Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Pentingnya Kualitas Air untuk Perikanan dan Ekosistem Danau
Danau Hanjalutung, yang terletak di Kelurahan Petuk Katimpun, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, merupakan danau oxbow yang memiliki peranan penting sebagai sumber daya perairan untuk kegiatan perikanan masyarakat setempat. Dengan luas sekitar 11,7 hektar dan kedalaman maksimum mencapai 8 meter, danau ini menjadi habitat alami sekaligus area budidaya ikan yang produktif. Namun, tekanan lingkungan dari aktivitas manusia, terutama budidaya ikan dan limbah domestik, menuntut evaluasi kualitas air secara menyeluruh untuk menjaga kelestarian danau serta keberlanjutan usaha perikanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosana Elvince dan Kembarawati (2021) bertujuan menganalisis kualitas air Danau Hanjalutung berdasarkan parameter fisika dan kimia, serta membandingkannya dengan standar baku mutu air yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II dan III. Studi ini penting sebagai dasar pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan sebagai acuan bagi pengembangan budidaya ikan yang ramah lingkungan.
Metode Penelitian: Pengambilan Sampel dan Parameter yang Dianalisis
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2019 dengan pengambilan sampel air dilakukan sebanyak tiga kali selama tiga minggu berturut-turut di tiga stasiun berbeda di Danau Hanjalutung. Pengukuran parameter fisika seperti suhu, kecerahan, kedalaman, total dissolved solid (TDS), dan total suspended solid (TSS) dilakukan langsung di lapangan. Sementara parameter kimia seperti pH, dissolved oxygen (DO), nitrat, pospat, biochemical oxygen demand (BOD), dan chemical oxygen demand (COD) dianalisis di laboratorium BBTKLPP Banjarbaru.
Data hasil pengukuran kemudian dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan standar baku mutu air kelas II dan III sesuai PP No. 82 Tahun 2001, yang mengatur mutu air untuk berbagai peruntukan seperti perikanan, irigasi, dan rekreasi.
Hasil Penelitian: Gambaran Kualitas Air Danau Hanjalutung
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Studi Kasus: Dampak Budidaya Ikan terhadap Kualitas Air Danau
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas air Danau Hanjalutung adalah aktivitas budidaya ikan lokal yang dilakukan di sekitar Stasiun 2, yang memiliki kedalaman paling dalam. Kegiatan budidaya ini diduga menyebabkan peningkatan bahan organik di perairan, yang tercermin dari tingginya nilai BOD dan COD, terutama di Stasiun 1 yang berdekatan dengan area budidaya.
Tingginya BOD berarti mikroorganisme membutuhkan lebih banyak oksigen untuk menguraikan bahan organik, sehingga mengurangi kadar oksigen terlarut yang tersedia bagi ikan dan organisme lain. Kondisi ini dapat menyebabkan stres oksigen pada biota air dan memicu kematian massal jika tidak dikendalikan. Selain itu, proses dekomposisi bahan organik juga dapat menghasilkan gas berbau tidak sedap seperti metana dan hidrogen sulfida, yang mengganggu kualitas lingkungan danau.
Analisis Tambahan dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan beberapa studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa budidaya ikan intensif tanpa pengelolaan limbah yang baik berpotensi meningkatkan pencemaran organik di perairan. Misalnya, penelitian Tatangindatu et al. (2011) di Danau Tondano juga melaporkan tingginya BOD akibat sisa pakan dan limbah peternakan.
Namun, nilai parameter lain seperti nitrat dan fosfat yang masih rendah dan berada di bawah ambang batas menunjukkan bahwa Danau Hanjalutung belum mengalami eutrofikasi parah. Hal ini memberikan peluang bagi pengelolaan yang lebih baik untuk menjaga kualitas air dan mendukung keberlanjutan perikanan.
Dari perspektif pengelolaan sumber daya air, hasil ini menegaskan pentingnya penerapan prinsip pengelolaan terpadu, termasuk pengendalian pemberian pakan berlebih, pengelolaan limbah budidaya, serta pemantauan kualitas air secara berkala. Pendekatan ini sejalan dengan tren global dalam pengelolaan perairan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum kualitas air Danau Hanjalutung masih memenuhi standar baku mutu air kelas II dan III untuk sebagian besar parameter fisika dan kimia. Namun, beberapa parameter penting seperti BOD dan COD telah melebihi batas baku mutu, yang mengindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang cukup tinggi, terutama akibat aktivitas budidaya ikan.
Rekomendasi utama yang dapat diambil adalah:
Dengan langkah-langkah tersebut, Danau Hanjalutung dapat terus berfungsi sebagai sumber daya perairan yang produktif dan lestari, mendukung ketahanan pangan lokal melalui perikanan yang berkelanjutan.
