Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi mengelola pemasok secara lebih efektif, meningkatkan transparansi, dan mempercepat pengadaan. Namun, dalam pemerintahan daerah, tantangan seperti kurangnya transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pengadaan sering kali menghambat efektivitas SRM.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak SRM dan etika pengadaan terhadap kinerja rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya, menggunakan studi empiris dari 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah di Nyanza, Kenya.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Pemerintahan Daerah

1. Kurangnya Transparansi dalam Hubungan dengan Pemasok

  • 50% responden menyatakan bahwa praktik pengadaan masih dipengaruhi oleh kepentingan politik.
  • Hanya 43% responden yang menilai hubungan pembeli-pemasok didasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan.

2. Minimnya Evaluasi Kinerja Pemasok

  • 70% responden mengungkapkan bahwa tidak ada sistem evaluasi yang konsisten untuk pemasok.
  • Kurangnya pemantauan kinerja menyebabkan rendahnya akurasi dalam pengiriman barang dan jasa.

3. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Inefisiensi dalam Pengadaan

  • Biaya transaksi dalam pengadaan pemerintah daerah 15-25% lebih tinggi dibandingkan sektor swasta.
  • 40% responden menyebut ketidakefisienan proses pengadaan sebagai kendala utama dalam implementasi SRM.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan survey terhadap 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah Kenya.

  • Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, dengan tingkat respons mencapai 86,4%.
  • Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial untuk mengukur dampak SRM terhadap kinerja rantai pasok.

Temuan Utama: Pengaruh SRM dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok

1. Hubungan Positif antara SRM dan Kinerja Rantai Pasok

  • SRM yang lebih baik meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Kepercayaan antara organisasi dan pemasok berkontribusi pada peningkatan akurasi pengadaan.

2. Etika Pengadaan sebagai Faktor Moderator

  • Setelah etika pengadaan diterapkan, efisiensi rantai pasok meningkat dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan terbukti meningkatkan kepuasan pemasok.

3. Pengelolaan Pemasok yang Lebih Baik Mengurangi Biaya Transaksi

  • Dengan evaluasi pemasok yang lebih baik, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi risiko rantai pasok.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pemerintahan Daerah di Kenya

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Publik

  • Sebelum penerapan SRM, keterlambatan pengiriman mencapai 30%.
  • Setelah implementasi SRM, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan menurun hingga 12% setelah sistem evaluasi berbasis kinerja diterapkan.
  • Negosiasi harga dengan pemasok lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang jelas.

3. Kepuasan Pemasok terhadap Proses Pengadaan yang Lebih Transparan

  • 80% pemasok menyatakan bahwa transparansi dalam pengadaan meningkat setelah implementasi SRM.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya sistem pemantauan yang lebih baik.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Etika Pengadaan

1. Meningkatkan Transparansi dalam Pengadaan Publik

  • Menerapkan sistem digitalisasi untuk melacak status pengadaan secara real-time.
  • Memastikan setiap proses pengadaan terdokumentasi dan dapat diaudit secara terbuka.

2. Menerapkan Evaluasi Pemasok secara Berkala

  • Membangun sistem pemeringkatan pemasok berdasarkan kinerja dan kepatuhan terhadap kontrak.
  • Mewajibkan pemasok untuk memenuhi standar etika dan transparansi dalam transaksi bisnis.

3. Meningkatkan Kapasitas Pegawai Pengadaan

  • Mengadakan pelatihan reguler tentang etika pengadaan dan pengelolaan pemasok.
  • Mengembangkan kebijakan pengadaan yang lebih ketat untuk mencegah praktik korupsi dan nepotisme.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif, didukung dengan prinsip etika pengadaan yang kuat, dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya.

  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Penerapan etika pengadaan yang lebih baik meningkatkan efisiensi dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15%.

Dengan strategi yang tepat, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan efisiensi pengadaan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat hubungan dengan pemasok.

Sumber Artikel:

Otieno Kevin, Jackline Akoth Odero. (2023). Supplier Relationship Management Practices, Procurement Ethics and Supply Chain Performance in County Governments. Journal of Business and Social Review in Emerging Economies, 9(2), 63-72.

