Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Sungai Cimanuk sebagai Sumber Daya Air Strategis
Sungai Cimanuk merupakan salah satu sungai utama di Jawa Barat yang memiliki potensi besar sebagai sumber air baku untuk berbagai keperluan, mulai dari air minum, irigasi, hingga industri dan perikanan. Dengan aliran sepanjang 180 km dan daerah pengaliran seluas 3.557 km² yang melintasi lima kabupaten, sungai ini sangat vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun, perkembangan aktivitas manusia seperti industri, permukiman, dan pertanian berpotensi menurunkan kualitas air sungai. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara berkesinambungan dan penilaian terhadap kesesuaian air dengan peruntukannya menjadi sangat penting.
Pengambilan Sampel dan Evaluasi Kualitas Air
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air di empat titik strategis sepanjang sungai, mulai dari hulu (Bayongbong) hingga hilir (Jatibarang). Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di lapangan dan laboratorium, meliputi parameter fisika (suhu, pH, DO), kimia (BOD, COD, detergen, amonia, logam berat), dan biologi (kolitinja). Penilaian mutu air menggunakan metode STORET yang membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan SK Gubernur Jawa Barat No. 38 Tahun 1991.
Kondisi Kualitas Air dari Hulu ke Hilir
Oksigen Terlarut (DO) dan Indikator Organik
Parameter Kimia dan Logam Berat
Parameter Biologi: Kolitinja
Penilaian Status Mutu Air
Diskusi: Implikasi dan Tantangan Pengelolaan
Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun kualitas air di hulu relatif baik, penurunan kualitas di hilir cukup signifikan terutama akibat limbah industri dan domestik. Parameter BOD, COD, amonia, detergen, logam berat, dan kolitinja menjadi indikator utama pencemaran yang harus mendapat perhatian serius.
Fenomena ini sejalan dengan kondisi sungai besar lain di Jawa Barat seperti Citarum dan Cisadane, yang juga mengalami pencemaran berat akibat aktivitas manusia. Penanganan limbah dan pengelolaan daerah aliran sungai yang terpadu menjadi kunci keberhasilan menjaga kualitas air.
Rekomendasi dan Upaya Perbaikan
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Cimanuk secara umum masih memenuhi persyaratan untuk berbagai pemanfaatan di hulu, namun mengalami penurunan mutu menuju hilir akibat pencemaran organik, kimia, dan mikrobiologis. Status mutu air bervariasi dari cemar ringan hingga cemar berat tergantung lokasi dan klasifikasi baku mutu yang digunakan. Upaya pengelolaan terpadu dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya air ini demi keberlangsungan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Sumber Asli Artikel
Armaita Sutriati. “Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi Pemanfaatannya Studi Kasus: Sungai Cimanuk.” Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Pentingnya Pemantauan Kualitas Air Danau Toba
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, memiliki peranan penting dalam ekonomi regional melalui sektor perikanan, pariwisata, dan penyediaan air bersih. Namun, urbanisasi dan perubahan iklim telah memengaruhi kualitas air danau ini, sehingga pemantauan dan prediksi kualitas air menjadi sangat penting untuk pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Penelitian oleh Parulian et al. (2024) bertujuan melakukan monitoring kualitas air Danau Toba dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 dan MODIS dari Januari 2014 hingga April 2024, serta membandingkan metode peramalan univariat untuk memprediksi variabel kualitas air selama 12 bulan ke depan.
Studi Kasus dan Variabel Kualitas Air
Penelitian ini memfokuskan pada empat variabel utama kualitas air yang dapat dipantau melalui citra satelit:
Data time series dari 124 bulan ini dianalisis untuk mengidentifikasi pola dan tren, serta dilakukan uji stasioneritas untuk memastikan validitas model peramalan.
Metode Peramalan yang Digunakan
Penelitian membandingkan tiga metode peramalan deret waktu univariat:
Data dibagi menjadi 90% untuk pelatihan dan 10% untuk pengujian. Evaluasi model menggunakan metrik RMSE dan MAE menunjukkan ARIMA/SARIMA rata-rata memiliki performa terbaik secara keseluruhan.
