Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Sungai Patrean di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, merupakan sumber air yang vital bagi masyarakat di beberapa kecamatan seperti Manding, Batuputih, Dasuk, Gapura, dan Kota. Sungai ini dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, mulai dari pertanian, mandi, mencuci, hingga pembuangan sampah organik dan anorganik. Namun, aktivitas tersebut memberikan tekanan pencemaran yang dapat menurunkan kualitas air, mengancam ekosistem, dan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air Sungai Patrean berdasarkan parameter fisika dan kimia, serta membandingkannya dengan standar baku mutu air yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Penelitian menggunakan metode purposive sampling dengan pengambilan sampel air di tiga titik yang dipilih berdasarkan potensi pencemaran. Titik pertama berada di hulu sungai di Desa Giring, Kecamatan Manding, yang banyak aktivitas mandi dan mencuci. Titik kedua di tengah sungai di Desa Lalangon, Kecamatan Manding, dengan aktivitas saluran drainase. Titik ketiga di hilir sungai di Desa Kacongan, Kecamatan Kota Sumenep, yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian dan pembuangan sampah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2022 dengan pengukuran parameter secara in situ dan ex situ di laboratorium lingkungan hidup Kabupaten Sumenep. Data dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan baku mutu air kelas III yang diperuntukkan bagi pembudidayaan ikan tawar, peternakan, dan irigasi.
Kondisi Kualitas Air Sungai Patrean
Secara umum, kualitas air Sungai Patrean berada dalam kategori kelas I hingga IV berdasarkan parameter fisika dan kimia. Parameter seperti suhu, total dissolved solids (TDS), total suspended solids (TSS), pH, dan biochemical oxygen demand (BOD) masih memenuhi baku mutu kelas III. Namun, terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi standar, yaitu dissolved oxygen (DO) di stasiun hulu dengan nilai 2,74 mg/L (di bawah ambang batas 3 mg/L) dan chemical oxygen demand (COD) di stasiun hulu sebesar 51,2 mg/L serta di stasiun hilir sebesar 48 mg/L, yang melebihi batas maksimum 50 mg/L untuk kelas III.
Suhu air berkisar antara 27,73 hingga 28,73°C, masih sesuai dengan standar baku mutu air. Suhu tertinggi di hulu diduga akibat proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri yang meningkatkan kadar CO2 dan menurunkan oksigen terlarut, sehingga suhu naik. Suhu ini masih cocok untuk kehidupan biota air seperti ikan dan fitoplankton, yang idealnya berada di rentang 28-32°C.
Total Dissolved Solids (TDS)
Nilai TDS berkisar antara 330 hingga 375 mg/L, masih dalam batas aman menurut standar. Tingginya TDS di hulu dipengaruhi oleh aktivitas mandi dan mencuci yang menambah kandungan surfaktan, fosfat, dan garam dari deterjen. Peningkatan TDS dapat mengubah salinitas dan komposisi ion dalam air, yang berpotensi mengganggu keseimbangan biota air.
Total Suspended Solids (TSS)
TSS berkisar antara 0,67 hingga 4,83 mg/L, masih memenuhi standar. Nilai tertinggi terdapat di hilir, yang disebabkan oleh sedimentasi dari lahan terbuka dan limpasan pertanian membawa pasir dan pupuk ke sungai. Sedimentasi ini dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari, menghambat fotosintesis fitoplankton, dan menurunkan oksigen terlarut.
pH Air
pH air berkisar antara 7,17 hingga 8,37, menunjukkan kondisi netral hingga sedikit basa yang masih sesuai standar. Nilai pH yang lebih tinggi di tengah sungai dipengaruhi oleh proses fotosintesis fitoplankton yang mengurangi CO2 dan meningkatkan oksigen terlarut. pH yang stabil penting untuk kelangsungan hidup organisme air.
