan dompet digital dan pembayaran non-tunai melalui edukasi pelanggan dan promosi cashback.
4. Menyesuaikan dengan Tren Pasar
✅ Solusi: Mengembangkan sistem fulfillment lokal untuk mempercepat pengiriman tanpa perlu transportasi jarak jauh.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa DHL eCommerce Vietnam telah berhasil meningkatkan daya saing dalam layanan LMD dengan strategi inovatif seperti layanan same-day delivery, sistem pelacakan real-time, dan ekspansi service points.
✅ DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18% melalui fleksibilitas waktu dan sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan AI dalam optimasi rute dan kendaraan listrik membantu meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
✅ Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk persaingan ketat dengan layanan lokal seperti Tiki Now dan Shopee Express.
Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, DHL eCommerce Vietnam dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam layanan LMD yang kompetitif dan berkelanjutan di Vietnam.
Sumber Artikel:
Hiep Cong Pham, Dat Nguyen, Chau Doan, Quyen Thai, & Ngoc Nguyen. (2019). Last Mile Delivery as a Competitive Logistics Service – A Case Study. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Konsep smart city semakin berkembang dengan tujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan smart city adalah last-mile logistics, yang mencakup distribusi barang dalam kota yang sering menghadapi kemacetan, biaya tinggi, dan dampak lingkungan yang signifikan.
Artikel ini membahas tantangan utama dalam last-mile logistics serta solusi yang diterapkan dalam smart cities, termasuk konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, dan mobile depots.
Tantangan dalam Last-Mile Logistics di Smart Cities
1. Peningkatan Urbanisasi dan Mobilitas Terbatas
Pertumbuhan populasi perkotaan mengarah pada pembatasan mobilitas dan akses logistik di beberapa wilayah kota. Infrastruktur perkotaan yang padat memperumit distribusi barang, meningkatkan waktu pengiriman, serta biaya operasional.
2. Ledakan E-Commerce dan Kapasitas Terbatas
Meningkatnya permintaan e-commerce mempercepat kebutuhan distribusi barang secara efisien. Namun, keterbatasan kapasitas dalam rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan infrastruktur logistik yang tersedia.
3. Ekspektasi Pelanggan yang Berubah
Konsumen saat ini menuntut pengiriman lebih cepat, biaya lebih rendah, dan fleksibilitas lebih besar. Permintaan terhadap layanan same-day delivery terus meningkat, mendorong perusahaan logistik untuk mencari solusi lebih efisien.
4. Masalah Lingkungan dan Kemacetan Lalu Lintas
Tingginya volume kendaraan logistik di perkotaan berkontribusi terhadap polusi udara, kebisingan, dan emisi karbon yang tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan.
5. Biaya Operasional yang Tinggi
Last-mile logistics sering kali memiliki biaya distribusi yang tinggi karena ketidakefisienan dalam rute pengiriman, kegagalan pengiriman pertama, dan kurangnya fasilitas konsolidasi yang memadai.
Solusi Inovatif dalam Last-Mile Logistics
1. Konsolidasi Pusat Distribusi di Perkotaan
Konsep urban consolidation centers (UCCs) memungkinkan penyimpanan dan distribusi barang di lokasi yang lebih dekat dengan konsumen. UCCs mengurangi kebutuhan kendaraan besar memasuki pusat kota, sehingga menekan biaya logistik dan mengurangi kemacetan.
Keunggulan:
2. Micro Logistics dan Micro Consolidation Centers
Micro logistics mengacu pada pengelolaan distribusi dalam skala kecil dengan pusat konsolidasi yang lebih dekat dengan penerima barang.
Keunggulan:
3. Mobile Depots untuk Fleksibilitas Pengiriman
Konsep mobile depots memungkinkan kendaraan logistik berfungsi sebagai gudang sementara yang berpindah-pindah di dalam kota. Mobile depots telah diuji oleh TNT Express di Brussels, yang menghasilkan pengurangan waktu pengiriman dan peningkatan efisiensi logistik.
Keunggulan:
4. Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengiriman
Integrasi teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam last-mile logistics. Teknologi ini memungkinkan optimasi rute otomatis, pelacakan paket secara real-time, serta pembayaran dan verifikasi pengiriman yang lebih aman.
Keunggulan:
Studi Kasus: Implementasi Solusi Smart Logistics
1. Urban Consolidation Centers di Eropa
Beberapa kota di Eropa telah menerapkan UCCs sebagai bagian dari strategi smart logistics. Misalnya, London dan Paris telah mengembangkan pusat konsolidasi logistik untuk mengurangi jumlah kendaraan pengiriman di pusat kota.
Hasil:
2. TNT Express Mobile Depot di Brussels
TNT Express menguji konsep mobile depot sebagai bagian dari proyek STRAIGHTSOL di Brussels.
Hasil:
3. Penggunaan Micro Logistics di Jerman
Di Jerman, beberapa perusahaan logistik telah beralih ke micro logistics untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi pengiriman.