Sumber:
Elvince, R., dan Kembarawati. (2021). Kajian Kualitas Air Danau Hanjalutung untuk Kegiatan Perikanan di Kelurahan Petuk Katimpun, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 09, No. 1, 029-041.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Danau Hias Crown Golf, yang terletak di kawasan pemukiman Cluster Crown Golf, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, berfungsi sebagai elemen estetika sekaligus penampung limpasan air hujan dan pengatur hidrodinamika untuk mencegah banjir. Namun, aktivitas antropogenik di sekitar danau ini berpotensi memasukkan limbah yang dapat meningkatkan konsentrasi nutrien, khususnya nitrogen (N) dan fosfor (P), yang berimplikasi pada penurunan kualitas air dan fungsi ekologis danau. Penelitian oleh Widigdo et al. (2020) bertujuan mengevaluasi kualitas air Danau Hias Crown Golf berdasarkan kandungan nutrien N dan P selama satu tahun pengamatan dari September 2018 hingga Agustus 2019 di empat titik pengamatan.
Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan di empat stasiun yang tersebar di danau, dengan Stasiun 1 sebagai inlet penghubung dengan danau lain, Stasiun 2 dan 3 di bagian tengah danau, dan Stasiun 4 di dekat saluran air Cluster Crown Golf. Parameter utama yang diukur meliputi nitrogen total, amonia, nitrit, nitrat, fosfat total, dan ortofosfat, serta parameter fisik seperti suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, dan kedalaman. Analisis laboratorium mengikuti standar APHA (2017). Data curah hujan diperoleh dari BMKG untuk menentukan musim hujan dan kemarau, yang berpengaruh pada fluktuasi nutrien. Evaluasi kualitas air dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu kelas II sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 serta menggunakan Water Quality Index (WQI) dan Indeks Pencemaran (IP) berbasis kandungan N dan P.
Hasil Penelitian
Kondisi Fisik dan Kimia Air
Suhu air berkisar antara 27,6 hingga 32,3°C, masih dalam batas deviasi ±3°C dari standar baku mutu. pH air berada di rentang 7,0 hingga 8,4, menunjukkan kondisi netral hingga sedikit basa yang sesuai standar kelas II (6–9). Oksigen terlarut (DO) menunjukkan variasi yang cukup besar, dari 0,9 hingga 9,2 mg/L, dengan nilai terendah di Stasiun 4 yang rata-rata hanya 3,2 mg/L, mengindikasikan potensi stres oksigen bagi biota air di lokasi tersebut. Kedalaman danau berkisar antara 77 hingga 120 cm, dan salinitas rendah antara 0,3 hingga 0,9 o/oo.
Fluktuasi Nutrien Nitrogen dan Fosfor
Konsentrasi nitrogen total selama pengamatan relatif stabil dengan fluktuasi rendah, namun amonia menunjukkan variasi yang lebih besar, terutama di Stasiun 4 yang cenderung memiliki konsentrasi amonia tertinggi hingga 6,23 mg/L. Nitrit dan nitrat cenderung lebih rendah saat musim hujan dibandingkan musim kemarau, dengan nitrit mencapai maksimum 1,91 mg/L dan nitrat hingga 2,20 mg/L. Fosfat total berkisar antara 0,26 hingga 1,33 mg/L, melebihi baku mutu 0,2 mg/L, terutama di Stasiun 4 yang juga menunjukkan konsentrasi ortofosfat tertinggi hingga 0,65 mg/L. Kenaikan fosfat ini diduga berasal dari limbah domestik seperti deterjen dan hasil dekomposisi bahan organik.
Rasio Nitrogen terhadap Fosfor (N/P)
Rasio N/P rata-rata yang ditemukan sangat tinggi, yaitu 51:1, jauh melampaui rasio ideal 16:1 yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton metabolisme normal. Rasio tinggi ini menunjukkan bahwa fosfor menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan fitoplankton di danau ini. Konsentrasi fosfat yang melebihi kebutuhan fitoplankton berpotensi memicu blooming fitoplankton yang berlebihan dan menyebabkan eutrofikasi.
Tingkat Pencemaran Berdasarkan WQI dan IP
Berdasarkan Water Quality Index (WQI), tingkat pencemaran Danau Hias Crown Golf bervariasi dari sedang hingga buruk selama periode pengamatan, sedangkan Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan kondisi dari cemar ringan hingga cemar sedang. Nilai WQI terendah tercatat pada bulan Oktober 2018 dengan nilai 37,27–48,18 (kategori buruk), sementara nilai tertinggi pada Agustus 2019 mencapai 50,00–70,00 (kategori sedang-buruk). IP berkisar antara 4,53 hingga 7,69, menandakan pencemaran yang signifikan terutama akibat tingginya konsentrasi nutrien N dan P.