Dissolved Oxygen (DO)
DO di stasiun hulu sangat rendah, hanya 2,74 mg/L, di bawah ambang batas kelas III yang minimal 3 mg/L. Rendahnya DO disebabkan oleh aktivitas masyarakat seperti mandi dan mencuci yang menghasilkan busa deterjen menghambat difusi oksigen dari udara ke air. Proses dekomposisi bahan organik juga meningkatkan konsumsi oksigen. Kondisi ini berisiko menyebabkan kematian biota air akibat kekurangan oksigen.
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Nilai BOD berkisar antara 0,93 hingga 2,21 mg/L, masih dalam batas aman. Nilai tertinggi ditemukan di stasiun tengah, menandakan adanya beban pencemaran organik dari limbah domestik seperti sisa makanan dan air cucian yang dibuang ke sungai. BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik secara aerobik. Nilai BOD yang tinggi dapat menurunkan DO dan mengancam kehidupan akuatik.
Chemical Oxygen Demand (COD)
COD di stasiun hulu mencapai 51,2 mg/L dan di hilir sebesar 48 mg/L, keduanya melebihi batas maksimum kelas III yaitu 50 mg/L. COD mengukur total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik secara kimiawi, termasuk yang sulit terurai secara biologis. Tingginya COD menunjukkan pencemaran berat akibat limbah deterjen dan sampah plastik yang sulit terdegradasi, berpotensi menurunkan kualitas air dan kesehatan ekosistem.
Analisis Statistik
Analisis Principal Component Analysis (PCA) dan Cluster Analysis mengungkapkan bahwa ketiga stasiun memiliki karakteristik fisika-kimia yang berbeda namun memiliki kemiripan sebesar 98%. Stasiun hulu didominasi oleh suhu dan TDS tinggi, stasiun tengah oleh pH tinggi, dan stasiun hilir oleh TSS dan COD tinggi. Secara umum, dari hulu ke hilir terjadi peningkatan beban pencemar akibat aktivitas manusia yang semakin intensif.
Studi Kasus dan Implikasi
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumenep yang meningkat dari sekitar 1,08 juta jiwa pada 2018 menjadi 1,12 juta jiwa pada 2020 meningkatkan kebutuhan air bersih dan tekanan terhadap sumber daya air Sungai Patrean. Aktivitas masyarakat yang tidak terkelola dengan baik, seperti membuang limbah rumah tangga dan sampah ke sungai, menyebabkan penurunan kualitas air terutama di hulu dan hilir sungai. Studi ini menegaskan perlunya pengelolaan kualitas air dan zona riparian yang efektif untuk menjaga fungsi ekosistem sungai dan keberlanjutan pemanfaatan air bagi masyarakat.
Opini dan Kritik
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi kualitas air Sungai Patrean dengan menggunakan parameter fisika dan kimia yang relevan. Penggunaan metode purposive sampling dan perbandingan dengan standar baku mutu nasional memberikan validitas hasil yang kuat. Namun, penelitian ini dapat diperkuat dengan menambahkan parameter biologis seperti keanekaragaman plankton atau biomarker pencemaran untuk gambaran dampak yang lebih menyeluruh.
Selain itu, pengelolaan sungai Patrean harus melibatkan masyarakat secara aktif agar aktivitas yang merusak kualitas air dapat diminimalisir. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan pengawasan dan edukasi lingkungan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air ini.
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Patrean Kabupaten Sumenep secara umum masih memenuhi baku mutu kelas III untuk sebagian besar parameter fisika dan kimia. Namun, parameter DO di hulu dan COD di hulu serta hilir melebihi batas aman, menunjukkan adanya tekanan pencemaran dari aktivitas manusia. Dari hulu ke hilir terjadi peningkatan kualitas air, meskipun beban pencemar terus bertambah. Pengelolaan kualitas air dan zona riparian yang efektif sangat diperlukan untuk menjaga fungsi ekologis sungai dan keberlanjutan pemanfaatannya bagi masyarakat.