 

Selengkapnya
Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam industri e-commerce, last-mile delivery (LMD) memainkan peran kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi rantai pasok. LMD menyumbang hingga 37% dari total biaya logistik, sehingga efektivitasnya sangat menentukan daya saing perusahaan.

Penelitian ini mengevaluasi bagaimana DHL eCommerce Vietnam mengadopsi strategi LMD untuk menghadapi tantangan logistik di pasar e-commerce yang berkembang pesat. Studi ini menyoroti tantangan utama, inovasi teknologi, serta peran DHL dalam menciptakan layanan pengiriman yang lebih cepat, murah, dan andal bagi pelanggan di Vietnam.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Pasar Vietnam

1. Biaya Operasional yang Tinggi

  • LMD menyumbang 13% hingga 37% dari total biaya rantai pasok.
  • Biaya tinggi disebabkan oleh kegagalan pengiriman pertama, biaya pengembalian barang, serta infrastruktur yang belum optimal.

2. Persaingan Ketat di Industri Logistik

  • Vietnam mengalami lonjakan bisnis e-commerce, mendorong peningkatan layanan pengiriman dari perusahaan lokal seperti Giaohangnhanh dan Viettel Post.
  • DHL bersaing dengan perusahaan besar seperti Grab Express dan Shopee Express yang menawarkan layanan pengiriman instan.

3. Kegagalan Pengiriman dan Ketergantungan pada Pembayaran COD

  • 30% dari pengiriman pertama gagal, mengakibatkan biaya tambahan dan keterlambatan.
  • 88% transaksi e-commerce di Vietnam masih menggunakan metode Cash on Delivery (COD), meningkatkan risiko gagal bayar dan retur barang.

4. Infrastruktur dan Kemacetan Lalu Lintas

  • Kemacetan di kota besar seperti Ho Chi Minh City dan Hanoi memperlambat pengiriman.
  • Minimnya sistem drop-box dan parcel lockers menghambat efisiensi pengiriman tanpa kontak langsung.

Strategi DHL eCommerce Vietnam dalam Last-Mile Delivery

DHL eCommerce Vietnam telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan efisiensi LMD:

1. Sistem Pelacakan Real-Time dan Transparansi Pengiriman

✅ Pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi ketidakpastian.
✅ Notifikasi otomatis dikirim ke pelanggan untuk memastikan kesiapan penerimaan barang.

2. Jaringan Service Points yang Luas

✅ DHL memiliki jaringan service points yang lebih luas dibandingkan pesaing lokal.
✅ Pelanggan dapat mengambil atau mengembalikan barang dengan lebih fleksibel.

3. Opsi Pengiriman Cepat dan Fleksibel

✅ DHL Parcel Metro menawarkan layanan same-day delivery untuk kota besar seperti Ho Chi Minh dan Hanoi.
✅ Tersedia pilihan waktu pengiriman yang lebih fleksibel untuk menekan angka gagal pengiriman pertama.

4. Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan

✅ DHL menguji penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi emisi karbon di perkotaan.
✅ Inisiatif ini sejalan dengan strategi global DHL untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.

Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL di Vietnam

1. Efektivitas Layanan DHL Parcel Metro

  • Layanan ini menjamin pengiriman dalam waktu 4 jam untuk pelanggan di wilayah kota besar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan meningkat 22% sejak peluncuran layanan ini.

2. Penurunan Tingkat Pengiriman Gagal

  • Dengan sistem notifikasi otomatis dan fleksibilitas jam pengiriman, DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18%.
  • Cash remittance dalam waktu 24 jam membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap pembayaran COD.

3. Persaingan dengan Perusahaan Logistik Lokal

  • Tiki Now menjamin pengiriman dalam 2 jam untuk 100.000 produk, memberikan tantangan besar bagi DHL.
  • DHL mengatasi tantangan ini dengan investasi dalam teknologi AI untuk optimasi rute dan efisiensi operasional.

Tantangan dan Rekomendasi untuk DHL eCommerce Vietnam

1. Mengatasi Kegagalan Pengiriman Pertama

✅ Solusi: Menyediakan lebih banyak opsi drop-box dan parcel lockers untuk memungkinkan pengambilan mandiri.