Hasil Peramalan dan Interpretasi
Peramalan selama 12 bulan ke depan (Mei 2024–April 2025) menunjukkan:
Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian
Penelitian ini menggabungkan teknologi penginderaan jauh dengan metode statistik dan machine learning untuk memberikan gambaran komprehensif tentang kualitas air Danau Toba. Penggunaan citra satelit memungkinkan pemantauan luas dan berkala tanpa biaya tinggi pengambilan sampel lapangan.
Perbandingan metode peramalan memberikan insight penting bahwa metode klasik ARIMA/SARIMA masih sangat relevan dan kompetitif dibandingkan metode machine learning, terutama untuk data musiman dan stasioner. Namun, LSTM dan Prophet menawarkan keunggulan pada variabel dengan pola non-linear dan fluktuasi kompleks.
Kritik dan Saran Pengembangan
Relevansi dengan Tren Global dan Industri
Pemantauan kualitas air menggunakan citra satelit dan model peramalan merupakan tren global dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Integrasi teknologi ini mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya target air bersih dan sanitasi. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pengelola sumber daya di Danau Toba dan wilayah serupa dalam perencanaan konservasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.
Kesimpulan
Kualitas air Danau Toba selama 2014–2024 masih dalam kategori baik berdasarkan variabel DO, pH, LST, dan NDTI. Metode ARIMA/SARIMA, Prophet, dan LSTM efektif dalam meramalkan kualitas air dengan keunggulan masing-masing. Prediksi 12 bulan ke depan menunjukkan tren positif untuk DO dan stabilitas pada variabel lain. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam monitoring dan pengelolaan kualitas air danau menggunakan teknologi satelit dan metode statistik modern.
Sumber Asli Artikel
Firman Emmanuel Declarantius Parulian, Hasna Arifah Nur Fatih, Wimbi Uelsan Gurusinga, Robert Kurniawan. 2024. Peramalan Kualitas Air Danau Toba Melalui Citra Satelit dengan Model Peramalan Univariat. Seminar Nasional Sains Data 2024 (SENADA 2024), UPN “Veteran” Jawa Timur.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Pentingnya Kualitas Air Sungai Surabaya
Air sungai merupakan sumber daya vital bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Sungai Surabaya, sebagai anak sungai Kali Brantas, menjadi sumber utama air minum bagi sekitar 2,7 juta penduduk dan suplai industri di wilayah Surabaya. Namun, perkembangan industri dan aktivitas domestik di sekitar sungai menyebabkan pencemaran yang mengancam kualitas air dan keberlanjutan penggunaannya. Penelitian oleh M. Khadik Asrori dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur ini memetakan kualitas air Sungai Surabaya dengan fokus pada parameter fisika, kimia, dan biologi untuk memberikan gambaran kondisi terkini dan rekomendasi pengelolaan.
Studi Kasus dan Data Kunci
Pemanfaatan Sungai Surabaya
Sungai Surabaya mengalir dari DAM Mlirip menuju pintu air Jagir dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum sebesar 256 juta m³ per tahun serta 38 juta m³ untuk kebutuhan industri (Indriani et al., 2016). Sungai ini juga menjadi tempat pembuangan limbah industri dan domestik yang menyebabkan penurunan kualitas air.
Parameter Kualitas Air
Analisis dan Dampak Pencemaran
Peningkatan BOD dan COD menunjukkan tingginya beban bahan organik dan kimia yang harus diurai oleh mikroorganisme, berpotensi menurunkan kadar oksigen dan mengancam biota air. TSS yang tinggi mengganggu penetrasi cahaya dan fotosintesis organisme air. Fosfat yang melebihi ambang batas dapat memicu pertumbuhan alga berlebih (blooming) yang menurunkan kualitas air dan ekosistem.
Pencemaran ini berasal dari limbah domestik, industri, dan pertanian yang belum terkelola dengan baik. Data menunjukkan sekitar 60% pencemaran berasal dari limbah domestik, dengan kontribusi signifikan dari industri yang melebihi kapasitas pengolahan limbah.
Strategi Pengelolaan dan Mitigasi
Penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk mengatasi pencemaran Sungai Surabaya:
Perbandingan dengan Studi Lain dan Tren Global
Penelitian lain di Kalimas River dan DAS Brantas menunjukkan pola serupa: pencemaran air sungai akibat limbah domestik dan industri yang memerlukan pengelolaan terpadu. Secara global, pengelolaan kualitas air sungai menjadi fokus utama dalam pembangunan berkelanjutan, dengan pemanfaatan teknologi digital dan kolaborasi multi-pihak sebagai kunci keberhasilan.