Studi Kasus: Dampak Limbah Domestik di Stasiun 4
Stasiun 4, yang terletak dekat saluran air Cluster Crown Golf, menunjukkan konsentrasi nitrogen total dan amonia tertinggi dibandingkan stasiun lain. Hal ini diduga kuat berasal dari limbah domestik yang langsung dibuang ke danau melalui saluran pembuangan ilegal meskipun sudah tersedia Sewage Treatment Plant (STP) di perumahan tersebut. Limbah rumah tangga seperti air cucian, limbah dapur, dan feses manusia mengandung nitrogen dan fosfor dalam jumlah signifikan, yang berkontribusi pada peningkatan nutrien di perairan. Kondisi oksigen terlarut yang rendah di stasiun ini juga menghambat proses nitrifikasi, sehingga amonia menumpuk dan memperburuk kualitas air.
Analisis dan Diskusi
Kondisi nutrien yang tinggi, khususnya fosfor dan amonia, menunjukkan bahwa Danau Hias Crown Golf telah mengalami proses eutrofikasi yang dapat mengganggu fungsi ekologis dan estetika danau. Warna air yang cenderung hijau kecoklatan mengindikasikan dominasi fitoplankton kelas Bacillariophyceae (diatom), yang dapat menurunkan kualitas air dan mengancam keberagaman biota air.
Fenomena fluktuasi nutrien yang lebih rendah pada musim hujan dibanding kemarau disebabkan oleh pengenceran akibat curah hujan tinggi, sementara musim kemarau yang lebih panjang menyebabkan akumulasi nutrien lebih tinggi. Hal ini konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan pengaruh musim terhadap konsentrasi nutrien di perairan dangkal.
Meskipun kualitas air secara umum masih memenuhi baku mutu kelas II untuk kegiatan rekreasi, tingginya rasio N/P dan nilai indeks pencemaran mengindikasikan potensi risiko ekologis yang perlu ditangani segera. Penemuan saluran pembuangan limbah ilegal yang masih aktif menjadi sumber utama pencemaran dan perlu penertiban oleh pengelola dan pemerintah setempat.
Nilai Tambah dan Kaitan dengan Tren Industri
Penelitian ini relevan dengan tren pengelolaan kualitas air di kawasan urban yang semakin menuntut pengendalian pencemaran nutrien sebagai upaya mencegah eutrofikasi dan menjaga fungsi ekosistem perairan buatan. Pengelolaan limbah domestik yang efektif, peningkatan kapasitas dan kualitas STP, serta edukasi masyarakat tentang dampak pembuangan limbah sembarangan menjadi kunci keberhasilan.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi penting bagi pengembang perumahan dan pengelola danau hias di kawasan urban lain dalam mengimplementasikan sistem pengelolaan air limbah terpadu dan pengawasan kualitas air secara berkala.
Kesimpulan
Sumber:
Widigdo, B., Hariyadi, S., Iswantari, A., & Pangaribuan, A. (2020). Evaluasi kualitas air Danau Hias Crown Golf, Jakarta Utara berdasarkan kandungan N dan P. Habitus Aquatica, 1(2), 28–37. ISSN 2721-1525.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Sungai Ogan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, menjadi sumber utama air baku bagi PDAM dan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Namun, sungai ini menghadapi tekanan pencemaran akibat aktivitas domestik dan industri rumah tangga. Penelitian oleh Sari dan Wijaya (2019) bertujuan menentukan status mutu air Sungai Ogan secara komprehensif menggunakan metode indeks pencemaran serta merumuskan strategi pengendalian pencemaran yang efektif dan aplikatif.
Penelitian menggunakan metode purposive sampling dengan pengambilan sampel di lima titik lokasi strategis sepanjang Sungai Ogan, mulai dari hulu hingga hilir. Parameter yang diukur meliputi sepuluh variabel fisika, kimia, dan biologi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 16/2005. Parameter tersebut adalah suhu, kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS), pH, oksigen terlarut (DO), biochemical oxygen demand (BOD), nitrat, fosfat, MBAS (surfactant), dan fecal coliform. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan tiga kali ulangan.
Status mutu air ditentukan menggunakan metode indeks pencemaran menurut Kepmen LH No. 115 Tahun 2003, yang mengkategorikan mutu air ke dalam empat kelas: baik, tercemar ringan, tercemar sedang, dan tercemar berat berdasarkan rasio konsentrasi parameter terhadap baku mutu.
Hasil dan Pembahasan
Hasil menunjukkan bahwa total padatan tersuspensi (TSS) di Sungai Ogan berkisar antara 12,4 hingga 268 mg/L, dengan nilai tertinggi di Stasiun 3 (Kelurahan Kemalaraja) yang merupakan kawasan padat penduduk. Nilai TSS ini jauh melebihi baku mutu sebesar 50 mg/L, terutama pada pagi hari saat aktivitas rumah tangga seperti mandi dan mencuci meningkat serta debit sungai bertambah. Kekeruhan air juga tinggi, berkisar antara 13,8 hingga 326 NTU, dengan nilai tertinggi di lokasi yang sama dan waktu yang sama, menunjukkan korelasi erat antara aktivitas manusia dan peningkatan sedimentasi tersuspensi.