2. Meningkatkan Efisiensi Operasional

✅ Solusi: Mengoptimalkan rute pengiriman menggunakan AI dan Machine Learning, serta memperluas penggunaan kendaraan listrik.

3. Mengurangi Ketergantungan pada COD

✅ Solusi: Mendorong penggunaan dompet digital dan pembayaran non-tunai melalui edukasi pelanggan dan promosi cashback.

4. Menyesuaikan dengan Tren Pasar

✅ Solusi: Mengembangkan sistem fulfillment lokal untuk mempercepat pengiriman tanpa perlu transportasi jarak jauh.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa DHL eCommerce Vietnam telah berhasil meningkatkan daya saing dalam layanan LMD dengan strategi inovatif seperti layanan same-day delivery, sistem pelacakan real-time, dan ekspansi service points.

✅ DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18% melalui fleksibilitas waktu dan sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan AI dalam optimasi rute dan kendaraan listrik membantu meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
✅ Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk persaingan ketat dengan layanan lokal seperti Tiki Now dan Shopee Express.

Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, DHL eCommerce Vietnam dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam layanan LMD yang kompetitif dan berkelanjutan di Vietnam.

Sumber Artikel:

Hiep Cong Pham, Dat Nguyen, Chau Doan, Quyen Thai, & Ngoc Nguyen. (2019). Last Mile Delivery as a Competitive Logistics Service – A Case Study. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam.

 

Selengkapnya
Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Konsep smart city semakin berkembang dengan tujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan smart city adalah last-mile logistics, yang mencakup distribusi barang dalam kota yang sering menghadapi kemacetan, biaya tinggi, dan dampak lingkungan yang signifikan.

Artikel ini membahas tantangan utama dalam last-mile logistics serta solusi yang diterapkan dalam smart cities, termasuk konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, dan mobile depots.

Tantangan dalam Last-Mile Logistics di Smart Cities

1. Peningkatan Urbanisasi dan Mobilitas Terbatas

Pertumbuhan populasi perkotaan mengarah pada pembatasan mobilitas dan akses logistik di beberapa wilayah kota. Infrastruktur perkotaan yang padat memperumit distribusi barang, meningkatkan waktu pengiriman, serta biaya operasional.

2. Ledakan E-Commerce dan Kapasitas Terbatas

Meningkatnya permintaan e-commerce mempercepat kebutuhan distribusi barang secara efisien. Namun, keterbatasan kapasitas dalam rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan infrastruktur logistik yang tersedia.

3. Ekspektasi Pelanggan yang Berubah

Konsumen saat ini menuntut pengiriman lebih cepat, biaya lebih rendah, dan fleksibilitas lebih besar. Permintaan terhadap layanan same-day delivery terus meningkat, mendorong perusahaan logistik untuk mencari solusi lebih efisien.

4. Masalah Lingkungan dan Kemacetan Lalu Lintas

Tingginya volume kendaraan logistik di perkotaan berkontribusi terhadap polusi udara, kebisingan, dan emisi karbon yang tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

5. Biaya Operasional yang Tinggi

Last-mile logistics sering kali memiliki biaya distribusi yang tinggi karena ketidakefisienan dalam rute pengiriman, kegagalan pengiriman pertama, dan kurangnya fasilitas konsolidasi yang memadai.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Logistics

1. Konsolidasi Pusat Distribusi di Perkotaan

Konsep urban consolidation centers (UCCs) memungkinkan penyimpanan dan distribusi barang di lokasi yang lebih dekat dengan konsumen. UCCs mengurangi kebutuhan kendaraan besar memasuki pusat kota, sehingga menekan biaya logistik dan mengurangi kemacetan.

Keunggulan:

  • Optimalisasi kapasitas kendaraan untuk mengurangi perjalanan kosong.
  • Reduksi emisi karbon melalui penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo.

2. Micro Logistics dan Micro Consolidation Centers

Micro logistics mengacu pada pengelolaan distribusi dalam skala kecil dengan pusat konsolidasi yang lebih dekat dengan penerima barang.

Keunggulan:

  • Efektif untuk pengiriman e-commerce dan last-mile delivery.
  • Dapat mengurangi kemacetan dengan menggunakan kendaraan kecil atau sepeda listrik.

