Pentingnya Kualitas Air Danau Batur untuk Ekonomi dan Sosial Masyarakat
Danau Batur, yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, memiliki luas sekitar 15,9 km² dengan kedalaman maksimum mencapai 88 meter. Danau ini memegang peranan penting bagi masyarakat setempat, baik dari aspek sosial maupun ekonomi, terutama sebagai sumber air dan tempat aktivitas pertanian, perikanan, pariwisata, dan pemukiman. Namun, perkembangan industri pariwisata yang pesat, aktivitas pertanian intensif, serta limbah domestik dan pariwisata berpotensi menyebabkan pencemaran dan pendangkalan danau.
Penelitian oleh Ni Made Hegard Sukmawati dan rekan (2019) bertujuan untuk mengkaji kondisi kualitas air Danau Batur berdasarkan parameter fisikokimia dan National Sanitation Foundation Water Quality Index (NSF-WQI). Studi ini penting untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi air danau, sekaligus menjadi dasar pengelolaan dan konservasi sumber daya air yang berkelanjutan.
Sampling dan Parameter yang Diukur
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2018 dengan pengambilan sampel air di lima titik strategis yang dipilih secara purposif di sekitar dermaga danau, mewakili area akses, keramba ikan, kawasan pariwisata, area hijau, dan bagian tengah danau. Sampel disimpan dalam coolbox dan dianalisis kurang dari 24 jam setelah pengambilan.
Dua belas parameter kualitas air diukur, meliputi logam berat (tembaga, kadmium, timbal), ammonia, nitrat, biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), dissolved oxygen (DO), fosfat, pH, residu terlarut (TDS), dan temperatur. Parameter kimia dan koliform tinja dianalisis di laboratorium kesehatan provinsi, sedangkan parameter fisika diukur langsung di lokasi.
Selanjutnya, 9 parameter utama dianalisis menggunakan metode NSF-WQI, yaitu perubahan temperatur, pH, TSS, DO, BOD, fosfat, nitrat, kekeruhan, dan koliform tinja. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu air kelas I menurut Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016.
Hasil Penelitian: Kondisi Kualitas Air Danau Batur
Parameter Fisikokimia
- Residu Terlarut (TDS): Nilai residu terlarut di Danau Batur berada pada rentang 1340–1860 mg/L dengan rata-rata 1644 ± 189,2 mg/L. Nilai ini jauh melebihi baku mutu kelas I (maksimum 1000 mg/L) dan masuk ke kelas IV, mengindikasikan tingginya kandungan garam anorganik dan organik yang mempengaruhi rasa dan kualitas air. Tingginya TDS ini diduga berasal dari kontaminasi limbah domestik, pertanian, dan perikanan serta kelarutan mineral di wilayah geologi sekitar danau.
- Chemical Oxygen Demand (COD): COD berkisar antara 20,8 hingga 187,2 mg/L dengan rata-rata 110,24 ± 67,23 mg/L, jauh melebihi batas baku mutu kelas I (≤10 mg/L). Tingginya COD menunjukkan kandungan materi organik yang signifikan dan adanya polutan yang sulit terurai secara biologis. Nilai COD yang melebihi dua kali lipat nilai BOD menandakan adanya bahan organik non-biodegradable.
- Total Fosfat: Konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,404 hingga 0,739 mg/L dengan rata-rata 0,56 ± 0,14 mg/L, melebihi batas baku mutu kelas I (0,2 mg/L). Fosfat yang tinggi ini berpotensi menyebabkan eutrofikasi dan blooming alga yang dapat mengganggu ekosistem danau.
- Parameter Lain: Logam berat seperti tembaga, kadmium, dan timbal berada di bawah batas deteksi (<0,0153 mg/L, <0,001 mg/L, dan <0,03 mg/L secara berturut-turut), ammonia dan nitrat juga sangat rendah (<0,001 mg/L), BOD rata-rata 1,30 mg/L, DO rata-rata 7,5 mg/L, pH berkisar 8,1–8,9, dan temperatur air sekitar 23,2–23,6°C.
NSF-WQI dan Interpretasi Kualitas Air
Berdasarkan perhitungan NSF-WQI yang mengintegrasikan sembilan parameter utama, nilai indeks kualitas air Danau Batur adalah 82, yang dikategorikan sebagai baik. Namun, terdapat dua parameter penting yang memiliki skor di bawah 60, yaitu fosfat (57) dan residu terlarut (20), yang menandakan perlunya perbaikan khusus pada aspek nutrien dan kandungan padatan terlarut.
Studi Kasus: Dampak Aktivitas Domestik, Pertanian, dan Perikanan terhadap Kualitas Air
Aktivitas domestik, pertanian, dan perikanan di sekitar Danau Batur menjadi sumber utama pencemaran yang menyebabkan tingginya nilai residu terlarut, COD, dan fosfat. Misalnya, penggunaan pestisida dan pupuk anorganik di area pertanian hilir dan limbah domestik dari pemukiman serta aktivitas budidaya ikan keramba jaring apung berkontribusi terhadap peningkatan nutrien dan bahan organik.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa meskipun secara umum kualitas air masih baik, tekanan pencemaran dari aktivitas manusia telah mulai mengancam keseimbangan ekosistem danau. Kondisi ini berpotensi memicu eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas air dan mengganggu keberlanjutan fungsi danau sebagai sumber air dan habitat.
Analisis dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini sejalan dengan temuan Purnamawati dan Arthana (2019) yang melaporkan tingginya kandungan fosfat di Danau Buyan, Bali, akibat aktivitas budidaya ikan. Tingginya fosfat dan COD merupakan indikator umum pencemaran nutrien dan bahan organik di danau-danau yang mengalami tekanan antropogenik.
Dibandingkan dengan standar internasional, nilai COD Danau Batur jauh melebihi batas yang direkomendasikan oleh American Public Health Association (≤2 mg/L) untuk air minum, menunjukkan perlunya pengelolaan limbah yang lebih efektif.
Tren global dalam pengelolaan kualitas air danau menekankan pentingnya pengurangan beban nutrien, pengelolaan limbah domestik dan pertanian, serta konservasi ekosistem perairan untuk mencegah degradasi kualitas air dan menjaga fungsi ekologis.
Kesimpulan dan Rekomendasi
- Dari 12 parameter fisikokimia yang diuji, 9 memenuhi baku mutu kelas I menurut Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016, sedangkan 3 parameter (residu terlarut, COD, dan total fosfat) tidak memenuhi dan berada pada kelas mutu yang lebih rendah.
- Tingginya nilai residu terlarut (1644 mg/L), COD (110,24 mg/L), dan fosfat (0,56 mg/L) menunjukkan adanya pencemaran yang signifikan akibat aktivitas domestik, pertanian, dan perikanan di sekitar Danau Batur.
- NSF-WQI menunjukkan kualitas air secara umum baik (skor 82), namun parameter fosfat dan residu terlarut perlu perhatian khusus karena memiliki skor di bawah 60.
- Disarankan dilakukan upaya pengurangan limbah domestik dan pertanian, pengelolaan budidaya ikan yang ramah lingkungan, serta monitoring kualitas air secara berkala.
- Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam menjaga kelestarian Danau Batur agar tetap berfungsi sebagai sumber daya air yang berkualitas dan mendukung kesejahteraan masyarakat.
Sumber:
Sukmawati, N.M.H., Pratiwi, A.E., & Rusni, N.W. (2019). Kualitas Air Danau Batur Berdasarkan Parameter Fisikokimia dan NSFWQI. Wicaksana: Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Vol. 3 No. 2, 53-60. ISSN 2597-7555.