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Surabaya telah mengalami pencemaran yang signifikan, terutama dari bahan organik, padatan tersuspensi, dan nutrien yang berlebihan. Kondisi ini mengancam sumber air minum dan ekosistem sungai. Pemantauan berkala dan strategi pengelolaan terpadu sangat diperlukan untuk memulihkan kualitas air dan menjaga keberlanjutan pemanfaatan sungai bagi masyarakat dan industri.
Sumber Asli Artikel
Asrori, M. Khadik. "Pemetaan Kualitas Air Sungai di Surabaya." Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Air Bersih, Hak Dasar dan Tantangan di Kawasan Perumahan
Air bersih adalah hak dasar manusia dan penopang utama kesehatan masyarakat. Namun, di banyak wilayah Indonesia, terutama kawasan semi-urban seperti Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, akses terhadap air bersih yang layak masih menjadi tantangan besar. Mayoritas warga Perumahan Griya Saka Hajimena, yang berjumlah sekitar 50 kepala keluarga, sangat bergantung pada air sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari—mulai dari memasak, mandi, hingga mencuci. Kondisi geografis berupa lahan bekas rawa dan pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan risiko pencemaran air tanah, sehingga kualitas air sumur bor menjadi isu kritis yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan warga123.
Mengapa Sumur Bor Menjadi Pilihan?
Sumur bor dipilih karena kemudahan akses dan biaya pembangunan yang relatif terjangkau. Namun, air tanah di kawasan bekas rawa sangat rentan terhadap kontaminasi limbah domestik, rembesan septic tank, dan limpasan air hujan yang membawa polutan dari permukaan. Keterbatasan sumber air bersih di Hajimena menuntut pengelolaan dan pengawasan kualitas air yang lebih ketat13.
Tujuan Penelitian
Uji Fisika, Kimia, dan Biologi
Lokasi dan Pengambilan Sampel
Sampel air diambil dari sumur bor yang digunakan oleh sekitar 50 kepala keluarga di Perumahan Griya Saka Hajimena. Pengambilan dilakukan dari keran penampungan dan pompa sumur, mewakili kualitas air yang digunakan sehari-hari. Proses pengambilan sampel mengikuti prosedur laboratorium yang ketat untuk memastikan hasil yang representatif13.
Parameter yang Diuji
Seluruh hasil dibandingkan dengan baku mutu air bersih Permenkes No. 32 Tahun 201713.
Hasil Penelitian: Data, Fakta, dan Analisis
Parameter Fisik
Parameter Kimia
Parameter Biologi
Realitas Air Sumur Bor di Griya Saka Hajimena
Kondisi Lapangan
Perumahan Griya Saka Hajimena dibangun di atas lahan bekas rawa, yang secara alami memiliki risiko tinggi kontaminasi organik dan anorganik. Selain itu, kedekatan dengan septic tank dan minimnya sistem pengelolaan limbah memperparah risiko pencemaran air tanah. Banyak warga yang mengeluhkan air sumur yang berwarna, berbau besi, dan kadang-kadang menodai pakaian atau peralatan mandi13.
Dampak pada Masyarakat
Implikasi, Opini, dan Perbandingan
Kelebihan Penelitian
Kritik dan Keterbatasan
Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian lain di Hajimena juga menemukan pencemaran amoniak dan mikrobiologi pada beberapa titik. Studi di daerah lain di Indonesia menunjukkan pola serupa: sumur bor di kawasan padat penduduk dan bekas rawa cenderung mengandung besi, klorida, dan coliform tinggi, sehingga tidak layak untuk konsumsi tanpa pengolahan lanjut134.
Relevansi dengan Tren Nasional dan Global
Akses Air Bersih sebagai Hak Dasar
Pemerintah Indonesia menargetkan akses air minum layak untuk seluruh rakyat pada 2030, namun data Bappenas (2019) menunjukkan hanya 20% penduduk yang menikmati air perpipaan. Sisanya masih mengandalkan sumur bor, sumur gali, atau air isi ulang. Tantangan serupa juga dihadapi negara berkembang lain, di mana kualitas air tanah sangat dipengaruhi oleh tata kelola lingkungan dan perubahan tata guna lahan1.