Suhu air berkisar antara 26 hingga 27°C, masih memenuhi standar baku mutu yang memperbolehkan penyimpangan suhu maksimum hingga 3°C. pH air berkisar antara 7,0 hingga 7,7, menunjukkan kondisi netral hingga sedikit basa, sesuai dengan standar baku mutu (6-9).
Kadar oksigen terlarut (DO) bervariasi, dengan nilai tertinggi 9,6 mg/L di Stasiun 5 dan nilai terendah 4,91 mg/L di Stasiun 2, yang berada di bawah standar minimum 6 mg/L. Rendahnya DO di Stasiun 2 terkait dengan tingginya bahan organik dari limbah industri rumah tangga seperti produksi tempe dan tahu, yang meningkatkan biochemical oxygen demand (BOD). Nilai BOD di Sungai Ogan berkisar antara 1,21 hingga 4,57 mg/L, dengan nilai tertinggi di Stasiun 2 yang melebihi baku mutu 2 mg/L, menandakan pencemaran organik yang signifikan.
Konsentrasi nitrat relatif rendah, berkisar antara 0,05 hingga 0,3 mg/L, masih jauh di bawah baku mutu 10 mg/L. Namun, fosfat menunjukkan konsentrasi antara 0,01 hingga 0,64 mg/L, dengan nilai tertinggi di Stasiun 3 yang melebihi baku mutu 0,2 mg/L, yang mengindikasikan adanya limbah metabolisme hewan dan aktivitas domestik yang berkontribusi pada pencemaran nutrien.
Kadar MBAS, indikator kandungan deterjen, berkisar antara 0,005 hingga 1,88 mg/L. Semua titik pantau memenuhi baku mutu kecuali Stasiun 5 pada pagi hari yang melebihi batas maksimal 0,2 mg/L, menunjukkan adanya limbah deterjen yang mencemari sungai. Sementara itu, hasil pengujian fecal coliform negatif di semua stasiun, menandakan tidak adanya kontaminasi bakteri patogen yang signifikan.
Berdasarkan perhitungan indeks pencemaran, seluruh stasiun menunjukkan status mutu air tercemar ringan dengan nilai indeks antara 1,3 hingga 2,3. Nilai tertinggi terdapat di Stasiun 3 dan 4 yang merupakan kawasan pemukiman padat penduduk, mengindikasikan tekanan pencemaran yang lebih besar di area tersebut.
Studi Kasus: Dampak Limbah Industri Rumah Tangga di Stasiun 2
Stasiun 2, yang berada di Desa Kebun Jeruk, menjadi contoh nyata dampak limbah industri rumah tangga, khususnya produksi tempe dan tahu, terhadap kualitas air. Nilai BOD yang mencapai 4,57 mg/L menunjukkan tingginya bahan organik yang dibuang ke sungai. Limbah ini menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut hingga 4,91 mg/L, di bawah standar minimum, yang berpotensi mengancam kehidupan biota air. Kondisi ini menegaskan perlunya pengelolaan limbah industri yang lebih baik dan pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah cair.
Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai Ogan
Penelitian ini mengusulkan beberapa strategi pengendalian pencemaran yang relevan dan aplikatif, terutama di kawasan dengan nilai indeks pencemaran tinggi seperti Stasiun 3 dan 4. Pertama, pengurangan beban pencemaran melalui keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan sungai, termasuk pengelolaan sampah rumah tangga dan limbah domestik agar tidak dibuang langsung ke sungai. Kedua, peningkatan efektivitas pengelolaan dan manajemen Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), terutama yang bersifat komunal, dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam teknis pengelolaannya.
Selanjutnya, penegakan hukum dan pengawasan terhadap industri rumah tangga perlu diperkuat, termasuk pemberian sanksi tegas bagi pelaku yang melanggar aturan pembuangan limbah. Pemantauan rutin kualitas air dan pemetaan sumber pencemar potensial juga sangat penting agar permasalahan dapat segera diatasi secara tepat sasaran. Terakhir, peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi menjadi kunci keberhasilan pengendalian pencemaran demi kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.
Opini dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Pendekatan indeks pencemaran yang digunakan dalam penelitian ini memberikan gambaran yang jelas dan mudah dipahami mengenai kondisi kualitas air Sungai Ogan. Metode ini lebih fokus pada parameter pencemaran yang relevan dengan kondisi lokal, seperti BOD dan fosfat, dibandingkan dengan metode Water Quality Index (WQI) yang sebelumnya digunakan dan menghasilkan klasifikasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa indeks pencemaran dapat menjadi alat yang efektif untuk monitoring dan pengambilan keputusan pengelolaan sungai.
