Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tasikmalaya – Studi Komprehensif Parameter Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

10 Juni 2025, 14.58

pixabay.com

Pentingnya Kualitas Air Sungai untuk Kehidupan Masyarakat Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya, dengan populasi hampir 2 juta jiwa, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya air, khususnya kualitas air sungai yang menjadi sumber utama air baku bagi kebutuhan domestik, pertanian, dan sanitasi. Aktivitas manusia seperti industri, pertanian, dan pemukiman yang belum terkelola dengan baik menyebabkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kesehatan dan ekosistem. Penelitian oleh Vita Meylani, Frista Mutiara, dan Farhan Fuadi Muslim (2024) ini bertujuan memantau dan menganalisis kualitas air di sembilan titik sungai di Kabupaten Tasikmalaya dengan menguji parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi, serta membandingkan hasilnya dengan baku mutu nasional.

Metodologi: Sampling dan Pengujian Parameter Kualitas Air

Penelitian menggunakan metode grab sampling di sembilan titik strategis yang mewakili hulu dan hilir sungai di lima DAS utama Kabupaten Tasikmalaya. Pengujian dilakukan secara in situ menggunakan alat portable dan ex situ di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Parameter yang diuji meliputi:

  • Fisika: bau dan warna, kekeruhan (NTU), total dissolved solids (TDS), suhu air.
  • Kimia: pH dan dissolved oxygen (DO).
  • Mikrobiologi: total coliform dan Escherichia coli (MPN/100 mL).

Baku mutu yang dijadikan acuan adalah Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 (fisik dan kimia) dan Permenkes No. 02 Tahun 2023 (mikrobiologi).

Hasil Studi: Gambaran Kualitas Air di Kabupaten Tasikmalaya

Parameter Fisik

  • Bau dan Warna: Rata-rata air tidak berbau, namun warna rata-rata mencapai 159,75 Pt-Co, melebihi baku mutu (50 Pt-Co). Dua titik di hilir (AS-7 dan AS-8) berbau besi akibat aktivitas tambang pasir besi.
  • Kekeruhan: Rata-rata 61,87 NTU, jauh di atas batas baku mutu (<3 NTU). Titik terbaik adalah Hulu Sungai Cibanjaran dan Mata Air Cipondoh dengan nilai <3 NTU.
  • TDS: Rata-rata 410,58 mg/L, masih memenuhi baku mutu kelas II tapi belum layak untuk sanitasi rumah tangga.
  • Suhu: Berkisar 23–29℃, rata-rata 27,83℃, sesuai standar dan mendukung kehidupan akuatik.

Parameter Kimia

  • pH: Rata-rata 8,13, berkisar 7,05–8,62, menunjukkan kondisi air cenderung basa dan masih sesuai standar.
  • DO: Rata-rata 6,52 mg/L, namun beberapa titik belum memenuhi baku mutu kelas II karena pengaruh sedimentasi dan limbah.

Parameter Mikrobiologi

  • Total Coliform: Rata-rata 1079,88 MPN/100 mL, melebihi batas baku mutu (5.000 MPN/100 mL untuk kelas II, 0 untuk sanitasi). Dua titik terbaik (AS-1 dan AS-4) mendekati standar.
  • Escherichia coli: Rata-rata 1080,67 MPN/100 mL, hanya Mata Air Cipondoh (AS-4) yang memenuhi standar sanitasi dengan nilai <1 MPN/100 mL. Titik lain menunjukkan kontaminasi tinggi, terutama di musim hujan.

Dampak Aktivitas Manusia dan Kondisi Lingkungan

  • Dua titik sungai (AS-7 dan AS-8) yang berdekatan dengan tambang pasir besi dan kawasan pemukiman menunjukkan kualitas air paling buruk, dengan bau besi, kekeruhan tinggi, dan kontaminasi mikrobiologis serius.
  • Mata Air Cipondoh (AS-4) menjadi sumber air PDAM dan satu-satunya titik yang memenuhi standar sanitasi, menunjukkan pentingnya konservasi sumber mata air.
  • Aktivitas masyarakat yang masih memanfaatkan air sungai untuk mandi, cuci, kakus (MCK), dan pembuangan limbah domestik memperparah pencemaran.

Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian

Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi kualitas air sungai di Tasikmalaya dengan pendekatan multidisiplin dan data primer yang kuat. Hasilnya menegaskan bahwa sebagian besar sungai masih memenuhi baku mutu untuk kelas II (irigasi, peternakan), tetapi belum aman untuk kebutuhan sanitasi dan hygiene rumah tangga karena kontaminasi mikrobiologis dan parameter fisik yang melampaui standar.

Dibandingkan dengan penelitian lain di wilayah serupa, pola pencemaran yang dominan berasal dari limbah domestik dan aktivitas pertambangan, yang merupakan tantangan umum di daerah semi-urban dan rural Indonesia. Penelitian ini juga relevan dengan tren global mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya air secara terpadu dan berbasis data.

Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan

  • Penguatan pengawasan dan pengelolaan limbah domestik dan industri agar tidak mencemari sungai.
  • Edukasi masyarakat tentang dampak pencemaran dan pentingnya menjaga kebersihan sungai.
  • Pengembangan sistem monitoring kualitas air secara berkala menggunakan teknologi portable dan biosensor.
  • Konservasi dan perlindungan sumber mata air seperti Mata Air Cipondoh yang menjadi sumber air bersih utama.
  • Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

Kesimpulan

Kualitas air sungai di Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih memenuhi baku mutu kelas II untuk irigasi, peternakan, dan beberapa kebutuhan rumah tangga, tetapi belum aman untuk sanitasi dan hygiene karena pencemaran mikrobiologis dan fisik yang tinggi. Dua titik sungai di hilir menunjukkan kondisi paling buruk akibat aktivitas manusia dan industri. Penelitian ini menegaskan perlunya tindakan terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga kualitas air demi kesehatan masyarakat dan kelestarian ekosistem.

Sumber Asli Artikel

Meylani, V., Mutiara, F., & Muslim, F.F. (2024). Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tasikmalaya. Journal of Natural Sciences, 5(1), 64–76.