Solusi Industri dan Teknologi
Saran Kebijakan dan Rekomendasi Praktis
Kualitas Air Sumur Bor di Hajimena Tidak Layak untuk Air Bersih
Penelitian ini secara tegas menyimpulkan bahwa air sumur bor di Perumahan Griya Saka Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, tidak layak digunakan sebagai air bersih. Hal ini disebabkan oleh:
Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah, pengembang perumahan, dan masyarakat untuk segera melakukan intervensi teknis dan kebijakan agar hak atas air bersih dapat terpenuhi. Penelitian ini juga menjadi alarm bagi kawasan semi-urban lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.
Sumber Asli Artikel
Miftahul Djana. 2023. Analisis Kualitas Air dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Natar Hajimena Lampung Selatan. Jurnal Redoks, 8(1): 81–87.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Status Mutu Air Danau Air Asin Gili Meno—Ekowisata, Tantangan Pencemaran, dan Solusi Berkelanjutan
Danau Air Asin Gili Meno, Permata Unik di Lombok
Gili Meno, salah satu dari tiga pulau kecil di lepas pantai barat Lombok, dikenal sebagai destinasi wisata utama dengan daya tarik ekosistem mangrove dan satu-satunya danau air asin di Pulau Lombok. Danau Air Asin Gili Meno bukan sekadar keunikan geografis, tetapi juga menjadi pusat ekowisata dan habitat biota yang sangat adaptif terhadap salinitas tinggi. Namun, pesatnya perkembangan pariwisata dan aktivitas domestik di pulau ini membawa tantangan baru: pencemaran air dan penurunan kualitas lingkungan. Paper “Penentuan Status Mutu Air Danau Air Asin Gili Meno Menggunakan Metode Indeks Pencemaran” oleh Tina Melinda, Hijriati Sholehah, dan Taufik Abdullah (2021) menghadirkan analisis mendalam mengenai kondisi aktual danau ini, menggunakan pendekatan ilmiah yang sangat relevan dengan isu lingkungan dan pengelolaan ekowisata di Indonesia saat ini123.
Pentingnya Pemantauan Kualitas Air di Kawasan Wisata
Danau Air Asin Gili Meno memiliki karakteristik ekosistem yang unik—airnya asin, tergenang, dan dikelilingi vegetasi mangrove. Lokasinya yang berada di titik terendah pulau menyebabkan danau ini menjadi penampung alami air limpasan, termasuk limbah domestik dan hotel. Seiring meningkatnya aktivitas wisata dan pertumbuhan fasilitas akomodasi, risiko pencemaran air pun meningkat, terutama dari limbah deterjen dan domestik. Pemantauan kualitas air menjadi sangat penting, bukan hanya untuk menjaga ekosistem, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan pariwisata dan kesehatan masyarakat sekitar123.
Studi Kasus dan Metode Indeks Pencemaran
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel air diambil secara grab sample pada 23 Juli 2020 di beberapa titik sekitar danau. Analisis laboratorium dilakukan untuk mengukur parameter fisika dan kimia air, yang kemudian dibandingkan dengan baku mutu air laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk kawasan wisata bahari13.
Parameter yang Diukur
Status mutu air kemudian ditentukan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan Kepmen LH No. 115/2003, yang mengklasifikasikan status mutu air menjadi: memenuhi baku mutu (IP ≤ 1), tercemar ringan (1 < IP ≤ 5), tercemar sedang (5 < IP ≤ 10), dan tercemar berat (IP > 10)134.
Data, Fakta, dan Studi Kasus
Kondisi Fisik dan Kimia Air
Parameter Fisik:
Parameter Kimia:
Analisis Indeks Pencemaran
Berdasarkan perhitungan Indeks Pencemaran (IP), Danau Air Asin Gili Meno memperoleh nilai IP sebesar 7,35, yang masuk kategori tercemar sedang (5 < IP ≤ 10). Parameter kunci yang menyebabkan pencemaran adalah fosfat dan pH yang tidak memenuhi baku mutu, sementara parameter fisik dan kimia lainnya masih dalam batas wajar13.