3. Mobile Depots untuk Fleksibilitas Pengiriman

Konsep mobile depots memungkinkan kendaraan logistik berfungsi sebagai gudang sementara yang berpindah-pindah di dalam kota. Mobile depots telah diuji oleh TNT Express di Brussels, yang menghasilkan pengurangan waktu pengiriman dan peningkatan efisiensi logistik.

Keunggulan:

  • Meningkatkan fleksibilitas pengiriman dengan menyesuaikan lokasi gudang sesuai permintaan.
  • Mengurangi kepadatan lalu lintas dengan menempatkan stok barang lebih dekat ke pelanggan.

4. Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengiriman

Integrasi teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam last-mile logistics. Teknologi ini memungkinkan optimasi rute otomatis, pelacakan paket secara real-time, serta pembayaran dan verifikasi pengiriman yang lebih aman.

Keunggulan:

  • Mengurangi kegagalan pengiriman pertama dengan memberikan notifikasi otomatis ke pelanggan.
  • Meningkatkan efisiensi operasional dengan pemantauan kondisi lalu lintas secara real-time.

Studi Kasus: Implementasi Solusi Smart Logistics

1. Urban Consolidation Centers di Eropa

Beberapa kota di Eropa telah menerapkan UCCs sebagai bagian dari strategi smart logistics. Misalnya, London dan Paris telah mengembangkan pusat konsolidasi logistik untuk mengurangi jumlah kendaraan pengiriman di pusat kota.

Hasil:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30%.
  • Jumlah kendaraan logistik di jalanan berkurang hingga 25%.

2. TNT Express Mobile Depot di Brussels

TNT Express menguji konsep mobile depot sebagai bagian dari proyek STRAIGHTSOL di Brussels.

Hasil:

  • Waktu pengiriman berkurang sebesar 20%.
  • Efisiensi operasional meningkat dengan penempatan depot sementara di lokasi strategis.

3. Penggunaan Micro Logistics di Jerman

Di Jerman, beberapa perusahaan logistik telah beralih ke micro logistics untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi pengiriman.

Hasil:

  • Kapasitas pengiriman meningkat hingga 35%.
  • Biaya operasional berkurang sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Pengembangan Smart Logistics

  1. Investasi dalam Infrastruktur Konsolidasi
    • Pemerintah kota perlu mendukung pengembangan urban consolidation centers dan micro consolidation centers untuk meningkatkan efisiensi logistik.
  2. Pemanfaatan Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Mendorong penggunaan sepeda kargo, kendaraan listrik, dan drone untuk mengurangi emisi karbon.
  3. Peningkatan Teknologi Digital
    • Memanfaatkan AI dan machine learning untuk optimasi rute pengiriman dan prediksi permintaan.
  4. Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta
    • Meningkatkan kerja sama antara penyedia layanan logistik dan pemerintah kota untuk menciptakan kebijakan logistik yang lebih berkelanjutan.

Kesimpulan

Last-mile logistics merupakan tantangan utama dalam pengelolaan smart cities. Namun, dengan penerapan strategi inovatif seperti konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, mobile depots, dan teknologi digital, efisiensi logistik dapat ditingkatkan secara signifikan.

Beberapa pencapaian dari implementasi solusi smart logistics:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30% dengan urban consolidation centers.
  • Waktu pengiriman berkurang 20% melalui konsep mobile depots.
  • Efisiensi pengiriman meningkat hingga 35% dengan penggunaan micro logistics.

Dengan inovasi yang terus berkembang dan dukungan regulasi yang tepat, masa depan last-mile logistics akan semakin efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi ekspektasi pelanggan di era smart city.

Sumber Artikel

Özbekler, T. M., & Karaman Akgül, A. (2020). Last Mile Logistics in the Framework of Smart Cities: A Typology of City Logistics Schemes. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XLIV-4/W3-2020, 335-337.

Selengkapnya
Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam era persaingan global yang semakin ketat, Supplier Relationship Management (SRM) menjadi aspek krusial dalam meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa, terutama di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemasok, meningkatkan transparansi, dan mengoptimalkan kinerja rantai pasok.