Sumber:
Alfatihah, A., Latuconsina, H., Prasetyo, H. D. (2022). Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Sungai Patrean Kabupaten Sumenep. AQUACOASTMARINE: Journal of Aquatic and Fisheries Sciences, 1(2), 76-84. ISSN 2829-1751.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Signifikansi Danau Lut Tawar bagi Aceh Tengah
Danau Lut Tawar yang terletak di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, merupakan danau vulkanik dengan luas sekitar 57 km² pada ketinggian 1230 mdpl. Danau ini tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata utama, tetapi juga sebagai sumber air bersih yang vital untuk pertanian, industri, dan perikanan di wilayah sekitarnya. Kualitas air danau menjadi indikator kesehatan ekosistem perairan dan sangat penting untuk keberlangsungan fungsi danau tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas air dan tingkat pencemaran di Danau Lut Tawar dengan menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi, serta metode STORET untuk penilaian status pencemaran.
Sampling dan Analisis Parameter Kualitas Air
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling di empat stasiun yang dipilih berdasarkan aktivitas di sekitar danau:
Setiap stasiun diambil dua sampel air (permukaan dan bawah permukaan) selama dua bulan berturut-turut. Parameter fisik yang diukur secara in situ meliputi suhu, pH, dan penetrasi cahaya. Parameter kimia dan biologi dianalisis di laboratorium, termasuk Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Nitrat, dan Fosfat.
Metode STORET digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003.
Kondisi Kualitas Air Danau Lut Tawar
Parameter Fisik
Parameter Kimia
Status Pencemaran
Berdasarkan metode STORET, semua stasiun menunjukkan status pencemaran dalam kategori cemar sedang dengan skor antara -22 hingga -24. Pencemaran ini terutama disebabkan oleh aktivitas budidaya ikan keramba jaring apung (KJA), limbah domestik, pertanian, dan sampah rumah tangga yang masuk ke danau.
Faktor Penyebab dan Dampak Pencemaran
Dampak pencemaran ini dapat mengganggu ekosistem danau, menurunkan kualitas air, dan berpotensi mengancam kesehatan masyarakat serta keberlanjutan aktivitas ekonomi di sekitar danau.
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini memberikan gambaran lengkap dan valid mengenai kualitas air Danau Lut Tawar dengan pendekatan multidisiplin dan data primer yang kuat. Hasilnya konsisten dengan studi lain yang menunjukkan bahwa danau di kawasan tropis dengan aktivitas manusia intensif cenderung mengalami pencemaran sedang akibat limbah organik dan nutrien.
Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas air secara umum masih dalam batas toleransi, yang membuka peluang untuk pengelolaan berkelanjutan dengan pengawasan ketat dan partisipasi masyarakat.
Rekomendasi dan Implikasi Pengelolaan
Kesimpulan
Kualitas air Danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah secara umum masih memenuhi baku mutu lingkungan, namun tergolong tercemar sedang berdasarkan metode STORET. Pencemaran terutama disebabkan aktivitas budidaya ikan, limbah domestik, dan pertanian. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga fungsi dan kelestarian danau sebagai sumber kehidupan masyarakat.
Sumber Asli Artikel
Rima Tamara, Ternala Alexander Barus, Hesti Wahyuningsih. 2022. Analisis Kualitas Air Danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Jurnal Serambi, Volume VII, No.4, Oktober 2022, Hal 4159-4167.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Mata Air Sebagai Sumber Kehidupan di Desa Tolnaku
Air merupakan elemen vital bagi kehidupan manusia, terutama air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Di banyak daerah pedesaan, mata air menjadi sumber utama air bagi masyarakat. Namun, mata air rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas manusia dan faktor alam. Penelitian oleh Susanti Y. Manune, Kristina Moi Nono, dan Demak E. R. Damanik (2019) meneliti kualitas air pada tiga sumber mata air penting di Desa Tolnaku, Kecamatan Fatule’u, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yaitu mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan sumber pencemar berdasarkan parameter fisik, kimia, dan biologi, serta membandingkannya dengan standar baku mutu air bersih.