Dari perspektif global, pengelolaan sungai yang melibatkan partisipasi masyarakat dan pengawasan ketat terhadap limbah industri merupakan tren utama dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip Integrated River Basin Management (IRBM) yang menekankan keterlibatan multi-pihak dan pengelolaan terpadu untuk menjaga kualitas dan kuantitas air.
Kesimpulan
Status mutu air Sungai Ogan berdasarkan indeks pencemaran berada dalam kategori tercemar ringan dengan nilai indeks antara 1,3 hingga 2,3 di lima titik pengambilan sampel. Parameter utama yang menjadi indikator pencemaran adalah TSS, kekeruhan, BOD, dan fosfat. Strategi pengendalian yang diusulkan menitikberatkan pada pengurangan beban pencemaran melalui pengelolaan limbah yang lebih baik, penguatan peran masyarakat, serta pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pencemaran. Pendekatan ini dapat menjadi model pengelolaan sungai yang efektif dan berkelanjutan, khususnya di daerah dengan kondisi serupa.
Sumber:
Sari, E.K., dan Wijaya, O.E. (2019). Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran dan Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Ilmu Lingkungan, 17(3), 486-491. ISSN 1829-8907.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Mengungkap Kondisi Danau Balang Tonjong
Danau Balang Tonjong di Kota Makassar memegang peranan penting sebagai kawasan resapan air dan area budidaya. Namun, pertumbuhan eceng gondok yang pesat di danau ini menjadi indikasi adanya masalah pencemaran. Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Haikal Ahram (2024) bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air danau dengan mengukur berbagai parameter pencemaran dan mengklasifikasikan status pencemarannya menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP)1. Penelitian ini menyoroti perlunya pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak pencemaran terhadap kesehatan masyarakat1.
Metode Penelitian: Pendekatan Komprehensif
Penelitian ini dilakukan di Danau Balang Tonjong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar pada bulan Oktober 20231. Metode survei digunakan untuk penelitian kuantitatif ini, dengan pengambilan sampel air permukaan mengikuti SNI 6989-57:20081. Delapan titik pengambilan sampel dipilih untuk mewakili berbagai kondisi di sekitar danau, termasuk aliran masuk sungai, saluran drainase domestik dan pertanian, serta lokasi keluarnya air danau1.
Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH, DHL, TDS (diukur in-situ), DO, NO3, NO2, NH3, PO3, dan Total Coliform (diukur di laboratorium)1. Data dianalisis menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, dengan membandingkan nilai parameter dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 20211.
Hasil Penelitian: Gambaran Kualitas Air yang Mengkhawatirkan
Parameter Kualitas Air dan Pelanggaran Baku Mutu
Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat pencemaran yang signifikan di sebagian besar titik sampel, terutama pada parameter TDS, COD, BOD, dan Total Coliform1.
Status Mutu Air
Metode Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan status mutu air yang bervariasi1:
Titik T-3 memiliki nilai IP tertinggi (8.60) dan dikategorikan sebagai cemar sedang1. Variabel pencemar utama adalah amonia, fosfat, dan Total Coliform1.
Dampak Aktivitas Manusia dan Strategi Pengendalian
Penelitian ini mengidentifikasi aktivitas manusia, terutama permukiman padat dan pertanian, sebagai sumber utama pencemaran di Danau Balang Tonjong1. Pembuangan limbah domestik dan penggunaan pupuk yang berlebihan berkontribusi pada tingginya kadar amonia, fosfat, dan Total Coliform1.
Strategi pengendalian pencemaran yang diusulkan meliputi peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat, penetapan daya tampung beban pencemaran, dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)1.
Opini dan Kritik
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas air Danau Balang Tonjong dan mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran utama1. Metode IP yang digunakan memberikan hasil yang mudah dipahami dan dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan danau1.
Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan:
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi keterbatasan ini dan memberikan rekomendasi yang lebih komprehensif untuk pengelolaan Danau Balang Tonjong.
Relevansi dengan Tren Industri dan Konservasi
Penelitian ini relevan dengan isu pencemaran air yang semakin meningkat di perkotaan1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan dan program pengelolaan danau yang berkelanjutan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air1.
Kesimpulan
Kualitas air Danau Balang Tonjong tergolong cemar ringan hingga sedang1. Sumber pencemaran utama adalah aktivitas manusia, terutama permukiman padat dan pertanian1. Strategi pengendalian pencemaran yang melibatkan berbagai pihak dan penerapan teknologi pengolahan limbah diperlukan untuk menjaga kelestarian Danau Balang Tonjong1.
Sumber:
Ahram, M. H. (2024). Analisis Kualitas Air Menggunakan Metode Indeks Pencemaran di Danau Balang Tonjong Kota Makassar. Jurnal LINEARS, 7(2), 89-99.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Pentingnya Monitoring Kualitas Air di Danau Mesangat
Danau Mesangat, yang terletak di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) yang sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Danau ini tidak hanya berfungsi sebagai habitat bagi flora dan fauna, termasuk spesies langka seperti Buaya Badas, tetapi juga berperan dalam menjaga keseimbangan hidrologi wilayah tersebut. Namun, keberadaan dan aktivitas perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi danau menjadi ancaman utama terhadap kualitas air danau.