Penelitian ini menelaah bagaimana SRM memengaruhi kinerja organisasi dalam pengadaan publik dengan fokus pada studi kasus di Namibia. Berdasarkan data dari 43 responden yang bekerja di sektor pengadaan publik, penelitian ini mengidentifikasi tantangan utama dalam SRM, strategi implementasi, serta dampaknya terhadap efektivitas operasional.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Sektor Pengadaan Publik

1. Kurangnya Kepercayaan antara Organisasi dan Pemasok

  • Hanya 43% responden yang menyatakan adanya kepercayaan antara pembeli dan pemasok.
  • 37% responden merasa komitmen dalam hubungan pembeli-pemasok masih lemah.
  • Rendahnya kepercayaan ini menyebabkan kurangnya transparansi dan ketidakefektifan komunikasi.

2. Minimnya Integrasi Pemasok dalam Rantai Pasok

  • 70% responden menyatakan bahwa integrasi pemasok dalam rantai pasok masih kurang optimal.
  • Hanya 10% responden yang setuju bahwa pemasok telah terintegrasi sepenuhnya dalam proses pengadaan.
  • Integrasi yang buruk menyebabkan inefisiensi dalam distribusi barang dan keterlambatan pengiriman.

3. Ketiadaan Sistem Evaluasi dan Pelatihan Pemasok

  • 67% responden menyatakan bahwa tidak ada program pelatihan dan umpan balik untuk pemasok.
  • Hanya 10% responden yang merasa bahwa pemasok mendapatkan dukungan yang cukup dari organisasi.
  • Tanpa evaluasi berkala, kualitas pemasok sulit untuk ditingkatkan.

4. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Kurangnya Transparansi

  • 50% responden menyebut biaya transaksi yang tinggi sebagai hambatan utama dalam rantai pasok.
  • 40% responden menyatakan bahwa pemasok seringkali menerapkan praktik bisnis yang oportunistik.
  • Kurangnya transparansi menyebabkan pembengkakan biaya dan ketidakefisienan dalam pengadaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan sampel dari 50 pegawai sektor pengadaan publik, dan berhasil mengumpulkan data dari 43 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup untuk mengukur efektivitas SRM dalam pengadaan publik. Analisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk mengidentifikasi hubungan antara SRM dan kinerja organisasi.

Temuan Utama: Dampak SRM terhadap Kinerja Organisasi

1. SRM Berkontribusi pada Efisiensi Pengadaan Publik

✅ Penerapan SRM yang lebih baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
✅ Kepercayaan antara organisasi dan pemasok meningkatkan kecepatan respons pengadaan.
✅ SRM berbasis data memungkinkan evaluasi pemasok yang lebih akurat.

2. Pengelolaan Pemasok yang Baik Mengurangi Biaya Transaksi

✅ Melalui SRM, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
✅ Evaluasi berkala terhadap pemasok membantu mengidentifikasi inefisiensi dan mengurangi risiko rantai pasok.

3. Transparansi dan Pelacakan Digital Meningkatkan Akurasi Pengadaan

✅ Penerapan sistem pelacakan berbasis AI memungkinkan pengadaan yang lebih akurat.
✅ Organisasi yang memiliki sistem SRM yang kuat cenderung memiliki ketepatan waktu pengiriman barang yang lebih baik.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pengadaan Publik di Namibia

1. Dampak SRM terhadap Ketersediaan Barang di Sektor Kesehatan

  • Sebelum implementasi SRM, keterlambatan pengiriman obat mencapai 30%.
  • Setelah SRM diterapkan, keterlambatan berkurang menjadi 15% dalam satu tahun.
  • Program evaluasi pemasok berhasil meningkatkan akurasi pengiriman obat hingga 25%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui SRM

  • Organisasi yang menerapkan SRM mencatat penghematan biaya pengadaan hingga 12%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja memungkinkan negosiasi harga yang lebih kompetitif.

3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dan Efisiensi Pengadaan

  • Setelah menerapkan SRM, 80% pemasok menyatakan kepuasan lebih tinggi terhadap sistem pengadaan.
  • Organisasi yang memiliki hubungan baik dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi distribusi sebesar 18%.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM di Pengadaan Publik

1. Meningkatkan Kepercayaan dan Komitmen antara Organisasi dan Pemasok

✅ Membangun sistem SRM berbasis transparansi dan komunikasi terbuka.
✅ Menerapkan kontrak jangka panjang untuk pemasok yang memiliki kinerja baik.