Sumber dan Dampak Pencemaran
Sumber Pencemar
Dampak Lingkungan dan Ekowisata
Implikasi, Opini, dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Kekuatan dan Keunikan Penelitian
Kritik dan Keterbatasan
Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian sejenis di embung Ciseupan (Jawa Barat) dan Sungai Ogan (Sumatera Selatan) juga menggunakan metode indeks pencemaran dan menemukan status mutu air “tercemar sedang” dengan IP 7–10, terutama akibat limbah domestik dan pertanian45. Namun, kasus Gili Meno unik karena danau air asin di pulau kecil, sehingga tantangan pengelolaan limbah dan sirkulasi air sangat berbeda dibanding danau atau sungai di daratan utama.Ekowisata dan Tantangan Lingkungan
Tren global ekowisata menuntut keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Banyak destinasi wisata dunia kini menerapkan standar ketat pengelolaan limbah dan monitoring kualitas air secara digital (IoT, sensor otomatis) untuk menjaga daya tarik dan keberlanjutan ekosistem. Kasus Gili Meno menegaskan pentingnya kolaborasi antara pengelola wisata, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga mutu air danau dan mencegah degradasi lingkungan.
Solusi dan Inovasi
Menjaga Danau Air Asin Gili Meno untuk Masa Depan Ekowisata
Penelitian ini menegaskan bahwa Danau Air Asin Gili Meno saat ini berada pada status tercemar sedang dengan nilai IP 7,35. Parameter utama penyebab pencemaran adalah tingginya kandungan fosfat (1 mg/l) dan pH yang terlalu rendah (5,3), keduanya di luar baku mutu untuk kawasan wisata bahari. Sumber utama pencemaran adalah limbah domestik dan hotel yang mengalir ke danau akibat posisi topografi yang rendah dan minimnya sirkulasi air.
Rekomendasi utama:
Menjaga kualitas air Danau Air Asin Gili Meno bukan hanya soal lingkungan, tapi juga investasi jangka panjang bagi keberlanjutan ekowisata dan ekonomi masyarakat Lombok.
Sumber Asli Artikel
Tina Melinda, Hijriati Sholehah, Taufik Abdullah. 2021. Penentuan Status Mutu Air Danau Air Asin Gili Meno Menggunakan Metode Indeks Pencemaran. Jurnal Sanitasi dan Lingkungan, 2(2), 199–208.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Danau Situ Gede, Sumber Daya Alam dan Tantangan Kualitas Air di Era Urbanisasi
Danau Situ Gede di Kota Bogor merupakan salah satu danau alami yang memiliki peran vital sebagai sumber air, kawasan konservasi, irigasi, habitat biota air, hingga destinasi wisata. Namun, seperti banyak danau di kawasan urban, Situ Gede menghadapi tekanan dari aktivitas manusia yang berpotensi menurunkan kualitas airnya. Paper karya Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, dan Meilisha Putri Pertiwi (2023) tidak hanya mengupas tuntas analisis kualitas air Situ Gede dari berbagai parameter, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam media pembelajaran berbasis e-handout yang inovatif untuk siswa SMA. Artikel ini sangat relevan dengan isu lingkungan dan pendidikan abad ke-21, di mana literasi sains dan kepedulian terhadap ekosistem menjadi kunci pembangunan berkelanjutan123.
Situ Gede, dengan luas sekitar 6,2 hektar, menjadi tumpuan berbagai kepentingan: dari konservasi, irigasi, hingga rekreasi dan ekonomi masyarakat sekitar. Namun, urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan aktivitas domestik di sekitar danau meningkatkan risiko pencemaran air. Penelitian ini bertujuan:
Studi Lapangan, Laboratorium, dan Pengembangan Media
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara in situ dan laboratorium. Empat stasiun pengambilan sampel dipilih berdasarkan variasi aktivitas manusia dan karakteristik lingkungan:
Parameter yang Diukur
Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen botol terang dan gelap, sedangkan status mutu air dianalisis menggunakan indeks pencemaran sesuai Kepmen LH No. 115/2003. Hasil penelitian dikembangkan menjadi e-handout yang divalidasi oleh ahli materi dan media13.