Pengambilan Sampel dan Analisis Laboratorium
Penelitian dilakukan pada Desember 2017–Januari 2018 dengan metode survei deskriptif. Sampel air diambil dari tiga sumber mata air pada empat stasiun berbeda: titik mata air, 10 meter dari mata air, dan 20 meter dari mata air (untuk mata air terbuka Betmanu dan Oelmela), serta titik mata air saja (untuk mata air tertutup Oelekam). Pengukuran bau, suhu, pH, dan Total Dissolved Solid (TDS) dilakukan langsung di lokasi (in-situ) selama tiga hari. Analisis kualitas air (Total Suspended Solid/TSS, Chemical Oxygen Demand/COD, dan bakteri) dilakukan di Laboratorium FKIP Biologi dan Kimia, Undana Kupang. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Desa Tolnaku memiliki topografi bervariasi dengan iklim tropis kering. Mata air berada di tengah perkebunan masyarakat yang didominasi pohon kelapa dan pinang. Terdapat perbedaan pada penampungan mata air: Oelekam memiliki penutup dan pipa penyalur air bersih, sedangkan Betmanu dan Oelmela masih terbuka. Aktivitas masyarakat seperti mandi, mencuci, dan memberi minum hewan ternak dilakukan di sekitar mata air terbuka.
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Parameter Biologi
Analisis dan Diskusi: Faktor Pencemaran dan Risiko Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata air Betmanu memenuhi syarat sebagai air minum berdasarkan parameter fisik dan kimia, namun semua mata air tercemar secara mikrobiologis. Parameter COD pada mata air Oelmela dan Oelekam juga melampaui ambang batas.
Faktor pencemaran utama adalah:
Kondisi ini berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat Desa Tolnaku yang seringkali langsung meminum air tanpa direbus terlebih dahulu.
Perbandingan dengan Penelitian Lain dan Implikasi
Penelitian serupa di mata air Lahurus, Kabupaten Belu, NTT, juga menemukan nilai pH yang rendah dan keberadaan fecal coliform 34. Studi lain mengenai kualitas air tanah di Kupang menemukan bahwa aktivitas masyarakat dapat mencemari lingkungan sumber air 5. Hasil ini menggarisbawahi bahwa perlindungan dan pengelolaan sumber mata air secara berkelanjutan sangat penting untuk menjamin ketersediaan air bersih yang aman bagi masyarakat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam di Desa Tolnaku memenuhi syarat air minum berdasarkan parameter fisik (bau, suhu, TDS, TSS) dan pH, namun tidak memenuhi syarat karena tingginya kandungan bakteri coliform dan COD pada mata air Oelmela dan Oelekam12. Sumber pencemar berasal dari sampah organik, aktivitas manusia, dan kotoran hewan12.
Penelitian ini merekomendasikan:
Dengan pengelolaan yang baik, mata air di Desa Tolnaku dapat terus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.
Sumber Asli Artikel
Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. R. (2019). Analisis Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biotropikal Sains, 16(1), 40-5312.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Tantangan Kualitas Air Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung merupakan sungai terbesar yang melintasi wilayah Jakarta dan sekitarnya, memiliki peran penting sebagai sumber air untuk rekreasi, budidaya perikanan, dan penghijauan. Namun, kualitas airnya cenderung menurun akibat limbah domestik dan industri yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan memadai. Metode konvensional pemantauan kualitas air yang dilakukan dengan pengambilan sampel manual dan analisis laboratorium memiliki keterbatasan waktu dan cakupan data. Oleh karena itu, penelitian oleh Mohammad Haekal dan Wahyu Catur Wibowo (2023) mengadopsi pendekatan sains data dan pembelajaran mesin untuk memprediksi kualitas air Sungai Ciliwung secara lebih efektif dan akurat.