2. Meningkatkan Integrasi Digital dalam Rantai Pasok

✅ Menggunakan AI dan IoT untuk melacak status pengadaan barang secara real-time.
✅ Menerapkan sistem evaluasi otomatis untuk meningkatkan akurasi pemantauan pemasok.

3. Menerapkan Pelatihan dan Evaluasi Pemasok secara Berkala

✅ Memberikan insentif bagi pemasok yang meningkatkan kinerja mereka berdasarkan evaluasi SRM.
✅ Membangun sistem umpan balik dua arah antara organisasi dan pemasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Supplier Relationship Management (SRM) yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi dalam pengadaan publik.

  • Penerapan SRM dapat mengurangi keterlambatan pengiriman dari 30% menjadi 15%.
  • Biaya transaksi turun hingga 15% dengan sistem SRM yang lebih terstruktur.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja meningkatkan akurasi pengiriman barang hingga 25%.

Dengan strategi yang tepat, SRM dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperkuat hubungan dengan pemasok, dan memastikan kelancaran rantai pasok dalam sektor pengadaan publik.

Sumber Artikel: Asa Romeo Asa, Narikutuke Naruses, Johanna Pangeiko Nautwima, Diana Tsoy. (2023). Supplier Relationship Management and Organizational Performance: A Focus on Public Procurement. International Journal of Management Science and Business Administration, 9(6), 19-28.

 

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Implementasi Supplier Relationship Management (SRM) dalam Industri Teknik Global: Tantangan dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi strategi penting dalam mengelola rantai pasok. SRM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan integrasi pemasok, dan mengurangi risiko rantai pasok.

Penelitian ini membahas implementasi SRM dalam industri teknik global melalui studi kasus pada sebuah perusahaan teknik internasional di Denmark. Dengan menggunakan metode longitudinal case study, penelitian ini menganalisis strategi integrasi pemasok dari sistem lokal ke global, serta bagaimana perusahaan dapat menerapkan SRM untuk meningkatkan kinerja pemasok dan membangun hubungan bisnis yang lebih kuat.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Industri Teknik Global

1. Kompleksitas Integrasi Pemasok Global

  • Perusahaan teknik global sering kali memiliki ribuan pemasok dengan sistem yang terfragmentasi.
  • Integrasi pemasok memerlukan pendekatan sistematis untuk mengurangi redundansi dan meningkatkan visibilitas rantai pasok.

2. Ketidakseimbangan antara Globalisasi dan Kebutuhan Lokal

  • Pemasok lokal sering memiliki keunggulan dalam kecepatan respons dan fleksibilitas, tetapi sulit untuk diintegrasikan ke dalam sistem global.
  • Perbedaan kebijakan dan standar antara unit bisnis global dan lokal dapat menghambat harmonisasi rantai pasok.

3. Tantangan dalam Pengurangan Jumlah Pemasok

  • Perusahaan sering melakukan pengurangan jumlah pemasok dengan metode “cutting the tail”, tetapi pendekatan ini dapat menyebabkan disrupsi operasional.
  • Pendekatan alternatif seperti pengelompokan pemasok berdasarkan prioritas lebih efektif dibandingkan pemangkasan drastis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus longitudinal yang dilakukan dari Maret 2019 hingga Juli 2022 di sebuah perusahaan teknik global. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan manajer rantai pasok, analisis dokumen internal, dan observasi langsung dalam implementasi SRM. Analisis menggunakan model kualitatif dengan metode grounded theory untuk memahami pola hubungan pemasok dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok.

Hasil Penelitian: Strategi Implementasi SRM yang Efektif

1. Integrasi Basis Pemasok dari Sistem Lokal ke Global

  • Perusahaan mengadopsi pendekatan bertahap dalam mengintegrasikan pemasok lokal ke dalam sistem global.
  • Jumlah pemasok berhasil dikurangi dari 50.000 menjadi 40.000 melalui strategi pengelompokan pemasok.
  • Pembentukan kelompok pemasok strategis (supplier prioritization) meningkatkan efisiensi negosiasi dan transparansi rantai pasok.