Penelitian yang dilakukan oleh Rama Tirta Nurwantara Putra dan rekan-rekan (2023) bertujuan untuk menganalisis kualitas air Danau Mesangat dengan menggunakan metode STORET dan Indeks Pencemaran (IP) serta menghitung Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) khususnya untuk parameter BOD. Penelitian ini penting sebagai dasar pengelolaan dan konservasi danau agar fungsi ekologis dan nilai ekonomisnya tetap terjaga.
Metode Penelitian: Pendekatan Komprehensif dengan Metode STORET, IP, dan DTBP
Penelitian ini berlangsung selama lima bulan pada tahun 2022, dengan pengambilan sampel air permukaan di enam titik berbeda yang tersebar di sekitar Danau Mesangat. Titik-titik pengambilan sampel mencakup hilir dan hulu danau, termasuk aliran sungai yang masuk ke danau seperti Sungai Bliwit dan Sungai Senyun yang berada di kawasan perkebunan kelapa sawit.
Pengujian parameter kualitas air dilakukan di laboratorium dengan mengacu pada SNI 6989.57:2008 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang baku mutu air danau kelas 3. Parameter yang diuji meliputi DO, BOD, COD, pH, TSS, fosfat, nitrogen total, klorofil-a, dan koliform.
Metode STORET digunakan untuk menentukan status mutu air dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap baku mutu dan memberikan skor negatif jika parameter melebihi batas baku mutu. Metode IP digunakan sebagai metode komplementer yang lebih cepat karena hanya membutuhkan data satu waktu (single time). DTBP dihitung untuk mengetahui kapasitas danau dalam menampung beban pencemar, khususnya BOD, berdasarkan peraturan lingkungan hidup yang berlaku.
Hasil Penelitian: Kondisi Kualitas Air Danau Mesangat
Parameter Kualitas Air dan Pelanggaran Baku Mutu
Hasil pengujian menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melampaui baku mutu air danau kelas 3, yaitu:
Parameter lain seperti pH (rata-rata 6,65), Total Suspended Solids (TSS) yang rendah (rata-rata 0,38 mg/L), BOD (rata-rata 0,63 mg/L), nitrogen total (rata-rata 1,29 mg/L), klorofil-a (rata-rata 0,0065 mg/L), dan koliform (rata-rata 162,63 MPN) masih berada dalam batas yang relatif aman.
Fenomena Eutrofikasi dan Dampaknya
Kombinasi rendahnya DO dan tingginya COD serta fosfat menunjukkan adanya fenomena eutrofikasi di Danau Mesangat. Eutrofikasi ini menyebabkan suplai oksigen di danau berkurang karena proses penguraian bahan organik yang tinggi dan pertumbuhan alga yang menghambat penetrasi cahaya. Selain itu, sirkulasi air yang lambat dan muka air yang dangkal memperburuk kondisi tersebut dengan mengurangi difusi oksigen dari udara ke dalam air.
Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit
Aktivitas perkebunan kelapa sawit di sekitar danau diduga menjadi sumber utama pencemaran, terutama melalui aliran air yang membawa residu pupuk kimia seperti nitrogen, fosfat, dan kalium ke dalam danau. Pemupukan yang rutin menggunakan pupuk kimiawi seperti NPK, urea, dan TSP meningkatkan kandungan nutrien yang memicu eutrofikasi. Selain itu, limbah pestisida dan aktivitas pengelolaan lahan yang kurang ramah lingkungan turut memperburuk kualitas air.
Penentuan Status Mutu Air
Berdasarkan metode STORET, seluruh titik pengambilan sampel menunjukkan status mutu air cemar ringan dengan skor rata-rata -3,67 (skor berkisar antara -2 hingga -6). Metode Indeks Pencemaran (IP) juga mengkonfirmasi hasil yang sama, yaitu status mutu air cenderung tercemar ringan dengan indeks rata-rata 2,23.
Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP)
Perhitungan DTBP untuk parameter BOD menunjukkan bahwa Danau Mesangat memiliki daya tampung sebesar 1.034,935 ton/tahun atau 21.910,98 mg/m²/tahun. Alokasi beban pencemar BOD yang diperbolehkan adalah 1.300 mg/m³. Hasil ini menunjukkan bahwa saat ini beban pencemar BOD di danau masih dalam kapasitas daya tampungnya, sehingga belum memerlukan tindakan pengurangan beban pencemar secara intensif. Namun, kondisi ini harus tetap dipantau untuk mencegah terjadinya overload di masa depan.