Pemanfaatan Teknologi ONLIMO dan Model Machine Learning
Penelitian menggunakan data hasil pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung selama satu tahun penuh (1 Januari–31 Desember 2018) yang diperoleh melalui teknologi Online Monitoring (ONLIMO) dari BPPT (sekarang BRIN). Data yang dikumpulkan sebanyak 5.476 poin pengukuran dengan interval satu jam, meliputi delapan parameter utama: pH, Dissolved Oxygen (DO), Nitrat, Kekeruhan, Total Dissolved Solids (TDS), Salinitas, Konduktivitas Listrik (DHL), dan Suhu.
Untuk memprediksi kualitas air, empat model pembelajaran mesin diuji, yaitu:
Data dibagi menjadi 80% untuk pelatihan dan 20% untuk pengujian, dengan pembersihan data anomali sekitar 0,67%.
Performa Model dan Evaluasi Akurasi
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Model JST diuji dengan 1, 3, 5, 7, dan 9 hidden layer, masing-masing dengan 3 node per layer. Model dengan 5 hidden layer menunjukkan performa terbaik dengan:
Model ini mampu memprediksi kategori kualitas air “memenuhi” dan “tidak memenuhi” baku mutu dengan tingkat kesalahan paling rendah dibanding konfigurasi lain.
Support Vector Machine (SVM)
Model SVM menunjukkan akurasi lebih rendah, yaitu 79,3%, dengan nilai recall 63,3% dan precision 56,7%. Hal ini menunjukkan SVM kurang optimal pada dataset besar dan kompleks seperti data kualitas air Ciliwung.
Random Forest
Random Forest memberikan hasil terbaik secara keseluruhan dengan akurasi mencapai 99,7%, recall dan specificity 100%, precision 99%, dan F1 Score 99,5%. Model ini sangat efektif mengklasifikasikan data kualitas air dengan kesalahan minimal (false positive dan false negative sangat kecil).
Naive Bayes
Naive Bayes memiliki akurasi 89,5%, recall 99,3%, dan precision 64,8%, menunjukkan performa cukup baik namun masih kalah dari JST dan Random Forest.
Studi Kasus: Prediksi Kualitas Air Sungai Ciliwung
Data pemantauan menunjukkan variasi kualitas air dengan beberapa titik waktu yang tidak memenuhi baku mutu, terutama pada parameter kekeruhan dan DO. Model Random Forest dan JST 5 hidden layer mampu memprediksi kondisi ini dengan sangat baik, memberikan peluang untuk pengelolaan sungai yang lebih responsif dan tepat waktu.
Analisis Kritis dan Nilai Tambah
Penelitian ini membuktikan bahwa metode pembelajaran mesin, terutama Random Forest dan JST, sangat efektif untuk memprediksi kualitas air sungai berdasarkan data pemantauan real-time. Pendekatan ini mengatasi keterbatasan metode konvensional yang lambat dan kurang responsif terhadap perubahan kualitas air secara dinamis.
Dibandingkan dengan studi lain, hasil ini konsisten dengan temuan bahwa Random Forest unggul dalam menangani dataset besar dan kompleks, sedangkan SVM kurang optimal pada skala data tersebut. Penelitian ini juga mengadopsi teknologi ONLIMO yang memungkinkan pengumpulan data berkala dan real-time, menjadikan prediksi lebih akurat dan aplikatif.
Kritik dan Saran Pengembangan
Kesimpulan
Model pembelajaran mesin Random Forest dan Jaringan Syaraf Tiruan dengan 5 hidden layer memiliki potensi besar untuk memprediksi kualitas air Sungai Ciliwung dengan akurasi tinggi, di atas 89%. Pendekatan ini dapat menjadi alat bantu penting bagi pengambil kebijakan dan pengelola lingkungan dalam menjaga kualitas air sungai secara berkelanjutan. Penelitian ini membuka peluang pengembangan sistem monitoring kualitas air yang lebih canggih dan responsif di masa depan.