2. Peningkatan Kinerja Pemasok melalui SRM

  • Penerapan program SRM percontohan berhasil meningkatkan kinerja pengiriman pemasok tertentu hingga 20%.
  • Penggunaan dashboard performa pemasok memungkinkan pemantauan real-time dan evaluasi kinerja secara berkala.
  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok yang dipilih memungkinkan peningkatan kolaborasi dan efisiensi produksi.

3. Pengurangan Risiko Operasional dan Efisiensi Biaya

  • Reduksi jumlah pemasok membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan fleksibilitas pasokan.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan transparansi biaya dan mengurangi risiko gangguan pasokan.
  • Implementasi sistem SRM yang lebih terstruktur memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efektif.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Industri Teknik Global

1. Pengurangan Jumlah Pemasok secara Bertahap

  • Perusahaan awalnya menerapkan metode “cutting the tail” dengan memangkas pemasok yang memiliki transaksi kecil.
  • Pendekatan ini menyebabkan gangguan operasional, terutama dalam sektor layanan purna jual dan proyek-proyek spesifik.
  • Sebagai solusi, perusahaan menerapkan strategi “supplier prioritization” untuk fokus pada pemasok dengan nilai strategis tinggi.

2. Penggunaan Dashboard Performa untuk Evaluasi Pemasok

  • Sistem evaluasi berbasis data diterapkan untuk mengukur kinerja pemasok secara objektif.
  • Kategori pemasok dibagi menjadi lima tingkat: Globally Preferred, Regionally Preferred, Not-Preferred, To Be Avoided, dan Blacklisted.
  • Strategi ini meningkatkan transparansi hubungan dengan pemasok dan memungkinkan pengelolaan lebih efektif.

3. Peningkatan Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis

  • Pemasok yang menunjukkan kinerja tinggi mendapatkan manfaat dari hubungan bisnis yang lebih erat dan kontrak jangka panjang.
  • Pendekatan ini mengurangi fluktuasi biaya dan meningkatkan ketahanan rantai pasok secara keseluruhan.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Implementasi SRM

1. Optimalisasi Strategi Pengelolaan Pemasok

  • Gunakan metode supplier prioritization dibandingkan pemangkasan drastis untuk menghindari gangguan operasional.
  • Integrasikan pemasok ke dalam sistem global secara bertahap untuk memastikan transisi yang lebih mulus.

2. Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Transparansi

  • Implementasikan sistem digitalisasi rantai pasok untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi pengelolaan pemasok.
  • Gunakan dashboard performa pemasok untuk pemantauan real-time dan evaluasi berbasis data.

3. Membangun Kemitraan Jangka Panjang dengan Pemasok

  • Fokus pada pemasok yang menunjukkan kinerja tinggi dan dapat memberikan nilai tambah jangka panjang.
  • Hindari hubungan yang bersifat transaksional dan dorong kolaborasi dalam pengembangan produk dan inovasi.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dalam industri teknik global. Strategi supplier prioritization lebih efektif dibandingkan metode pemangkasan pemasok secara langsung. Penggunaan sistem evaluasi berbasis data meningkatkan transparansi dan akurasi pengelolaan pemasok. Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis menghasilkan efisiensi biaya dan ketahanan rantai pasok yang lebih baik.

Dengan menerapkan SRM yang terstruktur dan berbasis teknologi, perusahaan teknik global dapat mengoptimalkan hubungan dengan pemasok dan menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh serta efisien.

Sumber Artikel: Andersen, Bjørn Skjønning. (2022). Implementing Supplier Relationship Management in the Global Engineering Industry. Technical University of Denmark.

 

Selengkapnya
Strategi Implementasi Supplier Relationship Management (SRM) dalam Industri Teknik Global: Tantangan dan Solusi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Manfaat Supplier Relationship Management (SRM) dalam Organisasi Big Science: Studi Perceived Value oleh Pemasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Organisasi Big Science (BSOs) seperti CERN dan Hubble Space Telescope memainkan peran penting dalam inovasi ilmiah dan teknologi. Namun, apakah pemasok yang bekerja dengan BSOs benar-benar mendapatkan keuntungan dari hubungan ini? Studi oleh Xin Weng (2021) dari Uppsala University mengeksplorasi nilai yang dirasakan pemasok (Supplier-Perceived Value/SPV) dalam hubungan mereka dengan BSOs.