Hasil:
Rekomendasi untuk Pengembangan Smart Logistics
Kesimpulan
Last-mile logistics merupakan tantangan utama dalam pengelolaan smart cities. Namun, dengan penerapan strategi inovatif seperti konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, mobile depots, dan teknologi digital, efisiensi logistik dapat ditingkatkan secara signifikan.
Beberapa pencapaian dari implementasi solusi smart logistics:
Dengan inovasi yang terus berkembang dan dukungan regulasi yang tepat, masa depan last-mile logistics akan semakin efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi ekspektasi pelanggan di era smart city.
Sumber Artikel
Özbekler, T. M., & Karaman Akgül, A. (2020). Last Mile Logistics in the Framework of Smart Cities: A Typology of City Logistics Schemes. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XLIV-4/W3-2020, 335-337.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam era persaingan global yang semakin ketat, Supplier Relationship Management (SRM) menjadi aspek krusial dalam meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa, terutama di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemasok, meningkatkan transparansi, dan mengoptimalkan kinerja rantai pasok.
Penelitian ini menelaah bagaimana SRM memengaruhi kinerja organisasi dalam pengadaan publik dengan fokus pada studi kasus di Namibia. Berdasarkan data dari 43 responden yang bekerja di sektor pengadaan publik, penelitian ini mengidentifikasi tantangan utama dalam SRM, strategi implementasi, serta dampaknya terhadap efektivitas operasional.
Tantangan dalam Implementasi SRM di Sektor Pengadaan Publik
1. Kurangnya Kepercayaan antara Organisasi dan Pemasok
2. Minimnya Integrasi Pemasok dalam Rantai Pasok
3. Ketiadaan Sistem Evaluasi dan Pelatihan Pemasok
4. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Kurangnya Transparansi
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan sampel dari 50 pegawai sektor pengadaan publik, dan berhasil mengumpulkan data dari 43 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup untuk mengukur efektivitas SRM dalam pengadaan publik. Analisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk mengidentifikasi hubungan antara SRM dan kinerja organisasi.
Temuan Utama: Dampak SRM terhadap Kinerja Organisasi
1. SRM Berkontribusi pada Efisiensi Pengadaan Publik
✅ Penerapan SRM yang lebih baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
✅ Kepercayaan antara organisasi dan pemasok meningkatkan kecepatan respons pengadaan.
✅ SRM berbasis data memungkinkan evaluasi pemasok yang lebih akurat.
2. Pengelolaan Pemasok yang Baik Mengurangi Biaya Transaksi
✅ Melalui SRM, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
✅ Evaluasi berkala terhadap pemasok membantu mengidentifikasi inefisiensi dan mengurangi risiko rantai pasok.
3. Transparansi dan Pelacakan Digital Meningkatkan Akurasi Pengadaan
✅ Penerapan sistem pelacakan berbasis AI memungkinkan pengadaan yang lebih akurat.
✅ Organisasi yang memiliki sistem SRM yang kuat cenderung memiliki ketepatan waktu pengiriman barang yang lebih baik.
Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pengadaan Publik di Namibia
1. Dampak SRM terhadap Ketersediaan Barang di Sektor Kesehatan
2. Pengurangan Biaya Operasional melalui SRM
3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dan Efisiensi Pengadaan
Rekomendasi untuk Peningkatan SRM di Pengadaan Publik
1. Meningkatkan Kepercayaan dan Komitmen antara Organisasi dan Pemasok
✅ Membangun sistem SRM berbasis transparansi dan komunikasi terbuka.
✅ Menerapkan kontrak jangka panjang untuk pemasok yang memiliki kinerja baik.
2. Meningkatkan Integrasi Digital dalam Rantai Pasok
✅ Menggunakan AI dan IoT untuk melacak status pengadaan barang secara real-time.
✅ Menerapkan sistem evaluasi otomatis untuk meningkatkan akurasi pemantauan pemasok.
3. Menerapkan Pelatihan dan Evaluasi Pemasok secara Berkala
✅ Memberikan insentif bagi pemasok yang meningkatkan kinerja mereka berdasarkan evaluasi SRM.
✅ Membangun sistem umpan balik dua arah antara organisasi dan pemasok.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Supplier Relationship Management (SRM) yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi dalam pengadaan publik.
Dengan strategi yang tepat, SRM dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperkuat hubungan dengan pemasok, dan memastikan kelancaran rantai pasok dalam sektor pengadaan publik.
Sumber Artikel: Asa Romeo Asa, Narikutuke Naruses, Johanna Pangeiko Nautwima, Diana Tsoy. (2023). Supplier Relationship Management and Organizational Performance: A Focus on Public Procurement. International Journal of Management Science and Business Administration, 9(6), 19-28.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis modern, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi strategi penting dalam mengelola rantai pasok. SRM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan integrasi pemasok, dan mengurangi risiko rantai pasok.