Sumber Asli Artikel
Haekal, M., & Wibowo, W. C. (2023). Prediksi Kualitas Air Sungai Menggunakan Metode Pembelajaran Mesin: Studi Kasus Sungai Ciliwung. Jurnal Teknologi Lingkungan, 24(2), 273-282.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Tantangan Kualitas Air di Danau Toba
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, memiliki peranan penting sebagai sumber daya ekologis dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun, aktivitas manusia seperti limbah domestik, pertanian, perikanan, industri, dan pariwisata memberikan tekanan besar terhadap kualitas air danau ini. Penurunan kualitas air yang terjadi mengancam ekosistem dan kenyamanan masyarakat serta wisatawan. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara kontinyu dan real-time sangat dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan yang berkelanjutan.
Penelitian oleh Damayanti et al. (2022) memanfaatkan teknologi ONLIMO (Online Monitoring) yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memantau kualitas air Danau Toba secara online dan real-time. Studi ini bertujuan mengukur dan menganalisis status mutu air di dua stasiun pengamatan di Kabupaten Toba, yaitu di Desa Marom (STO11) dan Desa Pardamean Ajibata (STO12).
Teknologi ONLIMO dan Parameter Pengukuran
Pemantauan dilakukan pada bulan Desember 2017 dengan pengambilan data setiap satu jam selama 24 jam penuh. Teknologi ONLIMO menggunakan multiprobe sensor yang mampu mengukur berbagai parameter penting kualitas air, yaitu:
Data yang dikumpulkan oleh sensor disimpan dalam data logger dan dikirim secara otomatis ke server pusat melalui jaringan GSM untuk dianalisis menggunakan metode STORET. Metode ini membandingkan data kualitas air dengan baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990.
Status Mutu Air di Dua Stasiun
Suhu dan pH
Dissolved Oxygen (DO)
Kekeruhan (Turbidity)
Daya Hantar Listrik (DHL) dan Total Dissolved Solids (TDS)
Nitrat dan Amonia
Analisis Status Mutu Air Menggunakan Metode STORET
Berdasarkan skor STORET, status mutu air di stasiun 1 (Marom) tergolong kelas B (cemar ringan) dengan skor antara -10 hingga -5, tanpa perubahan signifikan selama pengamatan. Sedangkan di stasiun 2 (Ajibata) status mutu air bervariasi antara kelas A (baik), B (cemar ringan), dan C (cemar sedang) dengan skor antara 0 hingga -15, menunjukkan penurunan kualitas air selama periode pengamatan.
Parameter yang paling berkontribusi terhadap pencemaran di stasiun 1 adalah DO dan kekeruhan, sementara di stasiun 2 adalah kekeruhan, DO, dan amonia.
Studi Kasus dan Implikasi
Stasiun 2 yang berada di kawasan pariwisata dan pelabuhan Ajibata menunjukkan kualitas air yang lebih buruk dibandingkan stasiun 1 di Marom. Tingginya kekeruhan dan amonia di Ajibata kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti limbah domestik, pariwisata, dan transportasi air. Kondisi ini mengancam ekosistem dan kenyamanan wisatawan, serta berpotensi merusak habitat biota air.
Nilai Tambah dan Kritik
Penelitian ini menawarkan pendekatan modern dengan teknologi ONLIMO yang memungkinkan pemantauan kualitas air secara online, real-time, dan kontinyu. Hal ini mengatasi kendala pemantauan manual seperti jarak lokasi ke laboratorium, biaya tinggi, dan keterlambatan pelaporan.
Namun, keterbatasan penelitian adalah cakupan waktu yang hanya satu bulan dan hanya dua stasiun, sehingga belum menggambarkan dinamika musiman dan spasial secara menyeluruh. Penambahan titik pengamatan dan periode monitoring yang lebih panjang akan meningkatkan representasi data.
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Pemanfaatan teknologi telemetri dan sensor multiparameter untuk monitoring kualitas air sesuai dengan tren global dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Sistem seperti ONLIMO mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama target air bersih dan sanitasi. Selain itu, data real-time membantu pengambil kebijakan dan pengelola lingkungan dalam mengambil tindakan cepat untuk mencegah pencemaran lebih lanjut.