Data, Analisis, dan Fakta Kunci
Parameter Kimia
Parameter Fisika
Fitoplankton sebagai Bioindikator
Produktivitas Primer Perairan
Status Mutu Air Berdasarkan Indeks Pencemaran
Situ Gede di Tengah Urbanisasi dan Aktivitas Masyarakat
Situ Gede menjadi contoh nyata bagaimana tekanan urbanisasi, pariwisata, dan aktivitas domestik dapat mempengaruhi kualitas air danau. Stasiun I, yang berada di dekat parkiran dan pedagang kaki lima, menunjukkan indeks pencemaran tertinggi. Sementara stasiun II di area hutan lindung relatif lebih baik, namun tetap menunjukkan pencemaran sedang karena kemungkinan limpasan air dari area lain. Stasiun III dan IV, yang lebih dekat aktivitas penangkapan ikan dan wisata, masih mengalami pencemaran ringan, namun keanekaragaman fitoplankton dan produktivitas primer tetap tinggi, menandakan adanya suplai nutrien yang cukup13.
Implikasi, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain
Dampak Lingkungan dan Potensi Eutrofikasi
Status eutrofik di seluruh stasiun Situ Gede menandakan danau mengalami kelebihan nutrien (nitrat, fosfat) yang memicu pertumbuhan fitoplankton berlebih (blooming alga). Hal ini dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut, kematian ikan, dan gangguan ekosistem. Situasi ini mirip dengan kasus di Danau Buyan, Danau Toba, dan Danau Tuok yang juga mengalami tekanan serupa akibat aktivitas manusia dan limpasan nutrien dari pertanian dan domestik13.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian lain di Situ Gede (Arianto et al., 2021) juga menemukan kategori pencemaran ringan dengan indeks pencemaran 1–5, serta dua parameter (pH dan nitrit) yang tidak sesuai baku mutu akibat limbah domestik dan pertanian5. Studi lain menggunakan metode IKA-NSF (National Sanitation Foundation) juga mengkategorikan Situ Gede sebagai “tercemar sedang” dengan nilai IKA-NSF 65,21, di mana parameter DO dan BOD sering menjadi indikator utama pencemaran4. Hal ini menunjukkan konsistensi hasil bahwa Situ Gede memang menghadapi tantangan pencemaran ringan hingga sedang.
Integrasi Sains dan Pendidikan
Keunikan penelitian ini adalah mengintegrasikan hasil analisis kualitas air ke dalam media pembelajaran e-handout untuk siswa SMA. Validasi ahli menunjukkan skor rata-rata 84% (sangat valid), membuktikan bahwa data lingkungan nyata dapat meningkatkan motivasi dan literasi sains siswa. E-handout ini tidak hanya mengajarkan konsep pencemaran air, tetapi juga menanamkan sikap peduli lingkungan melalui indikator sikap yang terintegrasi dalam materi123.
Kritik dan Saran Pengembangan
Kekuatan Penelitian
Keterbatasan
Saran
Pendidikan Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Air
Integrasi data lingkungan nyata ke dalam kurikulum sekolah adalah tren global yang didorong oleh kebutuhan akan literasi sains dan sikap peduli lingkungan. Negara-negara maju telah lama mengadopsi model pembelajaran berbasis proyek dan data lokal untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata siswa terhadap isu lingkungan. Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan serupa sangat mungkin diterapkan di Indonesia, khususnya di kawasan urban yang menghadapi tantangan pencemaran air123.
Situ Gede, Laboratorium Alam dan Media Edukasi Masa Depan
Penelitian ini menegaskan bahwa Danau Situ Gede saat ini berada pada status tercemar ringan hingga sedang, dengan dominasi fitoplankton dan produktivitas primer yang tinggi menandakan status eutrofik. Aktivitas manusia di sekitar danau menjadi faktor utama pencemaran, namun juga membuka peluang untuk edukasi lingkungan berbasis data nyata. Pengembangan e-handout berbasis hasil penelitian terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa SMA.
Rekomendasi utama:
Sumber Asli Artikel
Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, Meilisha Putri Pertiwi. 2023. Analisis kualitas air di danau Situ Gede sebagai media pembelajaran berbasis e-handout. ESABI: Jurnal Edukasi Sains Biologi, 5(2): 37–55.