Penelitian ini membahas implementasi SRM dalam industri teknik global melalui studi kasus pada sebuah perusahaan teknik internasional di Denmark. Dengan menggunakan metode longitudinal case study, penelitian ini menganalisis strategi integrasi pemasok dari sistem lokal ke global, serta bagaimana perusahaan dapat menerapkan SRM untuk meningkatkan kinerja pemasok dan membangun hubungan bisnis yang lebih kuat.
Tantangan dalam Implementasi SRM di Industri Teknik Global
1. Kompleksitas Integrasi Pemasok Global
2. Ketidakseimbangan antara Globalisasi dan Kebutuhan Lokal
3. Tantangan dalam Pengurangan Jumlah Pemasok
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus longitudinal yang dilakukan dari Maret 2019 hingga Juli 2022 di sebuah perusahaan teknik global. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan manajer rantai pasok, analisis dokumen internal, dan observasi langsung dalam implementasi SRM. Analisis menggunakan model kualitatif dengan metode grounded theory untuk memahami pola hubungan pemasok dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok.
Hasil Penelitian: Strategi Implementasi SRM yang Efektif
1. Integrasi Basis Pemasok dari Sistem Lokal ke Global
2. Peningkatan Kinerja Pemasok melalui SRM
3. Pengurangan Risiko Operasional dan Efisiensi Biaya
Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Industri Teknik Global
1. Pengurangan Jumlah Pemasok secara Bertahap
2. Penggunaan Dashboard Performa untuk Evaluasi Pemasok
3. Peningkatan Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
Rekomendasi untuk Meningkatkan Implementasi SRM
1. Optimalisasi Strategi Pengelolaan Pemasok
2. Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Transparansi
3. Membangun Kemitraan Jangka Panjang dengan Pemasok
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dalam industri teknik global. Strategi supplier prioritization lebih efektif dibandingkan metode pemangkasan pemasok secara langsung. Penggunaan sistem evaluasi berbasis data meningkatkan transparansi dan akurasi pengelolaan pemasok. Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis menghasilkan efisiensi biaya dan ketahanan rantai pasok yang lebih baik.
Dengan menerapkan SRM yang terstruktur dan berbasis teknologi, perusahaan teknik global dapat mengoptimalkan hubungan dengan pemasok dan menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh serta efisien.
Sumber Artikel: Andersen, Bjørn Skjønning. (2022). Implementing Supplier Relationship Management in the Global Engineering Industry. Technical University of Denmark.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Organisasi Big Science (BSOs) seperti CERN dan Hubble Space Telescope memainkan peran penting dalam inovasi ilmiah dan teknologi. Namun, apakah pemasok yang bekerja dengan BSOs benar-benar mendapatkan keuntungan dari hubungan ini? Studi oleh Xin Weng (2021) dari Uppsala University mengeksplorasi nilai yang dirasakan pemasok (Supplier-Perceived Value/SPV) dalam hubungan mereka dengan BSOs.
Penelitian ini membahas manfaat inovasi, peluang pasar, serta tantangan yang dihadapi pemasok dalam memenuhi standar tinggi organisasi sains besar. Dengan analisis data dari 38 pemasok Big Science di Swedia, penelitian ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin terlibat dalam proyek-proyek ilmiah besar.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei dengan 38 pemasok Big Science di Swedia sebagai responden. Analisis dilakukan menggunakan multiple regression dan independent t-test, untuk mengevaluasi hubungan antara fungsi SRM dan nilai yang dirasakan oleh pemasok.
Temuan Utama
1. Hubungan dengan BSOs Meningkatkan Nilai Pasar dan Reputasi Pemasok
2. Manfaat Inovasi dan Pengembangan Produk
3. Proses Produksi dan Manajemen Kualitas Pemasok Mengalami Perubahan Signifikan
4. Tantangan dalam Hubungan Pemasok dengan BSOs
Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini menemukan beberapa tantangan utama:
Analisis dan Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan dengan BSOs dapat memberikan keuntungan dalam hal reputasi, inovasi, dan peningkatan kualitas produk, tetapi pemasok perlu memahami bahwa keuntungan finansial langsung sering kali terbatas.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemasok untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs meliputi:
Kesimpulan
Supplier Relationship Management (SRM) dalam organisasi Big Science dapat meningkatkan reputasi pemasok, mendorong inovasi, serta meningkatkan kualitas produksi. Namun, pemasok harus menghadapi tantangan seperti biaya adaptasi tinggi dan kurangnya kesinambungan kontrak. Oleh karena itu, pemasok perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs dan mendiversifikasi produk mereka untuk pasar lain.
Sumber Asli:
Xin Weng (2021). Supplier-Perceived Value in Big-Science-Supplier Relationships – What Can Suppliers Gain from Delivering to Big-Science Organizations?. Uppsala University.