Kesimpulan
Kualitas air Danau Toba di Kabupaten Toba pada bulan Desember 2017 secara umum tergolong tercemar ringan, terutama di kawasan Ajibata yang dipengaruhi aktivitas manusia dan pariwisata. Parameter DO, kekeruhan, dan amonia menjadi indikator utama pencemaran. Teknologi ONLIMO terbukti efektif untuk monitoring kualitas air secara online dan real-time, memberikan data yang akurat dan cepat. Pengembangan dan perluasan sistem ini sangat direkomendasikan untuk pengelolaan dan konservasi Danau Toba yang lebih baik.
Sumber Asli Artikel
Damayanti, A. A., Wahjono, H. D., & Santoso, A. D. (2022). Pemantauan Kualitas Air Secara Online dan Analisis Status Mutu Air di Danau Toba, Sumatera Utara. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 9(3), 113-120.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Pentingnya Kualitas Air Sungai untuk Kehidupan Masyarakat Tasikmalaya
Kabupaten Tasikmalaya, dengan populasi hampir 2 juta jiwa, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya air, khususnya kualitas air sungai yang menjadi sumber utama air baku bagi kebutuhan domestik, pertanian, dan sanitasi. Aktivitas manusia seperti industri, pertanian, dan pemukiman yang belum terkelola dengan baik menyebabkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kesehatan dan ekosistem. Penelitian oleh Vita Meylani, Frista Mutiara, dan Farhan Fuadi Muslim (2024) ini bertujuan memantau dan menganalisis kualitas air di sembilan titik sungai di Kabupaten Tasikmalaya dengan menguji parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi, serta membandingkan hasilnya dengan baku mutu nasional.
Metodologi: Sampling dan Pengujian Parameter Kualitas Air
Penelitian menggunakan metode grab sampling di sembilan titik strategis yang mewakili hulu dan hilir sungai di lima DAS utama Kabupaten Tasikmalaya. Pengujian dilakukan secara in situ menggunakan alat portable dan ex situ di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Parameter yang diuji meliputi:
Baku mutu yang dijadikan acuan adalah Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 (fisik dan kimia) dan Permenkes No. 02 Tahun 2023 (mikrobiologi).
Hasil Studi: Gambaran Kualitas Air di Kabupaten Tasikmalaya
Parameter Fisik
Parameter Kimia
Parameter Mikrobiologi
Dampak Aktivitas Manusia dan Kondisi Lingkungan
Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian
Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi kualitas air sungai di Tasikmalaya dengan pendekatan multidisiplin dan data primer yang kuat. Hasilnya menegaskan bahwa sebagian besar sungai masih memenuhi baku mutu untuk kelas II (irigasi, peternakan), tetapi belum aman untuk kebutuhan sanitasi dan hygiene rumah tangga karena kontaminasi mikrobiologis dan parameter fisik yang melampaui standar.
Dibandingkan dengan penelitian lain di wilayah serupa, pola pencemaran yang dominan berasal dari limbah domestik dan aktivitas pertambangan, yang merupakan tantangan umum di daerah semi-urban dan rural Indonesia. Penelitian ini juga relevan dengan tren global mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya air secara terpadu dan berbasis data.
Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan
Kesimpulan
Kualitas air sungai di Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih memenuhi baku mutu kelas II untuk irigasi, peternakan, dan beberapa kebutuhan rumah tangga, tetapi belum aman untuk sanitasi dan hygiene karena pencemaran mikrobiologis dan fisik yang tinggi. Dua titik sungai di hilir menunjukkan kondisi paling buruk akibat aktivitas manusia dan industri. Penelitian ini menegaskan perlunya tindakan terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga kualitas air demi kesehatan masyarakat dan kelestarian ekosistem.
Sumber Asli Artikel
Meylani, V., Mutiara, F., & Muslim, F.F. (2024). Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tasikmalaya. Journal of Natural Sciences, 5(1), 64–76.