Studi Kasus: Dampak Perkebunan Sawit terhadap Kualitas Air Danau
Danau Mesangat dikelilingi oleh konsesi perkebunan kelapa sawit, yang sebagian besar merupakan lahan yang tidak terurus akibat genangan air yang menyebabkan kerusakan tanaman sawit. Aktivitas perkebunan ini menyebabkan aliran air yang membawa bahan kimia pupuk dan pestisida masuk ke danau, memperburuk kualitas air. Kondisi ini mirip dengan fenomena yang terjadi di beberapa danau di Indonesia, seperti Danau Sembuluh di Kalimantan Tengah, yang juga mengalami pencemaran berat akibat aktivitas perkebunan sawit dan industri (Kompas, 2018).
Opini dan Kritik
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi kualitas air Danau Mesangat dengan pendekatan multidimensional menggunakan metode STORET, IP, dan DTBP. Penggunaan data primer yang dikombinasikan dengan data sekunder dan analisis spasial memperkuat validitas hasil.
Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
Pengembangan penelitian ke depan dapat melibatkan pemantauan jangka panjang, analisis parameter tambahan seperti logam berat dan mikroplastik, serta studi dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitar.
Relevansi dengan Tren Industri dan Konservasi
Kualitas air danau yang memburuk akibat aktivitas perkebunan sawit merupakan isu lingkungan yang semakin mendesak di Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan minyak sawit, tekanan terhadap ekosistem perairan di sekitar perkebunan juga meningkat. Penelitian ini relevan untuk mendorong pengelolaan perkebunan yang lebih berkelanjutan dan konservasi kawasan lahan basah sebagai habitat penting.
Teknologi pemantauan kualitas air yang lebih canggih dan kebijakan pengelolaan limbah yang ketat perlu diterapkan untuk menjaga kelestarian danau dan ekosistemnya. Selain itu, edukasi dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengawasan lingkungan dapat memperkuat upaya konservasi.
Kesimpulan
Sumber:
Putra, R. T. N., Setiawan, Y., Sulistioadi, Y. B. (2023). Analisis Kualitas Air Danau Mesangat, Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan UNMUL, 7(2), 45-55. e-ISSN 2987-0119.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Juni 2025
Sungai Serayu merupakan salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas di Indonesia yang melintasi lima kabupaten di Jawa Tengah dan memiliki peran penting sebagai sumber air baku untuk berbagai keperluan masyarakat1. Namun, aktivitas masyarakat seperti pertanian, industri, dan domestik telah menyebabkan penurunan kualitas air sungai15. Untuk mengatasi masalah ini, pemantauan kualitas air secara berkala dan online menjadi sangat penting139. Penelitian ini bertujuan untuk memantau kualitas air Sungai Serayu secara berkala menggunakan teknologi Online Monitoring (Onlimo) dan menentukan status mutu airnya dengan metode Storet1.
Penelitian ini menggunakan data dari dua stasiun pemantauan Onlimo yang terpasang di Sungai Serayu, yaitu Bendung Wanganaji (hulu) dan Bendung Gerak Serayu (hilir)1. Data yang dianalisis meliputi parameter fisika (suhu, DHL, TDS, turbiditas) dan kimia (DO, pH, nitrat, amonia) yang diperoleh dari database online monitoring kualitas air Pusat Teknologi Lingkungan (PTL), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi1. Data yang digunakan adalah data bulanan pada September 2016 untuk Bendung Wanganaji dan Desember 2016 untuk Bendung Gerak Serayu1. Status mutu air ditentukan dengan metode Storet berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 dan mengacu pada baku mutu air kelas II pada PP No. 82 Tahun 200114.
Metode Storet memerlukan data time series untuk menganalisis status mutu air4. Analisis dilakukan dengan memberikan skor pada setiap parameter yang dibandingkan dengan baku mutu air14. Klasifikasi status mutu air terdiri dari empat kelas: A (baik), B (tercemar ringan), C (tercemar sedang), dan D (tercemar berat)10.
Teknologi Onlimo
Onlimo adalah sistem monitoring kualitas air online yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT19. Sistem ini memanfaatkan teknologi sensor yang dicelupkan ke dalam air untuk mengukur parameter kualitas air secara realtime3. Data diukur menggunakan multiprobe sensor yang terdiri dari suhu, DO, pH, TDS, DHL, turbiditas, nitrat dan amonia1. Data dari sensor dikirim dan dianalisis secara online oleh sistem onlimo, kemudian diverifikasi dan dianalisis ulang menggunakan metode Storet1.
Parameter Kualitas Air
Suhu
Suhu di Sungai Serayu meningkat dari hulu ke hilir. Stasiun Bendung Wanganaji memiliki suhu rata-rata 21,63°C (20°C-23,8°C), sedangkan stasiun Bendung Gerak Serayu memiliki suhu rata-rata 26,93°C (25,1°C-29,3°C)1. Kisaran suhu ini masih dalam klasifikasi baku mutu air kelas II PP No. 82 Tahun 20011. Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, pertukaran panas air dan udara, kondisi geografis, dan curah hujan1.