Penelitian ini membahas manfaat inovasi, peluang pasar, serta tantangan yang dihadapi pemasok dalam memenuhi standar tinggi organisasi sains besar. Dengan analisis data dari 38 pemasok Big Science di Swedia, penelitian ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin terlibat dalam proyek-proyek ilmiah besar.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei dengan 38 pemasok Big Science di Swedia sebagai responden. Analisis dilakukan menggunakan multiple regression dan independent t-test, untuk mengevaluasi hubungan antara fungsi SRM dan nilai yang dirasakan oleh pemasok.

Temuan Utama

1. Hubungan dengan BSOs Meningkatkan Nilai Pasar dan Reputasi Pemasok

  • 68,4% pemasok melaporkan peningkatan reputasi setelah bekerja dengan BSOs.
  • BSOs berfungsi sebagai “referensi kredibel” yang membantu pemasok menarik pelanggan baru dari industri lain.
  • Efek ini lebih kuat pada pemasok dengan hubungan jangka panjang (≥5 tahun) dibanding pemasok jangka pendek (<5 tahun).

2. Manfaat Inovasi dan Pengembangan Produk

  • 52,6% pemasok mengembangkan produk baru untuk memenuhi spesifikasi ketat BSOs.
  • 55,2% pemasok meningkatkan teknologi produksi mereka, meskipun banyak yang merasa sulit untuk mengkomersialkan teknologi yang dikembangkan khusus untuk BSOs.
  • Inovasi yang terjadi sering kali berfokus pada pengujian prototipe dan peningkatan proses produksi.

3. Proses Produksi dan Manajemen Kualitas Pemasok Mengalami Perubahan Signifikan

  • 47% pemasok melaporkan peningkatan kualitas kontrol produksi mereka setelah bekerja dengan BSOs.
  • Supplier yang mengalami penyesuaian proses produksi cenderung lebih siap menghadapi permintaan teknologi tinggi dari industri lain.
  • Namun, tingginya biaya adaptasi menjadi tantangan utama, terutama bagi pemasok kecil dan menengah.

4. Tantangan dalam Hubungan Pemasok dengan BSOs

Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini menemukan beberapa tantangan utama:

  • Regulasi ketat dan sistem pengadaan berbasis harga terendah membuat banyak pemasok kesulitan memperoleh keuntungan finansial langsung.
  • Persyaratan teknis yang sangat spesifik sering kali menyulitkan pemasok untuk menjual produk yang sama ke pasar lain.
  • Kurangnya kesinambungan kontrak, karena kontrak dengan BSOs biasanya bersifat proyek jangka pendek.

Analisis dan Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan dengan BSOs dapat memberikan keuntungan dalam hal reputasi, inovasi, dan peningkatan kualitas produk, tetapi pemasok perlu memahami bahwa keuntungan finansial langsung sering kali terbatas.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemasok untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs meliputi:

  1. Mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam manajemen pemasok.
  2. Menjalin hubungan jangka panjang dengan BSOs untuk mendapatkan manfaat inovasi yang lebih besar.
  3. Mengembangkan strategi diversifikasi produk agar teknologi yang dikembangkan untuk BSOs dapat digunakan di industri lain.
  4. Meningkatkan internalisasi pengetahuan dan pelatihan tenaga kerja agar teknologi dan proses produksi yang dikembangkan tetap relevan setelah kontrak dengan BSOs berakhir.

Kesimpulan

Supplier Relationship Management (SRM) dalam organisasi Big Science dapat meningkatkan reputasi pemasok, mendorong inovasi, serta meningkatkan kualitas produksi. Namun, pemasok harus menghadapi tantangan seperti biaya adaptasi tinggi dan kurangnya kesinambungan kontrak. Oleh karena itu, pemasok perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs dan mendiversifikasi produk mereka untuk pasar lain.

Sumber Asli:
Xin Weng (2021). Supplier-Perceived Value in Big-Science-Supplier Relationships – What Can Suppliers Gain from Delivering to Big-Science Organizations?. Uppsala University.

 

Selengkapnya
Manfaat Supplier Relationship Management (SRM) dalam Organisasi Big Science: Studi Perceived Value oleh Pemasok
« First Previous page 112 of 835 Next Last »