Dissolved Oxygen (DO)
Kadar DO rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 6 mg/l (1,14 – 7,13 mg/l), sedangkan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 5,07 mg/l (4,32 – 5,71 mg/l)1. Nilai DO pada kedua stasiun memenuhi baku mutu perairan kelas II dengan kadar DO minimum 4 mg/l1. DO penting untuk kehidupan organisme perairan, dan konsentrasi yang baik adalah 2-10 mg/l1.
pH
Nilai pH rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 7,37 (6,52 – 7,66), memenuhi baku mutu air kelas II1. Namun, di stasiun Bendung Gerak Serayu, nilai pH rata-rata adalah 8,64 (6,47 – 12,25), dengan beberapa pengukuran melebihi baku mutu1. pH air dipengaruhi oleh limbah industri dan rumah tangga1.
Total Dissolved Solid (TDS) dan DHL
Nilai TDS rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 106,25 mg/l (0 – 200 mg/l), dan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 94,62 mg/l (0 – 100 mg/l)1. Nilai DHL rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 20,48 µS/cm (1,60 µS/cm – 31,50 µS/cm), dan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 16,26 µS/cm (0,5 µS/cm – 21,6 µS/cm)1. TDS dan DHL menunjukkan tingkat kesuburan perairan dan dipengaruhi oleh bahan organik dan mineral terlarut1.
Turbiditas
Nilai turbiditas rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 94,90 NTU (0 NTU – 392,30 NTU), dan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 174,31 NTU (0 NTU – 399 NTU)1. Turbiditas yang tinggi disebabkan oleh limbah industri, penambangan pasir, dan erosi tanah1. Kekeruhan yang tinggi mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan, berdampak pada fotosintesis dan produktivitas fitoplankton1.
Nitrat
Nilai nitrat rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 5,18 mg/l (0,48 mg/l – 68,9 mg/l), sedangkan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 17,54 mg/l (0,02 mg/l – 589 mg/l)1. PP No. 82 Tahun 2001 menetapkan baku mutu nitrat untuk perairan kelas II maksimal 10 mg/l, sehingga terdapat nilai nitrat yang terlampau tinggi1. Peningkatan konsentrasi nitrat disebabkan oleh aktivitas pertanian yang mengalirkan air buangan ke sungai1.
Amonia
Nilai amonia rata-rata di stasiun Bendung Wanganaji adalah 0,004 mg/l (0 mg/l – 0,04 mg/l), sedangkan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah 2,15 mg/l (1,44 – 6,14 mg/l)1. Kadar amonia di stasiun Bendung Wanganaji memenuhi kadar yang aman, namun di stasiun Bendung Gerak Serayu melebihi kadar amonia normal untuk perairan umum1. Tingginya kadar amonia mengindikasikan adanya limbah domestik, industri, dan pertanian yang masuk ke sungai15.
Status Mutu Air
Dengan metode Storet, status mutu air di stasiun Bendung Wanganaji adalah tercemar ringan (skor -8), sedangkan di stasiun Bendung Gerak Serayu adalah tercemar sedang (skor -14)1. Turbiditas dan nitrat adalah parameter yang menyebabkan nilai Storet tinggi1.
Studi Kasus dan Implikasi
Sungai Serayu dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan masyarakat, seperti pertanian, kegiatan rumah tangga, PLTA, dan penambangan liar1. Kegiatan-kegiatan ini berpotensi menurunkan kualitas air sungai1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemantauan kualitas air secara online dengan Onlimo dan metode Storet dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat mengenai kondisi sungai9.
Opini dan Kritik
Penelitian ini memberikan informasi penting mengenai status mutu air Sungai Serayu dengan menggunakan teknologi online dan metode analisis yang terstandar13. Namun, penelitian ini hanya menggunakan data dari dua stasiun pemantauan dan data bulanan pada periode waktu tertentu1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan stasiun dan periode waktu untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Selain itu, perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai sumber-sumber pencemaran dan dampaknya terhadap ekosistem sungai2.
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Serayu tergolong tercemar ringan hingga sedang berdasarkan metode Storet. Nilai turbiditas dan nitrat menjadi faktor utama yang mempengaruhi status mutu air1. Pemantauan kualitas air secara online dengan Onlimo dan analisis dengan metode Storet membantu dalam memantau kondisi sungai secara realtime dan berkala. Untuk menjaga kualitas air Sungai Serayu, perlu adanya pengelolaan yang lebih baik terhadap limbah industri, domestik, dan pertanian, serta perawatan peralatan Onlimo agar pengukuran kualitas air lebih akurat116.
Sumber:
Arinda, E. S., Wahyono, H. D., & Santoso, A. D. (2022). Penentuan Status Mutu Air Sungai Serayu Menggunakan Teknologi Online Monitoring (Onlimo) dengan Metode Analisa Storet. TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 19(2), 102-1131.